Anda di halaman 1dari 56

ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


1.2. Maksud dan Tujuan
1.3. Keluaran
1.4. Manfaat
1.5. Lingkup Studi

BAB II METODOLOGI DAN PELAKSANAAN KAJIAN

2.1. Kerangka Pemikiran


2.2. Asumsi
2.3. Metode
2.4. Tahapan Kegiatan
2.5. Jangka Waktu dan Jadual Pelaksanaan

BAB III REFERENSI – TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Konsep Pertanian Terpadu


3.2. Konsep Pertanian Cinta Pada Lingkungan (CIPADALI)
3.3. Profil Kawasan SITANDU

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN STRATEGI

4.1. Visi
4.2. Misi
4.3. Tujuan
4.4. Analisa SWOT dan Strategi

BAB V ROADMAP

5.1. Jangka Panjang Menuju Tahun 2026


5.2. Jangka Menengah Menuju Tahun 2016

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

6.2. Saran

1
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Provinsi Banten memiliki letak atau lokasi sangat strategis yang dapat menjadi modal sangat
berharga yang seharusnya ditransformasikan sebagai suatu keunggulan dan keuntungan, tidak
hanya untuk pemerintah daerah Banten tetapi juga untuk seluruh stakeholders Banten.

Berdampingan dengan Wilayah Ibukota Negara, Provinsi DKI Jakarta yang berpenduduk sekitar
10 juta yang selain sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan, juga dipenuhi oleh wilayah
perkantoran, pemukiman, hotel, rumah makan serta lembaga-lembaga pendidikan Provinsi
Banten memiliki potensi pasar yang sangat potensial bagi produk-produk yang dihasilkan,
khususnya produk dan komoditi pertanian. Didukung sumberdaya alamnya, Provinsi Banten
memiliki potensi pertanian untuk memenuhi kebutuhan domestik termasuk untuk wilayah
ibukota negara tersebut maupun untuk memenuhi permintaan ekspor.

Untuk memacu pembangunan dan pengembangan pertanian di Provinsi Banten, pemerintah


daerah Provinsi Banten yang dimotori oleh Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten
menggalakkan Program Gerakan Membangun Pertanian Agribisnis Rakyat Terpadu
(Gempita Ratu). Gempita Ratu adalah suatu gerakan aksi pertanian yang berikhtiar untuk
meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya secara terpadu melalui pengembangan
agribisnis unggul di Provinsi Banten. Gempita Ratu dilaksanakan secara terpadu dan terintegrasi
dalam suatu kawasan potensial dan dilakukan secara berkelanjutan sejak tahun 2009.

Dalam rangka menunjang pembangunan agribisnis dan pertanian terpadu, khususnya dalam
mendukung Gerakan Gempita Ratu, pemerintah daerah Provinsi Banten melalui Dinas Pertanian
dan Peternakan Provinsi Banten telah berhasil merintis pembangunan Kawasan Sistem Pertanian
Terpadu (SITANDU) yang diharapkan menjadi acuan dalam pengembangan dan pembinaan
agribisnis di Provinsi Banten.

Pada dasarnya, Kawasan SITANDU diharapkan dapat memainkan peran atau fungsi melalui
berbagai kegiatan atau program untuk mendukung pembangunan dan pengembangan pertanian
di Provinsi Banten.

2
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011
Kawasan Pertanian Sistem Terpadu (SITANDU) Provinsi Banten yang berada di atas lahan
seluas 20,23 ha di Kampung Bengkeng, Desa Curug, Kecamatan Curug, Kota Serang merupakan
hamparan lahan yang ditujukan sebagai kawasan pengembangan pertanian terpadu di Provinsi
Banten.

Berdasarkan dokumen rancangan Detail Engineering Design (DED) yang disusun, direncanakan
di atas lahan seluas 20,23 ha tersebut diperuntukkan bagi demplot-demplot areal pertanian
terpadu dengan beberapa skala luasan, kawasan areal persawahan, kebun bunga, kebun
hortikultur, kebun palawija, padang rumput dan padang penggembalaan, kebun koleksi, kebun
biofarmaka, serta kawasan agroforestry. Untuk itu di dalam kawasan tersebut akan dibangun pula
beberapa fasilitas pendukung antara lain : a) kompleks perkantoran, b) kawasan kebun, dan c)
infrastruktur penunjang lainnya. Ada delapan jenis kawasan pertanian yang akan dibangun dalam
areal model antara lain kebun bunga, persawahan, kebun hortikultur, persawahan, kebun
palawija, kawasan ternak dan padang penggembalaan, kebun koleksi, kebun biofarmaka,
kawasan agroforestry dan demplot kawasan pertanian terpadu.

Mempertimbangkan fungsi dan perannya yang cukup strategis dalem pengembangan pertanian di
Provinsi Banten, perencanaan efektif guna mencapai tujuan tersebut menjadi sangat penting.
Kebutuhan roadmap pengembangan kawasan mulai dari tahap konstruksi hingga operasional
akan sangat mempengaruhi eksistensi keberadaan kawasan dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Melalui kegiatan Penyusunan Roadmap ini diharapkan mampu memberikan arahan
dalam realisasi pembangunan dan pengembangan kawasan SITANDU secara terukur.

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dilakukan penyusunan Roadmap Pembangunan Kawasan Sistem Pertanian Terpadu


(Sitandu) Provinsi Banten ini secara garis besar adalah menyusun arahan serta rencana strategis
pembangunan dan pengembangan Kawasan Sitandu Provinsi Banten.

Tujuan daripada kegiatan penyusunan Roadmap Pembangunan Kawasan Sistem Pertanian


Terpadu (Sitandu) Provinsi Banten adalah:
1. Menyusun rencana induk pembangunan kawasan SITANDU 2011-2015.
2. Merumuskan rekomendasi arah pengembangan kawasan SITANDU secara menyeluruh.

1.3. Keluaran

3
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011
Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini yaitu dokumen Laporan Roadmap pengembangan
kawasan SITANDU yang terdiri dari strategi dan tahapan Rencana Pembangunan dan
Pengembangan Kawasan Sitandu.

1.4. Manfaat
Tersedianya Roadmap SITANDU ini sangat bermanfaat untuk acuan atau pedoman dalam
pembangunan dan pengembangan serta penyusunan program dan kegiatan di Kawasan
SITANDU.

1.5. Lingkup Kegiatan

a. Lingkup Wilayah

Lingkup pelaksanaan kegiatan ini mencakup Kawasan SITANDU di Provinsi Banten.

b. Lingkup Kegiatan

Lingkup kegiatan yang akan dilakukan meliputi :

 Pengumpulan data primer melalui survei dan wawancara serta pengumpulan data sekunder
melalui desktudy dan pengumpulan laporan dan peta yang terkait.

 Pengolahan data dan analisis sebagai bahan penyusunan laporan kajian.

 Penyusunan Roadmap

 Diskusi dan seminar. Diskusi dilakukan oleh pihak konsultan dengan pemberi pekerjaan
serta stakeholders terkait lainnya. Kegiatan diskusi dilakukan untuk membahas materi
laporan dalam rangka perbaikan laporan. Seminar dilakukan untuk memaparkan hasil kajian
akhir.

 Penyusunan Laporan, meliputi penyusunan laporan pendahuluan, laporan kemajuan, laporan


Laporan Akhir.

c. Lingkup Substansi

Secara substasi kegiatan kajian ini meliputi :

4
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011
 Penyusunan kompilasi data yang dikelompokkan dalam beberapa aspek: ekonomi,
lingkungan, transportasi, prasarana dasar wilayah, utilitas wilayah serta prasarana dan sarana
pendukung.

 Analisis komprehensif yang akan diarahkan untuk dapat mengidentifikasi kondisi, potensi
dan permasalahan yang dihadapi serta agar dapat mewujudkan arah pengembangan wilayah
yang sesuai dengan visi, misi, tujuan, fungsi serta sesuai rancangan DED yang telah disusun.

BAB II. METODOLOGI DAN PELAKSANAAN


KAJIAN

2.1. Kerangka Pendekatan Masalah

5
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011
Pengembangan pertanian di wilayah Provinsi Banten dihadapkan kepada berbagai tantangan.
Sebagai wilayah hinterland Ibukota Negara, Provinsi Banten memiliki potensi geografis dan
sumberdaya alam untuk memenuhi dan memasok berbagai kebutuhan produk pertanian wilayah
ibukota negara.

Di sisi lain pengembangan sektor lain seperti industri, perdagangan, pemukiman selain
mempercepat konversi lahan pertanian ke non pertanian juga “mengepung” kawasan pertanian. Hal
ini mengakibatkan kawasan pertanian di Provinsi Banten tidak jarang terdapat pada kawasan-
kawasan yang berada di tengah-tengah atau dipagari oleh kawasan pemukiman, kawasan industri,
atau kawasan perdagangan. Inilah “corak pertanian semi perkotaan” yang harus diantisipasi oleh
Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten dalam mengembang- kan pertanian dalam arti
luas.

Untuk memacu pembangunan dan pengembangan pertanian di Provinsi Banten, Pemerintah Daerah
Provinsi Banten yang dimotori oleh Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten menggalakkan
Program Gerakan Membangun Pertanian Agribisnis Rakyat Terpadu (Gempita Ratu).
Gempita Ratu adalah suatu gerakan aksi pertanian yang berikhtiar untuk meningkatkan
kesejahteraan petani dan keluarganya secara terpadu melalui pengembangan agribisnis unggul di
Provinsi Banten. Gempita Ratu dilaksanakan secara terpadu dan terintegrasi dalam suatu kawasan
potensial dan dilakukan secara berkelanjutan sejak tahun 2009.

Dalam rangka menunjang pembangunan agribisnis dan pertanian terpadu, khususnya dalam
mendukung Gerakan Gempita Ratu, Pemerintah daerah Provinsi Banten melalui Dinas Pertanian
dan Peternakan Provinsi Banten telah berhasil merintis pembangunan Kawasan Sistem Pertanian
Terpadu (SITANDU) yang diharapkan menjadi acuan dalam pengembangan dan pembinaan
agribisnis di Provinsi Banten.

Dengan demikian, Kawasan SITANDU diharapkan dapat menjadi instrumen operasional dan
sekaligus instrumen untuk melahirkan kebijakan operasional Gempita Ratu, termasuk
pengembangan pertanian bercorak semi perkotaan.

Guna merealisasikan pembangunan Kawasan Sistem Pertanian Terpadu (SITANDU), sejak tahun
2009 telah dimulai dengan pengadaan lahan. Sampai saat ini sudah diselesaikan Feasibility Study,
sosialisasi, pembangunan infrastruktur awal (Gapura, saung, Sumur Artesis, dsb.). Untuk dapat
merencanakan pembangunan Kawasan SITANDU dengan baik perlu dikaji dan disusun Roadmap
Kawasan SITANDU

Mempertimbangkan fungsi dan perannya yang cukup strategis dalam pengembangan pertanian di
Provinsi Banten, perencanaan efektif guna mencapai tujuan tersebut menjadi sangat penting.
Kebutuhan roadmap pengembangan kawasan mulai dari tahap konstruksi hingga operasional akan

6
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011
sangat mempengaruhi eksistensi keberadaan kawasan dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Melalui kegiatan penyusunan Roadmap ini diharapkan mampu memberikan arahan dalam
realisasi pembangunan dan pengembangan Kawasan SITANDU secara terukur.

Setiap rencana pembangunan harus mampu memberikan rumusan-rumusan mengenai arah


pembangunan ke depan yang akan dilaksanakan dalam mewujudkan visi, misi dan tujuan yang
telah ditetapkan. Roadmap Kawasan SITANDU perlu mengacu kepada beberapa kebijakan yang
terkait untuk pembangunan dan pengembangan pertanian di Provinsi Banten, khususnya Renstra
Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten serta Program Gerakan Membangun Pertanian
Agribisnis Rakyat Terpadu (Gempita Ratu).

Terkait dengan rencana pembangunan Kawasan SITANDU, ada delapan jenis kawasan pertanian
yang akan dibangun dalam areal model dimana pemilihan kedelapan jenis kawasan tersebut
mempertimbangkan antara lain :

1. Mewakili seluruh jenis usaha pertanian di Provinsi Banten (hortikultur, tanaman pangan,
perkebunan, peternakan dan perikanan)

2. Diprioritaskan untuk mendukung pengembangan komoditas pertanian unggulan Provinsi


Banten

3. Kesesuaian lahan bagi komoditas yang akan dikembangkan

4. Sebagai model pengembangan pertanian yang terintegrasi pada berbagai skala luasan lahan

5. Sebagai model bagi pengembangan pertanian secara komersial.

2.2. Asumsi

 Pembangunan dan pengoperasian Kawasan SITANDU sudah menjadi komitmen Pemerintah


Daerah Provinsi Banten, tidak lagi tergantung kepada siapa yang menjadi Kepala Dinas
Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten.

 Kawasan SITANDU mengembangkan konsep-konsep pertanian terpadu dalam arti luas


(pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan, kehutanan, agroindustri; dari hulu sampai hilir,
mulai dari penyiapan input, produksi sampai pengolahan pasca panen, pengemasan, distribusi
dan pemasaran.

 Seluruh program dan kegiatan di Kawasan SITANDU dimaksudkan untuk memacu dan
mendukung pembangunan pertanian di seluruh wilayah Provinsi Banten

2.3. Metode Pelaksanaan Kegiatan


7
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011
Pelaksanaan penelitian diawali dengan kegiatan pengumpulan data. Data yang dipergunakan terdiri
atas data primer dan data sekunder. Untuk data primer diperoleh dari survei dan wawancara
terhadap berbagai stakeholders yang terkait dengan kegiatan ini, antara lain pelaku usaha maupun
instansi terkait guna mengumpulkan informasi yang dibutuhkan sebagai bahan kajian selanjutnya.

Pengumpulan data juga dilakukan melalui “observasi langsung”, yaitu melakukan pengamatan
terhadap kawasan SITANDU yang menjadi objek kajian. Tinjauan ke lapangan dilakukan untuk
menambah kekuatan informasi yang diperoleh dari hasil interpretasi data sekunder dan hasil
diskusi kelompok.

Adapun metode analisis dalam pelaksanaan kegiatan kajian digunakan dua jenis metode analisis,
yaitu metode deskriptif dan metode kuantitatif. Selanjutnya dapat ditentukan alternatif strategi
pengembangan melalui analisis SWOT.

2.4. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan


Tahapan pelaksanaan kegiatan Penyusunan Roadmap Kawasan Pertanian Terpadu (Sitandu) Dinas
Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten adalah sebagai berikut:

1. Persiapan
Kegiatan persiapan meliputi mobilisasi tim, pengumpulan data dan informasi awal untuk desk
study.

2. Desk Study

Tahap ini meliputi beberapa kegiatan terutama pembahasan dan pendalaman terhadap proposal
untuk memahami tujuan studi, proses-proses yang perlu dilakukan untuk memenuhi tujuan
studi serta menyiapkan instrumen atau apa saja yang dibutuhkan untuk keperluan studi;
menginventarisir kebutuhan data dan informasi yang dikumpulkan ; tata cara pengumpulan
data dan informasi; lembaga, kantor, instansi dan tempat-tempat yang harus dikunjungi untuk
mendapatkan data dan informasi yang diperlukan.

PERSIAPAN

R DESK STUDY LAPORAN PENDAHULUAN


A DATA
P
PENGUMPULAN DATA
AT DAN INFORMASI
-
R
A 8
P
AT
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011

PENGOLAHAN DATA DAN


ANALISIS DATA

PENYUSUNAN DRAFT DRAF LAPORAN AKHIR


LAPORAN
ANALISIS DATA

PEMBAHASAN – F G D
DRAF LAPORAN AKHIR
ANALISIS DATA

PERBAIKAN PENYERAHAN
LAPORAN AKHIR LAPORAN AKHIR

Gambar 1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan

3. Penyusunan Laporan Pendahuluan Pelaksanaan Kegiatan


Laporan Pendahuluan yang disusun berisi rencana rangkaian kegiatan secara rinci dan
strategi yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan dan keluaran kegiatan.

4. Pengumpulan Data dan Informasi


Kegiatan ini meliputi:
a. Pengumpulan data sekunder dan primer

Data primer dan Data sekunder dikumpulkan berdasarkan analisis atau bahan-bahan
kajian terkait dengan rencana pembangunan kawasan Sitandu.

b. Pengumpulan informasi yang diperlukan dan yang terkait, termasuk mengunjungi


tempat-tempat dan/atau lembaga terkait.

5. Pengolahan Data dan Analisis Data


Data dan informasi yang telah berhasil dikumpulkan selanjutnya diolah dan dianalisa dan
dijadikan bahan untuk penyusunan roadmap yang diinginkan yang paling sesuai.
Analisis diarahkan pada analisis penyusunan roadmap, dengan mempertimbangkan alokasi
pemanfaatan lahan (land using) untuk budidaya dan percontohan pertanian, peternakan, dan
perikanan, pembangunan sarana prasarana, serta pengembangan agrowisata, rancangan
penempatan sarana dan prasarana awal di lokasi Sitandu, dan rencana pengembangan
berdasarkan analisis existing.

9
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011

6. Penyusunan Draf Laporan Akhir


Disesuaikan dengan tujuan dan keluaran studi, data yang telah diolah dan dianalisa dan
rancangan kelembagaan selanjutnya digunakan untuk menyusun Draf Laporan Akhir. Draf
Laporan Akhir selanjutnya diperbanyak 5 (lima) copy untuk diserahkan kepada Dinas
Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten untuk dipelajari sebagai bahan pembahasan.

7. Rapat-rapat serta Presentasi dan Pembahasan Draf Laporan Akhir


Rapat-rapat dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali, setelah desk study sebelum pengumpulan data
dan informasi, pertengahan periode pengumpulan data dan informasi, serta ketika
perancangan. Presentasi dan pembahasan dilakukan untuk membahas Draf Laporan Akhir
sebagai bahan untuk perbaikan dan penyempurnaan Laporan Akhir.

8. Perbaikan, Penggandaan dan Pencetakan, dan Penyerahan Laporan akhir (Final Report)

Koreksi, perbaikan dan masukan lainnya selama presentasi dan pembahasan Draf Laporan
Akhir sebagai acuan perbaikan dan penyempurnaan Laporan Akhir untuk selanjutnya
digandakan dan dicetak sebanyak 10 (sepuluh) buah, lalu diserahkan kepada Dinas Pertanian
dan Peternakan Provinsi Banten.

2.6. Waktu

Kegiatan ini dilaksanakan selama 2 (dua) bulan terhitung sejak ditandatanganinya surat
perjanjian kerjasama antara kedua belah pihak seperti dirinci pada Tabel 1.

Tabel 1. Jadual Pelaksanaan Kegiatan Penyusunan Rencana Pengembangan


Komoditas Unggulan Provinsi Banten

No Kegiatan Bulan ke Bulan ke


1 2
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Rapat Koordinasi Tim dan Distanak Prov. Banten        
2 Desk Study
3 Rapat Persiapan Survey dan pengumpulan data
4 Penyusunan Laporan Pendahuluan        
5 Survey dan Pengumpulan Data
6 Rapat Hasil Survey dan pengumpulan data
7 Pengolahan Data dan Analisis        

10
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011

8 Rapat koordinasi dengan Distanak Provinsi Banten


9 Penyusunan Draft Laporan Akhir
10 Pelaksanaan Paparan Hasil Akhir
11 Perbaikan, penggandaan dan penyerahan Laporan Akhir

BAB III. REFERENSI - TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Konsep Pertanian Terpadu


a. Sejarah dan Perkembangan Pertanian secara Singkat

Pertanian secara relatif merupakan inovasi yang belum lama berselang bila dibandingkan dengan
sejarah manusia itu sendiri, karena mansuia semula dalam masa yang lama hanya bertindak
sebagai pengumpul makanan. Produksi pangan yang pertama dengan penanaman dan
pembudidayaan yang sesungguhnya baru terjadi pada 7.000 – 10.000 tahun yang silam, pada

11
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011

zaman Neolitik (S.S. Harjadi, 1979). Pertanian dapat dianggap sebagai suatu usaha untuk
mengadakan suatu ekosistem buatan yang bertugas untuk menyediakan bahan makanan bagi
manusia (A.H. Nasoetion, 1990).

Semula, apabila manusia mengadakan usaha pertanian maka diperlukan lahan usaha yang
biasanya diambil dari suatu eksosistem alam yang sudah ada sebelumnya yang sudah ada dalam
keseimbangan, kalau diambil dari hutan maka yang dilakukan adalah membuka hutan untuk
lahan pertanian tersebut. Setelah ditanam beberapa kali, produksinya turun maka lahan tersebut
ditinggalkan dan kembali menjadi hutan. Itulah system pertanian perladangan berpindah
(shifting cultivation).

Untuk menjadi pertanian menetap, diperlukan ekosistem yang mantap sehingga produksinya
tidak turun dari waktu ke waktu. Semula revolusi hijau yang membidani lahirnya
pengembangan pertanian komersil khususnya tanaman musiman dengan mensyaratkan
perubahan sistem produksi secara total menjadi monokultur dengan masukan energi, modal
dan tenaga kerja dari luar yang relatif besar. Sistem baru ini berusaha untuk menciptakan
ekosistem yang mantap tersebut dengan cara memberikan input material buatan dengan
pemupukan intensif, penyediaan benih unggul, pemberian air irigasi yang memadai, penggunaan
pestisida dan sejenisnya, dan sebagainya. Tetapi ternyata, fakta telah membuktikan bahwa
industri pertanian yang hanya bertumpu pada pemberian agrochemical tidak dapat diandalkan.
Pencemaran tanah, air dan lingkungan terjadi. Degradasi dan kerusakan tanah pun marak terjadi
di lahan-lahan pertanian. Produksi pertanian tak kunjung meningkat walaupun telah diberi pupuk
dengan dosis yang semakin lama semakin besar atau meningkat. Hama dan penyakitpun semakin
merajalela meskipun sudah digunakan pestisida.
Orangpun mulai mencari bentuk pengembangan pertanian yang berkelanjutan. Pada akhirnya
sebagian para pakar menyadari bahwa kesimbangan alam seperti yang ada pada ekosistem hutan
adalah yang terbaik dalam memelihara kualitas lahan dan lingkungan, sehingga muncul gerakan
kembali ke alam (“back to nature”) untuk mendapatkan kualitas lingkungan dan mengembalikan
produktivitas lahan. Diantaranya muncul gagasan untuk memberikan bahan organik ke dalam
tanah. Muncullah diantaranya teknik LEISA yang saat ini cukup dikenal.

b. Beberapa Alternatif Menuju Pengembangan Pertanian Berkelanjutan

Beberapa alternatif yang dapat dikemukakan dalam usaha mewujudkan pertanian


berkelanjutan melalui pertanian secara terpadu adalah dengan cara: sistem tanam ganda;
komplementari hewan ternak dan tumbuhan; usaha terpadu peternakan dan perkebunan;

12
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011
agroforestry; pemeliharaan dan peningkatan sumberdaya genetik; dan pengelolaan hama
terpadu.

Pertanaman ganda (multiple cropping), yaitu intensifikasi pertanaman dalam dimensi


waktu dan ruang. Bentuknya adalah penanaman dua jenis tanaman atau lebih pada lahan
yang sama dalam kurun waktu satu tahun. Menurut bentuknya, pertanaman ganda ini
dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: pertanaman tumpangsari (intercropping) dan
pertanaman berurutan (sequential cropping). Praktek ini dianggap sangat cocok untuk
memaksimalkan produksi dengan input luar yang rendah sekaligus meminimalkan resiko,
menekan erosi, dan melestarikan sumberdaya alam. Pada hampir semua sistem budidaya
ganda yang dikembangkan oleh petani lahan sempit, tingkat produktivitas yang dapat
dipanen per satuan luas lebih tinggi dari pada budidaya tanam tunggal dengan tingkat
pengelolaan yang sama. Keuntungan panen bisa berkisar antara 20 % sampai 60 %
(Steiner 1984; Francis 1986 dalam Anonim, 2009). Perbedaan ini sebagai akibat berbagai
faktor, seperti tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi, penurunan kerugian yang
disebabkan oleh gulma, serangga dan penyakit serta pemanfaatan yang lebih efisien
terhadap sumber daya air, sinar matahari dan unsur hara yang ada. Kalau beberapa
tanaman budidaya tumbuh sekaligus, kegagalan salah satu tanaman dapat
dikompensasikan oleh tanaman yang lain (baik itu sebagai hasil panen sebenarnya
ataupun dalam hal nilai uangnya). Hal ini mengurangi resiko usaha tani. Sistem budidaya
ganda, khususnya dengan rumput dan pohon perennial, kurang rentan terhadap erosi
tanah (karena penutupan tanah lebih baik dan lebih banyak penghalang pada aliran air dan
udara). Sistem tersebut juga lebih baik dalam memanfaatkan ruang yang ada bagi
pertumbuhan akar dan tajuk, mendaur ulang air dan unsur hara yang ada dengan lebih
efisien dan memiliki kapasitas penyangga yang lebih besar terhadap periode ataupun
peristiwa yang merugikan (kekeringan, serangan hama, kebutuhan uang tunai dalam
jumlah besar secara mendadak dan sebagainya) dibanding sistem budidaya tanaman
tunggal. Dengan kata lain, mereka memanfaatkan dan memberikan perlindungan yang
lebih baik pada modal usahatani alami.

Untuk meningkatkan produktivitas lahan dan pendapatan petani di lahan kering dapat
dilakukan melalui pertanaman secara tumpangsari, karena pertanaman secara tumpangsari
pada lahan kering dapat memelihara kelembaban dan kadar air tanah serta mengurangi
erosi dan meningkatkan kesuburan tanah (Samosir, 1996 dalam Anonim, 2009).
Tumpangsari merupakan salah satu bentuk program intensifikasi pertanian alternatif yang

13
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011
tepat untuk melipatgandakan hasil pertanian pada daerah-daerah yang kurang produktif.
Keuntungannya adalah selain diperoleh panen lebih dari sekali setahun, juga menjaga
kesuburan tanah dengan mengembalikan bahan organik yang banyak dan penutupan tanah
oleh tajuk tanaman. Dalam sistem pertanaman tumpangsari, agar diperoleh hasil yang
maksimal maka tanaman yang ditumpangsarikan harus dipilih sedemikian rupa sehingga
mampu memanfaatkan ruang dan waktu seefisien mungkin serta dapat menurunkan
pengaruh kompetitif yang sekecil-kecilnya. Jenis tanaman yang digunakan dalam
tumpangsari harus memiliki pertumbuhan yang berbeda, bahkan bila memungkinkan
dapat saling melengkapi. Tanaman tumpangsari jagung dapat dilakukan dengan padi
gogo, palawija lain atau sayuran yang dilakukan dengan tujuan; (1) penganekaragaman
penggunaan makanan, (2) mengurangi resiko kegagalan panen, dan (3) meningkatkan
intensitas tanam.

Integrasi sumber-sumber hewan ternak dan tumbuhan untuk memperoleh out put
biomassa yang optimal dalam lingkungan ekologi dan sosio-ekonomi tertentu harus
menjadi tujuan dalam sistem pertanian berkelanjutan. Interaksi yang sesuai diantara
komponen-komponen harus menghasilkan respon komplementari (saling melengkapi) dan
sinergetik sehingga dapat mendorong peningkatan efisiensi produksi dan memperkuat
viabilitas ekonomi dari sistem pertanian yang terpadu.

Sumber daya yang paling terbatas dalam sistem pertanian berkelanjutan secara umum
adalah kemampuan pengelolaan yang diperlukan untuk mengembangkan dan memelihara
diversifikasi usaha pada tingkatan optimal. Sistem pertanian monokultur lebih banyak
diusahakan dan umumnya kurang kompleks dibandingkan sistem pertanian campuran atau
integrasi.

Sistem produksi ternak herbivora yang dikombinasi dengan lahan-lahan pertanian dapat
disesuaikan dengan keadaan tanaman pangan. Ternak tidak berkompetisi pada lahan yang
sama. Tanaman pangan dengan komponen utama dan ternak menjadi komponen kedua.
Ternak dapat digembalakan di pinggir atau pada lahan yang belum ditanami dan pada
lahan setelah pemanenan hasil sehingga ternak dapat memanfaatkan limbah tanaman
pangan, gulma, rumput, semak dan hijauan pakan yang tumbuh disekitar tempat tersebut.
Sebaliknya ternak dapat mengembalikan unsur hara dan memperbaiki struktur tanah
melalui urin dan fecesnya. Mott (1974) dalam Anonim (2009) melaporkan bahwa dari

14
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011
nitrogen tumbuhan dan mineral yang dimakan hewan di areal penggembalaan, sekitar 75 –
95 persen nitrogen dan 90 – 95 persen mineral dikembalikan ke tanah.

Sistem tumpangsari tumbuhan dan ternak pada umumnya banyak dipraktekkan dengan
tanaman perkebunan. Tujuan sistem ini adalah untuk pemanfaatan lahan secara optimal,
namun belum banyak mendapat perhatian. Di dalam sistem tumpangsari ini tanaman
perkebunan sebagai komponen utama dan tanaman rumput dan ternak yang merumput
diatasnya merupakan komponen kedua. Dari berbagai penelitian dilaporkan bahwa
integrasi antara tanaman perkebunan dan peternakan dapat meningkatkan kualitas tanah,
produksi kelapa, produksi kopra, hasil buah sawit segar dan keuntungan ekonomis serta
meningkatkan hasil ternak, menurunkan biaya penyiangan dan mempermudah
pengumpulan buah kelapa. Moningka dkk. (1993) menjelaskan keuntungan-keuntungan
dari sistem ini antara lain: (1) tersedianya tanaman peneduh bagi ternak sehingga dapat
mengurangi stress karena panas, (2) meningkatkan kesuburan tanah melalui proses
kembaliya air seni dan feces ke dalam tanah, (3) meningkatkan kualitas pakan ternak,
membatasi pertumbuhan gulma, (4) mengurangi penggunaan herbisida, (5) meningkatkan
hasil tanaman perkebunan dan (6) meningkatkan keuntungan ekonomis termasuk hasil
ternaknya.

Penambahan tanaman legum pada padang rumput, diharapkan dapat menaikan nitrogen
dan bahan organik tanah di daerah-daerah yang tererosi dan kurang kesuburannya yang
disebabkan oleh pengelolaan tanah yang buruk. Peranan leguminosa pada padang
pengembalaan, mampu memanfaatkan nitrogen bebas dari udara dengan bantuan
rhizobium di dalam nodul-nodul leguminosa tersebut. Di dalam nodul inilah bakteri
bertempat tinggal dan berkembang biak serta dapat melakukan kegiatan fiksasi nitrogen
bebas dari udara. Oleh karena itu, penanaman campuran merupakan sumber dari protein
dan mineral yang berkadar tinggi bagi ternak, juga memperbaiki kesuburan tanah.
Selanjutnya Reksohadiprodjo (1981) menyatakan bahwa fungsi leguminosa dalam padang
pengembalaan adalah menyediakan atau dapat memberikan nilai makanan yang lebih baik
terutama protein, fosfor dan kalsium.

Untuk mepertahankan pertumbuhan tanaman, baik untuk tanaman kelapa maupun untuk
tanaman selanya, perlu dilakukan pemupukan. Pupuk yang diberikan dapat berupa pupuk
buatan atau pupuk organik. Pupuk organik seperti pupuk kandang sangat membantu
dalam memperbaiki sifat-sifat tanah sperti permeabilitas tanah, porositas tanah, struktur

15
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011
tanah, daya menahan air dan kapasitas tukar kation tanah. Disamping itu, pupuk kandang
juga dapat memperbaiki sifat biologi dan kimia tanah, sehingga dapat memperbaiki
lingkungan perakaran tanaman yang nantinya dapat meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman serta memperoleh hasil yang lebih tinggi (Hardjowigeno, 1989).
Dalam sistem usaha terpadu peternakan dan tanaman perkebunan, maka kebutuhan pupuk
kandang dapat dipenuhi dari kotoran ternak yang diusahakan secara bersama-sama.

Di pihak lain sistem-sistem produksi asli (salah satunya agroforestry) selalu dianggap
sebagai sistem yang hanya ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan sendiri. Dukungan
terhadap pertanian komersial petani kecil lebih diarahkan sebagai upaya penataan kembali
secara keseluruhan sistem produksi, ketimbang sebagai pendekatan terpadu
mengembangkan sistem-sistem yang sudah ada. Agroforestry umumnya dianggap sebagai
“kebun dapur”, tidak lebih dari sekedar pelengkap sistem pertanian lain, hanya khusus
untuk konsumsi sendiri, dan menghasilkan hasil-hasil ikutan seperti kayu bakar (Michon,
1985).

Agroforestry mempunyai fungsi ekonomi penting bagi masyarakat setempat. Peran utama
agroforestry bukanlah produksi bahan pangan melainkan sebagai sumber penghasilan
pemasukan uang dan modal. Seringkali agroforestry menjadi satu-satunya sumber uang
tunai keluarga petani. Agroforestry memasok 50 - 80% pemasukan dari pertanian di
pedesaan melalui produksi langsung dan kegiatan lain yang berhubungan dengan
pengumpulan, pemrosesan dan pemasaran hasilnya (Michon, 1985) . Contoh kegiatan
tersebut misalnya adalah aktivitas penanaman hutan dengan sistem tumpangsari, kegiatan
penebangan, aktivitas angkutan hasil hutan, pembinaan industri rakyat, pembinaan sutra
alam, lebah madu dan sebagainya (DS Fattah, 1999).

Keunikan konsep pertanian komersil agroforestry adalah karena bertumpu pada


keragaman struktur dan unsur-unsurnya, tidak berkonsentrasi pada satu spesies saja.
Produksi komersial ternyata sejalan dengan produksi dan fungsi lain yang lebih luas. Hal
ini menimbulkan beberapa konsekuensi menarik bagi petani.

Di daerah-daerah tropis, agroekosistem yang secara ideal mendekati ekosistem klimaks


merupakan sistem agroforestri, yaitu di daerah-daerah yang lebih kering, sistem yang
menyerupai savana dengan pohon-pohon disana sini, semak belukar dan rumput-rumputan
perennial dan di daerah-daerah yang lebih lembab, sistem yang menyerupai hutan-hutan
yang lebih lebat.

16
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011
Dalam rancangan agroforestri ini, ciri ekosistem alami digabungkan dengan kebutuhan
usaha tani. Penutupan tanah yang lebih baik diperoleh dengan memasukan spesies
perennial dan /atau dengan menebarkan tanaman yang menutupi permukaan tanah. Ini
akan mengurangi pengaruh dari hujan secara langsung, menahan sedimen dan mengurangi
evaporasi sehingga akan tersedia lebih banyak air. Tajuk vegetatif dan seresah akan
mengurangi suhu tanah dan akhirnya mengurangi kecepatan dekomposisi dan
mineralisasi. Keanekaragaman spesies tanaman, misalnya dengan tajuk dan perakaran
yang berbeda, dapat meningkatkan sumberdaya yang tersedia di atas dan di bawah
permukaan tanah dan dapat memanfaatkannya secara efisien. Sebagai contoh adalah sinar
matahari dengan pengaturan tajuk yang lebih baik, atau volume unsur hara dan air tanah
dengan pengakaran yang lebih dalam dan struktur akar yang lebih baik sehingga
menurunkan perembesan unsur hara.

Meskipun tidak memungkinkan akumulasi modal secara cepat dalam bentuk aset-aset
yang dapat segera diuangkan, diversifikasi tanaman merupakan jaminan petani terhadap
acaman kegagalan panen salah satu jenis tanaman atau resiko perkembangan pasar yang
sulit diperkirakan. Jika terjadi kemerosotan harga satu komoditas, spesies ini dapat dengan
mudah dibiarkan saja, hingga suatu saat pemanfaatannya kembali menguntungkan. Proses
tersebut tidak mengakibatkan gangguan ekologi terhadap sistem kebun. Petak kebun tetap
utuh dan produktif dan spesies yang ditelantarkan akan tetap hidup dalam struktur kebun
dan selalu siap untuk dipanen sewaktu-waktu. Sementara itu spesies-spesies baru dapat
diperkenalkan. Akan tetap ada tanaman yang siap dipanen, malahan komoditas baru dapat
diperkenalkan tanpa merobah sistem produksi yang ada.

Ciri keluwesan yang lain adalah perubahan nilai ekonomi yang mungkin dialami beberapa
spesies. Spesies yang sudah puluhan tahun berada di dalam kebun dapat tiba-tiba
mendapat nilai komersil baru akibat evolusi pasar, atau pembangunan infrastruktur seperti
pembangunan jalan baru.

Agroforestry juga memang berperan sebagai kebun dapur yang memasok bahan makanan
pelengkap (sayuran, buah, rempah, bumbu). Selain itu melalui keanekaragaman sumber
nabati dan hewani agroforestri dapat menggantikan peran hutan alam dalam menyediakan
hasil-hasil yang akhir-akhir ini semakin langka dan mahal seperti kayu, rotan, bahan atap,
tanaman obat dan binatang buruan.

17
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011
Pendekatan lain yang ditempuh dalam pengembangan pertanian terpadu adalah melalui
pendekatan potensi agroindustri. Pengertian potensi agroindustri yang terkait dengan hal
ini:

1) Potensi agroindustri adalah masukan terhadap potensi – potensi yang dimiliki, yang
memberi nilai tambah pada produk pertanian dalam arti luas termasuk peternakan.

2) Agroindustri yang dimaksud adalah kegiatan produksi/pengolahan bahan baku berbasis


pertanian menjadi produk yang bernilai ekonomi, baik produk jadi maupun produk
setengah jadi. Pertanian yang dimaksud di sini adalah pertanian dalam arti luas
mencakup peternakan.

3) Agribisnis adalah serangkaian kegiatan yang melibatkan subsistem input, subsistem


produksi, subsistem pengolahan, subsistem pemasaran hasil dan subsistem penunjang.

Beberapa prinsip lainnya terkait agroindustri yang perlu diperhatikan diantaranya:

1) Lokasi tersebut mampu memacu kompetitif produk/komoditi pertanian dan peternakan

2) Lokasi tersebut mampu menumbuhkan agroindustri yang sesuai dengan penyandang


bahan baku berkelanjutan.

3) Lokasi tersebut berpotensi memperluas wilayah sentra – sentra komoditas unggulan


yang nantinya akan berfungi sebagai penyandang bahan baku yang berkelanjutan.

4) Lokasi tersebut berpotensi memacu pertumbuhan agribisnis dengan menghadirkan


subsistem – subsistem agribisnis, berbagai sarana pendukung berkembangnya industri
pedesaan.

c. Sistem Pertanian Terpadu

Terkait dengan Konteks Pengembangan Kawasan, maka konsep pengembangan Kawasan


Pertanian Terpadu adalah wilayah berbasis pada keberagaman fisik dan ekonomi sektor
pertanian tetapi memiliki hubungan erat dan saling mendukung satu sama lain secara
fungsional demi mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat tani sekitar.

18
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011
Kawasan Pertanian Terpadu juga merupakan kawasan yang memiliki potensi baik potensi
produksi, ekonomi dengan sumberdaya yang dapat ditingkatkan produktivitasnya, sehingga
menjadi sebuah kawasan yang terintegrasi.

Pengembangan Kawasan Pertanian Terpadu ini, nantinya diarahkan pada:

1) Meningkatkan kesejahteraan, kualitas hidup, kemampuan dan kapasitas ekonomi dan


sosial masyarakat pedesaan.

2) Meningkatkan ikatan komunitas masyarakat atau rakyat sekitar kawasan pertanian


terpadu yang memiliki tanggungjawab untuk menjaga kelestarian dan keamanannya.

3) Meningkatkan mutu dan produktivitas

4) Menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kesempatan berusaha dan meningkatkan


pendapatan masyarakat.

5) Mendorong dan mempercepat pengembangan wilayah pertanian demi mencapai


kemajuan dan kemandirian daerah khsususnya Provinsi Banten.

Terdapat beberapa pengertian sistem pertanian terpadu yang digunakan secara umum.
Dalam hal ini pengertian yang digunakan adalah Sistem Pertanian Terpadu merupakan
sistem pertanian yang dicirikan dengan:

– adanya interaksi dan keterkaitan (linkages) yang sinergis antar berbagai aktivitas
pertanian

– yang dapat meningkatkan efisiensi, produktivitas, kemandirian, serta kesejahteraan


petani secara berkelanjutan.

Di dalam pengertian ini apabila dipandang secara horizontal kegiatan pengelolaan sumber
daya hayati mencakup tanaman, hewan ternak, dan/atau ikan. Selanjutnya apabila
dipandang secara vertikal, maka kegiatan agribisnis yang dilakukan sekaligus mencakup
kegiatan budi daya pertanian (on farm) dan kegiatan agroindustri dan perdagangan hasil
pertanian (off farm).
Adapun model sistem pertanian terpadu yang dikembangkan adalah yang melalui
pendekatan Zero Waste ataupun konsep Low External Input Sustainable Agriculture
(LEISA). Di dalam sistem pertanian terpadu yang berkelanjutan ini kondisi yang
ditawarkan adalah:
– secara ekologis adaptif dan ramah lingkungan,

19
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011
– secara ekonomis menguntungkan,
– secara sosial humanis
– dapat diterima baik oleh penyelenggara
kegiatan pertanian itu maupun oleh
masyarakat di sekitarnya.

Pertanian terpadu pada hakekatnya merupakan


pertanian yang mampu menjaga keseimbangan
ekosistem di dalamnya sehingga aliran nutrisi
(unsur hara) dan energi terjadi secara seimbang.
Keseimbangan inilah yang akan menghasilkan
produktivitas yang tinggi dan keberlanjutan
produksi yang terjaga secara efektif dan efisien.
Konsep terapan pertanian terpadu akan menghasilkan F4 yang sebenarnya adalah langkah
pengamanan terhadap ketahanan dan ketersediaan pangan dan energi secara regional
maupun nasional, terutama pada kawasan kawasan remote area dari jajaran kepulauan
Indonesia.
(1)  F1 (Food); Pangan manusia (beras, jagung, kedelai, kacang-kacangan, jamur, sayuran,
dll.), produk peternakan (daging, susu, telor, dll.), produk budi-daya ikan air tawar (lele,
mujair, nila, gurame, dll.) dan hasil perkebunan (salak, kayumanis, sirsak, dll.)

(2) F2 (Feed); Pakan ternak termasuk di dalamnya ternak ruminansia (sapi, kambing,
kerbau, kelinci), ternak unggas (ayam, itik, entok, angsa, burung dara, dll.), pakan ikan
budidaya air tawar (ikan hias dan ikan konsumsi). Dari budidaya tanaman padi –ternak
misalnya, akan dihasilkan produk utama beras dan produk sampingan bekatul, sekam padi,
jerami dan kawul, dengan kegunaan dan nilai ekonomis yang layak kelola.

Jerami dan malai kosong (kawul) dapat


disimpan sebagai hay (bahan pakan kering)
untuk ternak ruminansia atau dibuat silage
(makanan hijau terfermentasi), sedangkan
bekatul sudah tidak asing lagi sebagai bahan
pencampur pakan ternak (ruminansia,
unggas dan ikan). Pakan ternak ini berupa
pakan hijauan dari tanaman pagar, azolla,
dan eceng gondok.

20
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011

(3)  F3 (Fuel); Akan dihasilkan energi dalam berbagai bentuk mulai energi panas (biogas)
untuk kebutuhan domestik/masak memasak, energi panas untuk industri makanan di
kawasan pedesaan juga untuk industri kecil. Hasil akhir dari bio gas adalah bio fertilizer
berupa pupuk organik cair dan kompos. Sekam padi dapat dikonversi menjadi energi
(pembakaran langsung maupun gasifikasi) dan masih akan menghasilkan abu maupun
arang sekam yang dapat diimplementasikan sebagai pupuk organic, sementara apabila
energi sekam padi digunakan untuk gas diesel engine akan didapatkan lagi hasil sampingan
berupa asap cair (cuka kayu) yang dapat digunakan untuk pengewet makanan atau
campuran pestisida organik.

(4) F4 (Fertilizer); Sisa produk pertanian melalui proses decomposer maupun pirolisis akan
menghasilkan organic fertilizer dengan berbagai kandungan unsur hara dan C-organik yang
relative tinggi. Bio/organic fertilizer bukan hanya sebagai penyubur tetapi juga sebagai
perawat tanah (soil conditioner), yang dari sisi keekonomisan maupun karakter hasil
produknya tidak kalah dengan pupuk buatan (anorganik fertilizer) bahkan pada kondisi
tertentu akan dihasil-kan bio pestisida (dari asap cair yang dihasilkan pada proses pirolisis
gasifikasi) yang dapat dimanfaatkan sebagai pengawet makanan yang tidak berbahaya (bio
preservative).

Pertanian Terpadu bukanlah konsep baru. Masyarakat pertanian sudah lama mengenal dan
mempraktekan konsep, bahkan sempat ditinggalkan. Sistem pertanian terpadu
konvensional yang sudah lama dikenal contohnya tumpang sari antara peternakan ayam
dan balong ikan dimana kotoran ayam yang terbuang dimanfaatkan sebagai pakan ikan.
Tumpang sari antara tanaman palawija dan peternakan dimana sisa-sisa tanaman digunakan
sebagai pakan ternak kambing atau sapi dan kotoran ternak digunakan sebagai pupuk
kandang bagi pertanaman berikutnya. Praktek-praktek pertanian terpadu konvensional ini
belum mencerminkan siklus yang berkelanjutan.

Pada sistem pertanian terpadu modern keterpaduan pertanian dan peternakan, perikanan
maupun sektor lainnya dilakukan dengan memanfaatkan seluruh sumberdaya yang ada
dalam sistem serta mengaplikasikan teknologi didalamnya. Petani bisa menanam padi,
jagung, palawija dan hasil pertanian lainnya. Selain itu petani juga beternak sapi, kambing,
ayam atau hewan ternak lainnya. Hasil yang bisa diperoleh petani dari pertanian adalah
hasil utama seperti beras, jagung, kedele, dll. Dari hasil utama ini maka petani bisa
menjualnya atau dikonsumsi sendiri untuk kebutuhan sehari-hari. Hasil sampingnya adalah
limbah pertanian yang berupa jerami padi, dedak, bekatul, jerami jagung. Limbah pertanian
tersebut bisa digunakan sebagai pakan ternak yang memiliki nutrisi yang tinggi dan tahan
lama. Limbah kotoran ternak dimanfaatkan sebagai bahan baku biogas.

21
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011

3.2. Konsep Pertanian Terpadu CIPADALI


Sistem Pertanian Terpadu CIPADALI …. Cinta Pada Lingkungan……. membangun
sistem/model pertanian berbudaya lokal dengan berlandaskan pada (Rachman, 2004):
1. Bekerja pertanian merupakan tugas hidup dan bernilai ibadah, kegiatan bercocok tanam dan
menanam merupakan tindakan kebajikan dan berpahala, merupakan sumber kemakmuran
bersama serta ikut memelihara alam dan lingkungan
2. Penerapan pertanian produktif-konservasi yaitu menerapkan teknik budidaya pertanian yang
tidak menghambat penyuburan secara alami, mencegah kerusakan tanah dan air, mencegah
pemborosan input, serta mendorong pemeliharaan tanah agar tetap produktif.
Tabel 2. Tujuh Prinsip Sistem Pertanian (Terpadu) Cinta Pada Lingkungan (CIPADALI)*
No Prinsip Implementasi
1 Sistem pertanian terpadu Di dalam satu hamparan lahan pertanian terdapat beberapa
jenis kegiatan pertanian yang saling menunjang dan
terintegrasi, baik dalam kaitan nya untuk menjaga
biodiversitas, siklus unsur hara, maupun dari aspek
ekonomi dimana limbah suatu proses kegiatan menjadi
input bagi kegitan lainnya.
2 Conservation tillage- Menerapkan pengolahan tanah konservasi. Pengolahan
biopore tanah dilakukan seminimal mungkin sesuai kondisi tanah
untuk menunjang pertumbuhan dan produksi tanaman serta
tidak menimbulkan kerusakan agregat tanah dan
memperbesar erosivitas tanah.
3 Infiltrasi maksimal-zero Pada setiap petak atau hamparan lahan pertanian harus
runoff diupayakan tidak terjadi aliran permukaan dan infiltrasi
tanah yang maksimal. Kalaupun ada aliran permukaan
jumlahnya minimal dengan kecepatan rendah dan airnya
jernih (tidak membawa sedimen).
4 Mix/multiple cropping Menerapkan lebih dari satu jenis tanaman atau komoditi
maupun sekuen dalam periode penanaman terhadap
tanaman atau komoditi yang tidak memiliki efek antagonis
dalam satu petak lahan sehingga menghasilkan indeks
tanam jauh di atas 100 persen.
5 Pemupukan berimbang Prinsip dasarnya, penambahan unsur-unsur hara ke dalam
tanah melalui pemupukan harus sama atau melebihi jumlah
kehilangan unsur-unsur hara tanah yang hilang karena
berbagai sebab (panen, volatilisasi, dsb.).
Pemupukan harus sesuai dengan sifat tanah dan kebutuhan
pertanaman serta menjaga keseimba-ngan berbagai unsur
hara di dalam tanah.
6 Integrated pest Menerapkan pengelolaan hama penyakit secara terintegrasi
management untuk menghindarkan terjadinya semakin mewabahnya

22
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011
hama penyakit tanaman serta pencemaran lingkungan
melalui peng-gunaan media dan teknik yang ramah
lingkungan
7 Tepat dalam pemilihan Tepat dalam pemilihan komoditi pertanian yang
komoditi dibudidayakan berdasarkan 3 (tiga) aspek:
 Fisik : sesuai dengan kapabilitas lahan sehingga tidak
menimbulkan erosi
 Biologis: tidak menimbulkan efek antagonis antara satu
jenis tanaman atau komoditi dengan tanaman atau
komoditas lainnya
 Ekonomis: sesuai dengan permintaan pasar sehingga
harganya tetap tinggi dan member-kan keuntungan bagi
petani/peternak
* Rachman, 2004 : Sistem Pertanian CIPADALI: Membangun Sistem/Model Pertanian
Terpadu Berbudaya Lokal
Kunci penerapan Sistem Pertanian Terpadu CIPADALI adalah 5 Rukun Sukses, yaitu: 1)
Niatkan kepada Tuhan, 2) Jujur, 3) Kerja keras, 4) Menerima saran/masukan, dan 5)
Bekerja sama. Pertanian Terpadu CIPADALI menerapkan 7 Prinsip Sistem Pertanian Produktif-
Konservasi (Rachman, 2004) yang uraian singkat dan penerapannya disajikan pada Tabel 2.

Rasionalitas. Berkaitan dengan pengembangan pertanian terpadu di Provinsi Banten,


maka berikut ini akan ditampilkan beberapa alasan penting mengapa pertanian terpadu
tersebut sudah sepantasnya dikembangkan. Argumen tersebut adalah:

1) Pulau Jawa masih sebagai produsen pangan utama


2) Konversi lahan pertanian ke non-pertanian di kawasan sekitar perkotaan merupakan
salah satu penyebab merosotnya produksi pangan
3) Akibatnya fatal bagi produksi pangan dan ketahanan pangan Indonesia, sebab
kualitas lahan di P. Jawa tergolong baik
4) Konversi lahan pertanian ke non pertanian di P. Jawa berakibat:
a) Lahan pertanian di P. Jawa selalu berkurang luasnya
b) Turunnya produktivitas lahan pertanian
c) Menghasilkan kawasan pertanian (enclave) yang terkepung kawasan industri,
perdagangan, dan perumahan
5) Penanganan dan pengelolaan kawasan pertanian terkepung tersebut agak berbeda
dengan pengelolaan pertanian di kawasan pertanian pada hamparan luas yang tidak
terkepung.
6) Untuk menjaga dan mengamankan target produksi pertanian nasional, perlu
”menjaga” kawasan pertanian terkepung tsb.

23
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011
7) Dengan demikian, sudah menjadi kebutuhan adanya model model pengelolaan dan
pengembangan kawasan pertanian yang terkepung tersebut agar:
a) Lahan pertanian di P. Jawa yang terkepung tersebut masih dapat dipertahankan
fungsinya sebagai produsen hasil-hasil pertanian
b) Memotivasi dan menunjukkan kepada petani bahwa kawasan tersebut masih
bisa digunakan untuk lahan pertanian

c) Mencegah konversi lahan pertanian ”subur” agar tidak semakin intensif

3.3. Profil Kawasan Sitandu

a.. Legalitas, Dukungan Peraturan-perundangan dan Kebijakan

Secara yuridis, penetapan Kawasan SITANDU di Desa Curug Kecamatan Curug Kota Serang,
Provinsi Banten didukung oleh:

 Hasil Feasibility Study (FS) yang dilakukan oleh


Tim Studi Care Institut Pertanian Bogor (IPB)
tahun 2008

 Keputusan Walikota Serang No.761/NU/1323-


BPTPM/2009, tentang Pemberian Penetapan
Lokasi Kawasan Pertanian Terpadu Provinsi
Banten.

 Surat Penetapan Kepala Dinas Pertanian


No.520/331-DPP/2009 tahun 2009 tentang Lokasi
Kawasan Pertanian Terpadu.

 Detail Engineering Design (DED)


Pembangunan Kawasan Sistem
Pertanian Terpadu Provinsi Banten
oleh PT. Kharisma Bangun
Consulindo Tahun 2010.

 Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup


dan Upaya Pemantauan Lingkungan
Hidup (UKL-UPL) Rencana

24
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011
Pembangunan Kawasan Sistem
Pertanian Terpadu Provinsi Banten.

 Sesuai dengan alokasi tataruang


provinsi dan kota

b.. Peran dan Fungsi

Kawasan SITANDU dapat diperankan atau difungsikan sebagai:

 Tempat riset/penelitian lapangan terapan dan


pengembangan agribisnis dan pertanian
terpadu seperti demplot dsb. untuk mendorong
terobosan-terobosan lahirnya teknologi atau
inovasi aplikatif di bidang agribisnis dan
pertanian terpadu meliputi pertanian tanaman
pangan, hortikultura, peternakan, perkebunan,
agroforestry, florikultur, perikanan dan
agrowisata.

Tempat pusat pembinaan, penyuluhan, serta


pelatihan (training centre) bagi para penyuluh,
aparat pemerintah di bidang pertanian, kader
tani, petani, dan masyarakat. Kawasan
SITANDU dapat dijadikan kawah
candradimuka bagi seluruh aparat dari berbagai
dinas-dinas/instansi/ kantor yang terkait dengan
pertanian (dalam arti luas), pengelolaan
sumberdaya alam dan lingkungan
serta bagi para penyuluh pertanian (dalam arti luas) dan para kader tani dan atau masyarakat
luas lainnya. Para penyuluh pertanian dan kader tani dapat memanfaatkan Kawasan
SITANDU sebagai laboratorium lapang untuk mendalami dan mempelajari berbagai
teknologi pertanian yang tersedia di Kawasan SITANDU.

25
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011
 Sebagai tempat produksi dan pembibitan.
Sebagai pusat riset terapan, laboratorium lapang,
dan pengembangan pertanian terpadu dan
agribisnis, serta training dan penyuluhan,
Kawasan SITANDU secara budidaya harus
dapat menunjukkan tingkat produksi yang
memadai, di atas tingkat produksi petani.

 Selain itu, pada Kawasan SITANDU dapat


dikembangkan untuk penyediaan dan
penghasil bibit-bibit komoditi unggulan dan
bibit-bibit tanaman strategis untuk
mendukung kebutuhan Dinas Pertanian dan
Peternakan Provinsi Banten serta dinas
lainnya serta para petani dan masyarakat luas.
Sebagai tempat promosi (showroom).
Kawasan SITANDU juga dapat dijadikan
tempat promosi, pemasaran dan pameran serta
sejenisnya sebagai ajang promosi bagi produk
pertanian dan para pengusaha pertanian dari
Provinsi Banten.

 Sebagai tempat wisata pertanian, wisata


pendidikan pertanian (agro-edu-tourism).
Kawasan SITANDU dapat
dikembangkan sebagai tempat wisata
pertanian, tempat wisata pendidikan di
bidang pertanian, camping ground, dan
outbond.

Dalam Workshop Roadmap SITANDU pada tanggal 7 Desember 2011 yang lalu Kawasan
SITANDU diusulkan oleh Balitbangda Provinsi Banten untuk Kawasan Pengembangan
Sistem Inovasi Daerah untuk menunjang kebijakan inovasi di daerah, khususnya di bidang
pertanian. Kawasan SITANDU dapat dikembangkan untuk menunjang iptek dalam bentuk

26
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011
Science Techno Park, kawasan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam berbagai bidang atau sektor yang terkait dengan pertanian, terutama pertanian
terpadu. Untuk itu perlu didukung dengan aspek legalitas baik melalui Peraturan Daerah,
Peraturan Gubernur dan tertuang dalam RPJMD Provinsi Banten.

c.. Lokasi dan Aksesibilitas

Ditinjau dari lokasi dan aksesibilitas, Kawasan SITANDU


Terminal
terletak pada lokasi yang sangat strategis, berada di Kota Serang ke
Ciruas
Serang sebagai ibukota dan sentra Provinsi Banten
dengan jarak sekitar 8 km dari Terminal Bus Serang serta
berdekatan dengan kantor Dinas Pertanian dan Peternakan
Provinsi Banten (jarak hanya sekitar 2 km) serta Komplek Polda Banten
Perkantoran Pemerintah Provinsi Banten di kawasan Pal
Lima.

Dari aspek aksesibilitas, Kawasan SITANDU mudah Kawasan


SITANDU
sekali dijangkau dengan kendaraan bermotor, dari sepeda BPOM
Kantor Balai
motor sampai truk atau bus. Dari jalan provinsi Kota Banten Desa
Serang-Pandeglang, Kawasan SITANDU hanya masuk Curug

sekitar 200 m dengan jalan selebar 8 m yang dapat dilalui


ke Petir
oleh seluruh kendaraan bermotor.
Kantor
Dari Terminal Kota Serang, perjalanan ke Kawasan Camat
SITANDU hanya ditempuh dalam waktu
Curug
sekitar 10-20 menit dengan kecepatan rata-rata 40 – 60 km/jam. Hal ini memudahkan
Kompleks
Perkantoran
transportasi penyediaan dan pengangkutan sarana dan prasarana serta hasil-hasil
Pemda Provinsi Banten produksi
ke
komoditi yang dihasilkan. Pandeglang

d.. Fisiografi-Topografi

Fisiografi calon Kawasan Sitandu adalah fan volkan dengan bentuk wilayah dataran datar
sampai berombak, dengan ketinggian pada kisaran 0-200 m dari permukaan air laut. Perbedaan
ketinggian antara daerah terendah dan tertinggi pada Kawasan SITANDU kurang dari 10 m.
Pada areal persawahan di sepanjang sungai, topografinya datar. Sedangkan di lahan kering,
topografinya berombak dengan lereng kurang dari 8 persen.

27
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011

Kawasan SITANDU yang memiliki lahan datar dengan lereng 0-3 persen yang sangat cocok
dan ideal untuk padi sawah dan tanaman lainnya serta perikanan. Pada lahan yang lerengnya
3-8 persen (agak datar sampai berombak) dapat digunakan untuk tanaman pangan palawija,
umbi-umbian dan kacang-kacangan (legume) serta untuk peternakan. Pada lahan-lahan
dengan kemiringan 8-15 persen dapat digunakan untuk tanaman atau pohon buah-buahan.
Sedangkan yang kemiringannya 15-25 persen dialokasikan untuk areal agroforestry.

e.. Tanah

Dari aspek tanahnya, khususnya untuk menunjang pertumbuhan tanaman, relatif tidak ada
masalah, untuk memacu produktivitas hanya dibutuhkan pemupukan yang tepat. Pada
dasarnya, tanahnya dapat dibedakan menjadi dua golongan. Pada kawasan persawahan
dijumpai tanah Alluvial Kelabu berbahan induk endapan sungai dan Hidromorfik Kelabu
berbahan induk endapan sungai dan pasir (kwarsa) serta Gleisol. Sedangkan pada lahan
keringnya dijumpai tanah Podsolik Merah Kuning berbahan induk tuf volkan masam dan
Latosol Merah-Kecoklatan.

Pada bagian terbawah yang berdampingan dengan


sungai kecil yang sering tergenang, dijumpai tanah
Alluvial Kelabu. Sedikit di bagian atasnya, dengan
berteras-teras, dijumpai tanah Hidromorfik Kelabu.
Di bagian lebih tinggi dan paling atas dimana tidak
terjadi penggenangan dumpai tanah Podsolik Merah.

Pada umumnya, kemasaman tanah tergolong masam


sampai agak masam dengan pH berkisar 4,9 sampai
5.8. Sedang kesuburan tanahnya pada umumnya
tergolong rendah. Tekstur tanahnya bervariasi dari
liat sampai lempung. Secara garis besar kondisi
tanahnya cukup sesuai untuk Kawasan Pertanian
Terpadu.

28
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011
Sedangkan kondisi tanahnya dapat dideskripsikan sebagai berikut:

 Asosiasi Tanah Alluvial Kelabu/Hidromorfik Kelabu pada zone perakaran (kedalam 0-20
cm) memiliki pH 5.8-6,0 (netral sampai agak masam), dengan kandungan bahan organik,
Nitrogen Total, P tersedia, K, Ca, dan Mg dapat dipertukarkan sangat rendah. Kapasitas
Tukar Kation (KTK) sangat rendah, kejenuhan basa tinggi. Kandungan logam-logam Al
sangat rendah, Fe dan Mn agak tinggi. Tekstur tanahnya lempung.

 Tanah Podsolik Merah pada zone perakaran (kedalam 0-20 cm) memiliki pH 5,0 (masam),
dengan kandungan bahan organik, Nitrogen Total, P tersedia, K, Ca, dan Mg dapat
dipertukarkan sangat rendah. Kapasitas Tukar Kation (KTK) sangat rendah, kejenuhan
basa agak rendah. Kandungan logam-logam Al rendah, Fe rendah, dan Mn agak tinggi.
Tekstur tanahnya liat.

f.. Hidrologi

Dari aspek ketersediaan air, Kawasan SITANDU dikelilingi sungai kecil yang terus mengalir
sepanjang tahun. Selain itu dapat juga dilakukan pengeboran air tanah untuk mendapatkan
debit atau volume air yang lebih besar.

Pada sisi lokasi Kawasan Sitandu mengalir sungai kecil yang merupakan cabang Kali Curug
yang akhirnya menyatu dengan Sungai Ci Waka. Air sungainya mengalir sepanjang tahun
meskipun pada musim kemarau debitnya menurun cukup drastis.

Dari hasil uji laboratorium, kualitas air


di calon Kawasan Sitandu cukup baik.
Nilai pH air 6,3. Selain itu, semua
kandungan unsur-unsur yang dapat
membahayakan kehidupan manusia
(air minum) maupun untuk air irigasi,
terutama Fe, Cu, Pb, Zn, dan Cd
berada pada tingkat sangat rendah dan
tidak membahayakan.

g.. Iklim

Iklim sering menjadi acuan pertama untuk menilai suatu lahan sesuai atau tidak bagi
pengusahaan komoditas pertanian karena iklim merupakan faktor lingkungan fisik yang sulit

29
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011
dikendalikan oleh manusia. Beberapa parameter iklim yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman adalah curah hujan, suhu, kelembaban, lama penyinaran matahari, dan kecepatan
angin. Mengingat posisinya berada pada daerah katulistiwa dimana suhu, kelembaban,
penyinaran matahari, dan kecepatan angin relatif sama antar lokasi, maka faktor iklim yang
paling menonjol adalah curah hujan. Masalah curah hujan untuk agroklimat berkaitan dengan
ketersediaan air yang dibutuhkan.

Berada di wilayah Kota Serang, Kawasan Sitandu memiliki iklim tropis dipengaruhi oleh
Angin Manson dan Gelombang La Nina. Musim penghujan terjadi pada bulan November-
Maret, cuaca dipengaruhi oleh angin barat (dari Sumatera, Samudera Hindia sebelah selatan
India) dan angin dari Asia yang melewati Laut Cina Selatan. Musim kemarau terjadi pada
bulan Juni-Agustus, cuaca dipengaruhi oleh angin timur. Temperatur berkisar antara 220C dan
320C.

Berdasarkan klasifikasi iklim Oldeman, wilayah Kabupaten Serang masuk ke dalam Tipe
Iklim B1 dengan jumlah bulan basah antara 7-9 bulan, bulan kering kurang dari 2 bulan dan
memiliki potensi penanaman tanaman pangan sepanjang tahun. Data yang telah dianalisa
menunjukkan curah hujan rata-rata bulanan di wilayah Kota Serang dan Kawasan Sitandu
mencapai 147,58 mm/tahun. Curah hujan terendah terjadi pada periode bulan Mei, Agustus,
dan September. Curah hujan tinggi terjadi pada bulan Desember hingga Maret. Suhu minimum
mencapai 22,390C terjadi sekitar bulan Agustus dan suhu maksimum tertinggi mencapai
32,510C terjadi sekitar bulan Oktober. Adapun suhu rata-rata berkisar pada angka 27,470C.

h.. Tataguna Lahan dan Lingkungan

Kawasan SITANDU terletak pada lingkungan yang


alami, lingkungan kawasan pertanian, agak jauh dari
pemukiman. Tataguna lahan lingkungan sekitarnya
berupa persawahan, tegalan, kebun campuran,
peternakan ayam dan pemukiman penduduk.

Kawasan SITANDU berada di suatu hamparan yang


indah, sejuk, alami, dan sangat sesuai jika dijadikan
lokasi percontohan pertanian sekaligus arena promosi
bagi produk-produk pertanian maupun pengusaha
pertanian.

30
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011
i. Komponen Pokok dan Komposisi Kawasan SITANDU

Total luas areal yang direncanakan bagi model kawasan sistem pertanian terpadu di Kampung
Bengkeng, Desa Curug ini adalah 20,3 ha. Di atas lahan seluas 20,3 ha tersebut direncanakan
bagi : a) kompleks per-
kantoran, b) kawasan kebun, c) infra- MASTER PLAN KAWASAN PERTANIAN TERPADU/ TC
struktur penunjang lainnya.

Kompleks perkantoran, terdiri atas: Kandang


domba,
Sungai kecil
1) gedung kantor utama, 2) laborato- sapi,
ayam
Sawah
rium, 3) rumah kaca, 4) gudang, Kolam Padang
Kebun model gembala
Kolam Kebun model
5) instalasi pembibitan, serta 6) Padang
Saung
rumput
jalan, taman, dan pos satpam. Kebun Agroforestry
Kebun bunga Outbond
biofarmaka Hortikultura

Kawasan kebun terdiri : 1) kebun Kebun koleksi Sawah


Kolam Kantor
bunga, 2) persawahan, 3) kawasan
palawija, 4) kawasan hortikultura, Palawija
Sungai kecil
5) kawasan kebun koleksi, 6)
kebun/padang rumput, 7) padang
penggembalaan, 8) kawasan agroforestri, dan 9) kawasan permodelan pertanian terpadu luasan
1.000 m2; 2.000 m2; 5.000 m2; dan 10.000 m2 (1 ha).

Sedangkan infrastruktur penunjang lainnya adalah; 1) jalan penghubung/masuk, dari jalan raya
ke kompleks perkantoran 2) jembatan, 3) jalan kebun, 4) kandang-kandang (kandang kambing,
kandang kerbau, dan kandang unggas), 5) saung pertemuan, 6) kolam air/dam.

Komponen perkantoran, kebun, dan infrastruktur tersebut harus dapat menunjang seluruh
aktivitas kebun percobaan dan budidaya pertanian terpadu. Hal tersebut menyangkut seluruh
kegiatan administrasi, tempat pertemuan, pengiriman, penerimaan dan penyimpanan alat dan
bahan, instalasi pembibitan, pengairan, budidaya pertanian dan peternakan, pengeringan,
sampai laboratorium dan rumah kaca agar dapat menunjang penelitian pokok yang esensial
serta pelatihan (training).

Beberapa aspek yang dipertimbangkan untuk menentukan komponen yang akan dibangun di
Kawasan SITANDU antara lain :

1. Mewakili seluruh jenis usaha pertanian di Provinsi Banten (Hortikultur, tanaman pangan,
perkebunan, peternakan dan perikanan)

31
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011
6. Diprioritaskan mendukung pengembangan komoditas pertanian unggulan Provinsi Banten

7. Kesesuaian lahan bagi komoditas yang akan dikembangkan

8. Sebagai model pengembangan pertanian yang terintegrasi pada berbagai skala luasan lahan

9. Sebagai model bagi pengembangan pertanian secara komersial.

Ada delapan komponen/jenis kawasan pertanian yang akan dibangun dalam areal model
dimana pemilihan kedelapan jenis kawasan tersebut

 Persawahan

Kebun atau areal persawahan dimaksudkan


untuk menyediakan lahan-lahan basah (wetland)
untuk percobaan atau pembudi-dayaan tanaman
padi atau tanaman lainnya yang membutuhkan
kondisi tergenang. Selain fasilitas irigasi, kebun
ini juga perlu didukung oleh instalasi
pembuangan air (drainase) yang memadai.

 Kebun Palawija

Kebun palawija disediakan untuk percobaan atau


pembudidayaan tanaman-tanaman palawija,
seperti jagung, kacang tanah, atau tanaman
palawija lainnya yang dianggap paling sesuai dan
menguntungkan. Kebun palawija ini juga
membutuhkan fasilitas irigasi dan instalasi
pembuangan air (drainase) yg memadai.

 Kebun Hortikultur

Kebun hortikultur disediakan untuk percobaan atau


pembudidayaan tanaman-tanaman hortikultur dataran
rendah, seperti cabe, pisang, jeruk, atau tanaman
hortikultur sayur-sayuran dan buah-buahan dataran

32
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011
rendah lainnya yang dianggap paling sesuai dan
menguntungkan. Kebun hortikultur ini membutuhkan
fasilitas irigasi dan instalasi pembuangan air
(drainase) yang memadai.

 Padang Rumput dan Padang Penggembalaan

Kawasan padang rumput disediakan untuk pem-


budidayaan berbagai jenis tanaman rumput-rumputan
untuk mensuplai makanan ternak. Padang rumput
dapat ditanam pada lahan datar sampai berlereng.
Sedangkan kawasan padang penggembalaan
disediakan untuk melepas ternak sementara di alam
terbuka agar ternak tidak selalu berada dalam kandang

 Kebun Bunga-Tanaman Hias

Kebun bunga-tanaman hias dimaksudkan untuk


membudidayakan dan mengembangkan dan
mempromosikan berbagai komoditi tanaman hias
dan bunga-bungaan komersial. Untuk itu, kebun
bunga tersebut harus ditunjang dengan instalasi
pembibitan, pembudidayaan, pasca-panen, dan
instalasi pengairan yang memadai.

 Kawasan Agroforestry

Kawasan agroforestry disediakan untuk percobaan atau pembudidayaan kombinasi tanaman-


tanaman hortikultur dataran rendah, palawija, obat-obatan, umbi-umbian dengan tanaman
keras atau jenis pohon-pohonan buah-buahan, seperti durian, mangga,

manggis, dan sebagainya, serta pohon-pohonan


kayu-kayuan, seperti mahoni, albizia (sengon),
rasamala, dan sebagainya. yang dianggap paling
sesuai dan menguntungkan.

Kombinasi dengan tanaman pohon-pohon


tersebut selain dapat memberikan sumbangan

33
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011
dalam tambahan pendapatan juga sangat
berguna sebagai tanaman pelindung atau tanaman konservasi. Kombinasi tersebut
dimungkinkan ditempatkan pada lahan-lahan yang cukup berlereng, dengan kemiringan
lereng hingga 30 persen.

 Demplot Kawasan Pertanian Terpadu

Pertanian terpadu sangat mendukung pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)


karena memberikan berbagai keuntungan, tidak saja dari aspek pendapatan petani tetapi
juga dari aspek kelestarian lingkungan.

Untuk demplot, keterpaduan ini dapat diwujudkan dalam model lahan terpadu luasan 1.000
m2; 2.000 m2; 5.000 m2; 10.000 m2 (1 ha), dan 20.000 m2 (2 ha) yang dibangun pada tahap
pengembangan. Pada demplot-demplot tersebut dapat dikombinasikan atau diintegrasikan
budidaya berbagai komiditi pertanian, peternakan, dan perikanan yang saling memberikan
keuntungan (sinergi) sehingga menghasilkan sistem budidaya yang sangat produktif tetapi
lestari (sustainable).

 Kebun Biofarmaka

Kebun Biofarmaka disiapkan untuk penelitian, pengembangan, dan pembudidayaan


(khususnya untuk memproduksi benih/bibit) berbagai tanaman yang dapat menjadi bahan
baku obat-obatan, seperti kunyit, jahe, lengkuas, dan sebagainya yang dianggap paling
sesuai dan menguntungkan. Kebun biofarmaka ini dibangun pada tahap pengembangan.

BAB IV. TANGGAPAN DAN MASUKAN


STAKEHOLDER

34
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011
Respon, tanggapan, masukan dan saran dari stakeholder ketika dilakukan Workshop
Sosialisasi dan Konsultasi Publik tentang Roadmap Kawasan SITANDU yang
diselenggarakan pada Tanggal 7 Desember 2011 di Hotel Le Dian disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Respon, Tanggapan, Saran dan Msukan Stakeholders

Tanggapan dan Saran Stakeholders Respon dan Tanggapan


Narasumber Penyaji Materi

1) Barbar Suharso : Bappeda Provinsi Banten

 Roadmap yang diusulkan berupa perencanaan  Setuju jika Roadmap SITANDU


15 tahun ke depan, dengan titik berat dan bukan hanya milik dan untuk Dinas
pendalaman untuk 5 tahun ke depan Pertanian dan Peternakan Provinsi
 Roadmap SITANDU bukan hanya untuk Banten tetapi disusun untuk
Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi mendukung Peraturan Gubernur
Banten saja, tetapi untuk mendukung tentang Gempita Ratu serta harus
kebijakan Gubernur Provinsi Banten, tepatnya sejalan dan seiring (in line) dengan
untuk mendukung Peraturan Gubernur tentang kebijakan pertanian (dalam arti
Gempita Ratu serta sejalan dan seiring (in line) luas) dari kabupaten/kota yang
dengan kebijakan pertanian (dalam arti luas) dituangkan dalam Renstra Dinas.
kabupaten/kota yang tertuang dalam Renstra  Untuk itu pembangunan dan
Dinas. Untuk itu diperlukan dukungan dan pengembangan Kawasan
percepatan partisipasi setiap SKPD pertanian SITANDU perlu mendapatkan
dalam arti luas, baik di tingkat provinsi, dukungan dan percepatan
kabupaten maupun kota. partisipasi setiap SKPD pertanian
 Pengertian pertanian terpadu dapat mencakup dalam arti luas, baik di tingkat
pertanian dalam arti luas berdasarkan lingkup provinsi, kabupaten maupun kota.
komoditas maupun dalam pengertian dari hulu  Untuk mempromosikan Kawasan
sampai hilir termasuk pengolahan dan SITANDU dapat dilakukan dengan
pemasaran seperti dalam pengertian agribisnis. cara mengundang Wakil Gubernur
Jadi kawasan SITANDU perlu difasilitasi Rano Karno, yang juga artis.
gudang, kios pemasaran, dsb.
 Adanya banyak harapan, keinginan, dan
tuntutan stakeholders untuk pembangunan dan
pengembangan Kawasan SITANDU karena
terkait kata “terpadu”. Termasuk kalau
stakeholders menginginkan juga berfungsi
sebagai kawasan wisata dengan dilengkapi
fasilitas “jogging track”, “lintasan atau trak

35
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011
untuk sepeda (bicycle track)”.
 Untuk mempromosikan pertanian yang sudah
kurang diminati oleh pemuda dan Kawasan
SITANDU, perlu didukung dengan cara
mendatangkan artis atau orang-orang terkenal
pada event-event tertentu dengan melakukan
penanaman pohon, melakukan promo cara
bertani yang benar, dsb.

2) TB VERA: MIM, Masyarakat Indonesia


Membangun

 Kawasan SITANDU merupakan proyek  Kawasan SITANDU memang perlu


spektakuler, meliputi penerapan tekonologi dioperasikan dengan pola “industri”
pertanian dan lingkungan; benar-benar bergerak di yang kesemuanya serba terukur dan
sektor riil berbasis masyarakat sehingga harus terencana, berisi cluster-cluster
didukung penuh oleh masyarakat. yang mewakili produk-produk
 Pengelolaan Kawasan SITANDU harus pertanian Banten, yang dapat
berlandaskan paradigma baru, pertanian yang meningkatkan nilai tambah (added
berkinerja industri, yang menyajikan cluster-cluster value), serta dapat mendorong
yang mewakili produk-produk pertanian Banten, peningkatan pendapatan petani dan
yang dapat meningkatkan nilai tambah (added pemerintah daerah.
value), serta dapat mendorong peningkatan  Setuju bahwa pembangunan dan
pendapatan petani dan pemerintah daerah. pengelolaan Kawasan SITANDU
 Mengingatkan bahwa pengelolaan Kawasan adalah berbasis pembangunan
SITANDU harus ramah lingkungan, menghindari berkelanjutan yang sangat
terjadinya degradasi dan pencemaran lahan dan memperhatikan aspek lingkungan.
lingkungan, mencegah peningkatan kemasaman Di Kawasan SITANDU akan
tanah, bertumbuh dan berkembangnya virus karena dilakukan perbaikan kualitas lahan
degradasi dan pencemaran lingkungan yang dapat yang pada dasarnya adalah
memporak porandakan produksi pertanian. menggunakan bahan organik.

3) Hari: Balitbangda

 Balibangda terlibat dengan dan mengembangkan  Setuju Kawasan SITANDU untuk


Sistem Inovasi Daerah untuk menunjang kebijakan dikembangkan sebagai “Agro
inovasi di daerah, termasuk di bidang pertanian. Techno Park” dan perlu didukung
 Mengingatkan bahwa Kawasan SITANDU dapat dengan aspek legalitas baik melalui
dikembangkan untuk menunjang iptek dalam Peraturan Daerah, Peraturan
bentuk Science Techno Park, kawasan untuk Gubernur dan tertuang dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi RPJMD.

36
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011
dalam berbagai bidang atau sektor.  Akan diusulkan dan dimasukkan
 Mengusulkan agar Kawasan SITANDU dapat dalam Dokumen Roadmap Kawasan
dikembangkan sebagai “Agro Techno Park” dan SITANDU.
perlu didukung dengan aspek legalitas baik melalui
Peraturan Daerah, Peraturan Gubernur dan tertuang
dalam RPJMD.

4) Hindun: Bappeda Kota Serang

 Mempertanyakan apa maksudnya bahwa  Terima kasih atas sarannya untuk


pembangunan dan pengelolaan Kawasan pembuatan rambu-rambu jalan
SITANDU tidak mengandalkan dana APBD. petunjuk menuju Kawasan
Apakah dana APBD hanya akan didanai APBD SITANDU.
Provinsi?.  Pada dasarnya Kawasan SITANDU
 Mengusulkan pembuatan Rambu Jalan Petunjuk adalah milik bersama, dapat didanai
menuju ke Kawasan SITANDU, dan karena berada siapa atau instansi mana saja yang
di wilayah Kota Serang siapa yang mendanai? mengalokasikan dananya pada
Didanai APBD Kota atau APBD Provinsi?. Kawasan SITANDU. Pengelola
perlu memberikan kesempatan dan
melakukan koordinasi kepada
seluruh stakeholders untuk
membangun dan mengelola
Kawasan SITANDU. Dinas
Perhubungan dan Kominfo Provinsi
Banten

5) Tedi: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi


Banten

 Mempertanyakan apa keterlibatan Dinas Kelautan  Di dalam Kawasan SITANDU


dan Perikanan Provinsi Banten, apakah sudah sudah dialokasikan lahan untuk
dialokasikan lahan untuk pengembangan perikanan pengembangan untuk perikanan
di dalam Kawasan SITANDU? seluas sekitar 5.600 m2 serta
pembangunan kolam ikan dan
kolam pemancingan.

6) Hamdani: Dinas Pertanian Kabupaten


Pandeglang

37
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011
 Kawasan SITANDU jelas tidak
 Saat ini target produksi gabah 70.6 juta ton tidak akan menurunkan produksi gabah
tercapai. Berbagai faktor menjadi penyebabnya, karena mengkonversi areal
diantaranya adalah konversi lahan dan kurangnya persawahan. Justru areal
dukungan infrastruktur irigasi. Akibat tidak persawahan yang ada di Kawasan
didukung infrastruktur irigasi yang memadai, SITANDU harus tetap
produktivitas padi di Kabupaten Pandeglang hanya dipertahankan sebagai areal
5.5 ton/ha, jauh di bawah target produktivitas persawahan dan dengan peningkatan
nasional 10-12 ton/ha. produktivitas dan intensitas atau
 Mempertanyakan untuk meningkatkan produksi frekuensi penanaman.
padi di wilayah Kabupaten Pandeglang pada  Tidak perlu ada dikotomi tentang
khususnya dan di Provinsi Banten pada umumnya, cara peningkatan produksi pertanian
mana yang lebih tepat pembangunan infra struktur khususnya padi apakah dengan
irigasi atau pembangunan system pertanian pembangunan dukungan
terpadu? Apakah pembangunan Kawasan infrastruktur irigasi atau dengan
SITANDU akan mengurangi luas areal sawah dan pengembangan system pertanian
ikut menurunkan produksi gabah? terpadu. Justru keduanya perlu
 Berapa anggaran untuk pembangunan dan dilakukan secara simultan. Di
pengoperasian Kawasan SITANDU? tempat-tempat dimana dapat
dibangun infrastruktur dengan
efektif dan efisien untuk
meningkatkan produktivitas padi
dapat digunakan cara pembangunan
irigasi. Pada tempat-tempat yang
tidak dapat atau sulit atau sangat
mahal untuk dibangun irigasi,
peningkatan produktivitas pertanian
dapat dilakukan dengan system
pengembangan pertanian terpadu.
 Dalam penyusunan Dokumen
Roadmap Kawasan SITANDU tidak
sampai pada penyusunan anggaran
yang dibutuhkan. Pembangunan
prasarana dan pengadaan sarana
dapat direncanakan secara lebih
rinci oleh dinas atau instansi terkait
yang akan memenuhinya. Sebagai
contoh pembangunan jogging track
dapat dilakukan dengan jauh lebih
murah melalui gotong royong
dengan mengerahkan masyarakat
setempat dibandingkan dengan

38
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011
ditenderkan kepada kontraktor.

7) Kardiana: BPTP Dinas Pertanian Kabupaten


Pandeglang

 Mengusulkan agar Banten Ekspose dilakukan di  Setuju bahwa pengelola Kawasan


Kawasan SITANDU SITANDU mengadopsi hasil-hasil
 Mengusulkan agar mengadopsi hasil-hasil dari dari kegiatan Departemen Pertanian
kegiatan Departemen Pertanian terutama di daerah terutama di daerah Banten yang
Banten yang telah berhasil seperti membuat telah berhasil
penanaman percontohan pertanian pada lahan-lahan  Setuju ada Pedoman Pelaksanaan
tidak subur menginspirasi apa yang telah dilakukan dalam Pengelolaan Kawasan
di Magelang SITANDU untuk mengatur agar
 Juga mengusulkan promosi pengembangan semua instansi dan lembaga lain
teknologi “lintas dinas” serta lembaga lainnya tersebut dapat memberikan
termasuk lembaga-lembaga pusat di daerah kontribusi tanpa menyalahi aturan.
 Untuk itu perlu dibuat aturan atau regulasi sebagai
“Pedoman Pelaksanaan” untuk mengatur agar
semua instansi dan lembaga lain tersebut dapat
memberikan kontribusi tanpa menyalahi aturan.
 Dalam hal kelembagaannya, sangat tergantung
orientasinya. Jika orientasinya non-profit dikelola
oleh lembaga pemerintah, jika mencari profit
dikelola swasta. Dengan mengidentifikasi lahan
dan menentukan alokasi lahan, selanjutnya dapat
mengundang swasta untuk mengembangkan
komoditi-komoditi tertentu.
 Jika dikelola lembaga pemerintah, moratorium PNS
akan menghambat penyediaan SDM Kawasan
SITANDU.

8) Supardi, Sekretaris Dinas Pertanian dan


Peternakan Provinsi Banten

 Menyatakan bahwa pembangunan Kawasan  Setuju bahwa pembangunan dan


SITANDU harus direalisasikan secepat realisasi Kawasan SITANDU harus
mungkin. dilakukan segera mungkin dengan
 Untuk itu harus segera ditindaklanjuti dengan sumberdaya yang dimiliki Dinas
pengurusan “ijin prinsip” pengelolaan Kawasan Pertanian dan Peternakan Provinsi
SITANDU kepada Dinas Pertanian dan Banten dengan melakukan
Peternakan Provinsi Banten kemudian diikuti kemitraan sinergi dengan instansi
dengan pembuatan kebijakan penataan dan lembaga lain serta swasta.

39
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011
kelembagaan dimana Dinas Pertanian dan  Dinas Pertanian dan Peternakan
Peternakan Provinsi Banten membentuk “Tim Provinsi Banten Perlu segera
Teknis” untuk selanjutnya merealisasikan zone- mengurus untuk mendapatkan “ijin
zone peruntukan yang telah direncanakan: prinsip” pengelolaan Kawasan
tanaman pangan, hortikultura, ternak besar, SITANDU dari yang berwenang
ternak kecil, perikanan, dsb. sebagai titik awal untuk mengelola
 Dalam Kawasan SITANDU perlu dibuat Kawasan SITANDU baru disusul
contoh-contoh yang selama masa transisi dengan pembentukan Tim Teknis
direalisasikan melalui 4 UPT yang dimilikinya dan kegiatan lainnya yang
yang saat ini telah memiliki tenaga-tenaga diperlukan
teknis tidak kurang dari 100 orang dengan
mengoptimalkan peran swasta seperti Sang
Hyang Sri, dsb.
 Kawasan SITANDU juga perlu digunakan untuk
menyelamatkan plasma nutfah yang sudah
dilepas seperti Rambutan Tangkue, Durian,
Phylodendrum, dsb. sebagai pohon induk.
 Menyetujui dibentuknya lembaga Pos Pelayanan
Agen Hayati

9) Momon: Dinas Pertanian dan Peternakan


Provinsi Banten

 Pengembangan Kawasan SITANDU jangan  Prinsip “The Law of Deminishing


melupakan Prinsip “The Law of Deminishing Return” tetap menjadi acuan dasar
Return” pengembangan system pertanian
 Agar dilakukan upaya untuk penyuburan tanah terpadu yang akan dikembangkan di
Kawasan SITANDU
Penyuburan tanah pasti akan
dilakukan untuk meningkatkan
produktivitas

40
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011

BAB V. VISI, MISI, TUJUAN, DAN STRATEGI

5.1. Visi

Visi Lembaga Pengelola Kawasan SITANDU Banten adalah:

“Menjadi Balai Pengembangan Agribisnis Berciri Pertanian Terpadu yang berperan nyata
dalam pengembangan agribisnis dan pertanian terpadu di wilayah Provinsi Banten serta
menjadi salah satu referensi di tingkat nasional untuk instalasi pertanian terpadu”

5.2. Misi

Misi Lembaga Pengelola Kawasan SITANDU Banten adalah:

41
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011
1. Membangun dan mengembangkan berbagai inovasi dalam bidang agribisnis melalui
pertanian terpadu, khususnya yang sesuai untuk wilayah Provinsi Banten.

2. Menjadikan dan mengembangkan Kawasan SITANDU sebagai pusat pembinaan,


penyuluhan, dan pelatihan (training) bagi para penyuluh, aparatur, staf dan petugas
pemerintah terkait dengan bidang pertanian dan lingkungan, para kader tani, para petani
serta masyarakat luas.

3. Menjadikan dan mengembangkan Kawasan SITANDU sebagai lokasi agrowisata dan


wisata pendidikan.

4. Menjadikan Kawasan SITANDU sebagai ajang promosi untuk pemasaran produk atau
komoditas pertanian (dalam arti luas) Provinsi Banten

5.3. Tujuan

Tujuan Lembaga Pengelola Kawasan SITANDU Banten adalah:

1. Merancang, membangun, dan menguji konsep dan model pengembangan pertanian


terpadu untuk skala lapangan dan skala usaha melalui penelitian lapangan dan demplot
untuk memformulasikan berbagai inovasi dalam bidang pertanian terpadu.
2. Membangun system, jaringan dan model-model serta melaksanakan pembinaan,
penyuluhan, dan pelatihan (training) dalam bidang pertanian terapdu dan agribisnis,
khususnya bagi para penyuluh, staf dan petugas serta para kader tani, petani dan warga
masyarakat di lingkungan wilayah Provinsi Banten, serta pihak lainnya di luar wilayah
Banten yang membutuhkannya.

3. Membangun etalase produk-produk pertanian unggulan Provinsi Banten di Kawasan


SITANDU.

4. Membangun dan mengembangkan model-model serta menyediakan layanan wisata


pertanian dan wisata pendidikan dalam bidang pertanian.

5. Memproduksi bibit-bibit unggulan dan bibit-bibit yang secara komersial dibutuhkan dan
memiliki pasar yang baik serta mengembangkan kebun koleksi untuk penyediaan bibit-
bibit tanaman langka.

6. Membangun system, jaringan dan model-model serta melaksanakan berbagai kegiatan


untuk promosi produk-produk pertanian/peternakan/perkebunan/perikanan/ florikultur di
tingkat Provinsi Banten maupun untuk tingkat nasional.

42
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011

5.4. Analisis SWOT

Hasil analisis SWOT (Strength atau Kekuatan; Weakness atau Kelemahan; Opportunity atau
Peluang; dan Threath atau Ancaman) disajikan pada Tabel 4. Kekuatan dan kelemahan
menyangkut faktor-faktor internal, sedangkan peluang dan ancaman adalah menyangkut faktor-
faktor eksternal.

Meskipun terdapat beberapa kelemahan dan ancaman yang cukup krusial, namun dengan
beberapa kekuatan dan peluang yang ada dapat disusun strategi untuk menghilangkan atau
meminimalkan kelemahan dan ancaman serta memperkuat kekuatan dengan peluang yang ada.

Tabel 4 . Analisis SWOT Terkait dengan Pembangunan Kawasan SITANDU

KEKUATAN KELEMAHAN

 Lokasi yang strategis  Pendanaan yang terbatas

 Dukungan yang sangat kuat dari stakeholders  Keterbatasan atau kesulitan mencari para
Pengelola Kawasan SITANDU yang
 Komitmen dari Dinas Pertanian dan
professional dan berdedikasi tinggi
Peternakan Provinsi Banten
 Keterbatasan kondisi fisik (kekurangan air
dan di beberapa lokasi lahannya kurang
subur)

 Mengalami kasus pada pengadaan lahan

 Sampai saat ini belum ada pelimpahan


secara formal terkait status atau ijin
penggunaan lahan

43
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011
PELUANG ANCAMAN

 Makin strategisnya posisi Provinsi Banten  Kesulitan dalam koordinasi dan sinkronisasi
dengan tersambungnya aksesibilitas darat
 Makin rendahnya antusiasme masyarakat
Jawa – Sumatera
umumnya dan generasi muda pada khusus
 Makin strategisnya masalah pertanian dan nya pada masalah pertanian
pangan

 Makin meningkatnya harga-harga komoditi


pertanian

 Masih rendahnya produktivitas pertanian di


Provinsi Banten

 Makin meningkatnya kebutuhan akan


demplot serta pusat informasi dan
penyuluhan/pelatihan/pembinaan untuk
pertanian

5.5. Strategi

1. Menjaga dan memelihara koordinasi dn kerjasama dengan berbagai instansi dan institusi di
lingkungan Pemerintah Provinsi Banten yang terkait sehingga dapat ikut mendukung dalam
hal pemenuhan sarana dan prasarana serta hal-hal lain yang dibutuhkan, terutama sumber
artesis, irigasi, listrik, jalan, jembatan, perkantoran, dan sebagainya.

2. Membentuk dan menyusun Kelembagaan Transisi yang cukup ramping dengan tenaga
sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi tinggi yang dapat merangkap atau
mengerjakan beberapa fungsi atau peran sekaligus.

3. Merekrut atau memilih sumberdaya manusia atau tenaga pengelola Kawasan SITANDU
yang professional, memiliki kompetensi yang paripurna, dan berdedikasi tinggi.

4. Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten segera mengurus dan menyelesaikan yang
berkaitan dengan status lahan atau ijin penggunaan lahan Kawasan SITANDU.

5. Pengelola Kawasan SITANDU segera menyusun program dan kegiatan prioritas sebagai
tindak lanjut dari roadmap yang sudah disusun agar lebih terarah dan jelas dalam penentuan
prioritas dan alokasi dana, sarana dan prasarana serta sumberdaya manusia.

44
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011

6. Mengembangkan kerjasama dan kemitraan dengan para pengusaha, petani, asosiasi, yayasan,
LSM, perguruan tinggi, lembaga penelitian, dan sebagainya sesuai dengan prinsip-prinsip
saling menguntungkan, proporsionalitas dan professional.

7. Memberikan layanan berupa produk-produk, konsep, model, pelatihan, penyuluhan yang


benar-benar memberikan kontribusi nyata bagi stakeholders terkait serta pengembangan
pertanian di wilayah Provinsi Banten sehingga keberadaan Kawasan SITANDU Banten
memang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat dan pemerintah Provinsi Banten.

8. Dikelola dengan mengikuti prinsip-prinsip tatakelola kepemerintahan (good governance)


yang baik serta memelihara efektivitas dan efisiensi dalam perancangan dan penggunaan
anggaran.

9. Membangun teknologi informasi yang memadai agar Kawasan SITANDU Banten dapat
dikenal dan berinteraksi dengan berbagai organisasi, lembaga atau institusi lain baik di
tingkat lokal, provinsi, nasional, maupun internasional.

BAB VI. ROADMAP PEMBANGUNAN SITANDU

6.1. Roadmap Jangka Panjang Pembangunan Kawasan SITANDU Tahun


2026
Secara garis besar, roadmap jangka panjang pembangunan Kawasan SITANDU sampai tahun
2026 disajikan pada Tabel 5 .

Tabel 5. Roadmap Jangka Panjang SITANDU (2011-2026)


Tahun Tahun Tahun Tahun
2008-2011 2012-2016 2017-2021 2022-2026
Tahap Tahap Tahap Tahap
Perancangan Pembangunan Pengembangan Pemantapan

45
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011
1. Penyusunan 1. Penyusunan DED 1. Pengembangan 1. Review dan Eva-
Feasibility Study, Infrastruktur pelaksanaan luasi Fungsi dan
MP, UKL-UPL program/kegiatan Peran serta Capai-
2. Penetapan Kelembagaan
unggulan dan an dan Kinerja
2. Pengadaan Lahan serta Penjajagan dan Peng-
prioritas untuk SITANDU
galangan Kerjasama dan
3. Penyusunan DED menunjang
Kemitraan 2. Penyusunan Ren-
Pembangunan tupoksi Distanak
cana Jangka
Kawasan Pertanian Provinsi Banten
3. Rintisan Pelaksanaan Pro- Menengah untuk
Terpadu
gram-program dan Kegi- 2. Pengembangan Revitalisasi dan
4. Pembangunan Pra- atan Awal untuk Optima- dan pelengkapan Peningkatan
sarana Sarana Awal lisasi Pemanfaatan Lahan prasarana dan Fungsi dan Peran
(Gapura, Pos Jaga, Kawasan Sitandu sarana serta Capaian dan
Saung Pertemuan, Kinerja
3. Pengembangan
Sumur Artesis, 4. Pembangunan prasarana kegiatan layanan 3. Pembangunan pra-
Jalan Masuk, utama (perkantoran, mu- masyarakat sarana dan penga-
Listrik) shola, jalan, kebun perco- daan sarana dise-
baan, kandang, kolam, 4. Pengembangan
5. Penyusunan Doku- suaikan pengemba-
irigasi, rumah kaca, dsb.) kemitraan dan
men-dokumen ngan program dan
dan pengadaan sarananya networking
Perencanaan: kegiatan
o Penyusunan 5. Pembangunan prasarana 4. Pengembangan
Kelembagaan dan pengadaan sarana pelaksanaan
o Penyusunan penunjang (outbond, program-program
Roadmap camping ground, dll). dan kegiatan ung-
o Kajian
6. Pelaksanaan Layanan gulan dan prioritas
Landscaping
Pelatihan (training), penunjang tupoksi
6. Konsultasi Publik penyuluhan, dan pendi- Distanak Provinsi
dikan di bidang pertanian Banten
(terpadu)
Dari Tabel 4 tersebut dapat disarikan sebagai berikut:

 Tahun 2008-2011 merupakan tahun penyiapan seluruh sumber daya pokok yang
dibutuhkan untuk dapat mulai berkiprah dalam memenuhi peran dan fungsinya.

 Tahun 2012 adalah awal untuk “take off”, mulai melakukan gebrakan-gebrakan yang
signifikan untuk menunjukkan bahwa pembangunan dan pengembangan Kawasan
SITANDU betul-betul akan dilaksanakan seperti yang telah direncanakan semula.

 Periode tahun 2012-2016 merupakan periode yang krusial, karena pada periode tersebut
pembangunan sarana-prasarana utama, penetapan kelembagaan, pelaksanaan program
dan kegiatan rintisan dan pengembangan gencar dilaksanakan.

 Periode tahun 2017-2012 merupakan periode pengembangan untuk mengembangkan,


melengkapi, dan memperbaiki hal-hal yang masih belum seperti yang diharapkan serta
penyesuaian-penyesuaian terhadap perubahan-perubahan kondisi eksternal.

46
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011

 Periode tahun 2022-2026 adalah periode pemantapan, dimana pada periode tersebut
Kawasan SITANDU betul-betul sudah dapat berperan sesuai dengan harapan
stakeholders serta berkembang dinamis sesuai dengan perkembangan eksternal yang
berpengaruh terhadap Kawasan SITANDU.

6.2. Roadmap Jangka Menengah Pembangunan Kawasan SITANDU Tahun


2012 - 2016
Mengingat bahwa periode 2012-2016 merupakan periode yang sangat krusial dan sangat
menentukan perkembangan Kawasan SITANDU, maka perlu disusun pula Roadmap
Jangka Menengah Pembangunan dan Pengembangan Kawasan SITANDU Periode Tahun
2012 - 2016 (lihat Tabel 5).
Pada Roadmap Pembangunan dan Pengembangan Kawasan SITANDU Jangka Menengah
tersebut pada dasarnya berisi rencana tahunan berbagai agenda strategis yang dibutuhkan
atau perlu dilakukan, khususnya yang menyangkut:

1) Studi kajian, perencanaan, atau penunjang program atau kegiatan


2) Kelembagaan serta kemitraan dan kerjasama
3) Pembangunan Prasarana Utama dan pengadaan sarana
4) Pembangunan Prasarana Penunjang dan pengadaan sarana
5) Pelaksanaan Program-program dan Kegiatan untuk Riset, Demplot, dan Optimalisasi
Pemanfaatan Lahan Kawasan Sitandu
6) Pelaksanaan Layanan Pelatihan (Training), Penyuluhan dan Pendidikan Pertanian
Tabel 5 . Roadmap Pembangunan dan Pengembangan Kawasan SITANDU Sampai Tahun 2016

Program/ Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun


Kegiatan 2012 2013 2014 2015 2016
1.Studi Kajian dan  DED DED Evaluasi
Peren-canaan Infrastruktur  DED
Infrastruktur: Infrastruktur:  DED
Infrastruktur: Pelaksanaan
serta Penunjang : jalan, kantor, dam, instalasi pengolahan, dan
Program/Kegiata jembatan, mushola, ru- biogas, peng- pasca panen, Penyusunan
n lain- nya parkir dan mah kaca, komposan, kios-kios, Kebijakan dan
o Penyusunan utilitas kandang, instalasi camping Strategi
DED gudang, pengeringan, ground,
Infrastruktur  Animasi kolam ikan,
o Bahan instalasi kolam pemanci- outbond,
sosialisasi dan 3Demensi pembibitan, ngan, dam dan agro-wisata
promosi labora- utilitas nya dan utilitas
o Penyusunan torium, irigasi  Evaluasi
Kebijakan dan Pelaksana-an
utilitasnya Layanan
Evaluasi dan Pela-tihan/Tr
Peng-kajian aining),
Kelembagaan Penyuluhan
Pengelola dan

47
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011

Transisi Pendidikan
Kawasan Pertanian
SITANDU
2. Penetapan Perluasan Peningkatan Peningkatan
dan Perbaikan Penetapan
Kelem- kemitraan dan  Perubahan
per-baikan
dan dan dan perluasan
Kelembagaan kerjasama perluasan jaringan
serta Pen-jajakan bagaan
Pengelola
Kelembagaan jaringan (networking)
dan Penggala-  Penggalangan (networking dan
ngan Kerjasama Transisi dan perluasan ) dan kemitraan/ker
dan Kemitraan Kawasan
SITANDU jaringan kemitraan/ke ja sama
(networking) rja sama sinergis
 Peny sinergis
iapan skema
dan
penjajagan
kerjasama
dan
kemitraan
3.Pembangunan Pembangunan Pembangunan Pembangunan Pembanguna
prasarana utama infra- struktur infra- struktur: infra- struktur: n infra
(kantor, jalan, jalan, jem- kantor, mu- dam, ins-talasi struktur
kebun percobaan, batan, parkir shola, biogas, peng- pengolahan
kan-dang, kolam, dan utilitasnya rumahkaca, komposan, dan pasca
irigasi, rumah kan-dang, instalasi panen dan
kaca, dsb) dan gudang, pengeringan, lainnya, kios-
pengadaan instalasi lantai jemur kios dan
sarananya pembibitan, dan utilitas utilitasnya
laboratori-um,
irigasi dan
utilitas
1.
4.Pembangunan Pembangunan.
prasarana dan ko-lam ikan, Pembanguna
pengadaan sarana kolam n infra
penunjang . pemancingan, struktur
(outbond, dam dan camping
camping ground, utilitasnya ground,
dll). outbond,
agrowisata
dan
utilitasnya

5. Pelaksanaan  Relokasi Penyelesaian  Model  Penyelesaian


Program-program Kandang  Rintisan optimalisasi Kebun
dan Kegiatan Sapi, Pembangu- Kebun kebun pemanfaatan Koleksi,
untuk Riset, Kambing, nan Kebun Tanaman lahan dan Kebun
Demplot, dan Domba, Kebun Pangan dan integrasi per- Agroforestry
Optimalisasi Itik, Ayam Tanaman Sawah tanian dan Kebun
Pemanfaatan Pangan Penyelesaian terpadu, Biofarmaka
Lahan Kawasan  Rintisan
Model  Rintisan Kebun kebun luasan 0.1 ha,
Sitandu Percontoha Pembangu- Hortikultur 0.2 ha, 0.5  Penyiapan
program
n Sawah nan Kebun Penyelesaian ha, 1 ha, 2 outbond,
(SLPTT kebun ha. camping
Kandang-
Padi) Hortikultur kandang  Rintisan ground, kolam
 Pembanguna Ternak dan Kebun pemancingan,
n Kan-dang Padang Koleksi, agro-wisata
kandang dan Penggemba- Kebun
Padang laan Agroforestry
Penggem- dan Kebun

48
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011
balaan Biofarmaka

6. Pelaksanaan Penyiapan dan Mulai Peningkatan  Perbaikan


Layanan uji coba Pelaksanaan layan-an Layanan
Pelatihan Layanan Pela- Layanan Pelatihan, Pelatihan/Tra
(training), tihan Pelatihan Penyu-luhan ining,
penyuluhan dan (Training), (Training), dan Pendidi- Penyuluhan
pendidikan Penyuluhan penyuluhan dan kan Pertanian dan
pertanian dan pendidikan Pendidikan
Pendidikan pertanian Perta-nian
Perta-nian  Pembuatan
SOP,
Pedoman
Pelayan-an,
dsb.)

Secara keseluruhan Target Pembangunan dan Pengembangan Kawasan SITANDU hingga


tahun 2016 adalah sebagai berikut:
 Pembangunan prasarana vital /utama yang dibutuhkan
 Pengadaan sarana vital /utama yang dibutuhkan
 Seluruh lahan sudah tertanami dan digunakan sesuai peruntukkannya, dimulai tahun
2012 selain sesuai dengan rencana juga untuk menghindari kesan “lahan tidur” atau
Kawasan SITANDU ditunda atau tidak jadi lalu disempurnakan tahap demi tahap.
 Kebun-kebun utama serta model-model yang dicanangkan sudah terbangun dan
dilaksanakan penyusunan kebijakan-kebijakan.
 Kawasan SITANDU sudah memiliki dan dikelola oleh kelembagaan yang sesuai
dengan fungsi dan perannya secara optimal. Namun mengingat dengan kondisi yang
ada saat ini tidak dimungkinkan untuk membentuk kelembagaan yang dibutuhkan
tersebut, maka pada awal pengelolaan Kawasan SITANDU pada tahun 2012 ini agar
dikelola sementara oleh Kelembagaan Transisi yang dipimpin oleh aparat maksimal
setingkat Eselon III, kemudian dievaluasi tahun 2013 dan diperbaiki tahun 2014 dengan
kelembagaan yang sudah permanen.
 Sudah melaksanakan layanan pelatihan (training), penyuluhan dan pendidikan di
bidang pertanian (terpadu) mulai tahun 2014.
 Mulai tahun 2012 sudah mulai digalang untuk penyiapan dan penjajakan kerjasama dan
kemitraan dengan pihak lain secara sinergi, baik untuk pembangunan prasarana dan
pengadaan sarana serta operasionalnya.

Sedangkan roadmap untuk aspek-aspek atau elemen-elemen utama adalah sebagai berikut:

49
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011
1) Studi kajian, perencanaan, atau penunjang program atau kegiatan
Pada dasarnya komponen pokok dari aspek-aspek atau elemen-elemen ini meliputi
penyusunan DED (Detail Engineering Design), penyusunan bahan sosialiasi dan promosi
serta penyusunan kebijakan-kebijakan.
Penyusunan DED sangat dibutuhkan sebagai persyaratan dan persiapan untuk pembangunan
prasarana dan pengadaan sarananya, baik prasarana dan sarana utama (jalan, jembatan,
tempat parkir, kantor, mushola, rumah kaca, kandang, gudang, instalasi pembibitan,
laboratorium, irigasi, dam, instalasi biogas, instalasi pengkomposan, instalasi pengeringan,
kolam ikan, kolam pemancingan, dam dan utilitasnya) maupun penunjang (pengolahan,
pasca panen, kios-kios, camping ground, outbond, agrowisata dan utilitasnya). Penyusunan
DED dilakukan secara terus menerus mulai tahun 2012 sampai 2015.
Penyusunan bahan sosialisasi dan promosi berupa pembuatan Animasi 3 Demensi yang akan
dilakukan pada tahun 2012.
Sedangkan penyusunan kebijakan-kebijakan adalah berupa Evaluasi dan Pengkajian
Kelembagaan Pengelola Transisi Kawasan SITANDU pada tahun 2013; Evaluasi
Pelaksanaan Layanan Pelatihan/Training, Penyuluhan dan Pendidikan Pertanian pada tahun
2014; dan Evaluasi Pelaksanaan dan Penyusunan Kebijakan dan Strategi pada tahun 2016.

2) Kelembagaan serta kemitraan dan kerjasama


Untuk masalah kelembagaan, hal-hal yang krusial adalah pembentukan dan penetapan
Kelembagaan Transisi yang bentuk dan strukturnya sederhana dan ramping yang
dipimpin oleh aparat maksimal setingkat Eselon III pada tahun 2012 serta perubahan
dan perbaikan kelembagaan yang lebih besar dan permanen sesuai dengan peran dan
fungsinya pada tahun 2014.
Sedangkan untuk urusan kemitraan dan kerjasama, pada tahun 2012 sudah mulai
disiapkan skema dan penjajakan kerjasama dan kemitraan dan terus diperkuat,
ditingkatkan dan diperluas dari tahun ke tahun hingga tahun 2016.

3) Pembangunan Prasarana Utama dan Pengadaan Sarana atau Utilitasnya


Pembangunan prasarana utama dan pengadaan sarana atau utilitasnya (jalan, jembatan,
tempat parkir, kantor, mushola, rumah kaca, kandang, gudang, instalasi pembibitan,
laboratorium, irigasi, dam, instalasi biogas, instalasi pengkomposan, instalasi pengeringan,
dan dam dan utilitasnya) dilakukan secara bertahap mulai dari tahun 2015 sampai 2016.

4) Pembangunan Prasarana Penunjang dan Pengadaan Sarana dan Utilitasnya

50
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011
Pembangunan prasarana penunjang dan pengadaan sarana atau utilitasnya (kolam ikan,
kolam pemancingan, pengolahan, pasca panen, kios-kios, camping ground, outbond,
agrowisata dan utilitasnya) dilakukan secara bertahap mulai dari tahun 2014 sampai 2016.

5) Pelaksanaan Program-program dan Kegiatan untuk Riset, Demplot, dan Optimalisasi


Pemanfaatan Lahan Kawasan Sitandu
Bagian ini sebenarnya justru merupakan bagian terpenting dari dibangunnya Kawasan
SITANDU disamping Pelaksanaan Layanan Pelatihan (Training), Penyuluhan dan
Pendidikan Pertanian.
Bagian inilah yang akan menunjukkan apakah tujuan pembangunan Kawasan
SITANDU berhasil atau mencapai yang diharapkan atau tidak. Bagian inilah yang
proses dan hasilnya sangat ditunggu oleh para stakeholders.
Pada tahun 2012, sambil menunggu atau simultan dengan penyiapan dan pembangunan
prasarana dan pengadaan sarana utama dan penunjang, dapat dilakukan terlebih dahulu
program dan kegiatan untuk memulai aktivitas nyata yang sesuai dengan peran dan
fungsi Kawasan SITANDU, sedikitmya, melalui pelaksanaan program peternakan dan
pertanian tanaman pangan, yaitu relokasi kandang sapi, kambing, domba, itik, dan ayam
serta rintisan Model Percontohan Sawah (SLPTT Padi). Pada tahun-tahun berikutnya
dilanjutkan dengan pembangunan kebun kebun tanaman pangan lainnya, kebun kebun
hortikultur, bunga dan tanaman hias (florikultur), padang penggembalaan, kebun koleksi dan
tanaman langka, kebun biofarmaka, kebun agroforestry, kolam ikan, dan model-model
lainnya beserta berbagai aktivitas produksi, pembibitan, demplot serta riset terapannya
lainnya.
Pada tahun 2016, seluruh kebun0kebun dari berbagai bidang atau sektor tersebut diharapkan
sudah terlihat hasil dan capaiannya untuk mendukung peran dan fungsi pembangunan
Kawasan SITANDU.
Pada tahun 2016, juga dilakukan penyiapan program outbond, camping ground, kolam
pemancingan, dan agrowisata.

6) Pelaksanaan Layanan Pelatihan (Training), Penyuluhan dan Pendidikan Pertanian


Salah satu fungsi dan peran Kawasan SITANDU yang diharapkan oleh stakeholder
adalah sebagai pusat pembinaan untuk para penyuluh pertanian dan peternakan serta

51
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011
para petani dan masyarakat luas lainnya di bidang pertanian, baik melalui pelatihan
(training), penyuluhan atau pendidikan pertanian lainnya.
Pada tahun 2013, setelah dibentuk kelembagaan transisi tahu 2012, dibangun sebagian
sarana dan prasarana serta direalisasikan sebagian kebun-kebun dan kandang-kandang,
layanan pada bagian ini sudah bisa mulai menyiapkan dan melakukan ujicoba kegiatan
pelatihan, penyuluhan dan pendidikan pertanian lainnya yang dapat diberikan kepada
para stakeholders.
Layanan pelatihan, penyuluhan dan pendidikan pertanian diharapkan sudah dapat
diberikan secara reguler mulai tahun 2014. Setiap tahun dilakukan perbaikan dan
peningkatan layanan sehingga pada tahun 2016, Kawasan SITANDU sudah dapat
menjadi salah satu pusat pelatihan, penyuluhan dan pendidikan pertanian yang dapat
diandalkan untuk mendukung peningkatan produktivitas penyuluh pertanian dan
peternakan, petani dan peternak, serta mendukung peningkatan produktivitas pertanian
dan peternakan Provinsi Banten.

52
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Roadmap Kawasan SITANDU yang diusulkan merupakan perencanaan 15 tahun ke depan,


dengan titik berat dan pendalaman untuk 5 tahun ke depan. Roadmap SITANDU bukan hanya
milik dan untuk Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten tetapi disusun untuk
mendukung Peraturan Gubernur tentang Gempita Ratu serta harus sejalan dan seiring (in line)
dengan kebijakan pertanian (dalam arti luas) dari provinsi, kabupaten/kota yang dituangkan
dalam RPJMD Provinsi Banten, Renstra Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten, serta
dinas lainnya yang terkait.

Pembangunan dan pengembangan Kawasan SITANDU perlu mendapatkan dukungan dan


percepatan partisipasi setiap SKPD pertanian dalam arti luas, baik di tingkat provinsi, kabupaten
maupun kota

Secara garis besar, roadmap jangka panjang pembangunan Kawasan SITANDU sampai tahun
2026 disajikan adalah sebagai berikut:

 Tahun 2008-2011 merupakan tahun penyiapan seluruh sumber daya pokok yang
dibutuhkan untuk dapat mulai berkiprah dalam memenuhi peran dan fungsinya.

 Tahun 2012 adalah awal untuk “take off”, mulai melakukan gebrakan-gebrakan yang
signifikan untuk menunjukkan bahwa pembangunan dan pengembangan Kawasan
SITANDU betul-betul akan dilaksanakan seperti yang telah direncanakan semula.

53
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011

 Periode tahun 2012-2016 merupakan periode yang krusial, karena pada periode tersebut
pembangunan sarana-prasarana utama, penetapan kelembagaan, pelaksanaan program
dan kegiatan rintisan dan pengembangan gencar dilaksanakan.

 Periode tahun 2017-2012 merupakan periode pengembangan untuk mengembangkan,


melengkapi, dan memperbaiki hal-hal yang masih belum seperti yang diharapkan serta
penyesuaian-penyesuaian terhadap perubahan-perubahan kondisi eksternal.

 Periode tahun 2022-2026 adalah periode pemantapan, dimana pada periode tersebut
Kawasan SITANDU betul-betul sudah dapat berperan sesuai dengan harapan
stakeholders serta berkembang dinamis sesuai dengan perkembangan eksternal yang
berpengaruh terhadap Kawasan SITANDU.

Periode 2012-2016 merupakan periode yang sangat krusial dan sangat menentukan
perkembangan Kawasan SITANDU. Pada Roadmap Jangka Menengah Pembangunan dan
Pengembangan Kawasan SITANDU Periode Tahun 2012 – 2016, secara keseluruhan
Target Pembangunan dan Pengembangan Kawasan SITANDU hingga tahun 2016 adalah
sebagai berikut:

 Pembangunan prasarana vital /utama yang dibutuhkan

 Pengadaan sarana vital /utama yang dibutuhkan

 Seluruh lahan sudah tertanami dan digunakan sesuai peruntukkannya, dimulai tahun
2012 selain sesuai dengan rencana juga untuk menghindari kesan “lahan tidur” atau
Kawasan SITANDU ditunda atau tidak jadi lalu disempurnakan tahap demi tahap.

 Kebun-kebun utama serta model-model yang dicanangkan sudah terbangun dan


dilaksanakan penyusunan kebijakan-kebijakan.

 Kawasan SITANDU sudah memiliki dan dikelola oleh kelembagaan yang sesuai
dengan fungsi dan perannya secara optimal. Namun mengingat dengan kondisi yang
ada saat ini tidak dimungkinkan untuk membentuk kelembagaan yang dibutuhkan
tersebut, maka pada awal pengelolaan Kawasan SITANDU pada tahun 2012 ini agar
dikelola sementara oleh Kelembagaan Transisi yang dipimpin oleh aparat maksimal
setingkat Eselon III, kemudian dievaluasi tahun 2013 dan diperbaiki tahun 2014 dengan
kelembagaan yang sudah permanen.

 Sudah melaksanakan layanan pelatihan (training), penyuluhan dan pendidikan di


bidang pertanian (terpadu) mulai tahun 2014.

54
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011
 Mulai tahun 2012 sudah mulai digalang untuk penyiapan dan penjajakan kerjasama dan
kemitraan dengan pihak lain secara sinergi, baik untuk pembangunan prasarana dan
pengadaan sarana serta operasionalnya.

7.2. Saran
Beberapa hal yang dapat disarankan terkait dengan Penyusunan Roadmap Kawasan SITANDU
dan implementasinya adalah sebagai berikut:

1. Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten segera mengurus dan menyelesaikan yang
berkaitan dengan status lahan atau ijin penggunaan lahan Kawasan SITANDU.

2. Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten segera membentuk dan menyusun serta
menetapkan Kelembagaan Transisi yang cukup ramping dengan tenaga sumberdaya manusia
yang memiliki kompetensi tinggi yang dapat merangkap atau mengerjakan beberapa fungsi
atau peran sekaligus untuk mengelola Kawasan SITANDU.

3. Merekrut atau memilih sumberdaya manusia atau tenaga pengelola Kawasan SITANDU
yang professional, memiliki kompetensi yang paripurna, dan berdedikasi tinggi.

4. Menjaga dan memelihara koordinasi dan kerjasama dengan berbagai instansi dan institusi di
lingkungan Pemerintah Provinsi Banten yang terkait sehingga dapat ikut mendukung dalam
hal pemenuhan sarana dan prasarana serta hal-hal lain yang dibutuhkan, terutama sumber
artesis, irigasi, listrik, jalan, jembatan, perkantoran, dan sebagainya.

5. Pengelola Kawasan SITANDU segera menyusun program dan kegiatan prioritas sebagai
tindak lanjut dari roadmap yang sudah disusun agar lebih terarah dan jelas dalam penentuan
prioritas dan alokasi dana, sarana dan prasarana serta sumberdaya manusia.

6. Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan SITANDU dimasukkan ke dalam


Perencanaan Pemerintah Provinsi Banten, RPJMD Provinsi Banten, Renstra Dinas Pertanian
dan Peternakan Provinsi Banten, dan mendapat dukungan dan percepatan partisipasi setiap
SKPD pertanian dalam arti luas, baik di tingkat provinsi, kabupaten maupun kota

7. Mengembangkan kerjasama dan kemitraan dengan para pengusaha, petani, asosiasi, yayasan,
LSM, perguruan tinggi, lembaga penelitian, dan sebagainya sesuai dengan prinsip-prinsip
saling menguntungkan, proporsionalitas dan profesional.

55
ROADMAP KAWASAN SITANDU 2011

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 2009. Laporan Feasibility Study Kawasan Sistem Pertanian Terpadu


Provinsi Banten. CARE IPB. Bogor

2. Harjadi, M.M Sri Setyati. 1984. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia. Jakarta

3. Nasoetion, Andi Hakim. 1991. Pengantar Ke Ilmu-ilmu Pertanian. Institut Pertanian


Bogor. Bogor

4. Rachman, Latief M.R. 2004. Konsep Pertanian Cinta Pada Lingkungan (CIPADALI).
Materi Training Kader Inti Pesantren Cipadali.Cianjur.

56

Anda mungkin juga menyukai