Anda di halaman 1dari 19

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Biologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

2.1.1. Klasifikasi Ikan Nila Nila adalah jenis ikan air tawar. Nama Binomial ialah Oreochromis niloticus (Linnaeus, 1758). Dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Nile Tilapia. Klasifikasi dari nila ini adalah sebagai berikut : Kelas Sub-kelas Crdo Sub-ordo Famili Genus Spesies : Osteichthyes : Acanthoptherigii : Percomorphi : Percoidea : Cichlidae : Oreochromis : Oreochromis niloticus

2.1.2. Morfologi Ikan Nila Ikan nila merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh memanjang dan pipih kesamping dan warna putih kehitaman. Ikan nila berasal dari Sungal Nil dan danau-danau sekitarnya. Sekarang ikan ini telah tersebar ke negara-negara di lima benua yang beriklim tropis dan subtropis. Sedangkan di wilayah yang beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik Ikan nila disukai oleh berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal seperti daging ikan kakap merah. Bibit ikan didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai

Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969. (Khairul Amri dan Khairuman, 2003). Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, barulah ikan ini disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia. Nila adalah nama khas Indonesia yang diberikan oleh Pemerintah melalui Direktur Jenderal Perikanan. Di Indonesia ikan nila telah dibudidayakan di seluruh propinsi. (Delta Force, 2010).

Gambar 1 : Ikan Nila (Oreochromis Niloticus). Delta Force 2010).

Banyak orang yang keliru membedakan antara ikan nila dan mujair (Oreochromis mossambicus). Letak perbedaan keduanya bisa dilihat dari perbandingan antara panjang total dan tinggi badan. Perbandingan ukuran tubuh ikan nila adalah 3:1 dan ikan mujair 2:1. Selain itu, terlihat adanya pola garisgaris vertikal yang terlihat sangat jelas di sirip ekor dan sirip punggung ikan nila. (Khairul Amri dan Khairuman, 2003).

2.1.3. Siklus Hidup Ikan Nila Siklus hidup ikan nila melewati lima fase kehidupan, yaitu telur, larva, benih, konsums dan induk. Ciri setiap fase berubah. Demikian juga dengan bentuk dan ukuran tubuh serta sifat-sifatnya. Semua fase dilewati dalam waktu yang berbeda-beda. Dari semua fase, konsumsi merpakan suatu fase komersil pada sebuah usaha. (Usni Arie, 2008). Telur merupakan fase awal kehidupan nila merah, dimana bakal anak itu baru dikeluarkan induknya. Fase ini dicirikan dengan bentuknya yang bulat, berwarna kuning dan bersifat tidak melekat. Telur nila berdiameter antara 2 2,5 mm. setiap butir memiliki berat rata-rata 0,02 mg. Fase telur merupakan masa kritis dan dilewati selama 6 7 hari atau tergantung suhu air, kemudian berubah menjadi fase larva yang masih memiliki kuning telur atau makanan cadangan. Fase itu dilewati selama 2 3 hari. Selama fase itu tidak memerlukan pakan dari luar, tetapi akan menghabiskan makanan cadangan itu. (Usni Arie, 2008). Dari larva berubah menjadi fase benih. Panjang dan berat tubuh berubah setiap saat. Dalam sebulan larva berubah menjadi benih berukuran panjang antara 2 3 cm dengan berat antara 0,8 1,2 gram. Sebulan kemudian panjang dan beratnya berubah menjadi 4 8 cm dengan berat antara 3 6 gram. Pada umur tiga bulan benih tersebut bertambah besar hingga menjcapai panjang antara 10 12 cm dengan berat 15 20 gram. Tiga bulan kemudian atau pada umur 6 bulan dari telur, nila sudah mencapai konsumsi, yaitu ukuran ikan yang umum dimakan oleh orang. Konsumsi ini biasanya berukuran panjang antara 15 20 cm dengan berat antara 300 400 gram. (Usni Arie, 2008). Pada ukuran ini sebenarnya nila sudah menjadi calon induk dan mulai belajar untuk memijah, namun untuk menjadi calon induk yang baik harus

ditunggu 1 2 bulan kemudian. Fase induk atau masa produktif induk berlangsung selama 1 1,5 tahun. Setelah itu berubah menjadi fase yang tidak produktif, dinmana induk masi bisa memijah, tetapi kualitas anaknya sudah kurang baik. (Usni Arie, 2008).

2.2.

Persyaratan Lokasi Pembenihan Ikan Nila Menurut Delta Force(2010), persyaratan lokasi untuk pembenihan ikan

nila adalah sebagai berikut : 1. Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis

tanah liat/ lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam. 2. Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar

antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi. 3. Ikan nila cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi

(500 m dpl). 4. Kualitas air untuk pemeliharaan ikan nila harus bersih, tidak terlalu

keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran akan

memperlambat pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air disebabkan oleh adanya plankton. Air yang kaya plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan hijau kecokelatan karena banyak mengandung Diatomae. Sedangkan plankton/alga biru kurang baik untuk pertumbuhan ikan. Tingkat kecerahan air karena plankton harus dikendalikan yang

dapat diukur dengan alat yang disebut piring secchi (secchi disc). Untuk di kolam dan tambak, angka kecerahan yang baik antara 20-35 cm. 5. Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha. Kondisi

perairan tenang dan bersih, karena ikan nila tidak dapat berkembang biak dengan baik di air arus deras. 6. Nilai keasaman air (pH) tempat hidup ikan nila berkisar antara 6-

8,5. Sedangkan keasaman air (pH) yang optimal adalah antara 7-8. 7. 8. Suhu air yang optimal berkisar antara 25-30 derajat C. Kadar garam air yang disukai antara 0-35 per mil.

2.3.

Sarana dan Prasarana

2.3.1. Sarana Menurut Prihatman (2000), sarana berupa kolam yang perlu disediakan usaha budidaya ikan nila tergantung dari sistem pemeliharaannya. Adapun jenis kolam yang umum dipergunakan untuk budidaya ikan nila antara lain : a. Kolam pemeliharaan induk/kolam pemijahan Kolam ini berfungsi sebagai kolam pemijahan dan kolam pembesaran, sebaiknya berupa kolam tanah seluas 50-100m 2 dan kepadatan kolam induk hanya 2 ekor/m2. Adapun syarat kolam pemijahan adalah suhu air berkisar antara 20-22 Co kedalaman air 40-60 cm dasar kolam sebaiknya pasir. b. Kolam pemeliharaan benih/kolam pendederan

Luasa kolam tidak lebih dari 50-100 m kedalaman air kolam antara 30-50 cm. Kepadatan sebaiknya 5-50 ekor/m2 lama pemeliharaan di dalam kolam pendederan antara 3-4 minggu, pada saat benih ikan berukuran 3-5 cm. c. Kolam pembesaran Kolam pembesaran berfungsi sebagai tempat untuk memelihra dan membesarkan benih selepas dari kolam pendederan. Ada kalanya dalam pemeliharaan ini diperlukan beberapa kolam pembesaran.

2.3.2. Prasarana Alatalat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan nila diantaranya adalah jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring atau kelambu untuk menampung sementara induk atau benih), seser, ember-ember, baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil dan besar, cangkul, arit, pisau, serta secchi disc untuk mengukur kekeruhan. (Prihatman, 2000). Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen, atau menangkap ikan nila antara lain adalah waring atau scoopnet yang halus, ayakan diameter 100cm, tempat penyimpanan ikan, karamba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan jarak dekat), kakaban (untuk tempat penempelan telur yang bersifat melekat), anco . (Prihatman, 2000).

2.4.

Kegiatan Teknis Pembenihan Ikan Nila

2.4.1. Persiapan Kolam Menurut Prihatman (2000), jenis kolam yang ideal untuk pemeliharaan ikan nila yaitu kolam tanah dengan jenis tanah bertekstur liat atau liat berpasir. Kedalaman kolam sebaiknya berkisar antara 0,5m - 1 m. Kedalaman ini berperan

dalam menentukan tingkat kesuburan kolam dimana kedalaman kolam berpengaruh pada masuknya sinar matahari yang berperan pada proses fotosintesis sehingga menyebabkan tersedianya makanan alami bagi ikan di dalam kolam. Pada kolam sebaiknya memiliki saluran pemasukan dan pengeluaran air. Hal ini penting dalam mengatur sirkulasi air di kolam. Hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum dilakukan pengisian air pada kolam : Kolam dikeringkan dan dijemur selama 4-7 hari atau sampai tanah dasar kolam retak-retak. Hal ini berguna untuk membasmi hama dan bibit-bibit penyakit. Pemberian kapur pada kolam dengan dosis 10-25 gr/m2. Tujuannya adalah untuk membasmi bibit bibit penyakit yang masih terdapat di dasar kolam dan selain itu juga dapat meningkatkan pH air. Pemupukan kolam. Pupuk yang digunakan berupa pupuk kandang maupun pupuk buatan. Hal ini perlu karena sifat ikan nila yang menyukai pakan plankton. Pupuk kandang paling baik diberikan pada awal persiapan kolam dengan dosis 250 gr/m3. Setelah kolam diisi air selanjutnya diberikan pupuk anorganik berupa urea dan TSP dengan dosis masing masing 2,5 g/m2 dan 1,25 g/m2. Pengisian air kolam. Sumber air dapat berasal dari sungai, danau, mata air atau air sumur. Untuk pengisian pertama, kolam diisi air hingga ketinggian 510 cm dan dibiarkan selama 3-4 hari. Hal ini berguna untuk tumbuhnya makanan alami di kolam. Selanjutnya di kolam diisi penuh dan dilanjutkan dengan pemupukan menggunakan pupuk anorganik.

2.4.2. Pemeliharaan Induk

10

Menurut Khairuman dan Kairul Amri (2003), sebelum dipijahkan, induk jantan dan betina dipelihara di kolam yang terpisah. Posisi kolam induk dibuat sedemikian rupa sehingga air pembuangan dari kolam induk betina tidak mengalir ke kolam induk jantan atau sebaliknya. Jika tidak, bau tubuh induk betina yang terbawa arus air ke kolam induk jantan akan merangsang induk jantan untuk memijah sehingga terjadi pemijahan liar Untuk mendukung kondisi induk, diusahakan kondisi lingkungan tempat pemeliharaan induk dalam keadaan baik. Disamping itu, pemberian pakan tambahan harus mencukupi agar perkembangan gonad (telur dan sperma) optimal. Pakan yang diberikan harus memiliki kandungan protein yang tinggi, yaitu diatas 35%. Ratio pemberian pakan 3% dari berat tubuh ikan.

2.4.3. Pemilihan Induk Menurut Delta Force (2010), dalam pemilihan induk tidak lepas dari ciriciri induk bibit nila yang unggul dan juga perlunya membedakan antara induk betina dan induk jantan.

2.4.3.1. Ciri-ciri induk bibit nila yang unggul 1. Mampu memproduksi benih dalam jumlah yang besar dengan kwalitas yang tinggi. 2. 3. 4. 5. 6. Pertumbuhannya sangat cepat. Sangat responsif terhadap makanan buatan yang diberikan. Resisten terhadap serangan hama, parasit dan penyakit. Dapat hidup dan tumbuh baik pada lingkungan perairan yang relatif buruk. Ukuran induk yang baik untuk dipijahkan yaitu 120-180 gram lebih per ekor dan berumur sekitar 4-5 bulan.

11

2.4.3.2. Membedakan induk betina dan induk jantan 1. Betina Terdapat 3 buah lubang pada urogenetial yaitu: dubur, lubang pengeluaran telur dan lubang urine. Ujung sirip berwarna kemerah-merahan pucat tidak jelas. Warna perut lebih putih. Warna dagu putih. Jika perut distriping tidak mengeluarkan cairan.

2. Jantan Pada alat urogenetial terdapat 2 buah lubang yaitu: anus dan lubang sperma merangkap lubang urine. Ujung sirip berwarna kemerah-merahan terang dan jelas. Warna perut lebih gelap/kehitam-hitaman. Warna dagu kehitam-hitaman dan kemerah-merahan. Jika perut distriping mengeluarkan cairan.

Ikan nila sangat mudah kawin silang dan bertelur secara liar. Akibatnya, kepadatan kolam meningkat. Disamping itu, ikan nila yang sedang beranak lambat pertumbuhan sehingga diperlukan waktu yang lebih lama agar dicapai ukuran untuk dikonsumsi yang diharapkan. Untuk mengatasi kekurangan ikan nila di atas, maka dikembang metode kultur tunggal kelamin (monoseks). Dalam metode ini benih jantan saja yang dipelihara karena ikan nila jantan yang tumbuh lebih cepat dan ikan nila betina.

2.4.4. Pemijahan Proses perkawinan induk jantan dan betina sampai menghasilkan larva disebut pemijahan. Nila jantan akan membuat sarang pada dasar kolam

12

kemudian mengundang betina untuk bertelur pada sarang itu, ketika telur-telur nila keluar, nila jantan akan membuahi dengan cara menyemprotkan cairan jantannya ketelur-telur itu. Setelah telur-telur itu dibuahi oleh si jantan maka betina kembali menyimpan telur-telur itu kedalam mulutnya. Dalam beberapa hari saja telur-telur itu akan menetas. (ikannila.com, 2010).

2.5.

Pemeliharaan Larva

Gamba 2 :Perkawinan Nila (Sumber: ikannila.com)

Gambar 3 : jantan menyemperotkan spermanya ketelur-telur(Sumber: ikannila.com)

Ketika telur-telur nila menetas ini di sebut dengan larva. Larva adalah anak ikan yang berumur 1-5 hari. Pada usia ini, induk nila betina akan menjaga anak-anak ikan ini dengan menyimpan dan mengamankan dalam mulutnya. Biasanya induk nila akan memasukan dalam mulutnya jika dalam keadaan tidak aman, kemudian memuntahkan kembali jika di sekitarnya aman. Selama beberapa hari induk nila akan terus menjaga anaknya masuk-keluar dalam mulutnya seperti pada gambar 3. Pada usia 4-5 hari, larva ini mulai terbentuk seperti ikan dewasa dan pada usia ini, induk akan mulai membiarkan anak anaknya untuk mencari makan sendiri. (ikannila.com, 2010).

13

Ikan Betina Melindungi Larva Gambar 4 (Sumber : Ikan Nila.com) Setelah anak-anak nila dibiarkan oleh induknya, anak-anak ikan ini akan mencari makan dan bergerombol kemanapun mereka pergi seolah ada yang memimpinya. Dan anak-anak ikan dari induk yang lain melakukan hal yang sama. Pada saat ini penangkapan larva dengan jaring kelambu lalu

memindahkan ke penampungan khusus. Larva ini ditampung pada kolam beton yang berukuran kecil atau ditampung pada happa untuk untuk dipelihara sampai menjadi benih yang kemudian siap untuk pembesaran. Pememisahan larva dari ikan-ikan besar, juga untuk memudahkan pemberian pakan halus dan pemantaun pertumbuhan anak ikan menjadi bibit ikan dalam sebulan kemudian. Induk-induk nila tetap pada kolam yang sama untuk melanjutkan proses memproduksi larva. Induk-induk yang bereproduksi larva ini sebaiknya 6 kali saja atau paling lama satu tahun, kemudian diganti dengan induk yang baru. (ikannila.com, 2010)

14

Gambar 5 : Induk nila betina dan bibit ikan nila. Anak nila berumur 4-7 hari (Sumber : ikannila.com) Besar ikan kecil ini sekitar panjang 3-5 mm atau berusia 5-8 hari sejak telur menetas. Pindahkan pada penampungan khusus: di bak beton, jaring kelambu atau happa. Ukuran kolam semen kecil bisa panjang, lebar, tinggi: 1mx1mx50cm. atau bisa juga dibuat lebih besar. Penampungan sebesar 1x1x50cm dapat menampung 20.000-50.000 ekor larva. Pemeliharaan pada penampungan ini tidak lebih dari sebulan karena akan terlalu sesak buat ikan yang semakin bertumbuh besar. (ikannila.com, 2010). Berikan pakan berprotein tinggi yang berbentuk tepung 4-5 kali sehari masing-masing satu sendok teh pakan ikan berbentuk tepung atau yang dicairkan. Cara mudah untuk memberi pakan berprotein tinggi adalah: rebuslah satu butir telur dan ambil bagian kuningnya saja, larutkan merata dalam 500 ml atau 1/2 liter air. Masukkan dalam botol semprotan kecil dan semprotkan 100 ml ke dalam kolam pendederan untuk sekali makan. Aturlah waktu setiap 2 atau 3 jam sekali. Satu larutan kuning telur dapat memberi makan 100.000 ekor anak ikan. (ikannila.com, 2010).

15

2.5.1. Penyediaan Pakan dan Pemberian Pakan Pemupukan kolam telah merangsang tumbuhnya fitoplankton,

zooplankton, maupun binatang yang hidup di dasar, seperti cacing, siput, jentikjentik nyamuk dan chironomus (cuk). Semua itu dapat menjadi makanan ikan nila. Namun, induk ikan nila juga masih perlu pakan tambahan berupa pelet yang mengandung protein 30-40% dengan kandungan lemak tidak lebih dan 3%. Pembentukan telur pada ikan memerlukan bahan protein yang cukup di dalam pakannya. (Delta Force, 2010). Perlu pula ditambahkan vitamin E dan C yang berasal dan taoge dan daun-daunan/sayuran yang diiris-iris. Boleh juga diberi makan tumbuhan air seperti ganggang (Hydrilla). Banyaknya pelet sebagai pakan induk kira-kira 3% berat biomassa per han. Agar diketahui berat bio massa maka diambil sampel 10 ekor ikan, ditimbang, dan dirata-ratakan beratnya. Berat rata-rata yang diperoleh dikalikan dengan jumlah seluruh ikan di dalam kolam. Misal, berat rata-rata ikan 220 gram, jumlah ikan 90 ekor maka berat biomassa 220 x 90 = 19.800 g. Jumlah ransum per han 3% x 19.800 gram = 594 gram. Ransum ini diberikan 2-3 kali sehari. Bahan pakan yang banyak mengandung lemak seperti bungkil kacang dan bungkil kelapa tidak baik untuk induk ikan. Apalagi kalau han tersebut sudah berbau tengik. Dedak halus dan bekatul boleh diberikan sebagai pakan. Bahan pakan seperti itu juga berfungsi untuk menambah kesuburan kolam. (Delta Force, 2010).

2.5.2. Monitoring Pertumbuhan Monitoring pertumbuhan perlu dilakukan untuk menentukan dosis pakan dengan cara pengukuran berat dan panjang ikan. Selain itu, monitoring pertumbuhan juga memudahkan kita untuk mengetahui laju pertumbuhan ikan

16

sesuai dengan umur ikan serta mengetahui rangsangan terhadap. Dalam monitoring pertumbuhan dilakukan dengan cara pengambilan sampel benih secara acak, dengan cara sampling (acak) sebanyak 3 titik. (Bardi, 2007).

2.5.3.Pemantauan Kualitas Air Menurut Khairul Amri dan Khairuman (2003), kualitas air merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam usaha pembesaran /pembenihan ikan. Parameter kualitas air yang harus diukur antara lain: a. Parameter fisika: suhu antara 250 300 warna hijau, coklat, jernih,

berbau plankton, kekeruhan 25 10, JTU, suspensi terlarut 250 400 JTU. b. Parameter kimia : pH 6,7 8,6 Oksigen terlarut 5-6 ppm, karbon

dioksida maksimal 25 ppm, alkalinitas 50 500 ppm, salinitas 0 4 permil, Amoniak 0,5 1,5 ppm, zat zat beracun dan pestisida 0,01 ppm c. Parameter biologi : jenis dan jumlah plankto 100.000 sel/ml. Ada beberapa variabel penting yang berhubungan dengan kualitas air. Variabel- variabel tersebut berhubungan dengan sifat kimia air (kandungan oksigen, karbondioksida, pH, Zat-zat beracun dan kekeruhan air). Selain sifat kimia tersebut, air juga memiliki sifat fisika, antara lain yang berhubungan dengan suhu, kekeruhan dan warna air. (Khairul Amri dan Khairuman, 2003).

2.5.4. Hama dan Penyakit 2.5.4.1. Hama

17

a. Bebeasan (Notonecta) : Berbahaya bagi benih karena sengatannya. Pengendalian: menuangkan minyak tanah ke permukaan air 500 cc/100 meter persegi. b. Ucrit (Larva cybister) : Menjepit badan ikan dengan taringnya hingga robek. Pengendalian: sulit diberantas; hindari bahan organik menumpuk di sekitar kolam. c. Kodok : Makan telur telur ikan. Pengendalian: sering membuang telur yang mengapung; menagkap dan membuang hidup-hidup. d. Ular : Menyerang benih dan ikan kecil. Pengendalian: lakukan penangkapan; pemagaran kolam. e. Lingsang : Memakan ikan pada malam hari. Pengendalian:pasang jebakan berumpun. f. Burung : Memakan benih yang berwarna menyala seperti merah, kuning. Pengendalian: diberi penghalang bambu agar supaya sulit menerkam; diberi rumbai-rumbai atau tali penghalang. (Delta Force, 2010)

2.5.4.2. Penyakit a. Penyakit pada kulit Gejala: pada bagian tertentu berwarna merah, berubah warna dan tubuh berlendir. Pengendalian: -direndam dalam larutan PK (kalium permanganat) selama 30-60 menit dengan dosis 2 gram/10 liter air, pengobatan dilakukan berulang 3 hari kemudian. -direndam dalam Negovon (kalium permanganat) selama 3 menit dengan dosis 2-3,5 %.

18

b. Penyakit pada insang Gejala: tutup insang bengkak, Lembar insang pucat/keputihan. Pengendalian: sama dengan di atas. c. Penyakit pada organ dalam Gejala: perut ikan bengkak, sisik berdiri, ikan tidak gesit. (Delta Force, 2010)

2.5.4.3. Cara Menjegah Hama dan penyakit Menurut Delta Force (2010), bahwa secara umum hal-hal yang dilakukan untuk dapat mencegah timbulnya penyakit dan hama pada budidaya ikan nila: 1. Pengeringan dasar kolam secara teratur setiap selesai panen. 2. Pemeliharaan ikan yang benar-benar bebas penyakit. 3. Hindari penebaran ikan secara berlebihan melebihi kapasitas. 4. Sistem pemasukan air yang ideal adalah paralel, tiap kolam diberi satu pintu pemasukan air. 5. Pemberian pakan cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya. 6. Penanganan saat panen atau pemindahan benih hendaknya dilakukan secara hati-hati dan benar. 7. Binatang seperti burung, siput, ikan seribu (lebistus reticulatus peters) sebagai pembawa penyakit jangan dibiarkan masuk ke areal perkolaman.

2.6.

Panen Benih Nila Menurut Suryanto (1994), berpendapat bahwa hasil panen benih ikan nila

terdiri dari berbagai jenis ukuran sesuai dengan tahapan pembenihan. Hasil dari pendederan berupa benih ikan yang panjangnya 2 - 3 cm. Sedangkan pembenihan tahap I menghasilkan benih berukuran 6 - 8 cm dengan berat 8 - 10 gram/ekor. Pembenihan tahap II menghasilkan benih yang berukuran 10 - 12 cm

19

dengan berat 30-50 gram/ekor dan tahap III menghasilkan benih yang berukuran 16 - 18 cm dengan berat 100 gram/ekor. Pemanenan dan penanganan benih perlu kecermatan, khususnya pada benih yang masih kecil. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari. Cara pemanenan ada dua cara yaitu : 1. Panen sebagian Alat yang digunakan berupa anco. Anco dipasang di dalam kolam dan di dalamnya ditaburkan sedikit pakan agar benih ikan berkumpul di dalam anco. Setelah benih berkumpul anco diangkat, kemudian benih diambil. Penangkapan dapat diulangi seperti tahap - tahap di atas. 2. Panen total Alat yang digunakan untuk panen total adalah baskom, ember, pikulan ikan, anco dan seser dalam berbagai ukuran. Untuk menampung benih diperlukan wadah yang lebih besar, seperti bak - bak semen di dalam ruangan atau parit - parit penampung benih sementara dan beberapa buah hapa.

Sebelum panen dimulai air kolam dikeluarkan secara perlahan hingga tersisa 10 cm. Pada saat itu, pemanen turun ke dalam kolam untuk mengatur sisa air agar mengalir ke arah pintu pembuangan. Melalui parit (kemalir) yang terdapat di tengah dasar kolam. Kemudian benih ikan digilir perlahan - lahan ke arah kemalir. Pada ujung kemalir dibuat cekungan untuk menampung benih ikan. Benih ikan akan berkumpul di dalam cekungan, lalu ditangkap dengan seser. Benih yang sudah diseser kemudian dipindah ke tempat penampungan sementara dengan dipasang happa di dalam tempat penampungan tersebut. Benih yang baru dipanen peka terhadap kekurangan oksigen, sehingga bak diberi aerator. (Suryanto, 1994).

20

Jilka tidak diletakkan di dalam bak penampungan sementara maka langsung dilakukan penghitungan. Benih ikan hasil pendederan dan pembenihan ditakar dengan menggunakan mangkuk yang dalam dan diameternya 10 cm. Satu mangkuk benih hasil pendederan berisi 300 - 350 ekor. Sedangkan untuk satu mangkuk benih hasil pembenihan tahap I berisi 50 - 60 ekor. (Suryanto, 1994).

Anda mungkin juga menyukai