Anda di halaman 1dari 14

Makalah

MANAJEMEN AKUAKULTUR TAWAR


(BUDIDAYA IKAN NILA)

OLEH :

MUTMAINNA MUSTAFA L211 15 315


NENENG RAHAYU NINGSIH L211 15 505
MUH AKBAR L221 15 307
RISKAWATI DEWI L221 15 009
SINDI HAPISHA L211 15 303
AINUN AYU UTAMI L211 15 517
FAHRUL WAHAB L221 15 301
SRI NOVITA MAKASAU L221 15 031
NURUL ANNISA L221 15 013
ANDI TENRI MARUJUNGEN
DEA PRAMITA L221 15 021

DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Budidaya perikanan di Indonesia merupakan salah satu komponen penting
pada sektor perikanan. Hal ini berkaitan dengan perannya dalam menunjang
persediaan pangan nasional, penciptaan pendapatan dan lapangan kerja serta
mendatangkan pendapatan negara dari segi ekspor. Kementerian Kelautan dan
Perikanan menjadikan sektor budidaya perikanan sebagai andalan dalam mewujudkan
visi, yaitu negara Indonesia sebagai produsen perikanan terbesar di tahun 2015
(Anonim, 2011).
Ikan Nila merupakan salah satu komoditi penting perikanan budidaya air tawar di
Indonesia. Secara umum ikan nila memang layak untuk dijadikan produk andalan
budidaya perikanan karena memiliki beberapa keunggulan yaitu ikan nila mudah
dipelihara, laju pertumbuhan dan perkembangbiakannya cepat, serta tahan terhadap
gangguan hama dan penyakit. Selain dipelihara di kolam biasa seperti yang umum
dilakukan, ikan nila juga dapat dibudidayakan di media lain seperti kolam air deras,
kantong jaring apung, karamba, dan sawah.
Di antara jenis ikan bersirip (finfish), ikan nila memiliki pertumbuhan
produksi tertinggi, yakni sekitar 23,96 %, dalam kurun waktu 2004 2008. Pada
tahun 2004 produksi ikan nila masih sejumlah 97.116 ton, dalam tahun 2008 telah
mencapai volume produksi 220.900 ton. Selain pasar domestik, ikan nila juga
memiliki prospek yang positif di pasar internasional (Poernomo dan Kusnendar,
2009).
Berdasarkan uraian di atas maka dalam makalah ini akan menjelaskan
mengenai metode budidaya ikan nila yaitu proses pembenihan, pendederan dan
pembesaran ikan nila
II. Rumusan Masalah
1. Bagamana teknik pembenihan ikan nila?
2. Bagaimana teknik pendederan ikan nila?
3. Bagaimana teknik pembesaran ikan nila?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PEMBENIHAN
1. Manajemen Induk
Pengelolaan induk dalam kegiatan usaha pembenihan mempunyai peran yang
sangat penting dalam menunjang keberhasilan, karena induk merupakan salah satu
faktor utama yang akan menentukan kualitas dan kuantitas benih yang dihasilkan.
Tahapan awal dalam kegiatan pembenihan ikan adalah melakukan seleksi calon
induk yang akan dipijahkan. Tujuan utama dari kegiatan seleksi adalah untuk
menghasilkan induk yang memiliki pertumbuhan yang baik sehingga sifat unggul
akan diturunkan ke anakan yang dihasilkan.
Seleksi induk secara sederhana dapat dilakukan berdasarkan tampilan tubuhnya.
Cara seleksi induk yang mudah dilakukan oleh pelaku budidaya ikan antara lain
adalah dengan mengamati abnormalitas dan asimetri pada tubuh calon induk.
Menurut Wilkins et al 1995, keadaan tersebut dapat diketahui dengan adanya
perbedaan bentuk, ukuran, jumlah dan ciri-ciri morfologi yang lain pada organ tubuh
berpasangan, antara organ bagian kiri dan bagian kanan. Apabila induk telah lolos
seleksi secara morfologi
Jumlah induk ikan nila pada suatu areal/kolam pemijahan ditentukan oleh induk
jantan dan ukuran induk. Hal ini disebabkan sifat ikan nila memijah adalah dimana
induk jantan akan membuat suatu daerah teritorial yang tidak boleh digangggu ikan
lain. Jumlah ikan betina umumnya lebih banyak dari pada ikan jantan agar mudah
memberi kesempatan pada jantan untuk dapat menemukan betina yang matang gonad.
Setelah mencapai bobot 50 - 60 g perbedaan kelamin sudah mulai dapat terlihat.
Perbedaan berdasarkan jenis kelaminnya, ikan nila jantan memiliki ukuran sisik yang
lebih besar dari pada ikan nila betina. Alat kelamin ikan nila jantan berupa tonjolan
yang agak runcing yang berfungsi sebagai muara saluran urin dan saluran sperma
yang terletak di depan anus. Jika diurut, perut ikan nila jantan akan mengeluarakan
cairan bening. Sedangakan ikan nila betina mempunyai lubang genital terpisah
dengan lubang saluran urin yang terletak di depan anus. Perbedaan kelamin antara
ikan nila jantan dan betina dapat dilihat pada Gambar1.
Gambar1. Perbedaan antara ikan nila jantan dan betina

Bentuk hidung dan rahang belakang ikan nila jantan melebar dan berwarna
biru muda. Pada ikan betina, bentuk hidung dan rahang belakang agak lancip dan
berwarna kuning terang. Sirip punggung dan sirip ekor ikan nila jantan berupa garis
putus-putus. Sementara itu, pada ikan nila betina, garis berlanjut (tidak putus) dan
melingkar (Khairuman dan Amri, 2007).
Keberhasilan Usaha pembenihan ikan nila sangat ditentukan oleh kualitas
induk, secara umum ciri-ciri induk yang baik adalah sebagai berikut:
a. Mampu memproduksi benih dalam jumlah yang besar dengan kualitas yang
tinggi.
b. Pertumbuhannya sangat cepat.
c. Sangat responsif terhadap makanan buatan yang diberikan.
d. Resisten terhadap serangan hama, parasit dan penyakit.
e. Dapat hidup dan tumbuh baik pada lingkungan perairan yang relatif buruk
f. Ukuran induk yang baik untuk dipijahkan yaitu 120-180 gram lebih perekor
dan berumur sekitar 4-5 bulan.
Induk yang akan digunakan adalah induk yang siap memijah atau bakalan induk
yang belum siap memijah. Induk yang berkualitas baik kondisi sehat, bentuk badan
normal, sisik besar dan tersusun rapi, kepala relatif kecil dibandingkan dengan badan,
badan tebal dan berwarna mengilap (tidak kusam), gerakan lincah dan memiliki respon
yang baik terhadap pakan tambahan.
Kolam pemeliharaan induk merupakan kolam pemeliharaan calon induk atau
induk yang dipijahkan hingga menjelang akan dipijahkan. Selain itu, kolam ini dapat
diartikan sebagai kolam pematangan gonad. Kolam pemeliharaan induk sangat penting
disiapkan agar dapat telur berkualitas baik. Untuk memudahkan pengelolaannya, kolam
sebaiknya berupa kolam tanah yang luasnya 100 m. Kepadatan kolam induk sebaiknya
hanya 2 ekor/ m. Jika kolam terlalu padat maka produksi telur dan frekuensi
pemijahannya rendah. Jumlah kolam induk dalam satu unit pembibitan sebaiknya 2 4
bidang. Ini dimaksudkan agar induk induk yang sudah memijah dapat dipindahkan ke
kolam yang kosong/ cadangan. Induk ini terus dipelihara sampai mengalami pematangan
sel telur lagi (Suyanto, 1994).Syarat kolam pemijahan adalah suhu air berkisar antara 20 -
22 0 C; kedalaman air 40-60 cm; dasar kolam sebaiknya berpasir.
Pada masa berpijah ikan nila membutuhkan suhu antara 22 27 oC. KeadaanpH
air antara 5 11 dapat ditoleransi oleh ikan nila, pH optimal untuk perkembangbiakan
dan pertumbuhan ikan ini adalah 7 8 (Rukmana, 2007). Menurut Sutisna dan
Sutasmanto (1999), Induk yang dipelihara dalam konsentrasi oksigen 5 mg/l
menghasilkan jumlah telur dan frekuensi pemijahan yang tinggi.
2. Manajemen Telur dan Penetasan Telur
Telur ikan memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda-berbeda tergantung jenis
ikannya. Sifat dan karakteristik telur ikan bermacam-macam, antara lain menempel pada
substrat, tenggelam, melayang, maupun terapung di perairan. Sifat telur ikan nila yaitu
tidak memiliki perekat. Di alam, penetasan telur ikan nila dierami dalam mulut induk
ikan betina. Keberhasilan penetasan telur dipengaruhi oleh factor dalam dan luar. Factor
dari dalam diantaranya adalah kerja mekanik dari aktivitas larva sendiri maupun dari
kerja enzimatis yang dihasilkan oleh telur. Factor dari luar atau lingkungan yang
mempengaruhi penetasan telur antara lain suhu, kelarutan oksigen, intensitas cahaya, pH
dan salinitas.
Proses penetasan umumnya berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi
karena pada suhu yang tinggi proses metabolisme berjalan lebih cepat sehingga
perkembangan embrio juga akan lebih cepat yang berakibat lanjut pada pergerakan
embrio dalam cangkang yang lebih intensif. Namun, suhu yang terlalu tinggi dan terlalu
rendah akan menghambat proses penetasan, bahkan suhu yang terlalu ekstrim secara
mendadak dapat menyebabkan kematian embrio dan kegagalan penetasan.
Pada ikan nila yang telurnya akan ditetaskan pada corong penetasan harus
dilakukan pemanenan telur. Pemanenan telur ikan nila ini dilakukan pada hari ke 9.
Pemanenan dilakukan dengan cara mengambil telur dari mulut induk betina ikan nila.
Sebelum pemanenan terlebih dahulu permukaan air kolam diturunkan sampai ketinggian
10 - 20 cm. Jika pemijahan dilakukan di hapa (waring), maka caranya adalah dengan
menarik salah satu ujung hapa ke salah satu sudut hapa. Dengan hati-hati untuk
menghindari induk mengeluarkan telur. Karena induk ikan nila jika merasa dalam bahaya
atau terdesak akan mengeluarkan telur di sembarang tempat. Hal ini akan menyulitkan
dalam mengumpulkan telur ikan nila.
Pengambilan telur ikan nila dilakukan dengan menangkap induk satu persatu.
Penangkapan induk dilakukan menggunakan seser kasar dan seser halus. Kedua seser ini
digunakan pada saat bersamaan. Seser kasar berfungsi untuk menangkap induk
sedangkan seser halus berfungsi untuk menampung telur ikan. Seser kasar terletak
terletak dibagian bawah. Pada saat menangkap induk dilakukan dengan hati-hati agar
telur tidak dikeluarkan. Cara mengambil telur dari induk betina yaitu dengan memegang
bagian kepala ikan. Pada saat bersamaan salah satu jari tangan membuka mulut dan tutup
insang. Selanjutnya tutup insang di siram air sehingga telur keluar melalui rongga mulut.
Selanjutnya telur-telur tersebut ditampung dalam wadah. Hal yang perlu diperhatikan
adalah menghindari gerakan induk sekecil mungkin agar telur yang telah keluar tidak
berserakan. Induk yang telah diambil telurnya dan yang belum memijah dikembalikan ke
kolam pemeliharaan induk. Telur pada wadah penampungan jangan terkena sinar
matahari langsung dan diupayakan telur selalu bergerak. Telur yang terlalu lama diam
serta kena sinar matahari langsung dapat menimbulkan kematian. Selanjutnya sebelum
dimasukkan ke corong tetas, telur terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran berupa
lumpur, lumut, sisa pakan dan sebagainya. Telur yang telah bersih dari kotoran dapat
dimasukkan ke dalam corong penetasan.
Pelepasan telur terjadi dalam beberapa kali dalam waktu beberapa menit. Waktu
yang diperlukan untuk pemijahan tidak lebih dari 10 - 15 menit. Sekali bertelur, induk
ikan nila dapat mengeluarkan telur sebanyak 300 - 3000 butir, tergantung besar dan berat
induk ikan betina. Induk muda yang pertama kali bertelur kemampuannya masih sedikit.
Makin tua umurnya, makin tinggi/banyak produksi telurnya. Induk yang terlalu tua juga
mulai menurun produksi telurnya serta kurang baik mutu anak-anaknya. Sebaiknya induk
ikan nila dipijahkan hanya selama 2 tahun saja, kemudian diganti dengan induk yang
baru. Telur yang telah dibuahi lalu dipungut oleh induk betina dan dikulum di dalam
rongga mulut untuk dieramkan. Telur ikan yang dibuahi diameternya kurang lebih 2,8
mm. Selama mengerami telurnya, induk betina tidak pernah makan sehingga badannya
kurus. Pengeraman terjadi selama 2-3 hari, dan setelah menetas larva masih dijaga oleh
induknya selama 6-7 hari. Ukuran burayak/larva yang baru menetas antara 0,9 - 10 mm.
Burayak yang masih ada dalam mulut induknya mengisap telur kuning yang ada pada
tubuhnya selama 4 - 5 hari.
3. Manajemen Larva dan Pemberian Pakan
Larva adalah bentuk muda (juvenil) pada hewan. Sebagian besar perkembangan
morfologi larva ikan yang baru menetas adalah mulut belum terbuka, cadangan telur dan
butiran minyak masih sempurna dan larva yang baru menetas bersifat pasif. Hari kedua
mulut mulai terbuka , memasuki hari ketiga, larva ikan mulai mencari makan. Pada saat
tersebut cadangan kuning telurnya mulai menipis. Selama cadangan makanan bawaan
lahir masih ada, maka larva tidak perlu mendapatkan pakan tambahan. Namun apabila
cadangan makanannya mulai menipis maka larva harus dilatih untuk mendapatkan pakan
tambahan.
Pakan tambahan yang pertama untuk larva hendaknya disesuaikan dengan
kondisinya yang masih sangat lemah. Pakan yang diberikan disesuakan dengan ukuran
bukaan mulut larva serta kemampuannya untuk memanfaatkan pakan. Jenis pakan
tambahan yang diberikan untuk larva sebaiknya adalah pakan alam. Mengingat pakan
alami memiliki kandungan protein yng tinggi dan lengkap. Persyaratan pakan yang
diberikan pada larva ikan adalah memiliki kandungan protein yang tinggi, ukuran lebih
kecil dari bukaan mulut larva, mudah dicarna, gerakan lambat dan mudah diperoleh.
Fase larva pada ikan merupakan tahapan yang paling kritis, terutama sangat
rentan terhadap penyakitdan perubahan lingkungan. Upaya yang dapat ditempuh yaitu
pengontrolan wadah pemeliharaan dengan cara dibersihkan dan disanitasi terlebih dahulu.
B. PENDEDERAN

1. Persiapan Media Pendederan

Pendederan artinya pemeliharaan ikan setelah lepas dari asuhan induknya.


Pemeliharaan dilakukan di dalam kolam atau bak khusus. Pendederan berguna untuk
melindungi burayak dari gangguan hama dan kondisi lingkungan yang tidak
menguntungkan (Suryanto, 1999 dalam Mulyani, R. 2014)
Kolam pendederan dapat berupa kolam tanah atau bak semen. Kolam pendederan
ini biasanya memiliki luas dengan kisaran 250 600 m2 (Susanti,2009). Ada lima paket
teknologi penebaran atau pendederan yang dikenal dengan panca usaha budidaya ikan di
kolam terbuka, yaitu persiapan kolam, pengolahan kualitas air, pemilihan atau seleksi
benih, pemberian pakan, dan pengendalian hama dan penyakit. Paket teknologi persiapan
kolam meliputi pengeringan, penggemburan, pengapuran, dan pemupukan dasar kolam
(Djarijah,2002). Kolam tanah dipupuk terlebih dahulu sebelum dilakukan penebaran
burayak bertujuan agar pakab alami tumbuh di kolam tersebut (Suryanto, 1999 dalam
Mulyani, R. 2014).
Bak atau kolam pendederan perlu diberi pelindung agar terik matahari tidak
terlalu panas yang masuk ke dalam kolam. Pelindung dapat dibuat dari daun kelapa atau
daun pisang yang diapungkan di permukaan air atau dapat ditancapkan di dasar kolam.
Khusus untuk bak semen dapat diberi atap sebagai pelindungnya (Suryanto, 1999).
Penebaran benih biasa dilakukan setelah 5 -7 hari pemupukan (Amri dan Khairuman,
2003). Benih yang ditebar berukuran 3 5 cm (panjang total). Ukuran benih diusahakan
seragam (uniform). Waktu penebaran dilakukan pada pagi hari, untuk menghindari
tingkat strees pada benih ikan (Djarijah, 2002 dalam Muyani, R. 2014).

2. Pemeliharaan Benih
Padat penebaran benih di dalam kolam penebaran sebanyak 75 100 ekor/ m2
(Amri dan Khairuman, 2003). Penggantian air harus dilakukan agar airnya selalu segar
dan cukup oksigennya. Pemasukan air yang bary sebaiknya dilakukan pada pagi, sore dan
malam hari selama 1 2 jam. Pemasukan ini diiringi dengan pembuangan air yang
seimbang, air yang masuk harus jernih agar benih tidak terganggu oleh endapan lumpur.
Jika air keruh maka diendapkan terlebih dahulu di kolam pengendapan atau
penampungan. Bila kekurangan oksigen, yang terjadi burayak akan timbul di permukaan
air tampak terengah engah maka dapat di atasi dengan pemberian aerator pada kolam
terutama pada malam hari (Suryanto, 1999 dalam Mulyani, R.2014). Pakan ikan nila
selain pakan alami yang tersedia di dalam kolam seperti fitoplankton dan zooplankton.
Ikan nila juga diberi pakan tambahan berupa pelet dengan kadar protein 40 %. Pakan
diberikan berupa pelet yang mengapung dengan ukuran nano 0,2 dan pelet yang berupa
tepung. Menurut SNI : 6141: 2009 yaitu dosis pemberian pakan pada masa pendederan
sebanyak 20 30 % bobot biomassa perhari dengan frekuensi minimal 3 kali dalam
sehari yaitu pagi, siang, dan sore hari. Bentuk pakan dapat disesuaikan dengan umur dan
ukuran benih (bukaan mulut), benih muda ukuran kecil diberi pakan berupa serbuk
tepung, benih berukuran sedang dapat diberikan pakan berupa crumble (butiran) dengan
ukuran 0,2 mm atau nano 0,2.

C. PEMBESARAN
1. Penebaran
Setelah kolam dinyatakan sudah siap, lalu dilakukan penebaran benih nila dengan
ukuran 3-5 cm dengan padat penebaran 10-15 ekor/m2. Untuk kolam ukuran 100 m2
dapat ditebari benih 1.000 ekor. Benih yang dipilih benar-benar sehat dengan ciri-ciri :
warna cerah, gerakannya lincah dan tidak sakit. Agar benih tidak menderita stress oleh
perbedaan suhu udara dan air. Penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari.
Penebaran pada siang hari dapat membahayakan keselamatan benih.
Penebaran benih harus dilakukan dengan hati-hati. Cara yang aman dan praktis
dengan mendiamkan wadah berisi air beberapa saat hingga suhunya sama dengan suhu
air kolam pembesaran. Kemudian wadahnya digulingkan secara perlahan-lahan. Biarkan
benih keluar dengan sendirinya. Tinggal saat pertama kali menebar benih harus dicatat
agar waktu panen dapat dipastikan.
2. Pemeliharaan
Kolam untuk membesarkan Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) harus dipersiapkan
lebih dulu dengan cermat, baik itu meliputi pengolahan dasar kolam, pengeringan,
pemupukan, pengapuran dan penggenangan air selama 5-7 hari agar diperoleh hasil
panen yang optimal. Juga pakan tambahan dari luar berupa pellet berkadar protein 25%
diberikan setiap hari sebanyak 3-5% dari bobot ikan keseluruhan diberikan 3 kali perhari,
pagi, siang dan sore.
Jika selama pemeliharaan berjalan normal dalam tempo 6-7 bulan dengan berat
hasil panen mencapai 250-350 gr/ekor, sudah dapat di konsumsi.
Selama pemeliharaan yang perlu diperhatikan untuk menunjang pertumbuhan
ikan nila yaitu :
a. Manajemen pemberian pakan
b. Kualias air
c. Pengendalian hama dan penyakit
3. Manajemen Pemberian Pakan
Untuk benih ikan sampai hari ketiga, benih tidak perlu diberi makan karena pakan
alami hasil pemupukan masih tersedia. Menginjak hari keempat barulah kita memberikan
pakan buatan berupa pellet berkadar protein 25%. Pakan berupa pellet diberikan setiap
hari sebanyak tiga kali pemberian, disesuaikan dengan umur dan ukuran ikan.
Untuk mengetahui pertambahan berat badan ikan yang ada di kolam, dilakukan
penangkapan seminggu sekali kurang lebih 30% dari jumlah ikan keseluruhan.
Untuk ukuran 20-50 gr diberikan pellet sebanyak 4% - 5% dari bobot total ikan,
50-200 gr diberikan pellet sebanyak 3% dan ukuran 200-500 gr sebanyak 2% dengan
frekuensi pemberian 3 kali sehari.
4. Kualitas Air
Kualitas air merupakan salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan ikan nila. Parameter kualitas lingkungan yang diukur selama penelitian
dapat dilihat pada Tabel 2.Tingkat keasaman media pemeliharaan berkisar antara 7,24-
7,36 yang masih dalam kisaran normal untuk ikan dapat tumbuh dan berkembang baik.
Ikan nila mampu hidup pada suhu antara 15oC-37oC. Suhu optimum pertumbuhan ikan
nila adalah 25oC-30oC, sehingga dengan kisaran suhu 27,1oC-27,3oC dapat menunjang
pertumbuhan ikan nila.
Persyaratan kualitas air untuk pembesaran ikan nila adalah sebagai berikut :
a. pH air antara 6,5-8,6
b. Suhu air berkisar 25-30oC.
c. Oksigen terlarut (DO)>5 mg/l (ppm)dan kandungan moniak (NH3)<0,02 ppm.
d. Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha.
e. Kualitas air harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan
kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kekeruhan air yang disebabkan oleh
pelumpuran akan memperlambat pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan
air disebabkan oleh adanya plankton. Air yang kaya plankton dapat berwarna
hijau kekuningan dan hijau kecokelatan karena banyak mengandung Diatomae.
Sedangkan plankton/alga biru kurang baik untuk pertumbuhan ikan.
f. Tingkat kecerahan air karena plankton harus dikendalikan. Untuk di kolam dan
tambak, angka kecerahan yang baik antara 20-35 cm.
5. Hama dan Penyakit
Ikan nila pada umumnya dapat diserang oleh penyakit serius yang disebabkan
oleh lingkan dan keadaan yang tidak menyenangkan, seperti populasi yang terlalu padat,
kekurangan makanan, penanganan yang kuran baik dan sebagainya. Penanggulangan
yang paling efektif dilakukan adalah dengan memberikan kondisi yang lebih baik pada
kolam ikan tersebut.
Apabila sudah terjadi penyakit yang serius pada sebuah kolam ikan nila, maka
semua upaya yang dilakukan akan terlambat dan sia-sia. Penyembuhan dengan
memberikan antibiotic atau fungisida ke seluruh kolam memerlukan biaya yang cukup
mahal.
Untuk mengatasi hal ini, maka salah satu hal yang paling umum dilakukan adalah
melakukan pencegahan akan lebih murah dibandingkan dengan melakukan pengobatan,
yaitu dengan jalan lain melakukan pengeringan pada kolam dan melakukan penyiapan
dari permulaan.
6. Pemanenan
Masa pemanenan ikan nila sudah dapat dilakukan setelah masa pemeliharaan 4 - 6
bulan. Ikan nila pada usia 4-6 bulan pemeliharaan akan memiliki berat yang bevariasi,
yaitu antara 400-600 gram/ekor.
Bila ukuran berat dari masing-masing ikan dirasa belum maksimal, maka
pemanenan bisa juga dilakukan dengan sistem bertahap, dimana hanya dipilih ukuran
konsumsi (pasar). Pada tahap pertama dengan menggunakan jaring dan setiap bulan
berikutnya secara bertahap.
Untuk melakukan pemanenan secara mudah bisa juga dilakukan dengan cara
mengeringkan kolam secara total atau sebagian. Bila ikan dipanen secara keseluruhan,
maka kolam dikeringkan sama sekali. Akan tetapi apabila akan memanen sekaligus maka
hanya sebagian air yang dibuang
BAB III

PENUTUP

Simpulan

Ikan Nila merupakan salah satu komoditi penting perikanan budidaya air tawar di
Indonesia. Secara umum ikan nila memang layak untuk dijadikan produk andalan budidaya
perikanan. Adapun beberapa proses budidaya dimulai dari pembenihan, pendederan, dan
pembesaran ikan nila.

Pada proses pembenihan yang harus diperhatikan yaitu manajemen induk yang baik,
manajemen telur dan proses penetasan telur serta manajemen larva dan pemberian pakan. Pada
tahap pendederan yang harus diperhatikan yaitu persiapan media pendederan dan pemeliharaan
benih. Sedangkan pada tahap pembesaran yang harus diperhatikan yaitu padat penebaran,
pemeliharaan, manajemen pemberian pakan, pengelolaan kualitas air dan pengndalian hama dan
penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Budidaya Ikan Nila. Pusat Penyulihan Peikanan dan Kelautan

Ardita, Nita. Agung Budiharjo, Siti Lusi Arum Sari. 2015. Pertumbuhan dan rasio konversi
pakan ikan nila (Oreochromis niloticus) dengan penambahan prebiotik. Universitas Sebelas
Maret. Surakarta

Bhagawati, D. 2012. Aplikasi Teknologi Tepat Guna dalam Pembenihan Perikanan Air Tawar.
UNSOED. Porwekerto.

Direktorat Usaha Budidaya. 2013. Pamflet Usaha Pembesaran Ikan Nila Skala Rumah Tangga.
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Jakarta Pusat

Mulyani, R. 2014. Pendederan Benih Ikan Nila Merah (Oreochromis sp) di Balai Besar
Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi Jawa Barat. Universitas PGRI
Palembang. Palembang .

Supianor, Muhammad. 2010. Pemebsaran Ikan Nila (Oreochormis Niloticus ) Di Kolam


Masyarkat Desa Sei Tatas Kecamatan Pulau Petak, Kabupaten Kapuas. Universitas Kristen
Palangkaraya. Palangkaraya

Anda mungkin juga menyukai