Anda di halaman 1dari 7

PERSIAPAN BUDIDAYA DENGAN METODE

KERAMBA JARING APUNG

SISKA HANDAYANI
1504110145
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU

Pemenuhan kebutuhan protein hewani dapat diperoleh dari hewan/ternak di


daratan maupun protein hewani yang berasal dari perairan. Seiring dengan
meningkatnya pemahaman akan kesehatan maka terjadi kecenderungan peralihan
sumber protein asal ternak (berdaging merah) menjadi protein hewani yang berasal
dari ikan (berdaging putih). Selama ini, pemenuhan kebutuhan terhadap protein asal
ikan berasal dari usaha penangkapan di alam. Sebagaimana diketahui, penangkapan
yang dilakukan secara terus menerus akan berdampak terhadap terancamnya
kelestarian sumberdaya ikan. Salah satu upaya alternatif yang dapat dilakukan
untuk menekan upaya penangkapan dan memenuhi kebutuhan protein asal ikan
adalah melalui upaya budidaya.
Kegiatan budidaya bukan lantas memecahkan persoalan akan kebutuhan
protein. Permasalahan baru yang diakibatkan oleh kegiatan budidaya ikan adalah
masalah pencemaran. Pencemaran pada lingkungan perairan yang disebabkan oleh
kegiatan budidaya bersumber dari buangan pakan yang tidak terkonsumsi (Dias et
al, 2012), bahan sisa metabolik /feces dan urin (Erlania, 2009), serta penggunaan
bahan kontruksi yang tidak ramah lingkungan.
Dalam budidaya ikan, kita bisa melakukannya dalam beberapa media, salah
satunya adalah sistem Keramba Jaring Apung (KJA). Budidaya ikan keramba jaring
apung bisa dilakukan baik di sungai yang dalam, danau, di atas kolam terpal, hingga
laut. Budidaya ikan keramba jaring apung merupakan salah satu cara budidaya
pembesaran ikan yang efisien dan efektif. Dengan luasan media yang sempit, kita
bisa melipatgandakan hasil panen ikan. Pola yang dipakai adalah mengintensifkan
pola budidaya ikan tersebut, yang memang akhirnya akan berdampak pada biaya
tinggi namun bisa didapatkan keuntungan yang lebih tinggi pula.
Teknologi budidaya ikan dengan sistem Keramba Jaring Apung (KJA) telah
lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Budidaya dengan sistem keramba jaring
apung mulai dikembangkan di perairan pesisir dan perairan danau. Beberapa
keunggulan ekonomis usaha budidaya ikan dalam keramba yaitu: 1). Menambah
efisiensi penggunaan sumberdaya; 2). Prinsip kerja usaha keramba dengan
melakukan pengurungan pada suatu badan perairan dan memberi makan dapat
meningkatkan produksi ikan; 3). Memberikan pendapatan yang lebih teratur kepada
nelayan dibandingkan dengan hanya bergantung pada usaha penangkapan.
Berdasarkan laporan yang disusun oleh Dewan Nasional Perubahan Iklim
Republik Indonesia (DNPI) 2014, Keramba Jaring Apung (KJA) adalah suatu
sarana pemeliharaan ikan atau biota air yang kerangkanya terbuat dari bambu, kayu,
pipa pralon atau besi berbentuk persegi yang diberi jaring dan diberi pelampung
seperti drum plastik atau styrofoam agar wadah tersebut tetap terapung di dalam
air.
Kerangka dan pelampung berfungsi untuk menahan jaring agar tetap
terbuka di permukaan air, sedang jaring yang tertutup di bagian bawahnya
digunakan untuk memelihara ikan selama beberapa bulan. Penggunaan KJA di
perairan laut berkembang seiring dengan perkembangan teknologi budidaya
perikanan laut, terutama untuk pembesaran ikan-ikan yang mempunyai nilai
ekonomis tinggi. Berkembangnya usaha pembesaran ikan dalam KJA selain
berpengaruh pada aspek sosial ekonomi dan budaya masyarakat, juga berdampak
pada aspek lingkungan baik yang bersifat positif maupun negatif, langsung maupun
tidak langsung.
Perkembangan teknologi KJA tidak terlepas dari perkembangan ke arah
budidaya yang ramah lingkungan, karena isu mengenai budidaya ikan yang identik
dengan pencemaran merupakan hal yang sangat sensitif. Oleh karena itu, baik
teknologi budidaya maupun bahan dan peralatan yang digunakan harus mempunyai
standard tertentu yang sesuai dengan kriteria ramah lingkungan. Selain itu, kondisi
lingkungan setempat serta ketersediaan spesies lokal akan juga menentukan
perkembangan teknologi KJA di setiap wilayah.
Penerapan KJA untuk budidaya ikan di Indonesia dimulai dari konstruksi
bangunan keramba yang sederhana. Konstruksi keramba jaring apung terdiri dari
kerangka, pelampung, pengikat, kurungan atau jaring, jangkar dan pemberat.
Kerangka atau rakit berfungsi untuk menempatkan kurungan atau jaring
pembesaran Kerangka jaring apung terbuat dari kayu, papan serta bambu.
Pelampung berfungsi untuk mengapungkan keseluruhan sarana budidaya.
Pelampung yang digunakan berupa drum yang terbuat dari bahan sintesis dengan
kapasitas 200 liter. Dalam satu petak keramba diperlukan
minimal 4 buah pelampung. Gubuk kecil juga didirikan untuk berbagai fungsi mulai
dari penyimpan pakan, tempat istirahat, hingga berteduh. Saat ini konstruksi KJA
sudah berkembang dengan manggunakan bahan HDPE (High Density
Polyethylene) yang diperkirakan dapat bertahan hingga 20 tahun. Selain
dipergunakan untuk budidaya ikan, KJA juga dapat dimanfaatkan untuk budidaya
udang vanamae dan udang lobster.
Sementara itu, menurut Taufik J. Rasyidi (2012), budidaya ikan dijaring
terapung dapat dilakukan untuk komoditas ikan air tawar dan ikan air laut. Sebelum
membuat konstruksi wadah karamba jaring terapung pemilihan lokasi yang tepat
dari aspek sosial ekonomis dan teknis benar. Aspek sosial ekonomis yang sangat
umum yang harus dipertimbangkan adalah lokasi tersebut dekat dengan pusat
kegiatan yang mendukung operasionalisasi suatu usaha seperti tempat penjualan
pakan, pembeli ikan dan lokasi yang dipilih merupakan daerah pengembangan
budidaya ikan sehingga mempunyai prasarana jalan yang baik serta keamanan
terjamin. Persyaratan teknis yang harus diperhatikan dalam memilih lokasi usaha
budidaya ikan di karamba jaring terapung antara lain adalah :

1. Arus air
Arus air pada lokasi yang dipilih diusahakan tidak terlalu kuat namun tetap
ada arusnya agar tetap terjadi pergantian air dengan baik dan kandungan oksigen
terlarut dalam wadah budidaya ikan tercukupi, selain itu dengan adanya arus maka
dapat menghanyutkan sisa-sisa pakan dan kotoran ikan yang terjatuh di dasar
perairan.
Dengan tidak terlalu kuatnya arus juga berpengaruh terhadap keamanan
jaring dari kerusakan sehingga masa pakai jaring lebih lama. Bila pada perairan
yang akan dipilih ternyata tidak ada arusnya (kondisi air tidak mengalir), disarankan
agar unit budidaya atau jaring dapat diusahakan di perairan tersebut, tetapi
jumlahnya tidak boleh lebih dari 1% dari luas perairan. Pada kondisi perairan yang
tidak mengalir, unit budidaya sebaiknya diletakkan di tengah perairan sejajar
dengan garis pantai.

2. Kedalaman perairan

Kedalaman perairan sangat berpengaruh terhadap kualitas air pada lokasi


tersebut. Lokasi yang dangkal akan lebih mudah terjadinya pengadukan dasar
akibat dari pengaruh gelombang yang pada akhirnya menimbulkan kekeruhan.
Sebagai dasar patokan pada saat surut terendah sebaiknya kedalaman perairan lebih
dari 3 meter dari dasar waring/jaring.

3. Tingkat kesuburan

Pada perairan umum dan waduk ditinjau dari tingkat kesuburannya dapat
dikelompokkan menjadi perairan dengan tingkat kesuburan rendah (oligotropik),
sedang (mesotropik) dan tinggi (eutropik). Jenis perairan yang sangat baik untuk
digunakan dalam budidaya ikan di jaring terapung dengan sistem intensif adalah
perairan dengan tingkat kesuburan rendah hingga sedang. Jika perairan dengan
tingkat kesuburan tinggi digunakan dalam budidaya ikan di jaring terapung, maka
hal ini sangat beresiko tinggi karena pada perairan eutropik kandungan oksigen
terlarut pada malam hari sangat rendah dan berpengaruh buruk terhadap ikan yang
dipelihara dengan kepadatan tinggi.
4. Bebas dari pencemaran.

Dalam dunia perikanan, yang dimaksud dengan pencemaran perairan adalah


penambahan sesuatu berupa bahan atau energi ke dalam perairan yang
menyebabkan perubahan kualitas air sehingga mengurangi atau merusak nilai guna
air dan sumber air perairan tersebut.

Bahan pencemar yang biasa masuk ke dalam suatu badan perairan pada prinsipnya
dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pencemar yang sulit terurai dan
bahan pencemar yang mudah terurai. Contoh bahan pencemar yang sulit terurai
berupa persenyawaan logam berat, sianida, DDT atau bahan organik sintetis.
Contoh bahan pencemar yang mudah terurai berupa limbah rumah tangga, bakteri,
limbah panas atau limbah organik. Kedua jenis bahan pencemar tersebut umumnya
disebabkan oleh kegiatan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penyebab kedua adalah keadaan alam seperti banjir atau gunung meletus.

Jika lokasi budidaya mengandung bahan pencemar maka akan berpengaruh


terhadap kehidupan ikan yang dipelihara di dalam wadah budidaya ikan tersebut.

Yang menjadi permasalahan pada budidaya ikan di keramba jaring apung adalah
sisa pakan. Sisa pakan yang tidak terkonsumsi dan metabolik berupa senyawa
nitrogen dan fosfor, apabila terbuang di kolom air dan tidak dimanfaatkan oleh
organisme di sekitar danau (ikan, organisme bentik) maka akan menjadi partikel
tersuspensi dalam bentuk partikel koloid di dasar perairan. Partikel tersebut akan
dimanfaatkan oleh mikroorganisme khususnya bakteri untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakannya. Selain pencemaran akibat nitrogen dan fosfor, sisa pakan
juga dapat menyebabkan tingginya kekeruhan. Akibatnya, cahaya matahari akan
susah menembus kolom air.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak pencemaran akibat


budidaya ikan sistem Keramba Jaring Apung (KJA) antara lain: 1). Menggunakan
dosis yang tepat dalam pemberian pakan, 2). Menggunakan bahan pakan dengan
tingkat kecernaan yang tinggi, 3). Jika memungkinkan maka dapat menggunakan
bakteri probiotik untuk meningkatkan daya cerna, 4). Menggunakan komposisi
nutrisi yang sesuai dengan organisme yang dipelihara, 5). Dilakukan treatmen
terhadap limbah, 6). Perlu dilakukan analisa kesesuaian lahan sebelum dilakukan
kegiatan budidaya.

5. Kualitas air

Dalam budidaya ikan, secara umum kualitas air dapat diartikan sebagai setiap
perubahan (variabel) yang mempengaruhi pengelolaan, kelangsungan hidup dan
produktivitas ikan yang dibudidayakan. Jadi perairan yang dipilih kualitas airnya
harus memenuhi persyaratan bagi kehidupan dan pertumbuhan ikan yang akan
dibudidayakan. Kualitas air meliputi sifat fisika, kimia dan biologi.

6. Lokasi keramba jaring apung bukan daerah up-welling

Lokasi ini terhindar dari proses perputaran air dasar kepermukaan (up-welling).
Pada daerah yang sering terjadi up-welling sangat membahayakan kehidupan
organisme yang dipelihara, di mana air bawah dengan kandungan oksigen yang
sangat rendah serta gas-gas beracun akan kepermukaan, yang dapat menimbulkan
kematian secara massal. Lokasi seperti ini sebaiknya dihindari, kecuali sistem
keramba dipasok oksigennya dengan suatu mekanisme tertentu.

Kelebihan Keramba Apung

1. Mempermudah Proses Penyortiran

Pada pembudidayaan lele dumbo terutama proses pembesaran ukuran dan besar
lele tidak akan memiliki kesamaan walaupun sudah dibantu dengan
pemberian Probiotik , ini dikarenakan adanya rebutan makanan pada saat petani
menaburkan pakan dan hal inipun terjadi sekalipun dilakukan dikolam tanah.
Dengan menggunakan sistem Jaring Apung ini akan mempermudah dan
mempercepat proses penyortiran karena bagi yang memiliki kolam didataran
rendah khususnya yang kesulitan membuang air dalam kolam akan sangat
terbantu sekali ketika akan melakukan proses penyortiran lele.

2. Mempercepat Proses Panen

Dalam proses pemanenanpun dengan menggunakan Jaring Apung petani tidak


susah payah membuang air, pemanenen dilakukan sama halnya ketika
melakukan proses penyortiran yang tentunya proses panen akan lebih cepat dan
tidak perlu mengeluakan tenaga ekstra.

3. Menjaga Benih Dari Predator Lain

Pada kolam tanah sering kali ditemukan berkeliaran hama yang memakan benih
lele yang ditabur terutama ketika benih masih berukuran kecil, predator-predator
/ hama tersebut biasanya adalah ular, belut, ikan sapu dan lainnya. Apabila
menggunakan Jaring Apung ini kemungkinan benih dimangsa oleh hama
tersebut diatas bisa dicegah yang tentunya ketika panen tiba hasil yang didapat
bisa maksimal.
4. Megurang Tingkat Penyebaran Penyakit

Dari beberapa informasi yang didapat banyak petani yang mengeluhkan lele
yang mereka tanam banyak yang terserang penyakit seperti bintik, jamur dan
borok (budug) pada permukaan luar kulit dan untuk penyembuhannya
membutuhkan waktu yang lama bisa sampai berminggu-minggu walaupun
sudah diberi obat. Selama kami mencoba Jaring Apung ini lele yang terdapat
dalam jaring ternyata lebih kebal dibandingkan dengan yang ada dikolam lepas,
bahkan ketika ada lele yang terserang penyakit tersebut diatas ketika
dipindahkan kedalam jaring bisa sembuh dalam hitungan hari tanpa pemberian
obat.

5. Sebagai Antisipasi Banjir

Kekurangan Keramba Apung

1. Modal Tambahan

Untuk menggunakan Jaring Apung hal pertama yang paling penting adalah
memiliki jaringnya, untuk mendapatkannya tentu saja harus harus sedikit
merogoh kocek, sekedar informasi, pada awal uji coba kami menggunakan
jaring dengan ukuran 2,4m x 5 m yang sudah siap pasang dengan biaya yang
kami keluarkan adalah Rp. 210000 harga tersebut bukanlah acuan karena
disetiap daerah memiliki harga yang bervariasi ( kekuaan jaring sekitar 5 tahun
), selain jariong dibutuhkan pula bambu yang digunakan sebagai tiang jaring.

2. Tambahan Pakan

Selain adanya tambahan biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli jaring
dibutuhkan pula sedikit tambahan biaya lagi untuk persediaan pakan. Ketika lele
berada dikolam lele bisa bergerak dengan bebas yang memungkinkan mencari
makanan sendiri, namun ketika lele dipindahkan kedalam jaring secara otiomatis
pergerakan lele dibatasi oleh jaring sehingga sulitnya untuk mencari makanan
sendiri, tambahan pakan ini diperlukan sebagai cadangan makanan agar lele
tidak saling memakan 9 kanibal ), cadangan makanan ini berupa limbah pasar
seperti limbah sayuran dan buah-buahan serta limbah dapur seperti nasi basi dsb.

3. Harus Melakukan Pengecekan Jaring

Sedikit agak ribet memang, selain harus mengeluarkan biaya dibuthkan juga
ketelitian. Hal ini dilakukan agar tidak adanya jaring yang bocor atau sobek
akibat tergerus oleh benda tajam seperti batu yang ada didasar kolam ataupun
bisa diakibatkan oleh kepiting yang berusaha masuk kedalam jaring, pastikan
pemeriksaan ini dilakukan secara rutin untuk menghindari keluarnya lele dari
dalam jaring.

Anda mungkin juga menyukai