Anda di halaman 1dari 14

MAKALA

REKAYASA AKUAKULTUR

Disusun oleh kelompok 3 :

1.Pelmas Hidayah Gugule (B03421011)


2.Moh Ilyas Yunus(B03421010)
3.Fikram Burhanuddin Wakkang(B03421015)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO


FAKULTAS SAINS DAN ILMU KOMPUTER
JURUSAN PERIKANAN 2023/2024
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………ii


DAFTAR ISI……………………………………………………………………iii
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………….1

1.1. Latar Belakang …………………………………………………….....2


1.2. Rumusan Masalah …………………………………………………....3
1.3 tujuan………………………………………………………………..

1.4 manfaat………………………………………………………………….
BAB 2 PEMBAHASAN…………………………………………………………..
2.1 Pemeliharaan induk ikan kakap putih…………………………………
2.2 Seleksi induk ikan kakap putih………………………………………..
2.3 Pemijahan induk ikan kakap putih…………………………………….
2.4 Penetasan telur ikan kakap putih……………………………………….
2.5 Perawatan larva ikan kakap putih……………………………………..
2.6 Pemeliharaan benih ikan kakap putih………………………………….
2.7 pendederan ikan kakap putih…………………………………………
2.8 pembesaran ikan kakap putih………………………………………
2.9 panen dan pasca panen……………………………………………….

BAB 3 PENUTUP …………………………………………………………………


3.1 kesimpulan…………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Budidaya ikan kakap putih (Lates calcarifer) telah menjadi suatu usaha
pembudidayaan yang bersifat komersial yang perlu dikembangkan. Hal tersebut
terjadi karena pertumbuhannya yang relatif cepat, mudah dalam pemeliharaan dan
mempunyai sifat adaptasi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan sehingga
menjadikan ikan kakap putih (L. calcarifer) relatif mudah untuk dibudidayakan
masyarakat baik untuk skala kecil maupun besar guna meningkatkan pendapatan
ekonomi

Potensi Keuntungan ikan kakap putih memiliki potensi keuntungan yang besar
bagi nelayan dan industri perikanan. Ikan ini dapat tumbuh dengan cepat,
memungkinkan petani untuk memperoleh hasil yang menguntungkan dalam
waktu relatif singkat.
Ikan kakap putih sebenarnya adalah ikan liar yang hidup di laut. Namun setelah
dilakukan penelitian ikan kakap putih memiliki habitat yang sangat luas. Ikan
kakap putih dapat hidup di daerah laut yang berlumpur, berpasir, di
ekosistem mangrove. Nelayan sering mendapatkan ikan kakap putih ketika
melaut. Ikan kakap yang hidup di laut lebih besar ukurannya dibandingkan yang
di pelihara di air payau atau di air tawar. Hal itu mungkin disebabkan karena
makanannya banyak di habitat aslinya (Kordi, 2011). Ikan kakap juga dapat hidup
di air payau. Ikan kakap akan menuju daerah habitat aslinya jika akan memijah
yaitu pada salinitas 30-32 ppt. Telur yang menetas akan berupaya menuju pantai
dan larvanya akan hidup di daerah yang bersalinitas 29-30
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 pemeliharaan induk ikan kakap putih


Persiapan Wadah Pemeliharaan Induk
Wadah pemeliharaan indukan kakap putih (L. calcarifer) menggunakan
bak beton dengan volume bak 100 ton bila air penuh, air yang digunakan
dalam bak beton sebanyak 80 ton. Pada proses kegiatan persiapan wadah
pemeliharaan induk dimulai dari penyurutan air yang bertujuan untuk
memudahkan dalam membersihkan. Setelah itu dilakukan penyiraman
dinding-dinding dan dasar wadah dengan kaporit yang bertujuan
membersihkan kolam dari kuman penyebab penyakit pada ikan. Dosis
kaporit yang diberikan yaitu 750 gram atau 37,5 ppt yang telah dilarutkan
dengan 20 liter air laut. Selanjutnya wadah dibiarkan selama 1-7 hari tanpa
pembilasan, hingga kotoran yang menempel terlepas dari dinding dan
dasar bak serta lumut menjadi mati.
Setelah kaporit telah disiramkan pada wadah maka proses selanjutnya
adalah membersihkan dinding dan dasar wadah dari lumut dan
kotoran dengan cara menyikat menggunakan sikat dan scrub guna kotoran
yang tersisa dan lumut benar-benar hilang dan melakukan pembilasan
pada bagian yang telah disikat untuk membuang kotoran dan residu
kaporit. Wadah atau bak dikeringkan sebelum pengisian air.
Pengisian air dilakukan dengan menutup saluran outlet bak dan membuka
saluran inlet bak. Kegiatan ini dilakukan setiap satu bulan sekali.
Penyiponan bertujuan untuk membersihkan sisa metabolisme dan sisa
pakan yang tak termakan oleh indukan ikan kakap putih (L. calcarifer).
Penyiponan dilakukan setelah pemberian pakan pada pagi hari. Menurut
Islam et al. [12], sisa metabolisme dan sisa pakan yang tidak termakan
akan mengendap dan terlarut pada air kolam pemeliharaan dan
mempengaruhi kualitas fisik air yang ada pada bak dan parameter kimiawi
akan berubah sehingga tidak nyaman untuk hidup ikan. Untuk
mempertahankan kualitas air tetap terjaga perlu dilakukan sistem
pengeluaran air (siphon). Selain pengeluaran air yang perlu diperhatikan
dalam menjaga kualitas air di dalam kolam akuakultur adalah aerasi.

2.2 seleksi induk ikan kakap putih


Induk ikan memiliki peran penting untuk menunjang keberhasilan dalam
kegiatan pembenihan, karena kualitas dan kuantitas benih dipengaruhi
oleh induk ikan . Untuk mendapatkan indukan ikan kakap putih (Lates
calcarifer) yang baik adalah dengan mengambil
dari habitat asli atau melakukan budidaya secara selektif, untuk indukan
hasil budidaya umur ikan jantan lebih dari 2 tahun dan betina lebih dari 3
tahun, panjang total 40-50 cm untuk ikan jantan dan ikan betina lebih dari
55 cm. Bobot ikan jantan lebih dari 1,5 kg dan ikan betina lebih dari 3 kg.
Ikan kakap putih (L. calcarifer) termasuk karnivora dan dominan
memangsa kelompok udang-udangan dan ikan yang relatif lebih kecil [6].
Ikan kakap putih termasuk ikan predator, khususnya pada malam hari.
Makanan ikan kakap kepiting, udang, krustasea, siput, cumi-cumi/sotong,
dan plankton [7]. Habitat asli dari ikan kakap putih adalah di laut dan
bersifat predator. Ikan ini dapat beradaptasi dengan cepat pada
lingkungannya. Hal ini terjadi karena ikan kakap putih memiliki toleransi
yang cukup tinggi pada perubahan tingkat salinitas lingkungan
(euryhaline), sehingga ikan ini dapat hidup dan tumbuh di perairan tawar.
Oleh karena itu, ikan kakap putih sangat mudah untuk dibudidayakan
karena dapat hidup, baik di lingkungan air laut, payau, atau tawar.
Suhu optimum yang dibutuhkan bagi pertumbuhan ikan ini berkisar 27-
30oC dan pH 7-8 [5]. Ikan kakap putih (L. calcarifer) bersifat protandri
hermaprodit.
Tahap awal dalam kehidupan kakap putih berkelamin jantan, kemudian
berubah menjadi kelamin betina ketika berukuran besar yaitu pada induk
ikan yang memiliki bobot tubuh berkisar 2-3 kg [5]. Telur ikan kakap yang
matang gonad, jumlahnya tergantung dari ukuran ikan kakap tersebut [8].
Seekor induk yang berukuran 1,05 m bisa mengandung sebanyak 7,5 juta
butir telur [8].

2.3 Pemijahan induk ikan kakap putih


Pemijahan ikan kakap putih di BBPBL Lampung dilakukan secara alami.
Pada proses pemijahan dilakukan manipulasi lingkungan yaitu kondisi
pasang surut dan temperatur, selama bulan terang dan bulan gelap.
Manipulasi lingkungan dilakukan dengan cara menurunkan ketinggian air
(air surut) hingga mencapai kira-kira 40-50 cm dan dibiarkan terkena sinar
matahari selama 4 – 5 jam untuk meningkatkan temperatur air sampai 30 –
320C. Sekitar pukul 14.00 WIB, air laut ditambahkan (seolah-olah air
pasang) yang akan menyebabkan temperatur air turun hingga 27 – 280C.
Hal ini dilakukan agar kondisi wadah pemeliharaan sesuai dengan habitat
asalnya. Selama pemijahan berlangsung, air dibiarkan mengalir sepanjang
malam melewati saluran outlet menuju saluran penampungan telur yang
berada di bagian pinggir atas bak pemijahan induk, yang dihubungkan
dengan wadah penampungan telur (egg colector). Ikan akan memijah pada
malam hari sekitar pukul 19.00 WIB – 22.00 WIB, Pada saat proses
pemijahan berlangsung, kondisi sekitar harus gelap dan sunyi. Telur hasil
pemijahan yang telah dibuahi akan melayang di permukaan dan terbawa
arus air menuju egg colector (Gambar 25). Pemasangan egg colector
dilakukan pada sore hari. Egg colector dipasang di bawah pipa saluran
penampungan telur dan tetap terendam air sehingga telur akan terkumpul
di dalam egg colector.

2.4 Penetasan telur ikan kakap putih


Telur yang digunakan adalah telur yang terbuahi dengan ciri bulat utuh
dan melayang serta berwarna putih. Sesuai dengan pendapat Ulfani et al.
(2018) bahwa telur ikan kakap putih (Lates calcarifer) yang berkualitas
baik mempunyai ciri-ciri mengapung di air, transparan dan bundar,
sedangkan telur dengan kualitas buruk mempunyai ciri berwarna putih
susu dan tenggelam di air.
Telur ikan yang sudah dibuahi memiliki kuning telur sebagai cadangan
makanan untuk energi yang dapat digunakan pada saat penetasan.
Wadah yang digunakan dalam penetasan telur adalah wadah penetasan
telur dengan volume 100 liter berjumlah 3 buah yang ditempatkan dalam
bak fiber volume 1 ton. Wadah penetasan telur dilengkapi dengan aerasi
dan air mengalir yang berfungsi agar telur teraduk sehingga tidak saling
menempel. Telur ikan kakap putih yang dibuahi akan berwarna putih
transparan dan bersifat melayang, sedangkan telur yang tidak dibuahi
berwarna putih keruh dan mengendap di dasar wadah penetasan.
Pemanenan telur dilakukan pada pagi hari. Telur diambil dari egg colector
dengan menggunakan scopnet, kemudian dipindahkan ke dalam wadah
penetasan telur Selama proses penetasan telur, aerasi tetap diberikan agar
telur tidak saling menempel dan mencegah telur mengendap di dasar
perairan, serta dialiri air agar selalu ada sirkulasi air atau pergantian air
kedalam wadah penetasan telur.
2.5 Perawatan larva ikan kakap putih
Pemanenan larva ikan kakap putih dilakukan dengan benar sehingga tidak
lemah, stress, dan dapat menyebabkan kematian. Sebelum benih dipanen,
terlebih dahulu dilakukan pemberokan selama 12 -
24 jam untuk menahan metabolisme ikan.Pemberokan benih ikan bisa
diartikan sebagai kegiatan penyimpanan sementara
benih ikan yang akan ditangani lebih lanjut. Tujuan
utama kegiatan ini adalah untuk membuang, atau
membersihkan kotoran dari perut ikan, karena
kotoran dapat menyebabkan kekeruhan yang
mengakibatkan turunnya kualitas air (Tanzani, 2013).
Larva dipanen ketika berumur 17−23 hari dengan
ukuran 0,6−1 cm.
Pemberian Brachionus plicatilis dilakukan mulai
larva memasuki umur D2 hingga D30. Pemberian
dilakukan dengan frekuensi 2 kali, yaitu pada pagi dan
sore hari. Pemberian Rotifera dilakukan secara
bertahap dengan kepadatan 2−3 individu/ml pada
larva berumur D2−D5, D5−D10 dengan kepadatan 3−5
individu/ml dan larva D10−D30 dengan kepadatan 5−10
individu/ml.
Pemberian pakan buatan dimulai pada larva berumur D10 hingga
pemanenan. Pakan buatan yang diberikan pada pemeliharaan stadia larva
dan benih antara lain Marubeni Nissin Kaio 0, MS Megami GR 1,2,3,4.
Nilai pH berada pada kisaran 7,6-8,2 hal ini sesuai dengan SNI
6145.4:2014 (2014). Dalam penelitian lain milik Novriadi et al. (2014),
hasil pengukuran kualitas air pada pH (keasaman) untuk pertumbuhan
optimal pada stadia larva dan benih yaitu 7,61-8,25.

2.6 Pemeliharaan benih ikan kakap putih


Larva ikan kakap putih memiliki sifat planktonik yaitu sifat berenang
mengikuti arah arus pada wadah pemeliharaan dan memiliki
sifat fototaksis positif dimana larva akan cenderung berkumpul pada satu
titik yang intensitas cahayanya lebih tinggi. Berdasarkan
pernyataan tersebut diperkuat oleh pendapat (Rahman, 2015) beberapa
ikan pelagis cenderung mendekati cahaya (fototaxis positif),
sifat ini dapat berubah-ubah tergantung kepada tingkat hidup dan
kedewasaan jenis ikan itu sendiri. Larva yang baru menetas tidak makanan
karena masih memiliki cadangan makanan berupa kuning telur (egg yolk).
Larva membutuhkan makanan dari luar apabila cadangan makanan nya
telah habis diserap (absorpsi).
Ketika persediaan kuning telur sudah
terserap habis oleh larva maka mulai memasuki fase kritis pada larva yaitu
larva yang berumur D4 dan dapat dicegah dengan melakukan
overlapping atau penyesuain sekaligus pergantian pakan pada larva.
Overlaping dilakukan ketika larva berumur D4-D30, fase
dimana cadangan makanan berupa kuning telur sudah mulai habis dan
mulai dengan pengenalan pakan alami berupa rotifer. Kelangsungan Hidup
Total panen benih ikan adalah 105.000 ekor dari total larva dari telur yang
menetas adalah 244.300 ekor, sehingga kelangsungan hidup
ikan yang diperoleh adalah 43%. Berdasarkan penjelasan Akmal (2011)
bahwa pakan yang cocok dan efisien bagi pertumbuhan dan
kelangsungan hidup larva ikan kakap putih pada stadia awal yaitu rotifera.
Jadi faktor yang mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup ikan
biasanya ditentukan oleh kualitas pakan dan lingkungannya (Kordi, 2009).

2.7 pendederan ikan kakap putih


Persiapan Wadah Tahap awal yang perlu dilakukan sebelum pemeliharaan
ikan berlangsung yaitu persiapan wadah. Wadah yang digunakan berupa
bak beton dengan ukuran panjang 5 meter, lebar 2 meter dan tinggi 110 cm
berkapasitas 10 ton yang dilengkapi dengan 21 instalasi aerasi, inlet 3
inchi dan outlet 4 inchi seperti pada Gambar 1 pada lampiran. Sebelum
bak digunakan, bak dibersihkan terlebih dahulu dengan cara disikat dan
dibilas dengan air tawar. Kemudian bak didesinfektan dengan
menggunakan kaporit sebanyak 300 – 500 gr tujuannya untuk
mengkondisikan air untuk pendederan ikan kakap bebas dari hama dan
penyakit kemudian ditambahkan air tawar setinggi 20 cm selanjutnya
didiamkan selama semalam (12 jam) dan ditutup menggunakan
terpal.Setelah itu, bak dibilas kembali hingga bau kaporit hilang
menggunakan air tawar. Selanjutnya bak dikeringkan selama 2 hari.
Fungsi pengeringan bak yaitu untuk membersihkan bak dan mematikan
berbagai bibit penyakit.Pengisian air dilakukan secara bertahap hingga
ketinggian 80 cm dengan dipasangkan filter menggunakan kain seperti
pada Gambar 2 pada lampiran. Dua hari sebelum masuk benih,
ditambahkan probiotik super NB sebanyak2 ppm dan molase 2 ppm.
Kemudian bak ditutup dengan plastik dan terpal supaya suhunya stabil.
Pemberian probiotik dan molase diulang setiap habis Grading untuk air
yang baru masuk. Dengan harapan untuk memperbaiki kualitas air yang
mutunya kurang baik.Penebaran benih kakap putih dilakukan pada pagi
atau sore hari saat suhu rendah. Sebelum Benih ditebar, dilakukan
aklimatisasi terlebih dahulu guna menyamakan suhu dan salinitas pada air
dalam kantong dengan media pemeliharaan. Kemudian benih ditebar
secara perlahan-lahan ke dalam bak.Pemeliharaan benih ikan kakap putih,
dilakukan dalam bak beton berkapasitas 10 ton. Benih diberi pakan berupa
pakan alami dan pakan buatan (pellet halus).Selama pemeliharaan
dilakukan penyiponan, pergantian air dan grading. Penyiponan dilakukan
untuk membuang sisa-sisa pakan atau hasil metabolit benih yang
mengendap di dasar bak. Sedangkan pergantian air dilakukan untuk
menjaga kualitas air tetap optimal. Pergantian air untuk ukuran benih ± 1
cm dilakukan 3 hari sekali dengan pemeliharaan yang masih
mengandalkan pakan alami naupli artemia dan rotifera sedangkan
pergantian air untuk ukuran benih > 5 cm dilakukan sehari 1 kali dengan
tanda bahwa pemeliharaan sudah masuk ke full pakan buatan yaitu pellet
halus. Grading dilakukan setiap 5 hari sekali sejak benih berumur 14 hari
(D14).Grading bertujuan untuk menyeragamkan ukuran ,meminimalisir
kanibalisme, meminimalisir patogen/penyakit dan melakukan treatment
pada air dan ikan.Benih berukuran 0,8-1 cm pada bak 10 ton diberikan
penutup berupa terpal yang akan ditutup setelah memberikan pakan alami
terakhir yaitu pada sore hari dan mulai kolam 10 ton ditutup terpal hingga
keesokan pagi hari nya

2.8 pembesaran ikan kakap putih


Kegiatan pembesaran merupakan salah satu tahapan kegiatan budidaya
untuk menghasilkan ikan ukuran konsumsi. Pada kegiatan ini, ikan
didorong untuk secara maksimal dapat mencapai ukuran panen dengan
mengutamakan kualitas dan kuantitas melalui penyedian lingkungan
media hidup ikan yang optimal, pemberian pakan yang tepat, serta
pengendalian hama dan penyakit. Produksi bomassa dapat diatur dan
ditentukan dengan menggunakan pola tanam dalam suatu wadah produksi.
Pengaturan pola tanam yang baik juga dapat memungkinkan pengelolaan
kawasan budidaya secara efisien, mengingat keterbatasan sumber daya air
yang seringkali menjadi faktor pembatas produksi. Tahapan-tahapan
kegiatan pada pembesaran ikan kakap putih meliputi persiapan wadah,
penebaran benih, pemberian pakan, pencegahan hama dan penyakit,
pengelolaan kualitas air, sampling, pemanenan, pengepakan dan
transportasi. 5.1.1 Persiapan Wadah Budidaya / Jaring Jaring yang
digunakan dalam pemeliharaan ikan kakap putih memiliki ukuran yang
berbeda-beda sesuai dengan tahapan kegiatan yang dilakukan.
Ukuran jaring yang digunakan yaitu 1 x 1 x 1 m3 dan 3 x 3 x 3 m3 .
Persiapan jaring dimulai dengan penjemuran jaring pemeliharaan yang
kotor selama beberapa hari sampai kering.
Pengeringan jaring akan memudahkan dalam tahap pencucian jaring.
Jaring yang sudah kering dikumpulkan dan dicuci di tempat pencucian
jaring yang berada terpisah dengan unit Karamba Jaring Apung (Gambar
35a). Pencucian jaring dilakukan dengan menyemprotkan air ke semua
bagian jaring dengan menggunakan mesin penyemprot air. Jaring yang
telah dibersihkan selanjutnya dijemur selama beberapa hari sampai benar-
benar kering. Penjemuran jaring dilakukan dengan tujuan agar organisme
yang masih menempel pada jaring mati. Jaring yang telah kering
kemudian digulung dan dikumpulkan sesuai dengan ukuran mata jaring.

2.9 panen dan pasca panen


5.2 Pemanenan Panen yang dilakukan di Balai Besar Pengembangan
Budidaya Laut Lampung adalah panen hidup. Pada panen hidup biasanya
ukuran ikan yang dipanen hanya antara 300 gr – 400 gr, 400 gr – 700 gr,
700 gr – 1kg. Tahapan pemanenan untuk panen hidup dimulai dengan
menyekat jaring yang akan dipanen untuk mempersempit ruang gerak
ikan. Ikan diserok menggunakan keranjang serok lalu dimasukkan ke
dalam box fiber untuk dianastesi menggunakan minyak cengkeh dengan
dosis 25 ppm. Setelah itu ikan dimasukkan ke dalam keranjang gantung
untuk ditimbang. 45 5.3 Pengepakan dan Transportasi Pengepakan
dilakukan dengan menggunakan box styrofoam berukuran 0,8 x 0,5 x 0,5
m3 . Box styrofoam tersebut dapat menampung ikan sebanyak 30 – 38 kg
dan es sebanyak 8 – 10 kg.
Packing dimulai dengan memasukkan ikan yang telah ditimbang ke dalam
keranjang penampungan dan dilakukan grading ikan.
Selanjutnya, ikan dimasukkan ke dalam box yang telah dilapisi plastik
menutupi seluruh bagian box dan dibagian bawahnya diberikan es.
Ikan disusun dengan posisi bagian perut diatas dan diletakkan berselingan
dengan es. Selanjutnya box ditutup rapat dengan menggunakan lakban dan
disusun ke dalam mobil pick up. Daerah pengiriman ikan mencakup
Batam, Bali, Lampung dan sekitarnya. Untuk pengiriman ikan dalam
kondisi hidup, ikan dimasukkan ke dalam palka kapal yang telah berisi air
dan es dengan suhu 220 C serta diberi aerasi. Selama perjalanan dilakukan
pengontrolan suhu secara cermat dengan menggunakan termometer, jika
terjadi peningkatan suhu maka diberikan penambahan es ke dalam palka.

BAB 3 PENUTUP
3.1 kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai