Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat, rahmat,
dan hidayah-Nya, Tugas Observasi Akuakultur ini dapat terselesaikan dengan baik.
Kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
terselesaikannya laporan ini, terutama kepada Ibu Dr.,Dra.Nurlita Abdulgani,M,.SI. dan Ibu
Dr.Dewi Hidayati,S,.SI,.M,.SI sebagai dosen pangampu mata kuliah Akuakultur dan semua
narasumber yang telah bersedia untuk kami wawancarai.
Kami menyadari laporan ini masih memilki banyak kekurangan, oleh karena itu kritik
dan saran sangat kami butuhkan agar laporan-laporan selanjutnya menjadi lebih baik lagi. Kami
berharap semoga laporan ini bisa diterima dengan baik dan dapat memberikan tambahan
informasi serta wawasan kepada para pembaca.
Terima kasih.
BAB I Pendahuluan 4
1.1 latar belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan Observasi 5
1.4 Metodelogi Observasi 5
BAB II 6
HASIL OBSERVASI 6
2.1 Lokasi Observasi 6
2.2 Cara Budidaya Ikan Nila 7
2.2.1 Persiapan Budidaya Ikan Nila 7
2.2.2 Pembesaran Ikan Nila 8
2.2.3 Panen dan Pasca Panen 8
2.3 Permasalahan dan Pengelolaan 9
2.1.3 Pengelolaan Limbah 9
2.2.3 Permasalahan Lingkungan 9
2.3.3 Permasalahan dan solusi 10
2.4 Analisis Biaya Produksi pembudidayaan Ikan Nila ( sistem Bioflok) 10
2.4.1 Analisis Biaya Produksi 10
2.4.2 Analisis Keuntungan Pembudidayaan Nila Arlang 11
2.5 Kesimpulan 12
BAB I
Pendahuluan
1.1 latar belakang
Sektor perikanan budidaya atau yang kerap disebut akuakultur merupakan salah satu sektor
yang memiliki peran penting dalam pemenuhan bahan pangan (khususnya protein hewani),
produksi bahan baku industri, pengembangan wilayah, serta penyedia lapangan pekerjaan
(Ombong & Salindeho, 2016). Salah satu komoditas perikanan budidaya yang saat ini
berkembang pesat di Indonesia adalah komoditas ikan Nila. Hal ini dikarenakan ikan Nila
termasuk dalam jenis ikan air tawar yang sangat diminati untuk dikonsumsi sehingga memiliki
nilai ekonomis yang tinggi (Salsabila & Suprapto, 2019). Menurut data dari Statistik Kementrian
Kelautan dan Perikanan, pada tahun 2017 produksi ikan Nila di Indonesia mencapai 1.358.779
ton, dimana Provinsi Jawa Timur menyumbang angka produksi mencapai 3,49%, yakni sebesar
47.486 ton. Angka produksi ikan Nila di Jawa Timur ini mengalami penurunan sebesar 4% dari
tahun sebelumnya, yaitu tahun 2016 dengan angka produksi sebanyak 49.466 ton.
Sebagai upaya peningkatan angka produksi, sistem budidaya perairan intensif perlu
diterapkan dalam pemeliharaan ikan Nila. Sistem budidaya perairan intensif memiliki
keunggulan, yaitu hasil produksi per unit area (m2) yang lebih tinggi dibandingkan metode
konservatif dengan cara pemberian pakan tambahan dan pengontrolan kualitas kolam
menggunakan teknologi tinggi. Sistem budidaya perairan intensif juga dapat menjadi solusi
untuk masalah keterbatasan lahan dan sumber daya air dikarenakan padat tebarnya yang
tinggi(Salsabila & Suprapto, 2019). Namun pemberian pakan tambahan pada budidaya intensif
dapat menimbulkan permasalahan lingkungan berupa limbah beracun nitrogen yang berasal dari
sisa pakan dan kotoran ikan. Solusi alternatif yang dapat diterapkan untuk mengatasi
permasalahan ini adalah teknologi bioflok. Teknologi bioflok tidak hanya dapat menurunkan
jumlah limbah nitrogen, tetapi juga dapat menyediakan pakan tambahan tinggi protein yang
ramah lingkungan.Penerapan teknologi bioflok dilakukan dengan penambahan karbohidrat
organik pada media kultur untuk meningkatkan rasio C/N dan pertumbuhan bakteri heterotrof
yang berperan dalam asimilasi nitrogen anorganik menjadi biomassa organik (Sukardi, dkk
2018). Oleh karena itu, observasi yang akan dilakukan ini berfokus pada budidaya ikan Nila
dengan sistem bioflok.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas pada observasi ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana cara budidaya ikan Nila dengan sistem bioflok
2. Apa permasalahan yang dihadapi pembudidaya ikan Nila dengan sistem bioflok
3. bagaimana cara mengatasi permasalahan yang ada dalam budidaya ikan Nila dengan
sistem bioflok
1.3 Tujuan Observasi
Adapun tujuan dari dilakukannya observasi ini yaitu sebagai berikut:
1. Mengetahui cara budidaya ikan Nila dengan sistem bioflok
2. Mengetahui permasalahan yang dihadapi pembudidaya ikan Nila dengan sistem bioflok
3. Mengetahui cara mengatasi permasalahan yang ada dalam budidaya ikan Nila dengan
sistem bioflok.
1.4 Metodelogi Observasi
Observasi ini dilakukan dengan dua metode, yakni metode wawancara dan studi literatur.
Metode wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data lapangan akurat dari narasumber yang
sesuai, dalam observasi ini yaitu pembudidaya ikan Nila dengan system bioflok yang berlokasi di
Karangpilang Surabaya. Selain itu, dilakukan pula metode studi literatur sebagai sumber
referensi untuk melengkapi dan menyempurnakan data-data yang telah diperoleh dari wawancara
BAB II
HASIL OBSERVASI
2.1 Lokasi Observasi
Lokasi yang dipilih untuk melakukan observasi budidaya ikan nila dengan metode bioflok
adalah Kampung Nila Arlang di jalan Kutilang, RT.05/RW.02, Karang Pilang, Kec.
Karangpilang, Kota SBY, Jawa Timur 60221 sebagai usaha para pemuda Karang pilang
RT.05/RW.02 dengan menggunakan lahan milik Jasa Marga yang dilakukan pada hari Minggu,
27 November 2022. Observasi dilakukan dengan mewawancarai pemuda yang membudidayakan
ikan nila.
Budidaya ikan nila yang dilakukan secara intensif dapat meningkatkan produksi dengan kriteria
memiliki padat tebar tinggi, pemberian pakan berprotein tinggi, serta kontrol kualitas air yang
baik (Azhari, Tomasoa, 2018). Pada observasi yang dilakukan di Kampung Nila Arlang,
budidaya ikan nila menggunakan sistem bioflok dengan memanfaatkan lahan milik jasa marga
seluas 400 m² sebagai komoditas warga Karang pilang RT.05/RW.02, terutama bagi para pemuda
yang memiliki minat di bidang budidaya ikan.
1) Kolam bulat central drain dengan diameter 3 m dan kedalaman 2 m yang selalu
dibersihkan menggunakan sikat hingga bersih.
2) Aerasi kolam di pasang pada dua kolam bulat dengan jumlah batu aerasi masing –
masing kolam sebanyak 9 buah perdiameter 3 m dan kedalaman 2 m. Posisi batu
aerasi disesuaikan sehinggan oksigen bisa merata di semua kolom air kolam. Aliran
oksigen di setting dengan kecepatan 10 L/menit.
3) Media bioflok dilarutkan dengan air dan dimasukkan ke dalam kolam yang berasal
dari campuran garam krosok 1 kg/m3, kapur dolomit 50 gram/m3, molase 10 ml/m3,
dan probiotik berupa baketri Baccilus sp. 10 ml/m3.
4) Kolam didiamkan selama 7-10 hari atau sampai dinding kolam terasa licin jika
dipegang.
5) Kualitas air diukur dan dipertahankan dengan batas minimal oksigen terlarut 3
mg/L dan pH 6-8 serta dilakukan pengamatan warna air.
Pemeliharaan di Kolam air tenang dengan kolam tanah atau tembok dilakukan pada
kedalaman kolam minimal 80 cm, memiliki saluran pemasukan air dengan debit yang cukup,
lahan yang akan digunakan dipersiapkan dengan melakukan pengeringan, perbaikan pematang
jika terdapat kerusakan, pengapuran dan pemupukan jika diperlukan, serta pengisian air kolam
dengan melakukan penyaringan air masuk untuk menghindari masuknya sampah dan ikan-ikan
predator. (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2020) Pemberian pakan pada ikan nila pada
umumnya dilakukan sebanyak 2 – 3 kali perhari dengan menggunakan pakan buatan yang
digunakan memiliki kandungan protein minimal 25% serta terdaftar di KKP. Ukuran pakan yang
digunakan sebesar 1 mm, 2 mm dan 3 mm berdasarkan ukuran bukaan mulut ikan yang
dipelihara. Jumlah pakan yang diberikan pada ikan nila sebesar 5% bobot biomas perhari pada
dua bulan awal masa pemeliharaan, dan secara bertahap berkurang menjadi 2% bobot biomas
perhari di akhir masa pemeliharaan (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2020).
Dengan kondisi tambak ikan nila yang bioflok, tentunya terdapat limpahan limbah di
dalam air yang di gunakan pada bioflok tersebut yang dapat menbuat terjadinya permasalahan
lingkungan. Tentunya di dalam bioflok terdapat limpahan limbah, yang dapat di kelolah untuk
menumbuhkan mikroorganisme terutama bakteri heterotrof di air untuk menyerap komponen
polutan dalam air kolam.budidaya sistem bioflok juga dapat memperbaiki kualitas air dengan
memanfaatkan bakteri heterotrof untuk mengubah N organik dan anorganik yang bersumber dari
feses dan sisa pakan ikan menjadi biomassa yang dapat menjadi pakan berprotein alami pada
ikan sehingga dapat menaikan efisiensi pada makanan.
2.5 Kesimpulan
Berdasarkan Hasil Observasi yang telah dilakukan Pada pembudidayaan Ikan nila Arlang
sudah melibatkan Teknologi untuk mengatur suhu ,air dengan sistem Bioflok secara eksisting
lokasi pembudidayaan ikan nila arlang menggunakan lahan umum tepat dibawah jalan Tol
sehingga Lokasi pembudidayaan terlidung dari paparan sinar matahari secara langsung yang
mana hal ini berpengaruh pada proses pembudidayaan ikan . Kemudian Berdasarkan identifikasi
potensi masalah yang yang hadapi oleh pembudidaya atau pengelolaan sendiri butuh campur
tangan pihak Pemerintah sebagai fasilitator yang mendukung Proses pembudidayaan Ikan nila
dapat berjalan optimal . dengan adayanya Pembudidayaan Nila dengan penerapan sistem bioflok
dapat membuka lapangan pekerjaan guna meningkatkan kesejahtraan warga setempat melalui
kegiatan pembudidayaan Ikan nila arlang.
LAMPIRAN DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA
Armen, 2015. Budidaya Ikan Nila Pilihan untuk Mengatasi Ketergantungan Penduduk Terhadap
Sumber Daya Hayati Taman Nasional Kerinci Seblat di Nagari Limau Gadang Lumpo. J.
Saintek Vol 7.
Azhari, Tomasoa, D., M.A., 2018. Kajian kualitas air dan pertumbuhan ikan nila (Oreochromis
niloticus) yang dibudidayakan dengan system aquaponic. J. Akuatika Indones. 3, 84–90.
De Schryver, Crab, Defoirdt, Boon, Verstraete, P., R.,.T.,.N.,.W., 2008. The basics of bioflocs
technology: The added value for aquaculture. Aquaculture 277, 125–137.
Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2020. Standar Operasional Prosedur Pembesaran Ikan
Nila(Oreochromis niloticus). Dir. Jendral Perikan. Budid.
Maryam, S., 2010. Budidaya Super Intensif Ikan Nila Merah (Oreochomis sp.) dengan Teknologi
Bioflok: Profil Kualitas Air, Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan. Fak. Perikan. Dan
Ilmu Kelaut. Inst. Pertan. Bogor 66.
Salsabila,Suprapto, M., Hari, 2015. Teknik Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Di
Instalasi Budidaya Air Tawar Pandaan, Jawa Timur. J. Aquac. Fish Health Vol.7 no.3.
Ombong, F., & Salindeho, I. R. (2016). Aplikasi teknologi bioflok (BFT) pada kultur ikan nila,
Orechromis niloticus). E-Journal BUDIDAYA PERAIRAN, 4(2), 16–25.
https://doi.org/10.35800/bdp.4.2.2016.13018
Salsabila, M., & Suprapto, H. (2019). TEKNIK PEMBESARAN IKAN NILA (Oreochromis
niloticus) DI INSTALASI BUDIDAYA AIR TAWAR PANDAAN, JAWA TIMUR. Journal
of Aquaculture and Fish Health, 7(3), 118. https://doi.org/10.20473/jafh.v7i3.11260
Sukardi, P., Soedibya, P. H. T. S., & Pramono, T. B. (2018). Produksi budidaya ikan nila
(Oreochromis niloticus) sistem bioflok dengan sumber karbohidrat berbeda. Jurnal AJIE -
Asian Journal of Innovation and Entrepreneurship, 03(02), 198–203.