Anda di halaman 1dari 4

Nama : Sri Hastuti

Nim : L031171007

RAS PADA IKAN KAKAP PUTIH

I. Pendahuluan

I.1 Sejarah Budidaya Ikan Kakap Putih

Ikan kakap putih yang memiliki nama Latin Lates calcarifer sebenarnya sudah banyak
dikenal masyarakat Indonesia. Ikan ini merupakan salah satu ikan yang memiliki nilai ekonomi
tinggi. Namun, kebanyakan produksi ikan kakap putih yang ada tersebut masih berasal dari
penangkapan ikan di laut. Budidaya atau pemeliharaan ikan kakap putih hanya bisa menyediakan
sebagian kecil. Setelah dilakukan pembelajaran atau penelitian, rupanya suplai ikan yang sedikit
dari pembudidaya ini disebabkan oleh masalah pengadaan benih. Benih yang sulit diproduksi
secara berkelanjutan menjadikan usaha budidaya ikan terhambat. Oleh karena itu, pasokan ikan
dari pembudidaya juga hanya bisa seadanya.
Dengan kerja sama yang dilakukan Balai Budidaya Laut Lampung kerja sama dengan
FAO/UNDP melalui Seafarming Development Project INS/81/008, untuk melakukan
pembenihan massal pada ikan kakap putih di Indonesia. Pada awal 1989 larva kakap putih dapat
dipelihara secara massal di Balai Budidaya Lampung. Setelah sebelumnya pada 1987, larva yang
dihasilkan dari pemijahan induk ikan kakap tersebut belum berhasil dipelihara (Akmal, 2011).

I.2 Ringkasan Kegiatan


Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk
yang cukup baik, jumlah, kualitas dan keseragaman.Induk yang baik untuk
pemijahan memiliki umur untuk induk betina 3-4 tahun dan jantan 2-3 tahun,
sehat dan tidak cacat. Induk ikan kakap putih yang digunakan dalam kegiatan pembenihan di
Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung berjumlah 50 ekor, yaitu 19 ekor induk
jantan dan 31 ekor induk betina yang terbagi kedalam 2 tangki
pemeliharaan masing-masing sebanyak 25 ekor. Setelah itu Kegiatan yang dilakukan adalah
proses persiapan wadah pemeliharaan induk yang
meliputi penyurutan air,penyiraman kaporit, pembersihan dasar dan dinding
wadah dari lumut, pembilasan dan pengeringan serta pengisian air.
Kemudian kegiatan selanjutnya melakukan pemijahan. Telur ikan kakap putih hasil
pemijahan di seleksi terlebih dahulu. Telur yang dibuahi dan yang berkualitas baik akan
mengapung di permukaan air, permukaannya licin , transparan dan bagian dalam sedikit
berongga. Bak pemeliharaan larva dapat terbuat dari semen, fiber glass atau konsstruksi kayu
yang dilapisi plastik, masing-masing bahan mempunyai kelebihan dan kekurangan. Disarankan
Ukuran bak min 10 m3 karena bak yang lebih kecil stabilitas suhu kurang terjamin. Tinggi bak
1,2-1,5 m.Buatlah bak sesuai standar pembenihan. Pada saat pemeliharaan larva yang harus
diperhatikan yaitu pemberian pakan dan pengontrolan kualitas airnya.

I.3 Lokasi
Menurut Mulyono (2011) persyaratan lokasi sebagai tempat budidaya ikan kakap putih
adalah harus terletak di tepi pantai untuk memudahkan perolehan sumber air laut pantai tidak
terlalu landai dengan kondisi dasar laut, air laut harus bersih dengan salinitas 28-35 ppt, sumber
air laut dapat dipompa minimal 20 jam perhari dan sumber air tawar tersedia dengan salinitas
maksimal 5 ppt.

II. Metode Pelaksanaan Budidaya RAS Ikan Kakap Putih


II. 1 Sumber Air
Sumber air laut dari budidaya ikan kakap putih ini adalah berasal dari air laut yang dipompa
minimal 20 jam perhari dengan salinitas 28-35 ppt dan sumber air tawar harus dekat dengan
lokasi. Air tawar yang digunakan mempunyai salinitas maksimal 5 ppt.

II. 2 Kontruksi budidaya

Wadah yang digunakan adalah bak semen. Untuk memudahkan pengontrolan dan
pengelolaannya bak raceway jangan terlalu besar, ukuran yang ideal untuk digunakan
volume total 10m3 tergantung kemampuan debit air. Disisi dalam bak diletakkan Air Lift untuk
mengatur arus air di dalam bak. Sebelum dilakukan pengisian air terlebih dahulu dilakukan
persiapan bak yaitu : pencucian bak dengan deterjen dan khlorin, dilanjutkan dengan pembilasan
air tawar kemudian dikeringkan.
II. 3 Perlakuan Terhadap Air Budidaya
Setelah bak siap maka dilakukan pengsian air laut dengan ketinggian air 80 cm. Air
sebelum masuk ke bak difilter dengan filter gravitasi. Chua & Teng (1978) dalam Langkosono
(2007), menyatakan bahwa kualitas perairan yang optimal untuk pertumbuhan ikan kakap,
seperti suhu berkisar antara 24-31 °C dan pernyataan Kordi (2005) yang menyatakan bahwa
kisaran suhu optimum bagi kehidupan ikan adalah 24-32 °C. Selama pemeliharaan ikan kakap di
bak dengan perlakuan tidak dilakukan pergantian air budidaya tetapi dilakukan penambahan air
yang hilang akibat penguapan dan pembuangan air limbah budidaya melalui penyiponan
maksimal 5%. Penambahan air dilakukan 3(tiga) hari sekali untuk mempertahankan
ketinggian air seperti semula. Air yang digunakan untuk penambahan terlebih dahulu
disterilisasi seperti prosedur yang dijelaskan diatas. Untuk mempertahankan kualitas air
digunakan probiotik sebanyak 1-2 ppm.

III. Kesimpulan
System resirkulasi raceway dapat dilakukan pada pembesaran kakap putih. Recirculatig
aquaculture system (RAS) memberikan hasil yang lebih baik secara deskriptif dari segi
pengukuran paramater kualitas air, penggantian air, hasil pengukuran panjang dan berat ikan
daripada perlakuan pemliharaan ikan dengan pergantian air 100-200% perhari. Keuntungan
aplikasi system resirkulasi raceway ini adalah efisiensi penggunaan air laut sehingga teknologi
ini bisa dipakai di lokasi yang kesulitan suplai air laut.
DAFTAR PUSTAKA
Akmal. S. G. 2011. Pembenihan Dan Pembesaran Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) Di Balai
Besar Pegembagan Budidaya Laut, Lampung. Institut Pertanian Bogor.
Kordi. 2005. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budidaya Perairan. Rineka Cipta: Jakarta.

Langkosono. 2007. Budidaya Ikan Kakap (Serranidae) Dan Kualitas Perikanan.Neptunus. 14(1):
61-67.
Mulyono. M. 2011. Budidaya Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer Bloch). Pusat Penyuluhan
Kelautan Dan Perikanan Badan Pegembangan SDM Kelautan Dan Perikanan. Kementrian
Kelautan Dan Perikanan.

Anda mungkin juga menyukai