Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat, rahmat,
dan hidayah-Nya, Tugas Observasi Akuakultur ini dapat terselesaikan dengan baik. 
Kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
terselesaikannya laporan ini, terutama kepada Ibu Dr.,Dra.Nurlita Abdulgani,M,.SI. dan Ibu
Dr.Dewi Hidayati,S,.SI,.M,.SI sebagai dosen pangampu mata kuliah Akuakultur dan semua
narasumber yang telah bersedia untuk kami wawancarai. 

Kami menyadari laporan ini masih memilki banyak kekurangan, oleh karena itu kritik
dan saran sangat kami butuhkan agar laporan-laporan selanjutnya menjadi lebih baik lagi. Kami
berharap semoga laporan ini bisa diterima dengan baik dan dapat memberikan tambahan
informasi serta wawasan kepada para pembaca.
Terima kasih.

Surabaya , desember 2022


Penulis
DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan 4
1.1 latar belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan Observasi 5
1.4 Metodelogi Observasi 5
BAB II 6
HASIL OBSERVASI 6
2.1 Lokasi Observasi 6
2.2 Cara Budidaya Ikan Nila 7
2.2.1 Persiapan Budidaya Ikan Nila 7
2.2.2 Pembesaran Ikan Nila 8
2.2.3 Panen dan Pasca Panen 8
2.3 Permasalahan dan Pengelolaan 9
2.1.3 Pengelolaan Limbah 9
2.2.3 Permasalahan Lingkungan 9
2.3.3 Permasalahan dan solusi 10
2.4 Analisis Biaya Produksi pembudidayaan Ikan Nila ( sistem Bioflok) 10
2.4.1 Analisis Biaya Produksi 10
2.4.2 Analisis Keuntungan Pembudidayaan Nila Arlang 11
2.5 Kesimpulan 12
BAB I
Pendahuluan
1.1 latar belakang
Sektor perikanan budidaya atau yang kerap disebut akuakultur merupakan salah satu sektor
yang memiliki peran penting dalam pemenuhan bahan pangan (khususnya protein hewani),
produksi bahan baku industri, pengembangan wilayah, serta penyedia lapangan pekerjaan
(Ombong & Salindeho, 2016). Salah satu komoditas perikanan budidaya yang saat ini
berkembang pesat di Indonesia adalah komoditas ikan Nila. Hal ini dikarenakan ikan Nila
termasuk dalam jenis ikan air tawar yang sangat diminati untuk dikonsumsi sehingga memiliki
nilai ekonomis yang tinggi (Salsabila & Suprapto, 2019). Menurut data dari Statistik Kementrian
Kelautan dan Perikanan, pada tahun 2017 produksi ikan Nila di Indonesia mencapai 1.358.779
ton, dimana Provinsi Jawa Timur menyumbang angka produksi mencapai 3,49%, yakni sebesar
47.486 ton. Angka produksi ikan Nila di Jawa Timur ini mengalami penurunan sebesar 4% dari
tahun sebelumnya, yaitu tahun 2016 dengan angka produksi sebanyak 49.466 ton.

Gambar 1.1 Hasil Produksi Ikan Nila

Sebagai upaya peningkatan angka produksi, sistem budidaya perairan intensif perlu
diterapkan dalam pemeliharaan ikan Nila. Sistem budidaya perairan intensif memiliki
keunggulan, yaitu hasil produksi per unit area (m2) yang lebih tinggi dibandingkan metode
konservatif dengan cara pemberian pakan tambahan dan pengontrolan kualitas kolam
menggunakan teknologi tinggi. Sistem budidaya perairan intensif juga dapat menjadi solusi
untuk masalah keterbatasan lahan dan sumber daya air dikarenakan padat tebarnya yang
tinggi(Salsabila & Suprapto, 2019). Namun pemberian pakan tambahan pada budidaya intensif
dapat menimbulkan permasalahan lingkungan berupa limbah beracun nitrogen yang berasal dari
sisa pakan dan kotoran ikan. Solusi alternatif yang dapat diterapkan untuk mengatasi
permasalahan ini adalah teknologi bioflok. Teknologi bioflok tidak hanya dapat menurunkan
jumlah limbah nitrogen, tetapi juga dapat menyediakan pakan tambahan tinggi protein yang
ramah lingkungan.Penerapan teknologi bioflok dilakukan dengan penambahan karbohidrat
organik pada media kultur untuk meningkatkan rasio C/N dan pertumbuhan bakteri heterotrof
yang berperan dalam asimilasi nitrogen anorganik menjadi biomassa organik (Sukardi, dkk
2018). Oleh karena itu, observasi yang akan dilakukan ini berfokus pada budidaya ikan Nila
dengan sistem bioflok.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas pada observasi ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana cara budidaya ikan Nila dengan sistem bioflok
2. Apa permasalahan yang dihadapi pembudidaya ikan Nila dengan sistem bioflok
3. bagaimana cara mengatasi permasalahan yang ada dalam budidaya ikan Nila dengan
sistem bioflok
1.3 Tujuan Observasi
Adapun tujuan dari dilakukannya observasi ini yaitu sebagai berikut:
1. Mengetahui cara budidaya ikan Nila dengan sistem bioflok
2. Mengetahui permasalahan yang dihadapi pembudidaya ikan Nila dengan sistem bioflok
3. Mengetahui cara mengatasi permasalahan yang ada dalam budidaya ikan Nila dengan
sistem bioflok.
1.4 Metodelogi Observasi
Observasi ini dilakukan dengan dua metode, yakni metode wawancara dan studi literatur.
Metode wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data lapangan akurat dari narasumber yang
sesuai, dalam observasi ini yaitu pembudidaya ikan Nila dengan system bioflok yang berlokasi di
Karangpilang Surabaya. Selain itu, dilakukan pula metode studi literatur sebagai sumber
referensi untuk melengkapi dan menyempurnakan data-data yang telah diperoleh dari wawancara
BAB II
HASIL OBSERVASI
2.1 Lokasi Observasi
Lokasi yang dipilih untuk melakukan observasi budidaya ikan nila dengan metode bioflok
adalah Kampung Nila Arlang di jalan Kutilang, RT.05/RW.02, Karang Pilang, Kec.
Karangpilang, Kota SBY, Jawa Timur 60221 sebagai usaha para pemuda Karang pilang
RT.05/RW.02 dengan menggunakan lahan milik Jasa Marga yang dilakukan pada hari Minggu,
27 November 2022. Observasi dilakukan dengan mewawancarai pemuda yang membudidayakan
ikan nila.

Gambar 2.1 Lokasi Kampung Nila Arlang


Gambar 2.2 Kolam Nila Arlang

2.2 Cara Budidaya Ikan Nila


Ikan nila merupakan salah satu komoditas unggulan perikanan dengan tingkat permintaan
pasar yang terus meningkat, sehingga produktivitasnya harus dipacu terus menerus dengan
berbagai teknologi akuakultur sistem intensif (Maryam, 2010).Berdasarkan klasifikasi terbaru
nama ilmiah ikan nila adalah Oerochromis niloticus. Nama genus Oerochromis menurut
klasifikasi yang berlaku sebelumnya disebut dengan Tilapia. Perubahan nama tersebut telah
disepakati dan dipergunakan oleh para ilmuan, meski dikalangan awam tetap disebut Tilapia
nilotika. Pada umumnya ikan nila memiliki bentuk tubuh yang panjang dan ramping dengan
rasio panjang dan tinggi 3:1. Ikan nila memiliki sisik yang kasar, besar, dan berbentuk etonoid
dengan garis-garis (gurat-gurat) vertikal bewarna gelap pada sirip. Warna ikan nila beraneka
ragam berdasarkan strain dan jenisnya. Ikan nila biasa bewarna hitam keputih-putihan sedangkan
ikan nila merah bewarna merah. Ikan nila memiliki mulut (bibir) berada diujung tengah dengan
kumis dua pasang, maupun sungut satu pasang. Sirip punggung ikan nila memiliki tekstur keras
dan tajam seperti gergaji dan sirip dada terletak dibelakang tutup insang. Pada umumnya, usus
ikan nila tidak begitu panjang, tidak mempunyai lambung, dan tidak bergigi sehingga
menggunakan pharing mengera untuk menggerus makanan (Armen, 2015).

Budidaya ikan nila yang dilakukan secara intensif dapat meningkatkan produksi dengan kriteria
memiliki padat tebar tinggi, pemberian pakan berprotein tinggi, serta kontrol kualitas air yang
baik (Azhari, Tomasoa, 2018). Pada observasi yang dilakukan di Kampung Nila Arlang,
budidaya ikan nila menggunakan sistem bioflok dengan memanfaatkan lahan milik jasa marga
seluas 400 m² sebagai komoditas warga Karang pilang RT.05/RW.02, terutama bagi para pemuda
yang memiliki minat di bidang budidaya ikan.

2.2.1 Persiapan Budidaya Ikan Nila


Salah satu budidaya ikan nila secara intensif dapat menggunakan teknologi bioflok.
Teknologi bioflok merupakan teknologi yang menggunakan bakteri baik heterotrof dan autotrof
untuk mengubah limbah organik menjadi kumpulan mikroorganisme berbentuk flok untuk
dimanfaatkan oleh ikan sebagai sumber pakan. Bioflok berasal dari kata bios yang artinya
“kehidupan” dan flok berarti“gumpalan". Di dalam flok terdapat beberapa organisme pembentuk
yang mempengaruhi struktur dan kandungan nutrisi bioflok seperti bakteri, plankton, jamur, alga,
dan partikel tersuspensi. Dalam pembentukan flok, koloni bakteri merupakan mikroorganisme
utama dalam pembentukan flok pada bioflok (De Schryver, Crab, Defoirdt, Boon, Verstraete,
2008). Melalui teknologi bioflok yang tepat untuk kultur ikan nila secara intensif dengan
mempertimbangkan sifat ikan nila yang mampu hidup pada kepadatan tinggi dan memiliki
toleransi yang luas pada kondisi kualitas air. Bioflok memerlukan sumber karbon, bahan organik
dari sisa pakan dan kotoran ikan, bakteri pengurai dan ketersediaan oksigen.Langkah-langkah
yang dipersiapkan untuk Budidaya Ikan Nila dengan sistem bioflok adalah sebagai berikut:

1) Kolam bulat central drain dengan diameter 3 m dan kedalaman 2 m yang selalu
dibersihkan menggunakan sikat hingga bersih.
2) Aerasi kolam di pasang pada dua kolam bulat dengan jumlah batu aerasi masing –
masing kolam sebanyak 9 buah perdiameter 3 m dan kedalaman 2 m. Posisi batu
aerasi disesuaikan sehinggan oksigen bisa merata di semua kolom air kolam. Aliran
oksigen di setting dengan kecepatan 10 L/menit.
3) Media bioflok dilarutkan dengan air dan dimasukkan ke dalam kolam yang berasal
dari campuran garam krosok 1 kg/m3, kapur dolomit 50 gram/m3, molase 10 ml/m3,
dan probiotik berupa baketri Baccilus sp. 10 ml/m3.
4) Kolam didiamkan selama 7-10 hari atau sampai dinding kolam terasa licin jika
dipegang.
5) Kualitas air diukur dan dipertahankan dengan batas minimal oksigen terlarut 3
mg/L dan pH 6-8 serta dilakukan pengamatan warna air.

2.2.2 Pembesaran Ikan Nila


Pembesaran ikan nila membutuhkan waktu hingga 4-6 bulan untuk mencapai bobot
300-500 gram per ekor agar siap panen. Biasanya para Pembudidaya memanen ikan nila mereka
dengan menggunakan jaring. Sebelum panen, pastikan hanya ikan nila yang sehat dan berkualitas
yang boleh dipanen.Pemeliharaan intensif perlu dilakukan agar mendapat ikan nila yang sesuai
dengan permintaan pasar seperti pemberihan pakan, dan kualitas air. Berdasarkan kebutuhannya,
pakan buatan dibagi tiga yaitu pakan tambahan, pakan suplemen, dan pakan utama. Persyaratan
kualitas air untuk pembesaran ikan nila antara lain pH air antara 6,5-8,6, suhu air berkisar
25-30°C, oksigen terlarut (DO) > 5 mg/l (ppm), kandungan amoniak (NH3) < 0,02 ppm, debit air
untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik, dengan kondisi fisik air harus bersih dan tidak tercemar
bahan-bahan kimia beracun (Salsabila,Suprapto, 2015).

Pemeliharaan di Kolam air tenang dengan kolam tanah atau tembok dilakukan pada
kedalaman kolam minimal 80 cm, memiliki saluran pemasukan air dengan debit yang cukup,
lahan yang akan digunakan dipersiapkan dengan melakukan pengeringan, perbaikan pematang
jika terdapat kerusakan, pengapuran dan pemupukan jika diperlukan, serta pengisian air kolam
dengan melakukan penyaringan air masuk untuk menghindari masuknya sampah dan ikan-ikan
predator. (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2020) Pemberian pakan pada ikan nila pada
umumnya dilakukan sebanyak 2 – 3 kali perhari dengan menggunakan pakan buatan yang
digunakan memiliki kandungan protein minimal 25% serta terdaftar di KKP. Ukuran pakan yang
digunakan sebesar 1 mm, 2 mm dan 3 mm berdasarkan ukuran bukaan mulut ikan yang
dipelihara. Jumlah pakan yang diberikan pada ikan nila sebesar 5% bobot biomas perhari pada
dua bulan awal masa pemeliharaan, dan secara bertahap berkurang menjadi 2% bobot biomas
perhari di akhir masa pemeliharaan (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2020).

2.2.3 Panen dan Pasca Panen


Pemanenan ikan dilakukan jika ukuran ikan telah memasuki ukuran panen yaitu sekitar
3,5-4 bulan.Ikan nila konsumsi dijual dalam kondisi hidup atau segar. Pada distribusi ikan
konsumsi dalam kondisi hidup, dilakukan dengan menggunakan kantong plastik atau drum
plastik, sementara pada pengangkutan ikan segar dilakukan dengan menggunakan styrofoam atau
drum dengan penambahan es batu dalam kemasan (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2020).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia nomor
52/PERMEN-KP/20 tentang Penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Bidang
Pembenihan Ikan Nila Operator panen dan pengemasan benih memiliki tugas berupa
menyiapkan peralatan panen dan pengemasan, memanen benih, melalukan sortasi, mengemas
benih, dan mencatat seluruh aktivitas pemanenan dan pembenihan.Pada observasi yang
dilakukan di Kampung Nila Arlang ikan dipanen setelah berusia 3-4 bulan yang dijual perekor
melalui via WhatsApp dan bantuan RT/RW dan kelurahan setempat dengan omset Kotor sebesar
Rp3000000.

2.3 Permasalahan dan Pengelolaan


2.1.3 Pengelolaan Limbah

Dengan kondisi tambak ikan nila yang bioflok, tentunya terdapat limpahan limbah di
dalam air yang di gunakan pada bioflok tersebut yang dapat menbuat terjadinya permasalahan
lingkungan. Tentunya di dalam bioflok terdapat limpahan limbah, yang dapat di kelolah untuk
menumbuhkan mikroorganisme terutama bakteri heterotrof di air untuk menyerap komponen
polutan dalam air kolam.budidaya sistem bioflok juga dapat memperbaiki kualitas air dengan
memanfaatkan bakteri heterotrof untuk mengubah N organik dan anorganik yang bersumber dari
feses dan sisa pakan ikan menjadi biomassa yang dapat menjadi pakan berprotein alami pada
ikan sehingga dapat menaikan efisiensi pada makanan.

2.2.3 Permasalahan Lingkungan

Gambar 2.3. permasalahan lingkungan


Permsalahan lingkungan tentu dengan adanya limbah dilakukan tindakan pencegahan dan
penanggulangan maka akan terjadinya pencemaraan lingkungan terutama disekitar tambak. Jika
tambak tidak dikelolah dengan bijak maka tambak berpotensi menimbulkan beberapa
perrmasalahan lingkungan di antara: penggunaan pupuk dan pestisida dan air hasil budidaya
yang di buang langsung ke lingkungan di sekitarnya sehingga menyebabkan eutrofikasi.

2.3.3 Permasalahan dan solusi


A. Permasalahan
1) Berdasarkan Hasil Observasi dilapangan dalam pembudidayaan ikan Nila Arlang
terdapat beberapa kendala yaitu : Pembudidaya harus menggunakan air dan listrik
yang didistribusikan dari rumah-rumah warga maupun PDAM sehingga hal ini
berpengaruh pada suplai air yang tidak selalu ada
2) Hasil Keuntungan yang didapatkan tergantung Pemesanan
B. Rekomdasi
1) Rekomendasi yang dapat diberikan yaitu : perlunya Perhatian khusu dari pihak
pemerintah dalam mendukung kegiatan pembudidayaan ikan nila dengan penerapan
sistem bioflok , guna meningkatkan sarana infrastruktur untuk menunjang kegiatan
Pembudidayaan ikan nila tersebut.
2) Perlunya kerjasama dengan pihak investor : Restoran ,rumah makan yang
membutuhkan bahan makanan ikan guna meningkatkan pendapatan bagi pengelola
dalam meningkatkan kesejahtraan karyawan dsb.

2.4 Analisis Biaya Produksi pembudidayaan Ikan Nila ( sistem Bioflok)


Dalam Pembudidayaan Ikan Nila menggunakan sistem Bioflok sendiri memiliki
perbandingan pada Keutungan yang diperoleh lebih rendah karena proses biaya produksi yang
lebih Tinggi . berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa pembudidayaan nila arlang dengan
penerapan sistem bioflok sendiri membutuhkan modal sebesar 70 an juta untuk biaya produksi
mulai dari penyediaa Sarana prasarana ,pakan, alat kebutuhan lainnya .

2.4.1 Analisis Biaya Produksi


Pada analisis biaya produksi lebih dominan hal ini disebabkan karena kebutuhan sarana
serta biaya pakan yang lebih tinggi secara detail akan dilampirkan pada tabel dibawah ini Berikut
merupakan analisis biaya produksi pada pembudidayaan nila arlang dengan menerapkan sistem
bioflok .

Tabel Biaya Produksi .Pembudidayaan Ikan Nila sistem bioflok

Keterangan/Kebutuhan Total biaya Jumlah Total investasi


Pembelian 1 kolam diameter Rp. 5 kolam Rp.25.000.000.00
4m+selang aerasi 14 titik 5.000.000.00
Benih Ikan Nila 6-7 cm - - Rp.3.600.00
Pakan benih protein 35-40% Rp.21.000 100 kg Rp.1.050.000
Pakan Pembesar Protein 27-32% Rp. 15.000 900 kg Rp.13.5000.000
Probiotik untuk air Rp.300.000 5 kg Rp.1.500.000
Probiotik untuk pakan Rp.300.000 5 kg Rp.1.500.000
Garam krosok Rp.4000 50 kg Rp.200.000
Total biaya kebutuhan pakan Rp.21.350.000.00
Semen & Pasir Rp.3.000.000
Gembok pengunci wiremesh & tali Rp.750.00
krek
Lem ,pipa ,Batako Perlengkapan Rp.3.000.000
lainnya
Saluran pemasukan Air Rp.3.500.000
Perlengkapan lainnya : Rp.4.700.000
ember,gayung dsb
Total biaya sarana Penunjang sistem biflok Rp. 14.725.000.00
Bibit ukuran >7 cm Rp.699.00 1000 ekor Rp.699.000.00
Pakan Rp.10,000 23.000.000 Rp.23.000.000.00
Tenaga kerja Rp.1.000.000 Per Rp.7.000.000.00
orang/bulan x
7
Suplemen air,listrik dsb. Rp.500.000 2 bulan Rp.1.000.000.00
Total biaya kebutuhan utama Rp.R10.699.000.00
Total biaya Investasi keseluruhan Rp.71.774.000.00
Sumber : analisa Penulis
Berdasarkan Tabel produksi diatas dapat dilihat bahwa biaya produksi serta
pembudidayaan cukup tinggi Namun pemasukan yang didapatkan untuk pembudidayaan ikan
nila Arlang sendiri dikatakan cukup untuk pemenuhan kebutuhan si pembudidayaannya dan juga
cukup untuk memenuhi kebutuhan produksi ikan nila arlang yang menggunakan sistem Bioflok
tersebut. Hal ini dijelaskan Bahwa Hasil produksi Ikan yang sudah dipanen setelah 3 bulan akan
di pasarkan melalui pemesanan via wa .Harga yang didapatkan per- kilo = Rp. 30-35.000.00
tergantung ukuran dan banyaknya ikan
2.4.2 Analisis Keuntungan Pembudidayaan Nila Arlang
Berdasarkan Hasil Observasi didapatkan bahwa Keuntungan yang didapatkan dari
pembudidayaan Nila sendiri yaitu sebesar Rp.30.000.000.00 untung hasil kotor nya , Namun
keuntungan yang didapatkan sendiri baru akan diperoleh ketika ikan nila atau produksi nya
sudah disiap panen , dimana membutuhkan waktu selama 3 bulan . dalam hal ini perlu
memproyeksikan keuntungan yang di peroleh .berikut merupakan tabel estimasi keuntungan
yang didapatkan dalam pembudidayaan ikan nila Arlang yaitu sebagai berikut :

Estimasi keuntungan pembudidayaan ikan nila Arlang

● Asumsi : Panen per-kolam = 250 kg/2,5 kuintal


● Harga perkilo = Rp.30,000,00
● Pendapatan perkolam = 250 kg x Rp 30.000.00 = Rp 7.500.000.00 x 5 kolam
= Rp 37.500.000.00
● Biaya produksi di kurangi pendapatan
= Rp.71.774.000.00 x Rp.37.500.000.00
= Rp.34.274.000
Dengan demikan hasil estimasi diperoleh sesuai dengan observasi dilapangan
dimana keuntungan yang diperoleh benar adanya sekitar 30 an juta

2.5 Kesimpulan
Berdasarkan Hasil Observasi yang telah dilakukan Pada pembudidayaan Ikan nila Arlang
sudah melibatkan Teknologi untuk mengatur suhu ,air dengan sistem Bioflok secara eksisting
lokasi pembudidayaan ikan nila arlang menggunakan lahan umum tepat dibawah jalan Tol
sehingga Lokasi pembudidayaan terlidung dari paparan sinar matahari secara langsung yang
mana hal ini berpengaruh pada proses pembudidayaan ikan . Kemudian Berdasarkan identifikasi
potensi masalah yang yang hadapi oleh pembudidaya atau pengelolaan sendiri butuh campur
tangan pihak Pemerintah sebagai fasilitator yang mendukung Proses pembudidayaan Ikan nila
dapat berjalan optimal . dengan adayanya Pembudidayaan Nila dengan penerapan sistem bioflok
dapat membuka lapangan pekerjaan guna meningkatkan kesejahtraan warga setempat melalui
kegiatan pembudidayaan Ikan nila arlang.
LAMPIRAN DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA

Armen, 2015. Budidaya Ikan Nila Pilihan untuk Mengatasi Ketergantungan Penduduk Terhadap
Sumber Daya Hayati Taman Nasional Kerinci Seblat di Nagari Limau Gadang Lumpo. J.
Saintek Vol 7.
Azhari, Tomasoa, D., M.A., 2018. Kajian kualitas air dan pertumbuhan ikan nila (Oreochromis
niloticus) yang dibudidayakan dengan system aquaponic. J. Akuatika Indones. 3, 84–90.
De Schryver, Crab, Defoirdt, Boon, Verstraete, P., R.,.T.,.N.,.W., 2008. The basics of bioflocs
technology: The added value for aquaculture. Aquaculture 277, 125–137.
Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2020. Standar Operasional Prosedur Pembesaran Ikan
Nila(Oreochromis niloticus). Dir. Jendral Perikan. Budid.
Maryam, S., 2010. Budidaya Super Intensif Ikan Nila Merah (Oreochomis sp.) dengan Teknologi
Bioflok: Profil Kualitas Air, Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan. Fak. Perikan. Dan
Ilmu Kelaut. Inst. Pertan. Bogor 66.
Salsabila,Suprapto, M., Hari, 2015. Teknik Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Di
Instalasi Budidaya Air Tawar Pandaan, Jawa Timur. J. Aquac. Fish Health Vol.7 no.3.
Ombong, F., & Salindeho, I. R. (2016). Aplikasi teknologi bioflok (BFT) pada kultur ikan nila,
Orechromis niloticus). E-Journal BUDIDAYA PERAIRAN, 4(2), 16–25.
https://doi.org/10.35800/bdp.4.2.2016.13018

Salsabila, M., & Suprapto, H. (2019). TEKNIK PEMBESARAN IKAN NILA (Oreochromis
niloticus) DI INSTALASI BUDIDAYA AIR TAWAR PANDAAN, JAWA TIMUR. Journal
of Aquaculture and Fish Health, 7(3), 118. https://doi.org/10.20473/jafh.v7i3.11260

Sukardi, P., Soedibya, P. H. T. S., & Pramono, T. B. (2018). Produksi budidaya ikan nila
(Oreochromis niloticus) sistem bioflok dengan sumber karbohidrat berbeda. Jurnal AJIE -
Asian Journal of Innovation and Entrepreneurship, 03(02), 198–203.

Anda mungkin juga menyukai