Anda di halaman 1dari 16

KAJIAN AKADEMIS

ANALISIS BEBAN KERJA


LABORATORIUM PENGUJIAN MUTU PAKAN TERNAK DAN
INSTALASI TERNAK UPTD PENGUJIAN PAKAN DAN
PEMBIBITAN TERNAK

UPTD PENGUJIAN PAKAN DAN PEMBIBITAN TERNAK


DINAS PERTANIAN PROVINSI BANTEN
TAHUN 2022
KAJIAN AKADEMIS ANALISIS BEBAN KERJA
LABORATORIUM PENGUJIAN MUTU PAKAN TERNAK
UPTD PENGUJIAN PAKAN DAN PEMBIBIBITAN TERNAK
DINAS PERTANIAN PROVINSI BANTEN

I. PENDAHULUAN

Setiap pekerja dalam melakukan pekerjaannya berhak mendapat


perlindungan atas keselamatan dan kesehatannya, karena keselamatan dan
kesehatan merupakan unsur penting untuk menjadikan pekerja yang berkualitas
dan produktif. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk membina norma-
norma perlindungan kerja. Pembinaan norma-norma tersebut diwujudkan dalam
undang-undang dan peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang
memuat ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan dan kesehatan kerja
serta hal-hal lain yang yang berhubungan dengan K3. Pelaksanaan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan
tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga
dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Keberhasilan kerja dipengaruhi oleh salah satu faktor diantaranya adalah faktor
kerja fisik (otot). Kerja fisik (beban kerja) mengakibatkan pengeluaran energi,
sehingga berpengaruh pada kemampuan kerja manusia. Kekurangan energi
berasal dari makanan menyebabkan seseorang kekurangan tenaga untuk
bergerak, bekerja dan melakukan aktivitas. Kelelahan adalah suatu keadaan
dimana pekerja mengalami penurunan dalam produktivitas kerja.
Petugas pengawas mutu pakan bertindak sekaligus sebagi tenaga analis atau
laboran di laboratorium, dan merupakan salah satu tenaga yang sangat diperlukan
dalam proses pengujian kualitas / mutu pakan dan bahan pakan di laboratorium,
yang mendukung pada program keamanan pakan dan pangan. Oleh karena itu
diperlukan adanya kualifikasi, standar kompetensi, dan sertifikasi. Pengembangan
kualifikasi dan standar kompetensi tenaga laboratorium didasarkan pada landasan
yuridis, filosofis, konseptual, dan empirik. Bekerja dalam laboratorium mempunyai
resiko terkena paparan bahan kimia maupun bahan yang bersifat infeksius. Resiko
tersebut dapat terjadi bila kelaian dan sebab-sebab lain diluar kemampuan
manusia. Menjadi suatu tanggung jawab bagi manusia untuk mempelajari
kemungkinan adanya bahaya dalam pekerjaan agar mampu mengendalikan
bahaya serta mengurangi resiko sekecil-kecilnya melalui pemahaman mengenai
berbagai aspek bahaya dalam lingkungan laboratorium, mengarahkan para
pekerja dalam melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja. Laboratorium
merupakan tempat yang aman bagi pekerjanya, terhadap kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan keracunan seseorang dapat bekerja dengan produktif dan efisien.
Keadaan sehat dalam laboratorium, dapat diciptakan apabila ada kemauan dari
setiap pekerja untuk menjaga dan melindungi diri. Diperlukan suatu kesadaran
dan tanggung jawab, bahwa kecelakaan dapat berakibat pada diri sendiri dan
orang lain serta lingkungannya.Tanggung jawab moral dalam keselamatan kerja
memegang peranan penting dalam pencegahan kecelakaan disamping disiplin
setiap individu terhadap peraturan juga memberikan andil besar dalam
keselamatan kerja.

II. LANDASAN YURIDIS (HUKUM)

Tenaga pengawas mutu pakan mempunyai tugas pokok salah satunya


melakukan pengujian mutu sebagai penguji/analis/laboran yang melakukan
pengujian di laboratorium pakan tersebut. Hal ini mengacu pada landasan yuridis
sebagai berikut :
a. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 65/Permentan/OT.140/9/2007 Tentang
Pedoman Pengawasan Mutu Pakan.
b. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor:
84/Permentan/Ot.140/12/2012, Tentang Pedoman Formasi Jabatan
Fungsional Pengawas Mutu Pakan.
c. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor: 22 Tahun 2013 Tentang Jabatan Fungsional
Pengawas Mutu Pakan Dan Angka Kreditnya.
d. Peraturan Menteri Pertanian RI No.119/Permentan/OT.140/10/2014 Tentang
Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Wastukan dan Angka Kreditnya.
e. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2014 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Peternakan
Dan Kesehatan Hewan.
f. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 22/Permentan/PK.110/6/2017 Tentang
Pendaftaran dan Peredaran Pakan.
g. Undang - undang No.36 2009 tentang Kesehatan Bab XII yang terdiri dari
Pasal 164 -166. Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja
agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk
yang diakibatkan oleh pekerjaan.
h. Peraturan Menteri Kesehatan No. 472 Tahun 1996 Tentang Pengamanan
Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan.
i. Undang Undang Republik Indonesia No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja1. UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
j. Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
k. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: Kep-51/Men/1999 Tentang Nilai
Ambang Batas Faktor Fisika di tempat kerja.
l. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: Kep-187/Men/1999 Tentang
Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di tempat kerja.
m. Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak
Lingkungan.
n. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 876/Menkes/SK/IX/VIII/2001 tentang
Pedoman teknis analisis dampak lingkungan
o. Surat Edaran Dirjen Binawas No.SE.05/BW/1997 tentang Penggunaan Alat
Pelindung Diri.
p. Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 1993 tentang Penyakit yang timbul
Akibat hubungan Kerja
q. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan (Permenaker) RI No. 5 Tahun 2018
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Lingkungan Kerja.
r. Keputusan Menteri kesehatan Nomor 1217/Menkes/SK/IX/2001 tentang
pedoman penanganan dampak radiasi.
s. Keputusan Menteri kesehatan Nomor 315/Menkes/SK/III/2003 tentang
1405/MENKES/SK/IX/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan Industri.

III. LANDASAN AKADEMIS

Dalam rangka melakukan pengawasan terhadap pakan yang diproduksi dan


di edarkan di wilayah Provinsi Banten maka peran Laboratorium Pakan Daerah
sangat di perlukan sebagai fasilitas untuk melakukan pengujian. Pakan digunakan
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak yang nantinya akan berpengaruh pada
produktivitas ternak serta pertumbuhan dan perkembangan ternak. Pakan yang
dibutuhkan harus memiliki kualitas baik yaitu pakan yang mengandung seluruh
nutrien yang dibutuhkan oleh ternak. Pakan dan bahan pakan perlu diuji atau
dianalisa kandugan nutriennya. Ada beberapa metode pengujian/analisa yang
digunakan menentukan kandungan nutrien pakan dan bahan pakan. Metode yang
sering digunakan adalah metode analisis proksimat. Disebut analisis proksimat
karena nilai yang diperoleh mendekati nilai komposisi yang sebenarnya.
Analisis proksimat adalah suatu metode analisis kimia untuk mengidentifikasi
kandungan nutrisi seperti kadar air, abu, protein, lemak dan serat pada suatu zat
makanan dari bahan pakan, pakan dan pangan. Komponen fraksi yang dianalisis
masih mengandung komponen-komponen lain dengan jumlah yang sangat kecil,
yang seharusnya tidak masuk ke dalam fraksi yang dimaksud, itulah sebabnya
mengapa hasil analisis proksimat menunjukkan angka yang mendekati angka
fraksi atau nilai sesungguhnya. Selain analisa proksimat ada beberapa pengujian
yang harus diketahui dari kandungan bahan pakan dan pakan tersebut seperti
kandungan Calcium, Phosphor, energy dan bahkan kandungan toxin yang terdapat
di pakan atau bahan pakan yang dapat membahayakan ternak dan juga manusia
dalam batasan konsentrasi tertentu.
Saat ini laboratorium pakan ternak Provinsi Banten sudah beroperasional
dengan melakukan pengujian sampel secara aktif (sampel yang diambil langsung
ke lapangan) dan pasif (melayani pengujian dari pelanggan), sampel tersebut
diambil di wilayah Kabupaten / Kota se Provinsi Banten untuk memfasilitasi
kelompok peternak yang mengolah pakan sendiri dengan dukungan sumber dana
APBD. Sedangkan pengujian pasif dilakukan atas permintaan dari pelanggan dan
dikenakan pembayaran berdasarkan Perda yang diatur oleh Pemerintah Provinsi
Banten. Dari pengujian pasif tersebut Laboratorium Pengujian Mutu Pakan Ternak
UPTD Pengujian Pakan dan Pembibitan Ternak Dinas Pertanian sudah ditarget
sebagai sumber Penghasilan Asli Daerah (PAD). Pelayanan pengujian atau analisa
secara kimia untuk mutu pakan dan bahan pakan yang diberikan oleh
Laboratorium Pengujian Mutu Pakan Ternak UPTD Pengujian Pakan dan
Pembibitan Ternak Dinas Pertanian Provinsi Banten yaitu :
1. Pengujian kadar air
2. Pengujian kadar abu
3. Pengujian kadar protein kasar
4. Pengujian kadar lemak kasar
5. Pengujian kadar serat kasar
6. Pengujian kadar mineral kalsium
7. Analisa kadar mineral phospor
8. Uji Organoleptik (pemeriksaan pakan dan bahan pakan secara fisik kualitatif)
9. Uji Palsuan Dedak (pemeriksaan bahan pakan (dedak) secara kimiawi
kualitatif)
10. Uji Urease pada pakan dan bahan pakan secara kimiawi kualitatif

Laboratorium pakan ternak Provinsi Banten masih banyak membutuhkan


dukungan untuk mencapai proses akreditasi ISO/IEC 17025:2017. Dukungan
tersebut meliputi Peralatan dan bahan sebagai sarana pengujian dan Sumber
Daya Manusia sebagai tenaga yang melaksanakan pengujian tersebut. Karena
dalam melaksanakan kegiatan di laboratorium ada beberapa tahap yang harus
dilakukan yaitu penerimaan sampel, penyiapan sampel (penanganan sampel),
pengujian dan pengolahan data hasil analisa / pengujian.
Untuk mengarahkan laboratorium menuju akreditasi dibutuhkan semangat,
komitmen dan kerja keras dari semua pihak.  Penambahan jumlah SDM (wastukan
dan tenaga analis kimia) dan sumber dana untuk penataan ruangan laboratorium,
penambahan peralatan dan instalasinya serta pengembangan kompetensi SDM
mutlak diperlukan. Sehingga mempercepat terwujudnya Laboratorium Pengujian
Mutu Pakan Ternak UPTD Pengujian Pakan dan Pembibitan Ternak Dinas
Pertanian Provinsi Banten Provinsi Banten yang terakreditasi dalam rangka
memberikan pelayanan prima kepada masyarakat dan mendukung pengawasan
mutu, keamanan pakan dan pangan nasional.

IV. BEBAN RESIKO KERJA DI LABORATORIUM PAKAN TERNAK

Laboratorium  adalah ruang atau bangunan yang dilengkapi dengan


peralatan untuk melakukan percobaan ilmiah, penelitian, praktek pembelajaran,
atau pembuatan obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Instalasi Laboratorium
Pengujian Mutu Pakan Ternak UPTD Pengujian Pakan dan Pembibitan Ternak
Dinas Pertanian Provinsi Banten masuk dalam kategori laboratorium kimia.
Laboratorium kimia merupakan laboratorium yang digunakan untuk melaksanakan
serangkaian kegiatan yang berhubungan dengan apengujian kimia kuantitatif
(kimia organik, kimia anorganik, dan biokimia) untuk menetapkan kadar unsur
maupun senyawa, dan pengujian kimia secara kuliatatif (uji mutu maupun quality
control / pengawasan mutu).
Ruangan laboratorium yang memenuhi standar adalah salah satu faktor
untuk menghindari kecelakaan kerja. Syarat tersebut meliputi kondisi ruangan,
susunan ruangan, kelengkapan peralatan keselamatan, nomor telepon penting
(pemadam kebakaran, petugas medis). Ruangan laboratorium yang memiliki
sistem ventilasi yang baik. Proses keluar masuk udara yang stabil. Sirkulasi udara
segar yang masuk ke dalam ruangan. Keduanya harus diperhatikan dengan baik.
Semakin baik sirkulasi udara, maka kondisi laboratorium juga akan sehat. Seperti
halnya rumah, sirkulasi udara berada pada posisi utama dan tidak dapat
dikesampingkan begitu saja.

V. IDENTIFIKASI SUMBER-SUMBER BAHAYA BAHAN KIMIA DAN


PERALATAN DARI LABORATORIUM PENGUJIAN MUTU PAKAN TERNAK
UPTD PENGUJIAN PAKAN DAN PEMBIBITAN TERNAK DINAS PERTANIAN
PROVINSI BANTEN

a. Dapat menyebabkan luka bakar dan iritasi kulit


Asam kuat : H2SO4 (Asam Sulfat), HCl, HNO3
Basa kuat : NaOH, KOH
b. Pelarut organik yang dapat menyebabkan terjadinya keracunan, iritasi
tenggorokan dan saluran pernafasan diantaranya  alkohol, eter, ester, etil
asetat, keton, hexane, petroleum benzen, petroleum eter dan lain-lain.
c. Gas berbahaya :  gas HCl, HF, nitrat dan nitrit, klorin, sulfur dioksida yang
dapat membuat iritasi dan gas monoksida (dapat mematikan).
d. Bahan kimia yang menyebabkan paparan radiasi adalah bahan
radioaktif seperti: cesium, radium, uranium, cobalt-60.
e. Radiasi Frekuensi Radio Dan Gelombang Mikro yang dihantarkan oleh
peralatan pengujian dilaboratorium.
f. Bahaya Peralatan : luka terkena pecahan alat gelas, terkena sengatan listrik
pada kabel dan peralatan instrumen.
g. Bahaya kebakaran dapat terjadi disebabkan terjadinya hubungan arus
pendek pada instalasi listrik dan adanya zat-zat yang mudah terbakar seperti
pelarut organik.
h. Bahaya lain dapat terjadi karena kesalahan manusia seperti penggunaan
benda runcing / tajam, terpeleset karena lantai licin dan lain lain.

Perlindungan tenaga kerja atau pegawai dari segala aspek yang berpotensi
membahayakan dan sumber yang berpotensi menimbulkan penyakit akibat dari
jenis pekerjaan tersebut, pencegahan kecelakaan dan penserasian peralatan kerja,
dan karakteristik pekerja serta orang yang berada di sekelilingnya. Tujuannya agar
tenaga kerja mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang
tinggi sehingga menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang
tinggi.
Untuk menjaga kesehatan dan daya tahan tubuh para analis/penguji/laboran
dilingkungan Laboratorium Pengujian Mutu Pakan Ternak UPTD Pengujian Pakan
dan Pembibitan Ternak Dinas Pertanian dari bahaya paparan sumber-sumber
bahaya bahan kimia dan peralatan di laboratorium dapat dilakukan pencegahan salah
satunya dengan pemberian extra fooding (makanan tambahan), seperti
pemberian sumber protein dan vitamin untuk pegawai yang melaksanakan
pekerjaan di lingkungan laboratorium kimia tersebut.
Demikian Kajian Akademis ini kami buat dan telah mempertimbangkan
landasan atau acuan yang berlaku saat ini dalam pengajuan pencantuman
pemberian extrafooding lingkup Instalasi Laboratorium Pengujian Mutu Pakan
Ternak UPTD Pengujian Pakan dan Pembibitan Ternak Dinas Pertanian Provinsi
Banten.
KAJIAN AKADEMIS ANALISIS BEBAN KERJA INSTALASI TERNAK
UPTD PENGUJIAN PAKAN DAN PEMBIBITAN TERNAK
DINAS PERTANIAN PROVINSI BANTEN

I. PENDAHULUAN
Negara Indonesia adalah negara agraris, masyarakat sangat dekat dengan
pertanian dan hewan ternak. Peternakan adalah salah satu yang diminati oleh
masyarakat sebagai sumber pemasukan utama maupun sebagai penghasilan tambahan.
Salah satu faktor kunci keberhasilan dalam pembangunan sub sektor peternakan adalah
bibit ternak, disamping pakan dan tata laksana pemeliharaan. Bibit ternak dan
tatalaksana dalam pemeliharaan ternak adalah faktor penting yang harus diperhatikan
karena ada faktor mahluk hidup di dalamnya yaitu ternak dan manusia pemeliharanya.
Banyak faktor yang bisa menunjang keberhasilan usaha pembibitan ternak.
Produktifitas ternak yang bisa optimal dan sesuai dengan yang diharapkan salah
satunya tidak terlepas dari peran petugas teknis budidaya ternak yaitu Pengawas Bibit
Ternak (Wasbitnak), petugas pemelihara ternak dan penyabit rumput. Mereka berperan
sangat krusial terhadap program pembibitan ternak yang ada di UPTD Pengujian Pakan
dan Pembibitan Ternak. Tanpa mereka bisa dipastikan seluruh kegiatan pelaksanaan
manajemen pembibitan ternak akan berhenti bahkan bisa lumpuh total.
Peran penting Wasbitnak tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 41 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009
Tentang Peternakan Dan Kesehatan Hewan pada Bab IV pasal 13 ayat (4) bahwa setiap
benih atau bibit yang beredar wajib memiliki sertifikat layak benih atau bibit yang
memenuhi keterangan mengenai silsilah dan ciri-ciri keunggulan tertentu dan ayat (5),
Sertifikat layak benih atau bibit sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dikeluarkan oleh
Lembaga Sertifikasi Benih atau Bibit yang terakreditasi atau yang ditunjuk oleh menteri.
Tugas Wasbitnak adalah mengawasi peredaran bibit ternak agar bibit yang diproduksi
dan diedarkan terjamin mutunya sehingga dapat memberikan perlindungan kepada
konsumen dari benih/bibit yang tidak memenuhi standar.
Tenaga Pengawas Bibit Ternak (Wasbitnak) merupakan salah satu tenaga yang
sangat diperlukan untuk mendukung peningkatan kualitas/ mutu bibit ternak dan
pengawasan peredaran bibit ternak yang ada di masyarakat. Dalam operasional di
Instalasi Ternak pada UPTD P3T dilakukan bersama tenaga pemelihara ternak (anak
kandang) dan penyabit rumput. Oleh karena itu perlu terus ditingkatkan kemampuan
kerjanya baik di bidang pengetahuan dan stamina fisik.
Tenaga Pengawas Bibit Ternak (Wasbitnak) merupakan salah satu tenaga yang
sangat diperlukan untuk mendukung peningkatan kualitas / mutu bibit ternak dan
pengawasan peredaran bibit ternak yang ada di masyarakat. Dalam operasional di
Instalasi Pembibitan Ternak pada UPTD P3T dilakukan bersama tenaga pemelihara
ternak (anak kandang) dan penyabit rumput. Oleh karena itu perlu terus ditingkatkan
kemampuan kerjanya baik di bidang pengetahuan dan stamina fisik.
Selain dari sistem pemeliharaan ternak, kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
adalah pedoman wajib untuk diketahui dan diimplementasikan oleh setiap pelaku kerja
pada industri di berbagai bidang termasuk pada bidang peternakan. Kegiatan produksi
pada industri bidang peternakan merupakan salah satu kegiatan yang paling berbahaya
bagi pekerjanya. Pekerjaan di industri peternakan memiliki risiko kecelakaan kerja yang
cukup tinggi, namun tidak sedikit pekerja yang mengabaikan aspek keselamatan dan
kesehatan pekerja. Pekerja peternakan memiliki tingkat kecelakaan dan penyakit akibat
kerja yang tinggi, karena mereka dihadapkan pada berbagai bahaya, termasuk bekerja
dengan mesin, kendaraan, peralatan dan hewan, kebisingan dan getaran yang
berlebihan, tergelincir, limbung, dan jatuh dari ketinggian, kebutuhan untuk
mengangkat beban berat dan melakukan pekerjaan berulang dan pekerjaan, paparan
debu dan zat organik lainnya, bahan kimia, agen/zat infektif, serta agen penyakit
zoonosis (penyakit yang menular dari hewan ke manusia) dan kondisi kerja lainnya
seperti paparan matahari, suhu ekstrim dan cuaca buruk
Instalasi ternak harus merupakan tempat yang aman bagi pekerjanya, terhadap
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan terpapar penyakit yang menular dari hewan ke
manusia (zoonosis) pada seseorang sehingga dapat bekerja dengan produktif dan
efisien. Keadaan sehat dalam instalasi, dapat diciptakan apabila ada kemauan dari
setiap pekerja untuk menjaga dan melindungi diri. Diperlukan suatu kesadaran dan
tanggung jawab, bahwa kecelakaan dapat berakibat pada diri sendiri dan orang lain
serta lingkungannya.Tanggung jawab moral dalam keselamatan kerja memegang
peranan penting dalam pencegahan kecelakaan disamping disiplin setiap individu
terhadap peraturan juga memberikan andil besar dalam keselamatan kerja.
II. LANDASAN YURIDIS (HUKUM)
Tenaga Pengawas Bibit Ternak (Wasbitnak) mempunyai tugas pokok salah
satunya melakukan pengawasan mutu bibit ternak. Hal ini mengacu pada landasan
yuridis sebagai berikut :
t. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2014 Tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Peternakan Dan Kesehatan
Hewan;
u. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor: 2 Tahun 2011 Tentang Jabatan Fungsional Pengawas
Bibit Ternak Dan Angka Kreditnya;
v. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No.08/Permentan/OT.140/2012
Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Bibit Ternak
dan Angka Kreditnya;
w. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 19/Permentan/OT.140/3/2012 Tentang
Persyaratan Mutu Benih, Bibit Ternak, dan Sumber Daya Genetik Hewan;
x. PeraturanPemerintah No. 22 Tahun 1983 tentang Kesehatan Masyarakat
Veteriner (Lembaran Negara RI Tahun 1983 No. 28, Tambahan Lembaran
Negara RI No. 3253);
y. UU no. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan;
z. UU no.36 2009 tentang Kesehatan BAB XII / tentang Kesehatan Kerja Pasal
164Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat
dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan
oleh pekerjaan;
aa. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 472/Menkes/Per/V/1996 tentang
Pengamanan Bahan Berbahaya bagi Kesehatan;
bb.Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan.

III. LANDASAN AKADEMIS


Kondisi saat ini, menunjukkan belum semua pelaku usaha pembibitan ternak telah
menerapkan pola pembibitan ternak yang baik sehingga perlu ada contoh dari
pemerintah melalui Instalasi pembibitan ternak baik ternak ruminansia maupun unggas.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka dipandang perlu melakukan pengawasan
benih/bibit ternak di daerah agar bibit yang diproduksi dan diedarkan terjamin mutunya
sehingga dapat memberikan perlindungan kepada konsumen dari benih/bibit yang tidak
memenuhi standar.
Kegiatan produksi bibit agar sesuai standar di Instalasi Pembibitan UPTD P3T
Dinas Pertanian dibutuhkan semangat, komitmen, dan kerja keras dari semua
pihak. Penambahan jumlah SDM (wasbitnak dan tenaga pemelihara ternak, pemelihara
kebun, dan penyabit rumput) serta sumber dana untuk penataan farm, penambahan
bibit unggul dan pakan berkualitas serta pelayanan kesehatan ternak dan
pengembangan kompetensi SDM mutlak diperlukan. Sehingga mempercepat
terwujudnya Instalasi Ternak Dinas Pertanian Provinsi Banten yang memenuhi standar
Pembibitan Ternak yang Baik (Good Breeding Practice) dalam rangka memberikan
pelayanan prima kepada masyarakat dan mendukung Sistem Perbibitan Nasional.

IV. BEBAN RESIKO KERJA DI INSTALASI TERNAK


Instalasi ternak adalah perangkat lengkap dari mulai bibit ternak, pakan,
perlengkapan tatalaksana atau manajemen peternakan yang terdiri dari SDM, kandang,
unit pengolah kebun, pengolah pakan, kesehatan ternak, unit perlengkapan untuk
reproduksi ternak dan unit pengolahan hasil peternakan.
Penataan instalasi yang tepat akan memudahkan dalam pemeliharaan ternak serta
menjamin keselamatan pekerja. Walaupun demikian risiko yang dihadapi oleh para
pekerja instalasi sangatlah besar baik yang disebabkan oleh ternak yang dipelihara atau
hewan liar seperti ular dan sebagainya.

V. IDENTIFIKASI SUMBER-SUMBER BAHAYA DARI INSTALASI TERNAK


Beberapa bahaya dan risiko yang terdapat di instalasi ternak:
1. Bahaya penyakit yang menular dari hewan ke manusia (zoonosis)
i. Avian Influenza (Flu Burung) pada ternak unggas
j. Antraks, Brucellosis, Leptospirosis, Encephalitis, Bovine Tubercullosis,
Salmonellosis, Schistosomiosis, Campylobacteriosis, Trichinellosis,
Paratubercullosis, Toksoplasmosis, dan Cysticercosis/Taniasis. pada ternak
ruminansia.
2. Bahaya perilaku ternak: Tertanduk, tertendang, terinjak, terhimpit, terpeleset,
terlilit tali
3. Bahaya peralatan : Terjatuh, tertimpa bangunan, tersetrum, tertusuk, terpukul
palu, Tertusuk jarum suntik, tertanduk, tertendang, terinjak, terhimpit,
terpeleset,
4. Bahaya gigitan ular berbisa saat menyabit rumput.
5. Cemaran limbah dari gas metana berasal dari kotoran hewan, cemaran cacing
parasitik
Perlindungan tenaga kerja atau pegawai dari segala aspek yang berpotensi
membahayakan dan sumber yang berpotensi menimbulkan penyakit akibat dari jenis
pekerjaan tersebut, pencegahan kecelakaan, dan karakteristik pekerja serta orang yang
berada di sekelilingnya. Tujuannya agar tenaga kerja mencapai ketahanan fisik, daya
kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi sehingga menciptakan kenyamanan kerja dan
keselamatan kerja yang tinggi.
Untuk menjaga kesehatan dan daya tahan tubuh para pekerja di Instalasi Ternak
UPTD Pengujian Pakan dan Pembibitan Ternak Dinas Pertanian dari bahaya paparan
sumber-sumber bahaya seperti penyakit zoonosis, bahaya cemaran lingkungan,
cemaran gas, dan bahaya saat handling ternak di instalasi ternak dapat dilakukan
pencegahan salah satunya dengan pemberian extra fooding (makanan tambahan),
seperti pemberian sumber protein dan vitamin untuk pegawai yang melaksanakan
pekerjaan di instalasi ternak.
Demikian Kajian Akademis ini kami buat dan telah mempertimbangkan landasan
atau acuan yang berlaku saat ini dalam pengajuan pencantuman pemberian
extrafooding lingkup Instalasi Ternak UPTD Pengujian Pakan dan Pembibitan Ternak
Dinas Pertanian Provinsi Banten

Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten

Ir. H. AGUS M. TAUCHID S., M.Si


Pembina Utama Madya
NIP 19660219 199203 1 007
Lampiran 1: Pegawai Non ASN Instalasi Laboratorium Pengujian Mutu Pakan Ternak
UPTD Pengujian Pakan dan Pembibitan Ternak Dinas Pertanian
No Nama Pegawai Status Tanggung Jawab
1 Waode Mulya Apriasari, S.P. Penerima Sampel & Preparasi
Sampel awal
2 Itqiyatussilmy, S. Pt Penerima Sampel Pembuat
Laporan Hasil Pengujian (LHP)
3 Amalia Shalihah, S. Si Analis Pengujian Phospor
4 Cicilia Nanda M. S. Non Analis Pengujian Kalsium
5 Gilang Affandi PNS Analis Pengujian Serat Kasar
6 Junenah Analis Pengujian Kadar Air
7 Ratu Atika Elmirawati, S. Pt Analis Pengujian Kadar Abu
8 M. Agung Rismawan Analis Pengujian Protein
9 Deden Romdoni Petugas Preparasi Sampel akhir
Lampiran 1: Pegawai Non ASN Instalasi Ternak UPTD Pengujian Pakan dan Pembibitan
Ternak Dinas Pertanian

No Nama Jabatan
1 Rd. Teten Al Basyit, S.Pt. Petugas Kesehatan Ternak
2 Dendi Hidayat Petugas Instalasi Ternak
3 Baehaki Petugas Instalasi Ternak
4 Bahrawi Petugas Instalasi Ternak
5 Daman Haji Petugas Instalasi Ternak
6 Fatoni Petugas Instalasi Ternak
7 Fauzi Petugas Instalasi Ternak
8 Jamhari Petugas Instalasi Ternak
9 Mujtahidin Petugas Instalasi Ternak
10 Rijal Petugas Instalasi Ternak
11 Rival Aditya Gozali Petugas Instalasi Ternak
12 Saefudin Petugas Pemelihara Lingkungan
13 Sahroni Petugas Instalasi Ternak
14 Sanam Petugas Instalasi Ternak
15 Satiman Petugas Instalasi Ternak
16 Sukijan Petugas Instalasi Ternak
17 Supali Petugas Instalasi Ternak
18 Uci Sanusi Petugas Instalasi Ternak
19 Umar Maulana Petugas Instalasi Ternak
20 Elfan Petugas Instalasi Ternak
21 Moch Zaynata Kusuma Petugas Instalasi Ternak
22 Haerul Mustaqim Petugas Instalasi Ternak
23 Ujang Hendri Petugas Instalasi Ternak
Lampiran 3 : Usulan harga satuan untuk Extra Fooding

NO Uraian Satuan Tarif (Rp)/hari


1 Analis Laboratorium Pengujian Mutu OH 35.000,-
Pakan Ternak UPTD Pengujian
Pakan dan Pembibitan Ternak
2 Petugas pemelihara ternak di OH 35.000,-
Instalasi Ternak UPTD Pengujian
Pakan dan Pembibitan Ternak

Anda mungkin juga menyukai