LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM DASAR -DASAR AQUACULTURE
0 Universitas Sriwijaya
1
Budikdamber merupakan singkatan dari budidaya ikan dalam ember. Teknik ini
merupakan teknik pengembangan dari aquaponik dimana ikan dan tanaman
tumbuh dalam satu tempat. Solusi ini didapat untuk mengatasi masalah lahan
dalam budidaya tanaman dan ikan. Budikdamber cocok untuk wilayah perkotaan
dimana lahan pekarangan pun sudah semakin sempit, kualitas dan kuantitas air
nya juga sudah semakin berkurang. Budikdamber bida diterapkan untuk
mengatasi solusi pangan masa depan. Budidaya ikan dalam ember dengan sistem
aquaponik berpeluang meningkatkan kebutuhan akan protein hewani dan sayuran
serta memudahkan masyarakat mendapatkan ikan dan sayur di lingkungan tempat
tinggal. Cara ini sangat baik dikembangkan diperumahan, perkotaan, apartemen,
kontrakan, dan tempat-tempat pengungsian karena bencana atau daerah perkotaan
yang sempit lahan tinggal. Selain mudah dilakukan, budikdamper menggunakan
media yang kecil, portabel, hemat air dan tidak membutuhkan listrik. (Desry
2019)
Sistem kerja dari Budikdamber adalah membudidayakan ikan dan sayuran dalam
satu ember yang merupakan sistem akuaponik (polikultur ikan dan sayuran).
Namun, perbedaannya adalah Budikdamber tidak serumit akuaponik yang
membutuhkan pompa dan filter yang akhirnya membutuhkan listrik, lahan yang
luas, biaya yang mahal, dan rumit. Budikdamber justru memiliki keunggulan
seperti hemat air, zero waste, perawatan yang mudah, dan tanpa bahan kimia.
1.2. Tujuan
1.2. Manfaat
Manfaat yang didapat dengan mempraktikkan budikdamber di
antaranya menyediakan pangan keluarga dengan protein hewani dan
sayuran dalam kondisi sehat dan segar, membantu menjaga lingkungan
1 Universitas Sriwijaya
2
dengan memanfaatkan gelas plastik sebagai media tanam dan sebagai lahan
pekarangan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2 Universitas Sriwijaya
3
belut pada umumnya di daerah berlumpur atau tanah seperti sawah dan parit
sampai kedalaman kurang lebih 10 cm dengan arah lubang pada awalnya vertikal
mengarah ke bawah kemudian mendatar (Handojo, 1986). Hewan ini mampu
bertahan hidup di daerah berlumpur karena selain memiliki insang yang dapat
memfilter oksigen dari air, juga mempunyai alat pernafasan tambahan berupa kulit
tipis berlendir yang terdapat di bawah rongga mulut (Sarwono, 1999). Alat
tersebut berfungsi untuk memfilter oksigen secara langsung dari udar. Hewan ini
termasuk ikan karnivora berlambung besar, tebal, dan elastis. Belut tergolong
hewan karnivor (carnivorous) atau pemakan hewan/ binatang (Merrick dan
Schmida, 1984).
3 Universitas Sriwijaya
4
2.4. Kangkung
Kangkung menyukai tempat terbuka untuk hidup, tetapi tidak terlalu terik.
Kangkung sangat cepat tumbuh, dalam waktu 25—30 hari, sayuran sudah bisa
dipanen (pertanianku 2019).
2.5. Budikdamber
Budikdamber merupakan singkatan dari budidaya ikan dalam ember.
Budikdamber dikembangkan oleh Bapak Juli Nursandi, S.Pi, M.Si dari Politeknik
negeri Lampung. Teknik ini merupakan teknik pengembangan dari aquaponik
dimana ikan dan tanaman tumbuh dalam satu tempat. Solusi ini didapat untuk
mengatasi masalah lahan dalam budidaya tanaman dan ikan. Budikdamber cocok
untuk wilayah perkotaan dimana lahan pekarangan pun sudah semakin sempit,
kualitas dan kuantitas air nya juga sudah semakin berkurang. Budikdamber bida
diterapkan untuk mengatasi solusi pangan masa depan.
Budidaya ikan dalam ember dengan sistem aquaponik berpeluang
meningkatkan kebutuhan akan protein hewani dan sayuran serta memudahkan
masyarakat mendapatkan ikan dan sayur di lingkungan tempat tinggal. Cara ini
sangat baik dikembangkan diperumahan, perkotaan, apartemen, kontrakan, dan
tempat-tempat pengungsian karena bencana atau daerah perkotaan yang sempit
lahan tinggal. Selain mudah dilakukan, budikdamper menggunakan media yang
kecil, portabel, hemat air dan tidak membutuhkan listrik.
4 Universitas Sriwijaya
5
Hasil pengukuran suhu yang diperoleh selama penelitian adalah 23 -32 °C.
Suhu setiap media budikdamber sama pada setiap waktu pengukuran. Fluktuasi
suhu terjadi di media budikdamber karena diletakkan di lokasi terbuka (outdoor)
yang dipengaruhi suhu lingkungan baik hujan maupun panas dari matahari. Hasil
pengukuran ini menunjukkan bahwa suhu air media budikdamber selama
penelitian masih sesuai dengan kebutuhan hidup ikan lele sangkuriang yakni 25,0-
31,5°C (Elpawati, 2015). Kenaikan suhu dapat menimbulkan berkurangnya
kandungan oksigen sehingga asupan oksigen berkurang dan dapat menimbulkan
stress pada ikan. Suhu yang sesuai akan meningkatkan aktivitas makan ikan
sehingga menjadikan ikan menjadi lebih cepat tumbuh. Kenaikan suhu dapat juga
mengakibatkan meningkatnya daya racun dari suatu polutan terhadap organisme
akuatik. Suhu pada media budikdamber tidak berbeda jauh hal ini diduga karena
suhu kolam di pengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari permukaan laut,
waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran serta kedalaman
badan air (Effendi, 2003). Suhu air berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan ikan. Suhu air yang sesuai akan meningkatkan aktivitas makan
ikan, sehingga menjadikan ikan lele dumbo cepat tumbuh. Kandungan DO pada
media budikdamber adalah 2 – 6 mg/L. Kandungan oksigen yang kecil dari 4
mg/L dapat saja menjadi faktor penyebab kematian ikan. Rendahnya nilai DO
juga dapat menjadi jawaban dari ikan lele yang menggantung di permukaan air
pada waktu-waktu tertentu (gambar 2). Menurut Saptarini (2010) dalam
Wicaksana (2015) ikan akan saling berkompetisi dengan ikan yang lain untuk
melakukan respirasi, selain itu ikan juga akan berkompetisi dengan bakteri aerob
sehingga kondisi tersebut mengakibatkan konsentrasi oksigen terlarut di kolam
menurun drastis. Hasil pengukuran pH yang dihasilkan selama penelitian
berlangsung relative stabil dan mendekati netral yaitu 6,68 – 6.97. Hasil
pengukuran ini menunjukan bahwa pH air budikdamber dalam kondisi yang
cukup baik seperti yang dibutuhkan oleh ikan lele. Menurut Khairuman et al.,
(2008) dalam Elpawati (2015), ikan lele hidup dalam pH kisaran 6.5-8. Keasaman
pH dapat menyebabkan ikan stress, mudah terserang Prosiding Seminar Nasional
Pengembangan Teknologi Pertanian 132 Prosiding Seminar Nasional
Pengembangan Teknologi Pertanian VII Polinela 2018 penyakit , produktivitas
5 Universitas Sriwijaya
6
dan pertumbuhan rendah. Nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme air pada
umumnya terdapat antara 7 sampai 8.5. Perubahan pH ditentukan oleh aktivitas
fotosintesis dan respirasi dalam ekosistem. Fotosintesis memerlukan karbon
dioksida yang oleh komponen autotroph akan dirubah menjadi monosakarida.
Penurunan karbondioksida dalam ekosistem akan meningkatkan pH perairan.
Sebaliknya proses respirasi dalam ekosistem akan meningkatkan jumlah
karbondioksida sehingga pH perairan menurun. Hasil pengukuran total amoniak
NH3 dan NH4 yang diperoleh selama penelitian berlangsung berkisar 0 - 0,5
mg/L. Hasil pengukuran ini menunjukkan fluktuasi kadar amoniak yaitu tinggi
pada saat malam hari dan rendah kembali saat siang hari. Kadar ammonia dalam
media budikdamber diduga naik bila ikan diberi pakan yang berlebihan. Hal
tersebut didukung oleh fakta bahwa jika pakan berlebihan ikan lele akan
menggantung di permukaan media (Gambar. 2). Batas optimum kandungan
ammonia NH3 untuk pertumbuhan ikan lele yaitu 0.1 mg/L (Ghufron & Kordi,
2010).
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
6 Universitas Sriwijaya
7
3.2.2. Bahan
7 Universitas Sriwijaya
8
Keterangan:
TL = panjang total, SVL = panjang moncong ke vent, HL = panjang kepala, BL =
panjang badan, TiL = panjang ekor, BD I = tinggi badan bagian I, BD II = tinggi
badan bagian II, DBV = tinggi bada di vent, GBD= tinggi badan maksimum, BW
I = lebar badan bagian I, BW II = lebar badan bagian II, WBV = lebar badan di
vent, GWB = lebar badan maksimum, SPN = Panjang moncong ke posterior
nostril, GL = Panjang rahang atas, AGGA = Panjang sudut bukaan mulut-pangkal
bukaan operkulum, MW = Lebar mulut, DAN = Jarak anterior nostril, DPN =
Jarak posterior nostril.
8 Universitas Sriwijaya
9
dan pelarutan DNA. Sampel daging berukuran sekitar 2mm3 digunakan dalam
isolasi DNA. Sampel DNA selanjutnya disimpan dalam freezer (-30⁰C).
9 Universitas Sriwijaya
10
DAFTAR PUSTAKA
Davis, P.H., V.H. Heywood., 1973. Principles of Taxonomy. New York: Robert E.
Krieger Publishing Company.
Desry.2019 “ Budikdamber” online:
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/72659/Budikdamber-budidaya-
Tanaman-dan-Ikan-Dalam-Ember/ (diakses pada tanggal 7 april 2021)
10 Universitas Sriwijaya
11
Saanin, H. B., 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bandung : Bina
Cipta.
11 Universitas Sriwijaya
12
12 Universitas Sriwijaya