Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KEGIATAN

UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT (UKM)

3.1.2 UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN


INSPEKSI SANITASI TEMPAT PENGOLAHAN MAKANAN

Disusun Oleh:
dr. Annisa Rizkia Fitri

Pembimbing:
dr. Rahmi Asfiyatul Jannah

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


UPTD UNIT PUSKESMAS KEBUMEN I
KABUPATEN KEBUMEN
2016
BAB I
LATAR BELAKANG

Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi


masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh
dalam bentuk upaya kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat
sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009
pasal 47 yang dilaksanakan melalui bebagai kegiatan diantaranya adalah
pengamanan makanan dan minuman.
Berdasarkan pengertiannya yang dimaksud dengan sanitasi adalah suatu
upaya pencegahan penyakit yang menitikberatkan kegiatannya kepada usaha-
usaha kesehatan lingkungan hidup manusia. Di dalam Undang-Undang Kesehatan
No.23 tahun 1992 pasal 22 disebutkan bahwa kesehatan lingkungan
diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, yang dapat
dilakukan dengan melalui peningkatan sanitasi lingkungan, baik yang
menyangkut tempat maupun terhadap bentuk atau wujud substantifnya yang
berupa fisik, kimia, atau biologis termasuk perubahan perilaku.
Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang
menitikberatkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan
dan minuman dari segala bahaya yang dapat mengganggu atau merusak
kesehatan, mulai dari sebelum makanan diproduksi, selama dalam proses
pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, sampai pada saat di mana makanan dan
minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada masyarakat atau konsumen.
Upaya pengamanan dalam menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan
dilakukan secara berhasil guna. Semua itu merupakan upaya untuk melindungi
masyarakat dari makanan dan minuman yang tidak memenuhi persyaratan mutu.
Keamanan makanan merupakan aspek sangat penting dalam kehidupan sehari-
hari. Dalam prakteknya masih banyak produsen pangan yang menggunakan bahan
tambahan yang beracun atau berbahaya bagi kesehatan yang sebenarnya tidak
boleh digunakan dalam makanan. Kurangnya perhatian terhadap hal ini telah
sering mengakibatkan terjadinya dampak berupa penurunan kesehatan
1
konsumennya, mulai dari keracunan makanan akibat tidak higienisnya proses
penyiapan dan penyajian sampai resiko munculnya penyakit kanker akibat
penggunaan bahan tambahan makanan yang berbahaya.
Dalam kegiatan proses produksi makanan dan minuman, tindakan hygiene
sanitasi yang merupakan bagian dari kesehatan lingkungan juga analisis bahaya
dan titik pengendalian kritis (HACCP : Hazard Analysis Critical Control Point)
merupakan salah satu upaya penting untuk menghindari pencemaran terhadap
hasil produksi. Terdapat enam prinsip higine dan sanitasi yang harus diperhatikan
dalam proses pengolahan makanan dan minuman yaitu pemilihan bahan makanan,
penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan, penyimpanan makanan
masak, pengangkutan makanan dan penyajian makanan.
Kasus keracunan makanan selain disebabkan oleh aktivitas
mikroorganisme, dapat pula disebabkan oleh bahan kimia. Perlu diketahui bahwa
pada dasarnya semua bahan kimia dalah beracun. Ketika masuk ke dalam tubuh
manusia zat kimia ini akan menimbulkan efek yang berbeda-beda, tergantung
jenis dan jumlah zat kimia yang masuk ke dalam tubuh. Bahan kimia yang sering
kita kenal sebagai bahan tambahan makanan seperti pengawet, pewarna,
pengental, dan penyedap rasa pun dapat menjadi racun bagi tubuh kita apabila
dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan. Pada tahun 2013 telah terjadi KLB 4
kasus keracunan makanan di Kabupaten Kebumen salah satunya terjadi di PKM
Kebumen 1.
Tempat pengolahan makanan (TPM) adalah tempat untuk melaksanakan
rangkaian kegiatan yang meliputi penerimaan bahan mentah atau makanan
terolah, pembuatan, pengubahan bentuk, pengemasan, pewadah, pengangkutan
dan penyajian. Berdasarkan data Profil Kabupaten Kebumen tahun 2015, dari
sebanyak 2380 jumlah TPM yang ada 1457 (61,22%) sudah memenuhi syarat
hygiene sanitasi. Dari jumlah TPM yang belum memenuhi syarat 81% dibina dan
22,3% dilakukan uji petik. Data Profil Puskesmas Kebumen I tahun 2016, jumlah
TPM sebanyak 54 dengan 7 TPM dibina.
P IRT adalah perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di tempat
tinggal dengan peralatan pengolahan pangan manual hingga semi otomatis. Di
2
dalam produksi industri rumah tangga seringkali di temukan halhal yang tidak
sesuai, bahkan keluar dari kaidah kesehatan atau prosedur hygiene dan sanitasi
yang telah digariskan. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan dari
pelaku P-IRT itu sendiri, modal yang dimiliki, dan pemahaman tentang hygiene
sanitasi yang masih kurang.
Landasan hukum SPP-PIRT adalah : 1) Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor 36 Tahun 2012 tentang Petunjuk teknis Penyusunan
Penetapan dan Penerapan Standart Pelayanan, 2) Peraturan Daerah Kabupaten
Kebumen Nomor 4 tahun 2008 tentang izin Penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan Swasta, Izin Industri Rumah Tangga Makanan dan Minuman dan Izin
Pengobatan Tradisional, 3) Peraturan Bupati Nomor 77 Tahun 2009 Tentang
Pendelegasian wewenang di bidang perizinan kepada kepala KPPT Kabupaten
Kebumen dan Kepala Daerah di mana pihak penyelenggara adalah pemerintah,
untuk kabupaten/kota dan Dinas Kesehatan. Latar belakang diadakannya
pembinaan dan pemeriksaan terhadap Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT)
sebagai perlindungan terhadap konsumen, khususnya memberikan perlindungan
pangan yang dikonsumsi sehingga dapat memenuhi standar kesehatan yang
ditetapkan. Tujuan pembinaan dan pemeriksaan P-IRT untuk meningkatkan
kualitas P-IRT, meletakkan P-IRT dalam posisi yang strategis dan sehat, serta
berkepentingan untuk menciptakan iklim usaha yang sehat, juga untuk melihat
secara langsung apakah sarana produksi (alat dan mesin, tempat, bahan yang
digunakan, bahan pembantu, dll), cara proses pengolahan, hygiene dan sanitasi,
dan lain-lain sudah dilaksanakan dengan baik oleh pengusaha IRT sesuai dengan
prinsip-prinsip kemanan pangan yang telah diperoleh selama penyuluhan.
Pada saat kunjungan tersebut juga dilakukan pengujian laboratorium tentang
kualitas produk IRT, pemeriksaan peralatan yang digunakan di dalam proses
produksi, pemeriksaan karyawan/orang yang bersentuhan langsung dengan
produk, dan kualitas air yang digunakan terutama dari kualitas mikrobiologis
(jumlah bakteri E. Coli). Apabila hasil pengujian ini memenuhi syarat dan hasil
inspeksi sanitasi memenuhi kriteria yang ada, maka Nomer P-IRT dapat
dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan. Setelah Nomor P-IRT diberikan pengusaha
3
dapat mencantumkan Nomor P-IRT tersebut di pembungkus produknya. Nomor
P-IRT berlaku selama lima tahun dan dapat diperpanjang kembali jika masa
berlakunya habis. Setiap 6 bulan sekali petugas dari Dinas Kesehatan melakukan
pembinaan ke tempat P-IRT tersebut untuk mengetahui perkembangan dari P-IRT
tersebut serta melihat hygiene dan sanitasinya.

4
BAB II
PERMASALAHAN

Target dan cakupan program Kesling sesuai SPM Puskesmas Kebumen 1


tahun 2013-Agustus 2016
Indikator 2013 2014 2015 2016
Target Cakup Target Cakup Target Cakup Target Cakup
an %
% an % % an % % an % %
Produksi 70 97.4 72 98 75 99 80 85%
Pangan
Industri
Rumah Tangga

Berdasarkan data diperoleh dari 54 P-IRT yang ada di wilayah Puskesmas


Kebumen I sebanyak 47 P-IRT (87%) dinyatakan memenuhi syarat. Hasil tersebut
sudah memenuhi SPM tahun 2016 yaitu 85%. Namun demikian masih ada 7 P-
IRT belum memenuhi syarat, oleh karena itu harus ditingkatkan dengan selalu
melakukan pengawasan berkesinambungan terhadap semua TPM P-IRT yang ada
dengan cara melakukan inspeksi sanitasi tempat pengolahan makanan.

5
BAB III
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

Dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan pengawasan


berkesinambungan terhadap semua P-IRT dapat dilakukan dengan inspeksi
sanitasi tempat pengolahan makanan. Di Puskesmas Kebumen 1, inspeksi sanitasi
tempat pengolahan makanan akan dilakukan terhadap P-IRT Sumpia Sari Udang
Kebumen.
Rincian kegiatan:
Tujuan :Pemeriksaan TPM dan konseling terkait sanitasi P-IRT
serta pengurusan perpanjangan P-IRT
Tempat :P-IRT Sumpia Sari Udang
Waktu :Kamis, 18 Agustus 2016 pukul 13.00 WIB sd selesai
Pelaksana :Dokter Internsip dan petugas Kesling dari Puskesmas
Kebumen 1
Kegiatan :Menilai sanitasi dan pengecekan persyaratan
perpanjangan P-IRT
BAB IV
PELAKSANAAN

Pelaksanaan inspeksi sanitasi di P-IRT Sumpia Sari Udang memberikan hasil


sebagai berikut
Jenis TPM : makanan kering
Nama TPM : Sari Udang
Alamat : Jl. Tentara Pelajar No.29B Kebumen
Nama Pemilik : Bambang Suroso
P-IRT : 2063305532043-17
NO URAIAN BOBOT SKOR
A BAHAN MAKANAN
1 Semua bahan baku/mentah yang diolah dalam 5 4
keadaan baik mutunya, segar tidak busuk.
Bahan baku/mentah/ jadi dalam kemasan yang
2 diolah menjadi makanan jajanan olahan yang 5 4
terdaftar di Depkes, tidak kadaluwarsa, tidak cacat/
tidak rusak.
B PERLINDUNGAN
3 Penggunaan bahan tambahan makanan bahan 3 3
penolong yang digunakan dalam mengolah
makanan sesuai dengan perUU yang berlaku
4 Bahan makanan, bahan penolong, bahan tambahan 2 2
disimpan secara terpisah
5 Bahan makanan yang cepat rusak/ cepat membusuk 2 2
disimpan dalam wadah terpisah
6 Makanan jajanan yang disajikan menggunakan 2 1
tempat/alat perlengkapan yang bersih dan aman
bagi kesehatan
7 Makanan yang djajakan dalam keadaan tertutup 2 2
atau terbungkus
8 Pembungkus dan atau tutup makanan dalam 2 2
keadaan bersih dan tidak mencemari makanan dan
tidak ditiup
9 Makanan jajanan yang diangkut dalam keadaan 2 2
tertutup/terbungkus dalam wadah bersih
10 Makanan jajanan yang diangkut terpisah dari bahan 2 2

7
mentah sehingga terlindung dari pencemaraan
C KARYAWAN
11 Tidak menderita penyakit mudah menular. 4 4
12 Menutup luka jika terdapat luka yang terbuka/bisul. 2 2
13 Menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku dan 2 1
pakaian.
14 Memakai celemek dan tutup kepala. 2 1
15 Mencuci tangan setiap kali hendak menangani 2 1
makanan.
16 Menjamah makanan memakai alat/perlengkapan 2 0
atau alas tangan.
17 Tidak merokok, menggaruk anggota badan ketika 2 2
sedang menjamah makanan.
18 Tidak batuk/bersin dihadapan makanan yang 3 3
disajikan dan atau tanpa menutup mulut atau
hidung.
19 Memiliki surat keterangan sehat dari dokter yang 5 0
masih berlaku.

D PERLENGKAPAN MAKAN DAN MASAK


20 Peralatan yang sudah dipakai, dicuci dengan air 3 1
bersih dan dengan sabun.
21 Dikeringkan dengan alat pengering/lap yang bersih. 2 2
22 Peralatan yang sudah bersih disimpan di tempat 2 1
yang bebas dari pencemaran.
23 Tidak menggunakan kembali peralatan yang 1 1
dirancang hanya sekali pakai.
E AIR BERSIH
24 Air yang digunakan dalam penanganan makanan 4 2
jajanan min mememnuhi standar fisik.
25 Sumber air dialirkan melalui saluran/kran/wadah 4 3
tertutup. Air panas dialirkan melalui kran atau
tersedia dalam termos.
F AIR KOTOR
24 Pembuangan air kotor menggunakan :
a. Saluran tertutup 3 1
b. Aliran air lancar 3 1
c. Tidak menimbulkan rembesan dan 3 1

8
genangan
G PERSIAPAN
25 Sambungan baik, tdk bocor bebas hub dengan pipa 1 0
air kotor / sumber pengotoran lain
26 Tidak tjd hubungan pipa air bersih dengan air kotor 5 4
H FASILITAS CUCI TANGAN DAN KAMAR WC
27 Fasilitas cuci tangan
a. Bersih 2 1
b. Berfungsi 2 1
c. Dilengkapi dengan sabun dan pengering 3 1
tangan
d. Jumlah memadai 2 1
28 Kamar WC
a. Bersih 2 1
b. Dilengkapi pintu yang dapat menutup sempurna 2 2
c. Dinding rapat air 2 1
I PEMBUANGAN SAMPAH
29 Bak sampah tersedia cukup memadai di setiap 2 1
penghasil sampah, mempunyai tutup, bagian dalam
rata, halus dan kedap air
30 Halaman bersih tidak ada tumpukan sampah puing 1 0
puing ,barang tidak terpakai permukaan kering
bebas dari comberan.
J PENGAWASAN SERANGGA, TIKUS DAN
HEWAN LAIN
31 Bahan bangunan tidak terbuat dari bahan yang 4 2
berlubang, tidak menimbulkan adanya celah sempit/
dinding rangkap. Ventilasi dilengkapi kawat kasa
dan tidak tersedia lubang pembuangan air limbah
terbuka.
K LANTAI , DINDING DAN LANGIT LANGIT
32 Lantai dibuat dengan kontruksi kuat, aman dan 1 1
kedap air, bersih.
33 Dinding dan langit langit aman, kuat, tidak 1 0
lembab, tidak menyerap debu, bersih, kering
L PENCAHAYAAN
34 Pencahayaan alami maupun buatan cukup baik, dan 1 1
tidak menimbulkan silau
M PENGHAWAAN
35 Penghawaan ruangan cukup baik, dapat 1 1
9
menetralisirkan bau dan tidak mengganggu
pekerjaan
N KAMAR PAKAIAN
36 a. Tersedia ruang ganti pakaian 1 0
b. Konstruksi rapat dan bersih 1 0
O LOKASI
a. Jauh dari lokasi TPS/TPA 4 4
b. Jauh dari lokasi banjir 1 1
P LAIN LAIN KEGIATAN
37 Racun, pestisida dan bahan kimia lain disimpan 5 5
tersendiri dengan aman dan memakai tanda.
38 Tidak menyimpan bahan lain yang tidak ada 1 0
hubungannya dengan keperluan di tempat usaha
39 Bangunan dapur secara keseluruhan terpelihara, 1 0
bahan yang tidak dipakai disimpan digudang,
masing masing ruang terpisah satu sama lain.
40 Secara umum terlihat kesan bersih, rapi dan teratur 1 0
JUMLAH 123 79

Perhitungan TPM :
Penilaian komponen inspeksi sanitasi TPM adalah 79 / 123 x 100% = 64,23%
dengan demikian P-IRT Sumpia Sari Udang dikategorikan belum memenuhi
syarat. Untuk setiap jenis P-IRT dinyatakan sehat apabila skor total TPM >70 %.

Rincian Persyaratan
1. Lokasi
Lokasi TPM harus jauh dan terhindar dari pencemaran yang diakibatkan
antara lain oleh bahan pencemar seperti banjir, udara (debu, asap, serbuk,
bau), bahan padat (sampah, serangga, tikus), tempat pembuangan sampah
umum, WC umum, pengolahan limbah. Secara pasti ditentukan jarak
minimal adalah 500m, sebagai batas kemampuan terbang lalat rumah.
2. Konstruksi
Secara umum kontruksi dan rancang bangunan harus aman dan memenuhi
peraturan perundang-undangan tentang Keselamatan dan Keamanan yang
berlaku, seperti memenuhi undang-undang gangguan (Hinder
10
Ordoonantie) dan sesuai dengan peruntukan wilayahnya (Rancangan
Umum Tata Ruang), Pedoman Konstruksi bangunan harus kuat, aman dan
terpelihara sehingga mencegah terjadinya kecelakaan dan pencemaran.
3. Halaman
Halaman TPM diberi papan nama perusahan yang mencantumkan nomor
P-IRT. Halaman harus selalu kering dan terpelihara kebersihannya, tidak
banyak serangga dan tikus, serta tidak terdapat tumpukan barang-barang
yang tidak teratur. Saluran pembuangan air kotor di halaman harus
tertutup dan tidak menjadi tempat jalan masuknya tikus ke dalam
bangunan.
4. Tata Ruang
Ruang pengolahan makanan harus diatur proses pengolahan makanan
seperti ban berjalan (berurutan yang teratur).
5. Lantai
Lantai dibuat sedemikian rupa sehingga selalu bersih, kering, tidak mudah
rusak, tidak lembab, tidak ada retakan, atau celah tidak licin dan tahan
terhadap pembersihan berulang-ulang. Dibuat miring ke arah tertentu
dengan kelandaian cukup sehingga tidak terjadi genangan air. Pertemuan
anatara lantai dan dinding sebaiknya dibuat conus dengan tujuan agar sisa
kotoran mudak dibersihkan.
6. Dinding
Permukaan dinding harus rata dan halus, berwarna terang dan tidak
lembab dan mudah dibersihkan. Permukaan dinding yang sering terkena
percikan air misalnya di tempat pencucian dan tempat peracikan dipasang
porselin atau logam anti karat setinggi posisi berdiri, sehingga bilamana
dinding pada jangkauan tersebut dipasang porselin dapat dibersihkan.
7. Atap dan Langit-langit
Atap dan langit-langit berfungsi sebagai penahan jatuhnya debu dan
kotoran lain, sehingga tidak mengotori makanan yang sedang diolah. Atap
tidak boleh bocor, cukup landai dan tidak menjadi sarang serangga dan
tikus. Tinggi langit minimal 2,4m di atas lantai.
11
8. Pintu dan Jendela
Pintu di ruangan memasak harus dapat ditutup sendiri dan membuka kea
rah luar. Jendela, pintu dan lubang ventilasi dimana makanan diolah harus
dilengkapi dengan kawat kassa yang dapat dibuka dan dipasang. Pintu
dibuat ke arah luar dengan maksud: 1) mencegah masuknya lalat, karena
saat pintu dibuka terjadi dorongan angin sehingga lalat menjauh dari pintu,
2) untuk memudahkan penyelamatan diri pada waktu keasan darurat.
9. Pencahayaan
Intensitas pencahayaan di setiap ruangan kerja harus cukup terang. Setiap
ruangan sedikitnya 10 foot candle pada titik 90 cm dari lantai.
Pencahayaan harus tidak menyilaukan dan tersebar merata.
10. Ventilasi
Bangunan tempat pengolahan harus dilengkapi dengan ventilasi yang
dapat menjaga keadaan nyaman. Suhu nyaman berkisar antara 28o-32o.
bila ventilasi alami tidak memnuhi syarat maka bisa dibuatkan berupa
ventilasi mekanis seperti kipas angin, exhauser fan, AC.
11. Ruang Pengelolaan makanan
Luas ruangan dapur pengelolaan harus cukup untuk orang bekerja dengan
mudah dan efisien, mencegah kemungkinan kontaminasi makanan dan
memudahkan pembersihan. Ruangan pengolahan makanan tidak boleh
berhubungan langsung dengan jamban dan kamar mandi.
12. Fasilitas Pencucian Peralatan dan Bahan Makanan
Terbuat dari bahan yang kuat, tidak berkarat dan mudah dibersihkan.
Pencucian peralatan menggunakan bahan pembersih/detrgen. Bak
pencucian peralatan sedikitnya terdiri dari 3 bak yaitu merendam
(Hushing), menyabun (washing), dan membilas (rinsing).
13. Tempat Cuci Tangan
Tersedia tempat cuci tangan yang terpisah dengan tempat cuci peralatan
maupun bahan makanan yang dilengkapi dengan air kran, saluran
pembuangan tertutup, bak penampungan, sabun dan pengering. Jumlah
tempat cuci tangan disesuaikan dengan banyaknya karyawan, sebagai
12
berikut:1-10 orang : 1 buah, dengan tambahan 1 (satu) buah untuk setiap
penambahan 10 orang atau kurang. Tempat cuci tangan diletakkan sedekat
mungkin dengan pintu masuk, sehingga setiap orang yang masuk dapur
pertama kali adalah mencuci tangan
14. Air Bersih
Air bersih harus tersedia dengan cukup untuk seluruh kegiatan
pengelolaan makanan. Kualitas air bersih harus memenuhi syarat
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 416/Menkes/Per/IX/1990. Air
bersih secara fisik adalah jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
dan bebas kuman penyakit. Untuk air biasa harus direbus terlebih dahulu
sebelum digunakan
15. Jamban
TPM harus mempunyai jamban dan peturasan yang memenuhi syarat
kesehatan serta memenuhi pedoman plumbing Indonesia. Jamban harus
dibuat dengan leher angsa dan dilengkapi dengan air penyiraman dan
untuk pembersih badan yang cukup serta tissue dan diberi tanda/tulisan
pemberitahuan bahwa setiap pemakai harus mencuci tangan dengan sabun
sesudah menggunakan jamban. Jumlahnya harus memadai seperti table
berikut : Perbandingan Jumlah Karyawan dengan banyaknya Jamban yang
harus tersedia
Jumlah Karyawan Jumlah Jamban
1 10 orang 1 buah
11 25 orang 2 buah
26 50 orang 3 buah
Setiap penambahan 25 orang Penambahan 1 buah
16. Kamar Mandi
TPM harus dilengkapi dengan kamar mandi dengan air kran mengalir dan
saluran air limbah yang memenuhi pedoman plumbing. Jamban kamar
mandi harus mencukupi kebutuhan paling sedikit 1 (satu) buah untuk 1-10
orang, dengan penambahan 1 (satu) buah untuk setiap 20 orang. Kamar
mandi dianjurkan tanpa bak mandi, tetapi menggunakan shower
13
(pancuran). Sehingga dapat mencegah pertumbuhan larva nyamuk penular
penyakit. Kalau ada kamar mandi harus dikuras seminggu sekali.
17. Tempat sampah
Tempat sampah untuk menampung sampah sementara dibuat dari bahan
yang kuat, kedap air dan tidak mudah berkarat. Mempunyai tutup dan
memakai kantong plastik khusus untuk sisa-sisa bahan makanan dan
makanan jadi yang cepat membusuk. Jumlah dan volume tempat sampah
disesuaikan dengan produksi sampah pada setiap kegiatan. Sampah harus
sudah dibuang dalam waktu 1 x 24 jam dari TPM. Kantong sampah yang
telah penuh di tempatkan di tempat yang mudah dijangkau oleh kendaraan
pengangkut sampah.
18. Fasilitas Penyimpanan pakaian
Locker karyawan dibuat dari bahan yang kuat, aman, mudah dibersihkan
dan tertutup rapat. Jumlahnya disesuaikan dengan jumlah karyawan.
Locker ditempatkan di ruangan yang terpisah dengan dapur dan gudang.
Locker untuk karyawan pria hendaknya terpisah dengan locker karyawan
wanita.

14
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI

Pelayanan kesehatan lingkungan yang dilaksanakan di Puskesmas


Kebumen 1 memiliki berbagai indikator meliputi : tempat umum dan pengolahan
makanan sehat, jamban sehat, air bersih, rumah sehat, desa STBM dan institusi
dibina. Dari indikator-indikator tersebut yang sudah mampu mencapai target
adalah tempat umum dan pengolahan makanan sehat, jamban sehat dan air bersih.
Meskipun sudah baik, indikator-indikator tersebut perlu dipertahankan dan lebih
ditingkatkan lagi di tahun-tahun berikutnya.
Dari kegiatan yang telah dilakukan, sebagian besar poin sanitasi di P-IRT
Sumpia Sari Udang sudah baik meskipun penilaian komponen inspeksi sanitasi
menunjukkan hasil akhir yang belum memenuhi syarat sanitasi yang baik. Oleh
karena itu masih terdapat beberapa hal yang perlu dibenahi sebagai berikut :

No Variabel Permasalahan Saran/konseling Foto


1 Perlindungan Makanan - mengeringkan
dikeringkan makanan dengan
menggunakan perlengkapan yang
perlengkapan aman seperti kertas
yang kurang minyak
aman bagi
kesehatan
yaitu kertas
koran bekas
2 Karyawan Karyawan - karyawan
menjamah menggunakan alas
makanan tangan saat
tanpa menjamah makanan
memakai alas
tangan
15
3 Secara umum Penataan - barang tidak
terlihat kesan ruang masih terpakai untuk
bersih, rapi kurang rapi, disimpan dijadikan
dan teratur banyak satu tempat
barang-barang - barang di rumah
tidak ditata kembali agar
diperlukan tidak berserakan
tergeletak
4 Fasilitas cuci Tidak tersedia - disediakan sabun
tangan, kamar sabun cuci untuk cuci tangan
WC, dan tangan dan para karyawan
kamar pakaian kamar pakaian - jangan biarkan air
serta kamar menggenang hingga
WC yang ditumbuhi jentik
kurang bersih nyamuk
- disediakan kamar
pakaian untuk ruang
ganti karyawan
- kebersihan kamar
WC lebih
diperhatikan
5 Pengawasan Bahan - penyimpanan bahan
serangga, makanan tidak makanan diberi
tikus dan terlindung penutup agar tidak
hewan lain dari serangga, terjamah oleh
tikus, maupun serangga atau tikus
hewan lain

16
6 Lantai, Langit-langit - langit-langit dapur
dinding dan dapur yang dibersihkan dari
langit-langit kotor sarang laba-laba

17
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.2012.Peraturan Kepala


BPOM Nomor HK.03.01.23.04.12.2206 tahun 2012 Tentang Cara
Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga.Jakarta

Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen. 2015. Profil Kesehatan Kabupaten


Kebumen 2015. Kebumen

Puskesmas Kebumen 1. 2015. Profil Kesehatan Puskesmas Kebumen 1 2015.


Kebumen

18
LAMPIRAN

19
20
21

Anda mungkin juga menyukai