Anda di halaman 1dari 8

BAB II

HASIL OBSERVASI

2.1. Lokasi Observasi


Lokasi yang dipilih untuk melakukan observasi budidaya ikan nila dengan metode
bioflok adalah Kampung Nila Arlang di jalan Kutilang, RT.05/RW.02, Karang Pilang, Kec.
Karangpilang, Kota SBY, Jawa Timur 60221 sebagai usaha para pemuda Karang pilang
RT.05/RW.02 dengan menggunakan lahan milik Jasa Marga yang dilakukan pada hari Minggu,
27 November 2022. Observasi dilakukan dengan mewawancarai pemuda yang membudidayakan
ikan nila.

Gambar 2.1 Lokasi Kampung Nila Arlang

Gambar 2.2 Kolam Nila Arlang


2.2. Cara Budidaya Ikan Nila
Ikan nila merupakan salah satu komoditas unggulan perikanan dengan tingkat
permintaan pasar yang terus meningkat, sehingga produktivitasnya harus dipacu terus menerus
dengan berbagai teknologi akuakultur sistem intensif (Maryam, 2010).
Menurut klasifikasi terbaru nama ilmiah ikan nila adalah Oerochromis niloticus.
Nama
genus Oerochromis menurut klasifikasi yang berlaku sebelumnya disebut dengan Tilapia.
Perubahan nama tersebut telah disepakati dan dipergunakan oleh para ilmuan, meski dikalangan
awam tetap disebut Tilapia nilotika. Pada umumnya ikan nila memiliki bentuk tubuh yang
panjang dan ramping dengan rasio panjang dan tinggi 3:1. Ikan nila memiliki sisik yang kasar,
besar, dan berbentuk etonoid dengan garis-garis (gurat-gurat) vertikal bewarna gelap pada sirip.
Warna ikan nila beraneka ragam berdasarkan strain dan jenisnya. Ikan nila biasa bewarna hitam
keputih-putihan sedangkan ikan nila merah bewarna merah. Ikan nila memiliki mulut (bibir)
berada diujung tengah dengan kumis dua pasang, maupun sungut satu pasang. Sirip punggung
ikan nila memiliki tekstur keras dan tajam seperti gergaji dan sirip dada terletak dibelakang tutup
insang. Pada umumnya, usus ikan nila tidak begitu panjang, tidak mempunyai lambung, dan
tidak bergigi sehingga menggunakan pharing mengera untuk menggerus makanan (Armen,
2015).
Budidaya ikan nila yang dilakukan secara intensif dapat meningkatkan produksi
dengan kriteria memiliki padat tebar tinggi, pemberian pakan berprotein tinggi, serta kontrol
kualitas air yang baik (Azhari, Tomasoa, 2018).
Pada observasi yang dilakukan di Kampung Nila Arlang, budidaya ikan nila
menggunakan sistem bioflok dengan memanfaatkan lahan milik jasa marga seluas 400 m²
sebagai komoditas warga Karang pilang RT.05/RW.02, terutama bagi para pemuda yang
memiliki minat di bidang budidaya ikan.
2.2.1. Persiapan Budidaya Ikan Nila
Salah satu budidaya ikan nila secara intensif dapat menggunakan teknologi bioflok.
Teknologi bioflok merupakan teknologi yang menggunakan bakteri baik heterotrof dan autotrof
untuk mengubah limbah organik menjadi kumpulan mikroorganisme berbentuk flok untuk
dimanfaatkan oleh ikan sebagai sumber pakan. Bioflok berasal dari kata bios yang artinya
“kehidupan” dan flok berarti“gumpalan". Di dalam flok terdapat beberapa organisme pembentuk
yang mempengaruhi struktur dan kandungan nutrisi bioflok seperti bakteri, plankton, jamur,
alga, dan partikel tersuspensi. Dalam pembentukan flok, koloni bakteri merupakan
mikroorganisme utama dalam pembentukan flok pada bioflok (De Schryver, Crab, Defoirdt,
Boon, Verstraete, 2008). Melalui teknologi bioflok yang tepat untuk kultur ikan nila secara
intensif dengan mempertimbangkan sifat ikan nila yang mampu hidup pada kepadatan tinggi dan
memiliki toleransi yang luas pada kondisi kualitas air. Bioflok memerlukan sumber karbon,
bahan organik dari sisa pakan dan kotoran ikan, bakteri pengurai dan ketersediaan oksigen.
Langkah-langkah yang dipersiapkan untuk Budidaya Ikan Nila dengan sistem bioflok
adalah sebagai berikut:
1. Kolam bulat central drain dengan diameter 3 m dan kedalaman 2 m yang selalu dibersihkan
menggunakan sikat hingga bersih.
2. Aerasi kolam di pasang pada dua kolam bulat dengan jumlah batu aerasi masing – masing
kolam sebanyak 9 buah perdiameter 3 m dan kedalaman 2 m. Posisi batu aerasi disesuaikan
sehinggan oksigen bisa merata di semua kolom air kolam. Aliran oksigen di setting dengan
kecepatan 10 L/menit.
3. Media bioflok dilarutkan dengan air dan dimasukkan ke dalam kolam yang berasal dari
campuran garam krosok 1 kg/m3, kapur dolomit 50 gram/m 3, molase 10 ml/m3, dan probiotik
berupa baketri Baccilus sp. 10 ml/m3.
4. Kolam didiamkan selama 7-10 hari atau sampai dinding kolam terasa licin jika dipegang.
5. Kualitas air diukur dan dipertahankan dengan batas minimal oksigen terlarut 3 mg/L dan pH
6-8 serta dilakukan pengamatan warna air.

2.2.2. Pembesaran Ikan Nila


Pembesaran ikan nila membutuhkan waktu hingga 4-6 bulan untuk mencapai bobot
300-500 gram per ekor agar siap panen. Biasanya para Pembudidaya memanen ikan nila mereka
dengan menggunakan jaring. Sebelum panen, pastikan hanya ikan nila yang sehat dan berkualitas
yang boleh dipanen.
Pemeliharaan intensif perlu dilakukan agar mendapat ikan nila yang sesuai dengan
permintaan pasar seperti pemberihan pakan, dan kualitas air. Berdasarkan kebutuhannya, pakan
buatan dibagi tiga yaitu pakan tambahan, pakan suplemen, dan pakan utama. Persyaratan kualitas
air untuk pembesaran ikan nila antara lain pH air antara 6,5-8,6, suhu air berkisar 25-30°C,
oksigen terlarut (DO) > 5 mg/l (ppm), kandungan amoniak (NH 3) < 0,02 ppm, debit air untuk
kolam air tenang 8-15 liter/detik, dengan kondisi fisik air harus bersih dan tidak tercemar bahan-
bahan kimia beracun (Salsabila,Suprapto, 2015).
Pemeliharaan di Kolam air tenang dengan kolam tanah atau tembok dilakukan pada
kedalaman kolam minimal 80 cm, memiliki saluran pemasukan air dengan debit yang cukup,
lahan yang akan digunakan dipersiapkan dengan melakukan pengeringan, perbaikan pematang
jika terdapat kerusakan, pengapuran dan pemupukan jika diperlukan, serta pengisian air kolam
dengan melakukan penyaringan air masuk untuk menghindari masuknya sampah dan ikan-ikan
predator. (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2020)
Pemberian pakan pada ikan nila pada umumnya dilakukan sebanyak 2 – 3 kali
perhari dengan menggunakan pakan buatan yang digunakan memiliki kandungan protein
minimal 25% serta terdaftar di KKP. Ukuran pakan yang digunakan sebesar 1 mm, 2 mm dan 3
mm berdasarkan ukuran bukaan mulut ikan yang dipelihara. Jumlah pakan yang diberikan pada
ikan nila sebesar 5% bobot biomas perhari pada dua bulan awal masa pemeliharaan, dan secara
bertahap berkurang menjadi 2% bobot biomas perhari di akhir masa pemeliharaan (Kementrian
Kelautan dan Perikanan, 2020).
2.2.3. Panen dan Pasca Panen
Pemanenan ikan dilakukan jika ukuran ikan telah memasuki ukuran panen yaitu
sekitar 3,5-4 bulan.
Ikan nila konsumsi dijual dalam kondisi hidup atau segar. Pada distribusi ikan konsumsi dalam
kondisi hidup, dilakukan dengan menggunakan kantong plastik atau drum plastik, sementara
pada pengangkutan ikan segar dilakukan dengan menggunakan styrofoam atau drum dengan
penambahan es batu dalam kemasan (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2020).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia nomor
52/PERMEN-KP/20 tentang Penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Bidang
Pembenihan Ikan Nila Operator panen dan pengemasan benih memiliki tugas berupa
menyiapkan peralatan panen dan pengemasan, memanen benih, melalukan sortasi, mengemas
benih, dan mencatat seluruh aktivitas pemanenan dan pembenihan.
Pada observasi yang dilakukan di Kampung Nila Arlang ikan dipanen setelah berusia
3-4 bulan yang dijual perekor melalui via WhatsApp dan bantuan RT/RW dan kelurahan
setempat dengan omset Kotor sebesar Rp3000000.
2.3 Permasalahan dan Pengelolaan
2.1.3 Pengelolaan Limbah

Dengan kondisi tambak ikan nila yang bioflok, tentunya terdapat limpahan limbah di dalam
air yang di gunakan pada bioflok tersebut yang dapat menbuat terjadinya permasalahan
lingkungan. Tentunya di dalam bioflok terdapat limpahan limbah, yang dapat di kelolah untuk
menumbuhkan mikroorganisme terutama bakteri heterotrof di air untuk menyerap komponen
polutan dalam air kolam.budidaya sistem bioflok juga dapat memperbaiki kualitas air dengan
memanfaatkan bakteri heterotrof untuk mengubah N organik dan anorganik yang bersumber dari
feses dan sisa pakan ikan menjadi biomassa yang dapat menjadi pakan berprotein alami pada
ikan sehingga dapat menaikan efisiensi pada makanan.
2.2.3 Permasalahan Lingkungan
Gambar 2.3. permasalahan lingkungan
Permsalahan lingkungan tentu dengan adanya limbah dilakukan tindakan pencegahan dan
penanggulangan maka akan terjadinya pencemaraan lingkungan terutama disekitar tambak. Jika
tambak tidak dikelolah dengan bijak maka tambak berpotensi menimbulkan beberapa
permasalahan lingkungan di antara: penggunaan pupuk dan pestisida dan air hasil budidaya yang
di buang langsung ke lingkungan di sekitarnya sehingga menyebabkan eutrofikasi.

2.3.3 Solusi dan Inovasi Permasalahan


a. solusi
Berdasarkan permasalahan limbah dan lingkungan yang suda disebutkan di atas, maka solusi
yang didapatkan yaitu, sosialisasi dan pelatihan penambak ikan Nila teknologi bioflok, yang
disertai dalam pembuatan unit kolam budidaya teknologi bioflok. Sosialisa dan pelatihan ini
sebagai sarana pembuatan mitra yang dimaksudkan untuk memberikan ketrampilan dan
pengetahuan kepada mitra tentang budidaya ikan Nila.
b. inovasi
penerapan budidaya Nila ini dapat di kembangkan di daerah-daerah terpencil,potensial dan
perbatasan guna membangun ketahanan pangan.pengembangan juga akan dilaksanakna di
pesantren-pesantren dan kelompok masyarakat lainnya.
Teknologi bioflok ini akan terus didorong agar diterapkan terhadap berbagai komuditas dan
berbagai daerah, sehingga menjadi solusi untuk berbagai kebutuhan gizi masyarakat. Apalagi,
saat ini produk Nila di beberapa daerah menjadi sumber gizi yang digemari.
Sering dengan penerbitan keramba jaring apung, diperairan umum seperti danau,waduk dan
lainnya. Teknologi ini dapat menjadi solusi bagi pembudidaya ikan yang tidak bisa
melaksanakan produksi. Dengan bioflok para pembudidaya diharapkan dapat pindah ke daratan
dan melakukan pembudidayakan ikan Nila.
DAFTAR PUSTAKA
Armen, 2015. Budidaya Ikan Nila Pilihan untuk Mengatasi Ketergantungan Penduduk Terhadap
Sumber Daya Hayati Taman Nasional Kerinci Seblat di Nagari Limau Gadang Lumpo. J.
Saintek Vol 7.
Azhari, Tomasoa, D., M.A., 2018. Kajian kualitas air dan pertumbuhan ikan nila (Oreochromis
niloticus) yang dibudidayakan dengan system aquaponic. J. Akuatika Indones. 3, 84–90.
De Schryver, Crab, Defoirdt, Boon, Verstraete, P., R.,.T.,.N.,.W., 2008. The basics of bioflocs
technology: The added value for aquaculture. Aquaculture 277, 125–137.
Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2020. Standar Operasional Prosedur Pembesaran Ikan
Nila(Oreochromis niloticus). Dir. Jendral Perikan. Budid.
Maryam, S., 2010. Budidaya Super Intensif Ikan Nila Merah (Oreochomis sp.) dengan Teknologi
Bioflok: Profil Kualitas Air, Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan. Fak. Perikan. Dan
Ilmu Kelaut. Inst. Pertan. Bogor 66.
Salsabila,Suprapto, M., Hari, 2015. Teknik Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Di
Instalasi Budidaya Air Tawar Pandaan, Jawa Timur. J. Aquac. Fish Health Vol.7 no.3.

Anda mungkin juga menyukai