Anda di halaman 1dari 4

Diskusi 4. Pengelolaan WPL Anjang Kurnia, S.Pi NIM.

500834069

1. Indonesia memiliki keanekaragaman terumbu karang yang luar biasa, terumbu


karang Indonesia tersebar hampir di 17.508 pulau. Apabila dihitung, luas tutupan
terumbu karang di Indonesia mencapai 75 ribu kilometer persegi atau mencapai 14%
dari total terumbu karang yang ada di dunia. Kondisi ekosistem terumbu karang di
Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Menurut data Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI), kondisi terumbu karang Indonesia dari tahun 1993 hingga 2015
yang diambil dari 93 daerah dan 1.259 lokasi, menunjukkan kondisi terumbu karang
Indonesia secara umum adalah 5% berstatus sangat baik, 27,01% dalam kondisi
baik; 37,97 dalam kondisi buruk dan 30,02% dalam kondisi jelek. Menurut Prof. Dr.
Suharsono (peneliti senior bidang oseanografi LIPI), bila dibagi dalam tiga wilayah
Indonesia yaitu bagian barat, tengah dan timur, kondisi terumbu karang paling buruk
dan semakin menurun di wilayah Indonesia timur. Kondisi terumbu karang di wilayah
timur adalah 4,64% berstatus sangat baik; 21,45% baik; 33,62% buruk dan 40,29%
jelek. Kondisi paling baik ada di Indonesia bagian tengah dengan 5,48% terkategori
sangat baik; 29,39% baik; 44,48% buruk dan 20,75% jelek. Status terumbu karang
Indonesia bagian barat adalah 4,94% sangat baik; 28,92% baik; 36,68% buruk dan
29,45% jelek.
2. Aktivitas yang mengancam ekosistem terumbu karang antara lain:
a. Sedimentasi
Sedimentasi berasal dari daratan dan sepanjang pantai serta aliran sungai.
Kotoran, lumpur dan pasir menyebabkan air menjadi keruh dan kotor sehingga
karang tidak dapat bertahan hidup.
b. Penebangan hutan mangrove
Hutan mangrove berfungsi sebagai penyaring sedimen yang berasal dari aliran
sungai. Penebangan hutan mangrove menyebabkan sedimen dapat mencapai
terumbu karang.
c. Penangkapan dengan bahan peledak
Penangkapan ikan dengan bahan peledak dapat menyebabkan kerusakan
terumbu karang akibat dari ledakan yang besar.
d. Penangkapan ikan dengan sianida
Penangkapan ikan dengan menggunakan sianida banyak dilakukan untuk
menangkap ikan hias yang hidup di karang. Penggunakan racun sianida untuk
menangkap ikan hias yang hidup di karang dapat menyebabkan terumbu karang
mati.
e. Aliran drainase
Diskusi 4. Pengelolaan WPL Anjang Kurnia, S.Pi NIM. 500834069

Aliran drainase yang mengandung pupuk dan kotoran yang terbuang ke pantai
menyebabkan pertumbuhan algae yang akan menghambat pertumbuhan polip
karang, mengurangi asupan cahaya dan oksigen.
f. Pengumpulan dan pengerukan
Pengambilan karang hidup banyak dilakukan dan diperjualbelikan untuk hiasan
akuarium laut. Pengumpulan dan pengerukan terumbu karang juga banyak
dilakukan untuk cinderamata. Hal ini sangat merusak terumbu karang yang ada
di perairan.
g. Pencemaran air
Pencemaran air oleh bahan kimia dan produk-produk minyak bumi yang dibuang
di perairan, pada akhirnya mencapai pantai dan dapat meracuni polip karang dan
biota laut lainnya, sehingga polip karang mati.
h. Pengelolaan tempat rekreasi
Pengelolaan tempat rekreasi di wilayah pesisir yang tidak memperhatikan
lingkungan seperti penyelamaan, penyewaan kapal, peralatan pemancingan
dapat menyebabkan kerasakan terumbu karang. Jangkar kapal yang dilempar
pada terumbu karang juga dapat menyebabkan kerusakan termbu karang.
Kerusakan terumbu karang juga disebabkan oleh aktivitas wisatawan yang
mengambil dan menginjak-injak karang.
i. Pengambilan oleh wisatawan
j. Pemanasan global
Pemanasan global menyebabkan kenaikan suhu bumi yang mengakibatkan
kenaikan suhu air laut. Kenaikan suhu air laut dapat menyebabkan pemutihan
karang, dimana polip karang kehilangan algae simbiotik didalamnya. Pemanasan
global juga mengakibatkan cuaca ekstrim yang dapat menyebabkan timbulnya
badai tropis. Badai tropis mengakibatkan kerusakan terumbu karang.
k. Sampah
Pembuangan sampah ke laut dapat mencemari air laut dan dapat mengakibatkan
terumbu karang tidak berkembang dan mati.
l. Pupuk dan Pestisida
Pemakaian pupuk dan pestisida buatan pada lahan pertanian dapat merusak
terumbu karang di lautan. Residu pupuk dan pestisida akan terbawa hingga ke
laut oleh airan air hujan.
m. Jangkar
Jangkar yang dilemparkan oleh awak buah kapal dari kapal secara tidak sengaja
akan merusak karang yang berada di dalam laut.
n. Penambangan
Diskusi 4. Pengelolaan WPL Anjang Kurnia, S.Pi NIM. 500834069

Kegiatan penambangan pasir atau batuan di laut dapat merusak terumbu karang.
o. Penangkapan ikan
Kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap yang merusak
karang misalnya trawl membawa dampak yang sangat buruk bagi terumbu
karang.
3. Ekosistem Terumbu karang dapat berkembang dengan baik apabila kondisi
lingkungan perairan mendukung pertumbuhan terumbu karang. Faktor lingkungan
yang mempengaruhi pertumbuhan terumbu karang adalah:
a. Suhu
Secara global, sebaran terumbu karang dunia dibatasi oleh permukaan laut yang
isoterm pada suhu 20 derajat Celcius. Tdak ada terumbu karang yang
berkembang di bawah suhu 18 derajat Celcius. Terumbu karang tumbuh dan
berkembang secara optimal pada perairan bersuhu rata-rata tahunan 23-25
derajat Celcius, dan dapat menoleransi suhu sampai dengan 36-40 derajat
Celcius.
b. Salinitas
Terumbu karang hanya dapat hidup di perairan laut dengan salinitas normal 32-
35%. Umumnya, terumbu karang tidak berkembang di perairan laut yang
mendapat limpasan air tawar teratur dari sungai besar, karena hal itu berarti
menurunan salinitas.Contohnya di Delta Sungai Brantas (Jawa Timur). Di sisi
lain, terumbu karang dapat berkembang di wilayah bersalinitas tinggi eperti Teluk
Persia yang salinitasnya 42%.
c. Cahaya dan kedalaman
Kedua faktor tersebut berperan penting untuk kelangsungan
proses fotosintesis oleh zooxanthellae yang terdapat di
jaringan karang. Terumbu yang dibangun karang hermatipik dapat tumbuh di
perairan dengan kedalaman maksimal 50-70 meter, dan umumnya berkembang
di kedalaman 25 meter atau kurang. Titik kompensasi untuk karang hermatipik
berkembang menjadi terumbu adalah pada kedalaman dengan
intensitas cahaya 15-20% dari intensitas di permukaan.
d. Kecerahan
Faktor ini berhubungan dengan penetrasi cahaya. Kecerahan perairan tinggi
berarti penetrasi cahaya yang tinggi dan ideal untuk memicu produktivitas
perairan yang tinggi pula.
e. Paparan udara
Paparan udara terbuka merupakan faktor pembatas karena dapat mematikan
jaringan hidup dan alga yang bersimbiosis di dalamnya.
Diskusi 4. Pengelolaan WPL Anjang Kurnia, S.Pi NIM. 500834069

f. Gelombang
Gelombang merupakan faktor pembatas karena gelombang yang terlalu besar
dapat merusak struktur terumbu karang, contohnya gelombang tsunami. Namun
demikian, umumnya terumbu karang lebih berkembang di daerah yang
memilikigelombang besar. Aksi gelombang dapat memberikan pasokan air segar,
oksigen, plankton, dan membantu menghalangi terjadinya pengendapan pada
koloni / polip karang.
g. Arus
Faktor arus dapat berdampak baik atau buruk. Bersifat positif apabila membawa
nutrien dan bahan-bahan organik yang diperlukan
oleh karang dan zooxanthellae, sedangkan bersifat negatif apabila menyebabkan
sedimentasi di perairanterumbu karang dan menutupi
permukaan karang sehingga berakibat pada kematian karang.

Sumber:
http://lipi.go.id/berita/single/inilah-status-terumbu-karang-indonesia-terkini/15024 diakses
pada tanggal 7 September 2016

https://m.tempo.co/read/news/2015/08/10/090690443/menteri-susi-70-persen-terumbu-
karang-di-indonesia-rusak diakses pada tanggal 7 September 2016

http://zainorrahman-rusaknya-terumbu-karang.blogspot.co.id/2015/04/penyebab-rusaknya-
terumbu-karang-di.html

http://kejarlingkunganhidupspensya.blogspot.co.id/2012/09/ekosistem-terumbu-karang.html

Anda mungkin juga menyukai