Anda di halaman 1dari 35

strategi pengembangan ekonomi

lokal berbasis komoditas pangan


di kabupaten Mentawai Provinsi
sumatera barat
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Proses pembangunan daerah Provinsi Sumatera Barat sudah dilakukan dalam periode
waktu yang cukup lama, namun demikian hasil yang dapat dicapai ternyata masih jauh dari
harapan. Hal ini terlihat dari penyediaan infrastruktur dan fasilitas pelayanan spasial yang
masih terbatas serta tingkat kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat yang masih relatif
rendah jika dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia. Untuk dapat memperoleh hasil
yang lebih baik, maka upaya pemerintah dalam mendorong proses pembangunan daerah perlu
terus dilanjutkan dan ditingkatkan dengan memperhatikan kendala dan permasalahan yang
terdapat di daerah dewasa ini.
Disamping itu, dalam rangka mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi Sumatera
Barat telah pula disusun Master Plan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Sumatera
Barat (MP3ESB) untuk periode waktu 2012-2025. Lihat (Gubernur Provinsi Sumatera Barat,
2013). Secara nasional telah terdapat Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang telah ditetapkan dengan Peraturan Presiden No: 32 Tahun
2011 tanggal 27 Mei 2011(Bappenas, 2011). Namun demikian, peranan Provinsi Sumatera
Barat dalam rencana pembangunan ekonomi ini tidak terlihat dengan tegas. Karena itu, telah
berhasil pula disusun MP3ESB dengan mengacu dan berpedoman pada MP3EI agar
percepatan pembangunan ekonomi Sumatera Barat juga dapat dipercepat sehingga
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat dapat terus ditingkatkan sebagaimana yang juga
direncanakan pada tingkat nasional. Percepatan pembangunan ekonomi daerah yang
dilakukan melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi dalam MP3ESB ini diwujudkan
melalui 4 pendekatan analisis dan sistem penyusunan rencana, sebagai berikut:
1) Peningkatan Nilai Tambah (Value Added) produksi barang dan jasa melalui kegiatan
pengolahan dan distribusi produk-produk hasil pertanian, perkebunan, peternakan,
perikanan dan pertambangan baik dalam bentuk barang setengah jadi (Intermediate
Products) maupun barang yang siap di konsumsi (Final Products);
2) Mewujudkan keterpaduan ekonomi sektoral dan spasial melalui pembentukan
beberapa Kawasan Ekonomi Terpadu (KAPET), Kawasan Industri, Kawasan Sentra
Produksi (KSP), Klaster Industri dan Pusat Pertumbuhan guna menciptakan
Keuntungan Aglomerasi yang dapat menimbulkan daya tarik untuk melakukan
investasi;
3) Mendorong terwujudnya peningkatan efisiensi pemasaran serta integrasi pasar
regional dan nasional serta domestik dan internasional dalam rangka meningkatkan
daya saing dan daya tahan perekonomian daerah;
4) Menunjang penguatan Sistem Informasi Daerah (SIDA) di bidang proses produksi
guna meningkatkan kualitas produk serta penciptaan produk baru yang mempunyai
nilai tinggi guna meningkatkan daya saing produk dalam era globalisasi dan otonomi
daerah.
Tidak dapat disangkal bahwa keempat cara dan pendekatan analisis dan
penyusunan rencana ini pada dasarnya saling terkait satu sama lainnya sehingga
pelaksanaannya harus dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan. Sedangkan aspek
lokasi dan tata-ruang ditampilkan dalam bentuk peta sesuai dengan skala yang
tersedia di daerah.
Dalam dokumen MP3ESB terdapat tiga strategi utama yang dapat dilakukan
untuk mempercepat pembangunan wilayah Sumatera Barat yakni:

1. Pengembangan potensi ekonomi melalui koridor ekonomi yang telah berhasil


ditemukan yakni koridor ekonomi (KE) Pantai Barat, KE Lintas Timur dan
KE Lintas Sumatera.
2. Penguatan konektifitas daerah melalui pembangunan dan pengembangan
sistem logistic daerah (silogda) dan Sistem transportasi daerah (Sistrada)
3. Mempercepat kemampuan sumberdaya manusia dan IPTEKDA.
Prasyarat yang harus dilakukan sebagai necessary condition agar ketiga
strategi di atas dapat dicapai adalah:
1. Peningkatan nilai tambah produk barang dan jasa
2. Menciptakan agglomerasi ekonomi pemicu daya tarik investasi
3. Efisiensi pemasaran dan integrasi pasar regional, nasional dan internasional
4. Produk baru yang berdaya saing global
Inisiatif strategi yang dapat dilakukan agar terciptanya necessary condition diatas
sehinga percepatan pembangunan ekonomi benar-benar dapat diwujudkan adalah dengan
mendorong investasi BUMN dan BUMD, swasta daerah dan foreign direct investment (FDI)
pada kegiatan ekonomi utama di setiap koridor ekonomi yang ada. Melakukan sinkronikasi
rencana aksi daerah untuk revitalisasi kinerja sektoril yakni pembangunan jalan tol Padang –
Bukittingi – Payakumbuh _ batas Riau, pembangunan jalan kereta api menuju bandara BIM,
dan perluasan bandara BIM dan Pelabuahan teluk Bayur untuk melayani kegiatan kargo
internasional.
Pengembangan centre excellent seperti academy communitas pada setiap koridor
ekonomi untuk menjiapkan tenaga kerja terampil di bidang komoditi utama yang menjadi
andalan setiap koridor. Inisiatif strategi ini menjadi sufficien condition untuk terwujudkan
percepatan pembangunan ekonomi wilayah Sumatera Barat di masa depan.

1.2 Rumusan Masalah


Kabupaten Kepulauan Mentawai masih ditetapkan sebagai daerah tertinggal,
namun Ketersediaan sumberdaya perikanan yang besar di Kabupaten Kepulauan
Mentawai tentunya harus memiliki dampak peningkatan kesejahteraan masyarakat
dan mampu berkontribusi terhadap pengurangan angka kemiskinan di kabupaten
Kepulauan Mentawai. Dalam rangka mengoptimalkan Sumberdaya perikanan di
Kabupaten Kepulauan Mentawai maka perlu pengoptimalan center of fisheris yaitu
pelabuhan perikanan yang merupakan aset pemerintah daerah dalam
mengembangakan potensi sumberdaya lokal yang ada.

1.3 Tujuan

Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas , adapun tujuan dalam penulisan laporan ini yaitu :

1. Mengidentifikasikan sektor unggulan kabupaten kepulauan Mentawai


2. Mengidentifikasi kondisi perekonomian lokal dan UMKM kabupaten Mentawai
3. Mengidentifikasi strategi kebijakan yang tepat dalam mengembangkan kabupaten Mentawai
dengan basis sektor unggulan

1.4 Sistematika penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran ruang lingkup
lokasi dan materi serta sistematika laporan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan tinjauan pustaka yang berupa tinjauan teori dan tinjauan kebijakan
yang digunakan sebagai landasan teori dan kebijakan untuk menyusun laporan.
BAB III GAMBARAN UMUM
Bab ini berisikan gambaran umum yang berupa gambaran umum wilayah dan aspek-
aspek lain yang dijelaskan secara umum
BAB IV IDENTIFIKASI POTENSI DAN MASALAH
Bab ini berisikan identifikasi potensi dan masalah dari aspek-aspek yang menjadi
indikator dalam Pengembangan Ekonomi Lokal
BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN
Bab ini berisikan tentang arahan pengembangan yang akan dilakukan setelah
meninjau dari Potensi dan Masalah yang sudah dibuat sebelumnya
BAB VI PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran sebagai penutup laporan
BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Tinjauan Kebijakan

2.1.1 RPJMD Kabupaten kepulauan Mentawai


Berdasarkan visi dan misi pembangunan jangka panjang daerah sumatra Barat tahun 2025, maka
dalam RPJPD telah ditetapkan arah kebijakan pembangunan jangka menengah tahap keempat. yaitu :
● memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pada
terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di
berbagai wilayah yang didukung oleh SDM yang berkualitas dan berdaya saing
● Kemajuan di bidang ekonomi yang ditopang oleh ketahanan pangan dan perkembangan agro
industri terutama pada beberapa komoditi unggulan, sejalan dengan kemajuan di dalam
pengelolaan lingkungan hidup sehingga kualitas dan fungsi lingkungan hidup tetap terjaga.

2.2 Tinjauan Pustaka

2.2.1 Ekonomi Wilayah


Perencanaan, pada intinya, merupakan cara berpikir tentang masalah sosial
ekonomi, berorientasi dominan menuju masa depan, sangat peduli pada hubungan
dari tujuan dengan keputusan kolektif dan mengusahakan untuk membuat kebijakan
dan program secara komprehensif. (Friedman dalam Glasson, 1974:5). Wilayah
didefinisikan sebagai suatu unit geografi yang dibatasi oleh kriteria tertentu yang
bagian-bagiannya tergantung secara internal. Isard (1975) dalam Rustiadi dkk
(2009:25) menjelaskan bahwa wilayah bukan sekedar areal dengan batas-batas
tertentu namun memiliki arti (meaningful), karena adanya masalah-masalah yang
ada di dalamnya sedemikian rupa, khususnya menyangkut permasalahan sosial-
ekonomi. Perencanaan Wilayah merupakan suatu upaya dalam merumuskan dan
mengaplikasikan kerangka teori ke dalam kebijakan ekonomi dan program
pembangunan yang di dalamnya mempertimbangkan aspek wilayah dan
mengintegrasikan aspek sosial dan lingkungan menuju tercapainya kesejahteraan
yang optimal dan berkelanjutan (Nugroho & Dahuri, 2004 dalam Andari, 2020)

2.3 Analisis Location Quotient


Analisis LQ digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat spesialisasi sektorsektor ekonomi
di suatu daerah, atau sektor-sektor apa saja yang merupakan sektor basis atau leading sektor.teknik ini
menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor di daerah yang diselidiki dengan
kemampuan sektor yang sama pada daerah yang menjadi acuan. Satuan yang digunakan sebagai
ukuran untuk menghasilkan koefisien LQ tersebut nantinya dapat berupa jumlah tenaga kerja per-
sektor ekonomi, jumlah produksi atau satuan lain yang dapat digunakan sebagai kriteria. Teknik
analisis ini belum bisa memberikan kesimpulan akhir dari sektor-sektor yang teridentifikasi sebagai
sektor strategis. Namun untuk tahap pertama sudah cukup memberi gambaran akan kemampuan suatu
daerah dalam sektor yang teridentifikasi. Rumus LQ yang digunakan untuk membandingkan
kemampuan sektor sektor dari daerah tersebut adalah (Warpani, 1984:68) :

Dimana :
● Si = Jumlah buruh sektor kegiatan ekonomi di daerah yang diselidiki
● S = Jumlah buruh seluruh sektor kegiatan ekonomi di daerah yang diselidiki
● Ni = Jumlah sektor kegiatan ekonomi i di daerah acuan yang lebih luas, di mana daerah yang
di selidiki menjadi bagiannya
● N = Jumlah seluruh buruh di daerah acuan yang lebih luas
dari perhitungan Location Quotient (LQ) suatu sektor, kriteria umum yang dihasilkan adalah :
1) Jika LQ > 1, disebut sektor basis, yaitu sektor yang tingkat spesialisasinya lebih tinggi dari
pada tingkat wilayah acuan
2) Jika LQ < 1, disebut sektor non-basis, yaitu sektor yang tingkat spesialisasinya lebih rendah
dari pada tingkat wilayah acuan
3) Jika LQ = 1, maka tingkat spesialisasi daerah sama dengan tingkat wilayah acuan
Asumsi metoda LQ ini adalah penduduk di wilayah yang bersangkutan mempunyai pola permintaan
wilayah sama dengan pola permintaan wilayah acuan. Asumsi lainnya adalah permintaan wilayah
akan suatu barang akan dipenuhi terlebih dahulu oleh produksi wilayah, kekurangannya diimpor dari
wilayah lain.

2.4 Konsep Pengembangan Ekonomi Lokal


Menurut Canzanelli (2001: 9) PEL merupakan proses partisipatif yang
mendorong dan memberikan jalan kepada stakeholders lokal untuk meningkatkan
daya saing lokal dengan tujuan membuka lapangan pekerjaan yang layak dan
menciptakan aktivitas ekonomi yang berkelanjutan. International Labour
Organization (ILO) (2005: 6) mendefinisikan PEL adalah proses partisipatif yang
mendorong kemitraan antara swasta, masyarakat, dan pemangku kepentingan di
wilayah tertentu untuk melakukan pembangunan bersama dengan memanfaatkan
sumber daya lokal guna menciptakan lapangan pekerjaan dan merangsang kegiatan
ekonomi. ILO juga menjabarkan terdapat dua prinsip dalam PEL, yakni pertama,
partisipatif untuk mempromosikan kohesi sosial, memulai kesadaran lokal,
pembangunan konsensus, kemitraan kelembagaan, dan jaringan untuk memastikan
pertumbuhan yang berkelanjutan; dan kedua, PEL harus memanfaatkan sumber daya
lokal yang tersedia dengan mengedepankan kepentingan bersama. PEL merupakan
langkah konkret yang dilakukan sebagai upaya untuk membuka lapangan kerja dan
mendorong aktivitas perekonomian pada tingkat lokal dengan tujuan peningkatan
taraf hidup masyarakat yang lebih baik. Swinburn, Goga, dan Murphy (2006: 1)
mendefinisikan PEL sebagai proses di mana masyarakat, pemerintah lokal, dan
pihak swasta bersama-sama meningkatkan ekonomi lokal dan lapangan pekerjaan
sebagai upaya mendorong peningkatan taraf hidup yang lebih baik. Sementara Gibbs
(2002: 27) menyatakan bahwa perkembangan PEL terlihat dari terwujudnya inisiatif
lokal untuk menggerakan kemajuan pembangunan ekonomi lokal yang
berkelanjutan. World Bank (2003: 1) mendefinisikan PEL sebagai suatu proses di
mana masyarakat, lembaga usaha, dan organisasi non pemerintah bekerja sama
untuk menciptakan kondisi yang lebih baik guna mendorong pertumbuhan ekonomi
dan tersedianya lapangan pekerjaan pada tingkat lokal, dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik bagi semua. Helmsing dan Guimaraes
(1997: 64) mendefinisikan PEL sebagai sebuah proses di mana kemitraan antara
pemerintah daerah, kelompok berbasis masyarakat, dan sektor swasta dibentuk
untuk mengelola sumber daya lokal yang ada untuk menciptakan lapangan kerja dan
merangsang ekonomi lokal. PEL menekankan pada aktivitas lokal dengan
menggunakan sumber daya manusia, kelembagaan, dan aset lokal.
Berdasarkan beberapa uraian pengertian PEL tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa PEL adalah usaha untuk mengoptimalkan sumber daya lokal
dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan lokal baik pemerintah, swasta,
organisasi non pemerintah, dan sektor publik dengan tujuan menciptakan lapangan
kerja, menciptakan aktivitas perekonomian yang berkelanjutan, serta mampu
menggali potensi ekonomi lokal yang produktif dan berdaya saing. Terkait dengan
PEL, Meyer-Stamer (2005: 4) menjabarkan terdapat enam aspek dalam PEL, yaitu:
(1) Kelompok sasaran pengembangan ekonomi lokal; (2) Faktor lokasi; (3) Sinergi;
(4) Pembangunan berkelanjutan yang melihat pada aspek ekonomi, ekologis, dan
sosial; (5) Tata pemerintahan terdiri dari kemitraan dengan sektor publik dan swasta,
perampingan regulasi di sektor publik dan pengembangan organisasi; (6)
Manajemen, pengembangan ekonomi lokal didasarkan pada proses berulang dengan
landasan diagnostik dan perencanaan, implementasi, dan monitoring serta evaluasi.
Keenam aspek tersebut sering disebut dengan heksagonal pengembangan ekonomi
lokal.
Heksagonal PEL (Pengembangan Ekonomi Lokal) atau Local Economic
Development menurut (Mayer & Stamer, 2014) merupakan semacam alat didaktif.
Tujuan model ini adalah menyusun dan sebagai pengingat isu-isu penting dalam
proses pembangunan ekonomi local. Model heksagon terdiri dari enam segitiga
dimana masing-masing segitiga berkaitan dengan isu tertentu. Meski demikian,
keenam segitiga ini tidak diartikan sebagai suatu runtutan aktivitas, namun hanya
bersifat penggolongan isu-isu esensial dalam PEL. Segitiga pertama dan kedua
(target group dan locational factors) disebut sebagai instrumen inti PEL. Segitiga
ketiga dan keempat (policy focus and synergy dan sustainability) merupakan inovasi
dan perluasan cakupan dan perspektif PEL yang disebut instrumen inovasi. Segitiga
kelima dan keenam (governance dan planning M+E) mengenai isu-isu yang terkait
dalam implementasi PEL dan digolongkan sebagai segitiga koordinasi.

Gambar 2.1 Heksagonal Pengembangan Ekonomi Lokal


sumber : website Universitas Airlangga
Heksagonal PEL merupakan alat analisis yang dapat digunakan untuk
menggambarkan dan mengukur kondisi PEL di suatu wilayah. Berdasarkan hasil
pemetaan tersebut kemudian dilakukan analisis terhadap komponen heksagonal PEL
yang berperan sebagai faktor pengungkit (leverage factor) PEL. Berdasarkan nilai
faktor pengungkit tersebut selanjutnya disusun strategi pengembangan PEL
(Bappenas, 2006).

2.5 Sektor Unggulan


Pengertian sektor unggulan biasanya berkaitan dengan suatu perbandingan,
baik itu perbandingan berskala regional, nasional maupun internasiona. Pada
lingkup internasional, suatu sektor dikatakan unggulan jika sektor tersebut mampu
bersaing dengan sektor yang sama dengan negara lain. Sedangkan pada lingkup
nasional, suatu sektor dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di
wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh
wilayah lain, baik di pasar nasional maupun domestik. Suatu daerah akan
mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat memenangkan
persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga dapat menghasilkan
ekspor (Suyanto, 2002).
Menurut Tumenggung (1996), Sektor unggulan adalah sektor yang memiliki
keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif dengan produk sektor sejenis
dari daerah lain serta memberikan nilai manfaat yang besar. Sektor unggulan juga
memberikan nilai tambah dan produksi yang besar, memiliki multiplier effect yang
besar terhadap perekonomian lain, serta memiliki permintaan yang tinggi baik pasar
lokal maupun pasar ekspor.
Sektor unggulan dipastikan memiliki potensi lebih besar untuk tumbuh lebih
cepat dibandingkan sektor lainnya dalam suatu daerah terutama adanya faktor
pendukung terhadap sektor unggulan tersebut yaitu akumulasi modal, pertumbuhan
tenaga kerja yang terserap, dan kemajuan teknologi (technological progress),
penciptaan peluang investasi juga dapat dilakukan dengan memberdayakan potensi
sektor unggulan yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan. Sektor unggulan di
suatu daerah (wilayah) berhubungan erat dengan data PDRB dari daerah
bersangkutan (Rachbini, 2001)
Menurut Usya (2006), kriteria sektor unggulan yaitu : pertama, sektor
unggulan memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Kedua, sektor unggulan
memiliki angka penyerapan tenaga kerja yang relatif besar. Ketiga, sektor unggulan
memiliki keterkaitan antara sektor yang tinggi baik kedepan maupun ke belakang,
dan keempat, sektor yang menciptakan nilai tambah yang tinggi.
BAB III

Gambaran Umum

3.1 Gambaran Umum Wilayah


Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah salah satu kabupaten yang terletak di provinsi Sumatera
Barat, Indonesia, dengan ibukota kabupaten Tua Pejat yang berada di Pulau Sipora. Kabupaten ini
dibentuk berdasarkan UU RI Nomor 49 Tahun 1999 dan dinamai menurut nama asli geografisnya.
Kabupaten ini terdiri atas 4 pulau besar ditambah pulaupulau kecil (94 buah). Keempat pulau besar ini
adalah Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara, dan Pulau Pagai Selatan Kabupaten Kepulauan
Mentawai merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Barat dengan posisi geografis yang
terletak diantara 0055’00’’-3021’00’’ Lintang Selatan dan 98035’00’’-100032’00’’ Bujur Timur
dengan luas wilayah tercatat 6.011,35 km2 dan garis pantai sepanjang 1.402,66 km.

Secara topografi, keadaan geografis Kabupaten Kepulauan Mentawai bervariasi antara dataran,
sungai, dan berbukit-bukit, dimana rata-rata ketinggian daerah seluruh ibukota kecamatan dari
permukaan laut (DPL) adalah 2 meter. Kabupaten Kepulauan Mentawai beribukota di Tuapejat yang
terletak di Kecamatan Sipora Utara dengan jarak tempuh ke kota Padang sepanjang 153 km

● Sebelah Utara berbatasan dengan Kab. Nias Sumatera Utara


● Sebelah Selatan berbatasan dengan Kab. Pesisir Selatan
● Sebelah Timur berbatasan dengan Kab. Padang Pariaman
● Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia

3.2 Gambaran Umum Perekonomian


Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah salah satu kabupaten yang terletak di provinsi
Sumatera Barat, Indonesia, dengan ibukota kabupaten Tuapeijat yang berada di Pulau
Sipora. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan UU RI Nomor 49 Tahun 1999 dan dinamai
menurut nama asli geografisnya. Kabupaten ini terdiri atas 4 pulau besar ditambah pulau-
pulau kecil (94 buah). Keempat pulau besar ini adalah Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau
Pagai Utara, dan Pulau Pagai Selatan
Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan salah satu kabupaten di Provinsi
Sumatera Barat dengan posisi geografis yang terletak diantara 0055’00’’-3021’00’’
Lintang Selatan dan 98035’00’’-100032’00’’ Bujur Timur dengan luas wilayah tercatat
6.011,35 km2 dan garis pantai sepanjang 1.402,66 km.
Secara topografi, keadaan geografis Kabupaten Kepulauan Mentawai bervariasi
antara dataran, sungai, dan berbukit-bukit, dimana rata-rata ketinggian daerah seluruh
ibukota kecamatan dari permukaan laut (DPL) adalah 2 meter. Kabupaten Kepulauan
Mentawai beribukota di Tuapeijat yang terletak di Kecamatan Sipora Utara dengan jarak
tempuh ke kota Padang sepanjang 153 km. Untuk mencapai ibukota Provinsi Sumatera
Barat ini harus ditempuh melalui jalan laut. Begitu pula halnya transportasi dari masing-
masing ibukota kecamatan ke kota Padang ataupun ke ibukota Kabupaten juga harus
ditempuh melalui jalur laut. Batas daerah kabupaten kepulauan Mentawai berbatasan
dengan:

● Sebelah Utara berbatasan dengan Kab. Nias Sumatera Utara


● Sebelah Selatan berbatasan dengan Kab. Pesisir Selatan
● Sebelah Timur berbatasan dengan Kab. Padang Pariaman
● Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia
Gambar 3.1 Peta Administrasi Kabupaten Kepulauan Mentawai
sumber : website petatematikindo
Kabupaten Kepulauan Mentawai terdiri atas gugusan pulau-pulau yang berjumlah
sebanyak 99 buah. Secara administratif Kabupaten Kepulauan Mentawai terdiri dari 10
Kecamatan, 43 Desa dan 341 buah Dusun.
Tabel 3.1 Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Mentawai
Jarak ke
Jumlah Jumlah Proporsi
No Kecamatan Ibukota Luas (km2)
Desa Pulau (%)
(km)

1 Pagai Selatan 4 34 154 851,28 14,11

2 Sikakap 3 9 112 321,6 5,18

3 Pagai Utara 3 9 74 371,26 6,15

4 Sipora Selatan 7 3 26 348,33 5,77

5 Sipora Utara 6 15 7 272,40 4,51

6 Siberut Selatan 5 1 65 328,00 5,44

7 Siberut Barat 3 22 70 1013,83 16,80


Daya

8 Siberut Tengah 3 5 110 589,75 9,77

9 Siberut Utara 6 4 128 782,68 12,97

10 Siberut Barat 3 1 194 1163,64 19,29

Kepulauan Mentawai 43 103 - 6033,76 100


Sumber : Kabupaten Kepulauan Mentawai dalam Angka Tahun 2022
3.2 Kependudukan
Penduduk menjadi aset dan modal besar dalam pembangunan, sebagai pelaku dan
penikmat hasil pembangunan. Integrasi perencanaan dengan kependudukan menjadi hal
penting bagi daerah dalam mengarahkan esensi pembangunan daerah, bahwa
pembangunan berwawasan kependudukan lebih berdampak besar pada peningkatan
kesejahteraan penduduk secara keseluruhan dibanding dengan orientasi pembangunan
ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan. Disisi lain, tantangan pertumbuhan
penduduk menjadi permasalahan tersendiri di daerah baik itu dilihat dari laju
pertumbuhan penduduk, ketimpangan distribusi, tingkat ketergantungan, kepadatan
penduduk yang akan dikaitkan dengan daya dukung lingkungan/alam. Jumlah penduduk
per kecamatan, luas daerah dan kepadatan penduduk disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.2 Data Kependudukan berdasarkan Kecamatan


di Kabupaten Kepulauan Mentawai
No. Kecamatan Luas Jumlah Kepadatan Laju
Daerah Penduduk Penduduk Pertumbuhan
(km2) (jiwa) (orang/km2) Penduduk
(%)
1 Pagai Selatan 901,08 9.385 10,02 0,13

2 Sikakap 278,45 10.236 32,75 0,17

3 Pagai Utara 342,02 6.086 16,39 0,91

4 Sipora Selatan 268,47 9.903 28,42 0,93

5 Sipora Utara 383,08 12.228 44,84 2,17

6 Siberut Selatan 508,33 10.039 30,60 1,07

7 Siberut Barat Daya 649,08 7.126 7,02 0,96

8 Siberut Tengah 739,87 7.160 12,14 1,00

9 Siberut Utara 816,11 8.351 10,66 0,17

10 Siberut Barat 1.124,86 7.875 6,76 0,92


sumber :Kabupaten Kepulauan Mentawai dalam Angka, 2022
Jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun 2021 tercatat sebanyak
88.389 jiwa berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2021, dengan laju pertumbuhan
rata sebesar 0,84 persen. Laju Pertumbuhan penduduk terbesar berada di Kecamatan
Sipora Utara. Hal ini kemungkinan disebabkan sebagai ibukota kabupaten dengan tingkat
kelahiran dan migrasi penduduk yang cukup intens. Tingkat kepadatan penduduk di
Kepulauan Mentawai dikategorikan masih sangat jarang yaitu 19,96 orang/km2, artinya
setiap km2 terdapat sekitar 19-20 orangpenduduk. Kepadatan penduduk tertinggi terdapat
di Kecamatan Sipora Utara dengan kepadatan penduduk sebesar 44,84 orang/km2 ,
kemudian Kecamatan Sikakap dengan kepadatan penduduk 32,75 orang/km2 dan
Kecamatan Siberut Selatan dengan kepadatan penduduk 30,60 orang/km2.

Tabel 3.3 Data Kependudukan berdasarkan Kelompok Umur


di Kabupaten Kepulauan Mentawai
Kelompok Umur Laku-laki (jiwa) Perempuan (jiwa) Rasio Jenis
(tahun) Kelamin

0-4 3.569 3.404 104,8

5-9 4.058 3.953 102,7

10-14 4.982 4.676 106,5

15-19 4.566 4.047 112,8

20-24 3.922 3.845 102,0

25-29 3.883 3.838 101,2

30-34 4.019 3.864 104,0


35-39 3.562 3.067 116,1

40-44 3.118 2.882 108,2

45-49 2.705 2.384 113,5

50-54 2.422 2.080 116,4

55-59 1.754 1.567 111,9

60-64 1.322 1.229 107,6

65-69 784 706 111,0

70-74 596 573 104,0

>75 418 383 109,1

Total 45.891 42.498 108,2


sumber :Kabupaten Kepulauan Mentawai dalam Angka, 2022
Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk berjeniskelamin laki-laki lebih
banyak daripada jumlah penduduk berjeniskelamin perempuan atau dengan rasio 108,2,
artinya setiap 100 penduduk perempuan terdapat 108 orang penduduk laki-laki di
Kepulauan Mentawai. Untuk kelompok umur usia non produktif lansia(65+ tahun),
rasionya cukup besar yaitu 108,03. Artinya setiap 100 orang penduduk lansia perempuan
terdapat 108 orang lansia laki-laki. Kondisi ini menggambarkan penduduk lansia laki-laki
lebih banyak daripada penduduk lansia perempuan.

Tabel 3.4 Data Kependudukan berdasarkan Usia Produktif


di Kabupaten Kepulauan Mentawai
Uraian Laki-laki Perempuan Total Rasio

Penduduk usia 0-14 12.609 12.033 24.642 104,8

Penduduk Usia 15-64 31.273 28.803 60.076 108,6

Penduduk usia 65+ 1798 1662 3.460 108,2

Rasio Ketergantungan 46,07 47,55 46,78


sumber :Kabupaten Kepulauan Mentawai dalam Angka, 2022

Tabel di atas menunjukkan bahwa kelompok usia produktif laki-laki lebih besar
daripada perempuan dengan rasio 108,6. Artinya setiap 100 orang penduduk usia
produktif perempuan terdapat 108-109 penduduk usia produktif laki-laki. Berdasarkan
hasil sensus penduduk tahun 2021, rasio ketergantungan Kepulauan Mentawai tahun 2021
sudah dibawah 50 persen yaitu sebesar 46,07 persen, artinya setiap 100 penduduk usia
produktif menanggung beban 46 penduduk usia tidak produktif. Jika Rasio
ketergantungan ini ditahun berikutnya mengalami penurunan maka Kepulauan Mentawai
akan mendapatkan bonus demografi yang tentunya sangat berguna dalam pembangunan
di daerah terkhususnya dengan ketersediaan sumber daya manusia yang produktif yang
memiliki daya saing dan kompetitif.

Tabel 3.5 Penduduk Berusia 15 Tahun Keatas yang Bekerja Berdasarkan Lapangan
Pekerjaan Utama, 2021
Lapangan Pekerjaan Utama Laki-laki Perempu Jumlah %
an

Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, 19.835 11.669 31.504 66,45


Perburuan, dan Perikanan

Industri Pengolahan, Perdagangan, 3.904 2.860 6.764 14,27


Konstruksi, Transportasi, Akomodasi

Jasa-Jasa 4.995 4.150 9.145 19,29

Jumlah 28.734 18.679 47.413


sumber :Kabupaten Kepulauan Mentawai dalam Angka, 2022
Berdasarkan lapangan pekerjaan utama seperti pada di atas menunjukkan bahwa
mayoritas masyarakat Mentawai bekerja di sektor primer (pertanian, perkebunan,
kehutanan, perburuan, dan perikanan) yaitu sebanyak 31.504 jiwa atau sekitar 66,45
persen sedangkan untuk lapangan usaha di sektor industri pengolahan, perdagangan,
konstruksi, transportasi, akomodasi, jumlah pekerja/ masyarakat yang bekerja di sektor
ini berbeda jauh dengan jumlah di sektor primer yaitu hanya sebanyak 6.764 jiwa atau
sekitar 14,27 persen dengan jumlah pekerja laki-laki mendominasi sebanyak 3.904 jiwa
dan pekerja perempuan sebanyak 2.280 jiwa.
3.3 Ekonomi Regional
3.3.1 Sektor Unggulan

Analisis sektor ekonomi di Kabupaten Kepulauan Mentawai berdasarkan


PDRB dalam kurun tahun 2016-2020 dapat diketahui bahwa sektor lapangan usaha
Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan merupakan sektor
maju dan tumbuh pesat dan juga sudah menjadi sektor basis ekonomi masyarakat
Mentawai secara umum, Kedepan sektor ini juga sangat potensial untuk
dikembangkan dengan tingkat pertumbuhan sektor yang tinggi dan memiliki
keunggulan kompetitif untuk wilayah Sumatera Barat

Tabel 3.6 Analisis Sektor Ekonomi Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2020

Tipologi Analisis Analisis Pertumbuhan Keunggulan Pergeseran


Lapangan Usaha
Klassen LQ DLQ Proporsional Kompetitif Bersih
Pertanian,
Perkebunan, Sektor Maju
Pertumbuhan
A Kehutanan, dan Tumbuh Basis Potensi Kompetitif Progresif
Cepat
Perburuan, dan Pesat
Perikanan

Pertambangan Sektor Relatif Pertumbuhan Tidak


B Non Basis Potensi Progresif
dan Penggalian Tertinggal Cepat Kompetitif

Industri Sektor Relatif Pertumbuhan Tidak


C Non Basis Potensi Progresif
Pengolahan Tertinggal Cepat Kompetitif

Sektor
Potensial /
Pengadaan Tidak Pertumbuhan
D Masih dapat Non Basis Kompetitif Progresif
Listrik dan Gas Potensi Cepat
Berkembang
dengan Pesat

Sektor
Pengadaan Air,
Potensial /
Pengelolaan Pertumbuhan
E Masih dapat Non Basis Potensi Kompetitif Progresif
Sampah, Cepat
Berkembang
Limbah, dll
dengan Pesat

Sektor Maju
Tidak Pertumbuhan
F Konstruksi dan Tumbuh Basis Kompetitif Progresif
Potensi Cepat
Pesat

Sektor
Perdagangan Potensial /
Pertumbuhan
G Besar dan Masih dapat Non Basis Potensi Kompetitif Progresif
Cepat
Eceran Berkembang
dengan Pesat

Transportasi dan Sektor Relatif Pertumbuhan


H Non Basis Potensi Kompetitif Progresif
Pergudangan Tertinggal Cepat

Sektor
Penyediaan Potensial /
Tidak Pertumbuhan
I Akomodasi dan Masih dapat Non Basis Kompetitif Progresif
Potensi Cepat
Makan Minum Berkembang
dengan Pesat
Sektor
Potensial /
Informasi dan Pertumbuhan Tidak
J Masih dapat Non Basis Potensi Progresif
Komunikasi Cepat Kompetitif
Berkembang
dengan Pesat

Jasa Keuangan Sektor Relatif Pertumbuhan


K Non Basis Potensi Kompetitif Progresif
dan Asuransi Tertinggal Cepat

Sektor Relatif Pertumbuhan


L Real Estate Non Basis Potensi Kompetitif Progresif
Tertinggal Cepat

M, Sektor Relatif Tidak Pertumbuhan Tidak


Jasa Perusahaan Non Basis Progresif
N Tertinggal Potensi Cepat Kompetitif

Sektor Maju
Administrasi Pertumbuhan Tidak
O dan Tumbuh Basis Potensi Progresif
Pemerintahan Cepat Kompetitif
Pesat

Sektor
Potensial /
Pertumbuhan Tidak
P Jasa Pendidikan Masih dapat Non Basis Potensi Progresif
Cepat Kompetitif
Berkembang
dengan Pesat

Jasa Kesehatan
Sektor Relatif Tidak Pertumbuhan Tidak
Q dan Kegiatan Non Basis Progresif
Tertinggal Potensi Cepat Kompetitif
Sosial

Sektor
R,
Potensial /
S, Pertumbuhan
Jasa Lainnya Masih dapat Non Basis Potensi Kompetitif Progresif
T, Cepat
Berkembang
U
dengan Pesat

Sumber : BPS (data diolah)


Hasil pertanian dan perkebunan menjadi andalan dalam perekonomian
masyarakat di Kepulauan Mentawai. Dari data BPS didapatkan bahwa dalam 5
tahun terakhir persentase kontribusi sektor pertanian dalam struktur PDRB
Kepulauan Kepulauan Mentawai adalah lebih dari 50 persen. Begitu juga isu
strategis dalam pengembangan sektor pertanian yang tidak sekedar menjual raw
material tapi harus mampu memberikan nilai tambah terhadap komoditi pertanian,
sehingga mampu mensejahterakan para petani. Begitu juga dalam hal pemenuhan
kebutuhan lokal (ketahanan pangan), alih fungsi lahan menjadi kawasan
permukiman/perkantoran menjadi isu penting dalam mempengaruhi ketersediaan
pangan bagi masyarakat. Oleh karena itu, pembangunan sektor pertanian menjadi
perhatian serius pemerintah daerah dalam mendukung ketahanan pangan dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat petani.

Tabel 3.7 Produksi Pertanian dan Peternakan


Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2017-2020

No Jumlah Produksi 2017 2018 2019 2020

1. Padi Sawah 55.870 1.012.520 28.091 14.500


(kwintal)

2. Keladi (kwintal) 97.730 1.155 13.260 1.152

3. Ubi Kayu (kwintal) 18.800 2.290 1.150 333,5

4. Ubi Jalar (kwintal) 86.000 22.510 2.630 241,3

5. Cabe Besar 99 11,5 1470 149


(kwintal)

6. Cabe Rawit 79 10,8 156 190


(kwintal)

7. Kacang Panjang 40 69 118 125


(kwintal)

8. Terung (kwintal) 71 8,44 133 159

9. Kangkung 140 12,9 165 169


(kwintal)

10. Bayam (kwintal) 2 0 92 119

11. Pisang (kwintal) 1.199 3.311 449.380 7.535

12. Durian (kwintal) 56.780 2.275 2.070 5.780


13. Rambutan 240 63 244 1.101
(kwintal)

14. Nangka (kwintal) 7.648 1.568 3.380 7.274

15. Kelapa (ton) 9.346 15.113 15.591 13.824

16. Cengkeh (ton) 1.519 1.524 1.539

17. Cacao (ton) 2.330 2.301 133,47 210,8

18. Pala (ton) 648 635 635

19. Pinang (ton) 288 288 299

20. Sagu (ton) 1.847 958 1.205,48 1.060,99

21. Babi (ekor) 30.489 27.598 25.561 31.878


produksi

Babi (kg) 3.000 4.200 15.625 16.117


pemotongan

22. Ayam Pedaging 1.900 2.700 4.371 4.457


(ekor)
pemotongan

Sumber : Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian


Tabel diatas menunjukkan perkembangan produksi tanaman pertanian,
perkebunan dan perkembangan ternak yang dibudidayakan oleh masyarakat.
Jumlah padi sawah mengalami puncak produksi (panen raya) pada tahun 2018
dengan total produksi 101.252 ton. Namun di sisi lain, produksi komoditi keladi
turun menjadi 115,5 ton, produksi pisang turun menjadi 331,1 ton. Artinya ada
peralihan peruntukan lahan untuk penanaman padi sawah di tahun 2018. Pada
tahun 2019 pada saat produksi padi sawah turun menjadi 2.809,1 ton, produksi
tanaman keladi naik menjadi 1.326 ton, produksi pisang naik menjadi 44.938 ton.
Produksi tanaman pinang, sagu, kelapa, cengkeh relatif stabil dengan masing-
masing pertumbuhan produksi pinang (1,39 persen), sagu (17,31 persen), kelapa
(35,59 persen), cengkeh (0,73 persen).
Sektor pertanian masih mendominasi pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Kepulauan Kepulauan Mentawai. Namun, belum meratanya sarana dan prasarana
produksi dan pemasaran sektor pertanian menyebabkan sektor ini masih belum
memberikan dampak yang optimal terhadap kesejahteraan masyarakat. Revitalisasi
terhadap sektor pertanian dan sub sektor perikanan dan peternakan dengan
membangun integrasi sektor hulu dengan sektor industri pengolahan, sehingga
menghasilkan nilai tambah yang lebih besar perlu dilaksanakan. Pendekatan
agribisnis maupun agroindustri bisa dijadikan prioritas utama pembangunan,
sehingga menimbulkan dampak langsung terhadap penguatan basis ekonomi
kerakyatan. Upaya diversifikasi produksi pertanian, peningkatan. Nilai tambah
komoditas pertanian dan perluasan pemasaran terutama terhadap komoditas yang
dibudidayakan akan menjadi prioritas pembangunan pertanian secara khusus dan
pembangunan ekonomi secara umum. Transformasi ini sangat penting dalam
pembangunan berkelanjutan yang memperhatikan kelestarian dan lingkungan.
Beberapa Permasalahan pertanian di Kabupaten Kepulauan Kepulauan Mentawai
adalah :
1. Rendahnya Produksi dan produktivitas pertanian
2. Belum terarahnya komoditas pertanian lokal
3. Rendahnya produksi pertanian
4. Belum berkembangnya industri pertanian (off farm)
5. Belum berkembangnya agribisnis yang berorientasi pasar
6. Pola pertanian masyarakat yang masih subsistem
7. Rendahnya pembinaan dan pemberdayaan kelompok tani

3.4 Kelembagaan
Kelembagaan merupakan suatu tatanan dan pola hubungan antar anggota masyarakat
atau organisasi yang saling mengikat yang dapat menentukan bentuk hubungan antar
manusia atau antar organisasi yang diwadahi dalam suatu organisasi atau jaringan dan
ditentukan oleh faktor-faktor pembatas dan pengikat berupa norma, kode etik aturan
formal maupun informal untuk pengendalian perilaku sosial serta insentif untuk
bekerjasama dan mencapai tujuan bersama, dimana untuk kasus penelitian ini bertujuan
untuk mengembangkan perekonomian daerah.
Susunan organisasi dan tata kerja perangkat daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai
sudah diatur dalam Peraturan Bupati nomor 61 tahun 2019. Adapun bagan susunan
organisasi dan tata kerja perangkat daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah sebagai
berikut :
A. Bagan Struktur Organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten Kepulauan
Mentawai

B. Bagan Struktur Organisasi Inspektorat Kabupaten Kepulauan Mentawai

C. Bagan Struktur Organisasi Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa,


Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Kepulauan
Mentawai

D. Bagan Struktur Organisasi Badan Keuangan Daerah Kabupaten


Kepulauan Mentawai
BAB IV Analisis

4.1 Identifikasi sektor Basis Kabupaten Lumajang


Dalam menentukan sektor basis di Kabupaten mentawai dapat menggunakan analisis LQ (Location
Quotient) yang menggunakan data PDRB dari Harga Konstan Kabupaten mentawai dan Provinsi
sumatra barat tahun 2017-2021.

Tabel 4.1-1 PDRB Provinsi sumatra barat tahun 2017-2021

PDRB ATAS DASAR HARGA KONSTAN MENURUT

Kategori Lapangan Usaha 2017 2018 2019 2020 2021

47 172 53 385 54 487


pertanian,kehutanan dan perikanan 981,14 50501856,27 352,97 563,89 54 196 737,78
10576705,1
Pertambangan dan penggalian 8886419,26 9138553,46 9832802,96 8 10340461,15
19 791 20 828 20 960 20 618
industri pengelolaan 728,08 931,81 544,83 591,64 20 916 975,32
Pengadaan listrik dan gas 207 279,26 240 385,53 259 098,03 263 753,97 248 983,83
Pengadaan air,pengelolaan sampah,limbah
dan daur ulang 180305,59 197019,6 208775,32 222769,91 220537,58
24810569,2
konstruksi 18209710,82 20008574,41 22181121,48 9 24661106,32
perdagangan besar dan enceran repasi
mobil dan sepeda motor 28950570,56 31888828,33 35243163,45 38823319,9 38155311,05
24 443 27 068 29 148 30 989
Transportasi dan pergudangan 530,30 214,82 302,60 519,25 25 283 032,31
Penyediaan Akomodasi dan makanan 3 509
minuman 2 530 841,03 2 835 449,20 3 146 008,36 548,64 2 993 935,11
14285587,5
inforrmasi dan komunikasi 9790228,53 11302704,39 12589287,85 2 1583234,39
jasa keuangan dan Asuransi 6217709,41 6627783,02 6929655,67 7153612,99 7349374,53
Real Eastat 3935823,81 4219482,99 4513529,17 4941486,65 4996725,97
Jasa perusahaan 843847 922959,07 1002378,39 1093577,49 1069427,59
Administrasi pemerintahan pertahanan dan 15077263,1
jaminan sosial wajib 11421829,61 12467324,08 13642393,76 8 16235290,19
10698965,1
Jasa Pendidikan 7539722,7 8843846,16 9684924,22 2 11391664,95
Jaga Kesehatan dan kegiatan sosial 25502927,51 2856972,06 3192777,42 3501720,89 3930068,8
Jasa Lainnya 3473721,96 3944582,99 4447105,55 4928088,15 4545891,14
136113666,
TOTAL PDRB Provinsi Sumatra Barat 124952816,8 162920486,8 123467915,2 3 124479093,7

sumber : BPS,Provinsi sumatra barat ,2017-2021

Tabel 4.1-2 PDRB Kabupaten Kepulauan mentawai tahun 2017-2021

PDRB ATAS DASAR HARGA KONSTAN MENURUT

Kategori Lapangan Usaha 2017 2018 2019 2020 2021

pertanian,kehutanan dan perikanan 1704,84 1867,03 1962,1 2024,92 2145,91


Pertambangan dan penggalian 64,26 66,89 70,72 74,05 75,4
industri pengelolaan 103,88 113,42 111,97 114,02 108,83
Pengadaan listrik dan gas 0,89 1,05 1,16 1.27 1,47
Pengadaan air,pengelolaan
sampah,limbah dan daur ulang 0,11 0,13 0,14 0,15 0,18
konstruksi 395,27 432,09 483,47 535,33 608,61
perdagangan besar dan enceran repasi
mobil dan sepeda motor 399,25 446,32 490,09 533,79 595,31
Transportasi dan pergudangan 352,12 378,9 419,56 473,74 547,78
Penyediaan Akomodasi dan makanan
minuman 22,9 28,49 30,94 33,18 37,17
inforrmasi dan komunikasi 25,3 28,79 32,28 36,11 41,88
jasa keuangan dan Asuransi 4,26 4,7 4,81 4,98 5,46
Real Eastat 30,52 33,27 35,63 37,98 42,12
Jasa perusahaan 1,53 1,71 1,75 1,83 1,99
Administrasi pemerintahan pertahanan
dan jaminan sosial wajib 212,55 235,75 258,86 274,14 308,78
Jasa Pendidikan 33,19 37,91 42,65 46,88 53,08
Jaga Kesehatan dan kegiatan sosial 19,04 20,73 22,8 25,19 28,27
Jasa Lainnya 24,04 28,54 32,94 35,93 41,44
TOTAL PDRB Kabupaten kepulauan
Mentawai 3393,95 3725,72 4001,87 4252,22 4643,68

sumber : Bps,Kabupaten Kepulauan mentawai dalam angka ,2017-2021

Berdasarkan PDRB Kabupaten Mentawai dan Provinsi Sumatra barat maka diperoleh
perhitungan analisis LQ sebagai berikut, sehingga dapat diketahui sektor yang basis dan non basis
pada setiap sektornya, dengan kriteria bahwa basis memiliki nilai LQ >1.

Tabel 4.1-3 Rata-Rata Nilai LQ Kabupaten kepulauan mentawai 2017-2021

Analisis Location Quotient


SEKTOR KETERANGAN
2017 2018 2019 2020 2021

pertanian,kehutanan dan 2,38659794 2,3726535 2,39908 2,556075


perikanan 2,333058403 1 39 5829 421 BASIS
Pertambangan dan 0,087939239 0,47251874 0,4643016 0,45197 0,470724
penggalian 46 96 451 03766 4378
0,338831295 0,31261510 0,3448533 0,35699 0,335880
industri pengelolaan 7 18 252 10648 7019
0,000002551 0,28197868 0,2890208 0,31084 0,381137
Pengadaan listrik dan gas 729388 71 575 22347 3398
Pengadaan
air,pengelolaan
sampah,limbah dan daur 0,000000306 0,0432896 0,04346 0,052689
ulang 4514498 0,04259604 6096 803785 63709
0,000000410 1,39409822 1,4070882 1,39290 1,593168
konstruksi 9851084 9 52 0709 956 BASIS
perdagangan besar dan
enceran repasi mobil dan 0,000000422 0,90353107 0,8977104 0,88759 1,007218
sepeda motor 098976 28 152 13677 018
Transportasi dan 0,000000003 0,90365009 0,9292147 0,98687 1,398660
pergudangan 777559643 3 909 13103 528
Penyediaan Akomodasi 0,000000000 0,64864322 0,6348859 0,61032 0,801466
dan makanan minuman 293263397 34 903 39642 7037
0,000000300 0,16443512 0,1655265 0,16317 1,707641
inforrmasi dan komunikasi 9650777 87 522 91585 753
jasa keuangan dan 0,000000080 0,04577885 0,0448093 0,04494 0,047959
Asuransi 59696032 043 5864 06354 82278
0,000000804 0,50901299 0,5096064 0,49617 0,544174
Real Eastat 5149777 19 025 24437 4372
0,000000012 0,11960490 0,1127046 0,10802 0,120125
Jasa perusahaan 2336982 08 047 8124 9953
Administrasi
pemerintahan pertahanan 0,000000138 1,22071353 1,2249254 1,17377 1,227790
dan jaminan sosial wajib 7204578 3 93 593 911 BASIS
0,000000005 0,27672469 0,2842877 0,28286 0,300800
Jasa Pendidikan 525302224 15 298 62534 8215
Jaga Kesehatan dan 0,000000006 0,46841265 0,4610006 0,46438 0,464366
kegiatan sosial 713608266 06 211 90249 586
0,000000003 0,46707667 0,4781690 0,47066 0,588485
Jasa Lainnya 119790276 3 52 73326 8463

sumber : Hasil Analisis,2022

Berdasarkan Hasil Analisis LQ pada tabel diatas maka didapatkan Bahwa ada 3 sektor,yang
menjadi sektor basis pada kabupatenkepulauan mentawai adalah sektor Pertanian,kehutanan dan
perikanan , Sektor konstruksi ,sektor administrasi pemerintah pertahanan dan jaminan sosial wajib.
Berdsasarkan Kebujakan pengembangan wilayaha pada Kabupaten kepulan mentawai difokuskan
pada sektor pertanian,perkenunan dan dsb.

4.2 Identifikasi Sub-sektor unggulan Pertanian di kabupaten kepulauan mentawai


Untuk mengetahui sub sektor unggulan dari sektor pertanian sendiri, maka dilakukan kembali
perhitungan analisis LQ, dengan menggunakan data PDRB harga konstan Kabupaten
mentawai serta Provinsi sumatra barat

Tabel 4.1-4 sub sektor Pertanian Provinsi sumatra barat 2017-2021

PBRB sektor Pertanian Provinsi sumatra barat


Lapangan Usaha
2017 2018 2019 2020 2021

Pertanian kehutanan dan 47172981, 505018562 53385352, 544875638 54196737,


perikanan 14 7 97 9 78

pertanian peternakan dan jasa 37265568, 39916204, 41270827, 41511042, 408651530


pertanian 28 9 9 71 1
13223728, 13991607, 15393721, 15438775,
Tanaman Pangan 08 52 25 15820,16 75
6678318,4 7115937,3 6851822,2 7215891,3
Tanaman hortikultura 2 7 677634,96 6 1
13079835, 14207976, 14097434, 13469412, 12717083,
Tanaman Perkebunan 64 39 23 75 72
3259643,9 3502573,4 3917654,4 4273643,3 4386344,1
Peternakan 1 7 3 5 7
1024042,2 1098110,1 1084383,0 1095307,1 1107058,0
Jasa pertanian dan perburuan 3 6 2 9 5
2936139,0 2863991,3 3121106,4 3335832,7
Kehutanan dan penebangan 8 7 3 4 3461103,1
6971273,7 8993418,6 10576705, 10340461,
perikanan 8 772166 4 18 15
sumber : Bps, dalam angka 2017-2021

Tabel 4.1-5 sub sektor Pertanian Kabupaten Kepulauan mamtai barat 2017-2021

PBRB sektor Pertanian Kabupaten kepulauan mentawai


Lapangan Usaha
2017 2018 2019 2020 2021

Pertanian kehutanan dan perikanan 216.851,88 2260825,71 2.366.956,07 41838,31 45737,72


pertanian peternakan dan jasa 7.539.674,0
pertanian 0 75947,1 80068,2 5460,88 5586,77
Tanaman Pangan 108790,65 112671,31 124608,72 42122,98 42797,22
Tanaman hortikultura 146558 11114,18 1471,52 1992,82 2028,62
Tanaman Perkebunan 17554 200,03 215,69 308555,17 333623,01
Peternakan 608162,15 613162,62 661808,87 53076,15 56785,53
Jasa pertanian dan perburuan 23669,67 1471,52 615900,52 28281,07 31972,67
Kehutanan dan penebangan 80068,2 215,69 362085,99 41437,21 38517,33
perikanan 124608,72 661808,87 39223,62 4665093,43 4647099,18
sumber : Bps,kabupaten Lombok timur 2017-2021

Dengan menggunakan data tabel di atas maka hasil perhitunngan analisis LQ yang didapatkan sebagai
berikut.
Tabel 4.1-5 Nilai LQ sub.sektor Pertanian Kabupaten kepulaun Mentawai

Analisis location Quotient


Lapangan usaha Keterangan
2017 2018 2019 2020 2021

0,0438052 0,16175 16,0199 0,00277 0,30492


Pertanian kehutanan dan perikanan 2518 36636 9822 44131 69077
0,00049
1,9279726 0,68747 0,70098 0,04753 3971675
pertanian peternakan dan jasa pertanian 48 40921 91058 279749 8
0,0783959 2,90964 2,92482 962,060 1,00160
Tanaman Pangan 6488 573 0386 9801 6385 BASIS
Tanaman hortikultura 0,2091213 0,56433 0,78462 0,10508 0,10157
895 8518 97119 87845 92739
0,0127888 0,00508 0,00552 8,27710 9,47900
Tanaman Perkebunan 0177 6947933 8207268 6638 7136 BASIS
1,7778915 63,2532 61,0380 4,48740 4,67766
Peternakan 94 4372 7702 762 766 BASIS
0,2202573 0,48418 205,221 9,32941 10,4352
Jasa pertanian dan perburuan 373 86933 2112 2213 5089
0,2598600 0,02721 41,9177 4,48828 4,02101
Kehutanan dan penebangan 335 151299 0791 7042 8048
0,1703304 309,682 1,57585 159,369 162,381
perikanan 698 2352 8603 1776 4512

sumber : Hasil Analisis,2022


Berdasarkan hasil perhitunagn LQ di atas, dapat diketahui sub sektor pertanian yang
basis di Kabupaten kepulauan mentawai terdiri dari sektor Tanaman pangan,sektor
perkebunan dan sektor peternakan.

4.3 Identifikasi Komoditas Unggulan Sektor Pertanian di Kabupaten Kepulauan mentawai


Berdasarkan kebijakan yang ada pada kabupaten kepulauan mentawai , bahwa ingin
mengembangkan perekonomuan daerah serta kesejahteraan masyarakat melalui sektor
pertanian dan peternakan ,dapat dilihat pada tabel perhitungan LQ sub sektor pertanian dan
peternakan , nilai LQ tertinggi terdapat pada taman pangan dan sebagainya .

Selain itu, berdasarkan fakta yang ada, produksi terbesar komoditas pangan di kabupaten
kepulauan mentawai terdapat pada komoditas ubi kayu dan talas dan komoditas ini juga
termasuk komoditas terbesar di provinsi sumatra baratr. Untuk mengetahui komoditas
tersebut termasuk komoditas
1. Analisa Sektor Basis Komoditas Unggulan

Tabel 4.1 - 7 Nilai Produksi Komoditas pangan Kabupaten Kepulauan mentawai 2017-2021

Jenis
pangan satuan 2017 2018 2019 2020 2021
Jagung Rp/kg 991,5 550,5 666 907 48
ubi kayu Rp/kg 985,5 193,2 460,8 30,1 33,5
ubi jalar Rp/kg 747 564,6 567 27,3 241,3
talas Rp/kg 871,5 444,6 1290 550,5 1152
sumber : Bps kabupaten mentawai ,2017-2021
Tabel 4.1 - 8 Nilai Produksi Komoditas pangan Provinsi sumatra barat 2017-2021
Jenis pangan satuan 2017 2018 2019 2020 2021
Jagung Rp/kg 375151 9903685 546868 507514 546469
ubi kayu Rp/kg 11280 9233785 1860 21450 22170
ubi jalar Rp/kg 5103800 382809 476280 6581302 6358888
talas Rp/kg 511056 16080 86400 619985,6 693443,2
sumber : BPS, provinsi sumatra barat 2017-2021

Berdasarkan data di atas, dapat dihasilkan perhitungan LQ dari setiap komoditas melalui
rata-rata LQ dari tahun 2017-2021.

Tabel 4.1 - 9 Nilai LQ Komoditas pangan Di Kabupaten kepulauan mentawai Tahin


2017-2021

Nilai LQ
Jenis pangan Keterangan
2017 2018 2019 2020 2021

0,059435859 0,093921225
Jagung 2,826016236 48 1,302206205 1,910941106 25
0,022372545
ubi kayu 93,41907688 83 264,9034221 1,500469741 1,615723927 BASIS
0,004435462 0,040575528
ubi jalar 0,156500236 1,577054771 1,272942412 069 82
0,949431777
talas 1,82342096 29,56456249 15,96481941 2 1,776354448 BASIS
sumber : Analisis penulis,2022
berdasarkan hasil diatas didapatkan bahwa, komoditas pangan berupa ubi kayu dan talas
merupakan salah satu komoditas yang basis.

4.5 Pemetaan status PEL kabupaten kepulauan Mentawai


Pemetaan status pengembangan ekonomi local di Kab. Mentawai menggunakan
pendekatan konsep heksagonal PEL, dimana heksagonal PEL memiliki 6 (enam) dimensi
pengembangan ekonomi berskala lokal. Enam dimensi tersebut meliputi, kelompok sasaran,
factor lokasi, keterkaitan dan focus kebijakan, pembangunan berkelanjutan, tata
pemerintahan, dan proses manajemen.

A. Kelompok sasaran
Pemerintah setempat telah membuka peluang bagi investor luar, namun investasi
masih pada sektor industry
● Modal untuk pelaku usaha ubi kayu dan talas masih minim
● Sudah terdapat pelatihan bagi pelaku usaha baru namun belum optimal terkait
pendampingan & monitoring
● Jumlah koperasi ada 345 koperasi aktif, 189 koperasi tidak aktif, dan 130
koperasi dibubarkan
B. Faktor Lokasi Terukur
Terdapat komunitas kelompok tani Terdapat angkutan darat, serta Pergudangan dan
Jasa Penunjang Angkutan, Pos dan Kurir.
C. Faktor Lokasi tidak terukur Jasa RS dan Pelayanan penunjang kesehatan (Selama lima
tahun terakhir peranannya dalam perekonomian kabupaten mentawai semakin
meningkat secara perlahan) serta Peranan lapangan usaha Jasa Pendidikan selama
kurun waktu lima tahun terakhir semakin meningkat (Pada tahun 2017 peranan
lapangan usaha kategori ini sebesar 2,09 persen, meningkat menjadi 2,18 persen pada
tahun 2018 kemudian 2,53 persen di tahun 2019 2,54 persen di tahun 2020 dan 2,52
persen di tahun 2021.)
D. Keterkaitan dan fokus kebijakan
Telah membuka peluang untuk investor luar , Pemberdayaan “kelompok tani”
E. Pembangunan ekonomi berkelanjutan
secara ekonomi Sudah terdapat beberapa industry pengolahan namun belum ada
varietas industri pengolahan ubi kayu dsb. secara Sosial Kesejahteraan masyarakat
meningkat, hal ini dibuktikan dengn PDRB yang terus meningkat (PDRB Perkapita
biasanya dipakai sebagai indikator makro perkembangan kesejahteraan rakyat)
kemudian dari segi Lingkungan Hasil dari proses pengelolaan limbah produksi ubi
sampah atau kotoran ini dibuang atau dimanfaatkan sebagai pakan budidaya ikan dsb.
F. Proses management
Potensi Ekonomi: ,Sektor Pertanian (holtikultura) .Sektor Perkebunan, Kehutanan
Peternakan ,Perikanan kelautan ,Industry dagang
G. Pariwisata Stakeholder: Pemerintah Perbankan Swasta
BAB V

Strategi pengembangan ekonomi lokal

5.1 Strategi Pengembangan ekonomi lokal


Perumusan strategi menggunakan pendekatan deksriptif kualitatif dengan melihat potensi
dan permasalahan yang ada. keluaran strategi akan menjawab permasalahan dari masing-
masing elemen dimensi heksagonal PEL yang telah dinalalisis sebelumnya. Berikut
merupakan tabel permasalahan/kondisi pada masing-masing dimensi dan stratefi arahannya

tabel 5.1 - 1 Strategi Pengembangan Ekonomi Lokal

NO Dimensi Kondisi/permasalahan startegi

1 Kelompok · mayoritas investasi untuk · Pemberian dana


sasaran sektor industri dari pemerintah pusat

· modal untuk pelaku usaha · Memaksimalkan


pengolah ubi kayu dan talas minim Pelatihan Pengolahan
yang ada dengan
· pelatihan yang ada belum melakukan
optimal pendampingan dan
monitoring

· Pengembangan
desa binaan industry
kecil dan menengah

2 Faktor lokasi · Terdapat Pergudangan dan · Mengoptimalkan


Jasa Penunjang Angkutan, Pos dan kelompok tani dan
Kurir peran fungsi perbankan
untuk mendorong
· Belum optimalnya peran pertumbuhan umkm
fungsi kelompok tani
· Memaksimalkan
pemasaran dengan
memanfaatkan jalur”
angkutan umum dalam
dan luar kota

3 Keterkaitan dan Kurang memperhatikan komunitas Memberdayakan kelompok


Fokus kelompok tani tani dengan memberikan
Kebijakan fasilitas” penunjang
4 Pembangunan Minim varietas industri pengolahan Menciptakan varietas
Berkelanjutan ubi kayu dan talas 34ndustry pengolahan ubi
Program pengembangan
sentra-sentra industri
Memfasilitasi bantuan
program sentra-sentra
industri Memfasilitasi
pemasaran melalui pameran
dan pasar lelang daerah

5 Tata Belum terdapat asosiasi industri Mengoptimalkan peran


kepemerintahan pengolahan ubi kayu fungsi kelompok tani
dengan mensinergikan
Belum optimal peran fungsi penguatan masing” kelompok tani
masing” kelompok tani dan lemahnya
informasi pasa

6 Proses Kurang maksimal dalam Memaksimalkan potensi


manajemen memanfaatkan potensi ekonomi perekonomian khususnya
komoditi unggulan ubi
kayu dengan melengkapi
fasilitas-fasilitas
pendukung
sumber :hasil analisa ,2022
BAB IV Penutup

6.1 Kesimpulan
Komoditas pangan ubi kayu dan talas merupakan sektor basis di Kab. mentawai namun
belum cukup memiliki daya saing. Hal ini dikarenakan kurangnya varietas produksi turunan
ubi kayu yang dipasarkan, kurang optimalnya system kelembagaan penunjang yang ada
seperti koperasi dan kelompok tani, serta kurang perhatiannya pemerintah terkait permodalan.
Heksagonal PEL digunakan untuk menganalisis cepat kondisi perekonomian lokal yang ada.
dan hasilnya masing-masing dimensi pengembangan memiliki potensi yang dapat
dikembangkan dan permasalahan yang dapat segera diselesaikan
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai