Pemicuan adalah satu rangkaian proses sejak persiapan (Pre Pemicuan), Proses
Pemicuan sendiri di komunitas hingga Pasca pemicuan. Ketiga tahap tersebut tidak
bisa berdiri sendiri.
Tahapan
Apa yang harus dilakukan ?
Pemicuan
Pilih lokasi yang mudah
Jalin komunikasi dengan Kepala Desa/ Kadus dan Leaders
lainnya.
Pilih tanggal pemicuan
Bantu pemerintah local, menseleksi sekurangnya 10
partisipan dari pemerintah, LSM, Ormas (secara hati-hati).
Kunjungi desa dulu, observasi dan orientasi situasi serta
Pre kondisi masyarakat.
Triggering Kunjungi desa untuk mendapat gambaran waktu dan tempat
(sebelum pemicuan.
pemicuan) Bentuk tim pelatih/ jejaring (yang terbaik).
Persiapan materi pelatihan.
Lakukan penyegaran bersama diantara tim pelatih :
istrument dan teknik.
Jangan terlalu banyak presentasi
Pelatihan : 2 hari kelas dan 2 hari praktek pemicuan.
Tentukan tim untuk tindak lanjut desa yang telah dipicu ;
dan tentukan juga kapan deklarasi ODF.
Pemicuan dalam kelompok :
- Perempuan + laki - laki
- Anak - anak
- Kaya dan miskin
Triggering
- Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtida’iyah kelas 4 dan 5
(pemicuan)
Pergi ke sekolah, libatkan guru dan murid; bersama-sama
di komunitas membuat slogan, nyanyian, yel-yel, dan seterusnya.
dan sekolah
Libatkan :
- Kepala Desa/ Kepala Dusun selama pelatihan
- Bila memungkinkan guru sekolah
- Bidan Desa
Pasca Atur waktu untuk kegiatan tindak lanjut dan kunjungan
Triggering monitoring.
Undang natural leader untuk menyajikan rencana kerja ODF
Tahapan
Apa yang harus dilakukan ?
Pemicuan
mereka.
Undang masyarakat ke lokasi jamban pertama dibangun,
lakukan demonstrasi,
Peta salinan yang besar PAJANG di tempat yang mudah
dijangkau; sediakan media monitoring (dot tempel, spidol, dll.).
Jelaskan bagaimana melakukan monitoring yang baik.
Kaji ulang tanggungjawab semua natural leader (RT, RW)
yang akan mempromosikan kompetisi diantara RT/RW dalam
dusun atau desa.
Lakukan kunjungan rutin dan berikan penghargaan pada
keluarga yang telah berhenti OD
Kenali/ berikan penghargaan pada hasil kerja natural
leaders.
Bawa natural leader ke kabupaten lain sebagai nara sumber.
Pertemuan malam mungkin lebih efektif, dimana banyak
masyarakatnya yang dapat hadir.
Lakukan permainan anak, untuk monitor perilaku OD pada
malam hari.
Identifikasi dan perkenalkan donatur, ajak mereka ke
pertemuan malam untuk diperkenalkan di hardapan masyarakat.
Dorong kebiasaan GOTONG ROYONG.
Ajak dan dorong Kades untuk memberikan reward bagi
dusun yang pertama ODF.
Terus ingatkan janji waktu deklarasi untuk ODF.
Sampaikan bahwa akan banyak tamu dan wartawan yang
akan hadir pada saat deklarasi ODF.
Lakukan evaluasi kerja, libatkan komite gabungan antara
pihak luar dan masyarakat lokasi ODF.
Umumkan, rayakan, dan undang masyarakat dari
sekurangnya 5 desa berdekatan untuk melihat dan belajar.
Buat papan pengumuman di jalan masuk dusun/ desa
sebagai dusun/ desa ODF
Hargai semua natural leader dan manfaatkan mereka
sebagai nara sumber untuk memicu daerah lain.
Tingkatkan dari status ODF ke kegiatan lain terkait sanitasi
seperti pengelolaan sampah, jamban sehat, cuci tangan pakai
sabun.
Mulai kerja untuk mengkaitkan dengan kegiatan pemasaran
sanitasi.
Identifikasi dan hargai ”champions” dari unsur pemerintah.
PANDUAN DAN LANGKAH PEMICUAN DI KOMUNITAS
1. PRA PEMICUAN
Persiapan Tim
- Bentuk beberapa tim fasilitator / pemicu sesuai kebutuhan, berdasarkan
jumlah komunitas / desa dan luas wilayah sasaran, jangka waktu
pemicuan serta jumlah fasilitator yang tersedia.
- Jumlah anggota setiap tim fasilitator dapat bervariasi antara 3 – 5 orang,
terdiri dari orang – orang yang telah mengetahui dan menguasai
pendekatan CLTS (pernah dilatih atau dapat pula melibatkan NL yang
telah berhasil).
- Setiap anggota tim menyiapkan diri untuk pemicuan dengan mempelajari
dan mendalami kembali prinsip – prinsip dasar, pola pikir dan bersikap,
cara penggunaan alat – alat dan elemen – elemen pemicuan sesuai
panduan dan pengalaman (jika pernah) pemicuan. Langkah ini dapat
dilakukan dengan membaca dokumen yang ada dan berlatih
mempraktekkan / simulasi pemicuan bersama anggota tim lainnya.
- Setiap tim menyusun strategi pemicuan berdasarkan panduan,
pengalaman dan kondisi masyarakat sasaran (sanitasi, sosial ekonomi,
budaya, geografi, dll) dan pembagian tugas antar anggota tim, yaitu :
1. Lead facilitator ; fasilitator utama yang menjadi motor utama proses
fasilitasi, biasanya 1 orang.
2. Co facilitator ; membantu fasilitator utama dalam memfasilitasi proses
sesuai dengan kesepakatan awal atau tergantung pada
perkembangan situasi.
3. Content recorder ; perekam proses, bertugas mencatat proses dan
hasil untuk kepentingan dokumentasi / pelaporan program.
4. Process facilitator ; penjaga alur proses fasilitasi, bertugas mengontrol
agar proses sesuai alur dan waktu, dengan cara mengingatkan
fasilitator (dengan kode – kode yang disepakati) bilamana ada hal –
hal yang perlu dikoreksi.
5. Environtment setter ; penata suasana, menjaga suasana ‘serius’
proses fasilitasi. Misalnya dengan mengajak anak – anak bermain
agar tidak mengganggu proses, sekaligus juga bisa mengajak mereka
terlibat dalam kampanye sanitasi, misalnya dengan menyanyi
bersama, meneriakkan slogan, dsb, mengajak berdiskusi di tempat
terpisah jika ada partisipan yang mendominasi atau mengganggu
proses, dsb.
Observasi Awal / Persiapan Lapangan
- Observasi awal diperlukan untuk mengetahui tentang kondisi kebiasaan
sanitasi, sosbud, dan kepercayaan dari lokasi sasaran sehingga dapat
menyusun strategi pemicuan yang tepat.
- Observasi awal dapat pula dimanfaatkan untuk berkomunikasi dengan
para pemimpin lokal untuk penyampaian info rencana pemicuan dan
prinsip – prinsip pendekatan yang digunakan sehingga dapat memperoleh
sasaran pemicuan yang kondusif dan menunjang keberhasilan.
- Tim pemicu yang akan bertugas melakukan kunjungan ke lokasi desa /
dusun yang akan menjadi sasaran pemicuan. Jika diperlukan, tim perlu
mempersiapkan surat –surat resmi (surat tugas, surat pemberitahuan
dari instansi terkait). Yang perlu dilakukan dalam kunjungan awal
adalah :
a. Bertemu dan menjalin komunikasi dengan Kades dan tokoh setempat
berkenaan dengan rencana pemicuan, termasuk prinsip – prinsip
pendekatan ini yaitu tidak adanya subsidi dari luar.
b. Menentukan jadwal, rencana lokasi dan masyarakat sasaran (bagian
wilayah desa) untuk pemicuan.
▫ Jadwal hendaknya menyesuaikan dengan waktu luang masyarakat
sehingga memungkinkan banyaknya masyarakat yang dapat
berpartisipasi.
▫Kelompok masyarakat yang akan dijadikan sasaran hendaknya yang
dianggap paling buruk dalam berperilaku sanitasinya antara lain
ditandai dengan masih banyaknya masyarakat yang BAB
sembarangan.
▫Untuk lokasi pertemuan, dicari tempat yang cukup luas dan nyaman
(misalnya di halaman luas dan banyak pepohonan rindang / di aula
balai desa, sehingga selain dapat menampung banyak orang juga
membuat orang betah dalam mengikuti proses).
c. Observasi tentang kebiasaan BAB warga dan orientasi situasi dan
kondisi sosek masyarakat, geografi, lingkungan, dan berbagai potensi
alam yang ada di daerah tersebut. Hal ini penting untuk tim agar
dapat menyusun strategi pemicuan yang tepat dan mendapatkan
hasil optimal (misalnya untuk menentukan tools mana saja yang akan
digunakan dan elemen pemicuan mana yang dianggap paling cocok).
d. Bersama Kades dan tokoh setempat melakukan identifikasi kriteria
warga yang dianggap miskin, sedang, kaya. Kriteria ini nantinya akan
digunakan dalam menandai rumah warga (sesuai kriteria klasifikasi
kesejahteraan di atas) di dalam peta akses sanitasi.
e. Jika di lokasi sasaran terdapat sekolah, maka lakukan kunjungan
observasi ke sekolah tersebut untuk melihat akses jamban yang ada.
Jika memungkinkan meminta guru dan murid untuk ikut dalam proses
pemicuan bersama masyarakat atau menentukan jadwal khusus
untuk mengadakan pertemuan dengan murid dan guru pasca
pemicuan di masyarakat.
2. PEMICUAN
1. Perkenalan
Sebelum kegiatan dimulai lakukan perkenalan dengan komunitas yang
akan dipicu. Setiap orang dari masyarakat dan fasilitator harus
memperkenalkan diri secara langsung, bisa dengan satu permainan yang
mendorong lahirnya semangat. Pada saat perkenalan dengan komunitas
cukup sebut nama dan asal atau alamat serta jangan menyebutkan
instansi atau lembaga dan jabatan.
Ini dimaksudkan untuk menghindari kesenjangan, kecanggungan dan
mempererat komunikasi antara fasilitator dengan komunitas atau
masyarakat.
Masih banyak lagi permainan untuk pencairan suasana lainnya yang bias
dikembangkan tim fasilitator.
Gunakan terus istilah setempat tersebut setiap kali menyebut BAB dan
TINJA, ini dapat memunculkan rasa JIJIK, MALU di komunitas sehingga
diharapkan segera ada yang terpicu.
5. Transect Walk
Selama transeck walk, fasilitator juga bisa melakukan pemicuan -
pemicuan.
Ajaklah semua masyarakat yang hadir pada pertemuan itu untuk melihat
secara langsung tempat-tempat yang paling jorok atau sering digunakan
BAB atau terdapat tinja paling banyak berdasarkan peta yang telah
dibuat.
Jika masyarakat banyak yang BAB di kali, mandi di kali, gosok gigi di kali
dan sebagainya mintalah kepada mereka untuk mengambil air kali
tersebut dengan ember bersih. Kemudian minta kepada salah satu
diantara mereka yang biasa beraktifitas di kali tersebut untuk cuci muka
dan kumur-kumur. Apakah mereka mau melakukan? jika mau maka
ambilkan sedikit tinja dan masukkan ke dalam ember. Kemudian
mintalah sekali lagi kepada orang itu untuk melakukan hal yang sama,
apakah masih mau?. Jika tidak mau, lakukan analisis bersama mereka
dengan beberapa pertanyaan ”mengapa tidak mau? Apakah keadaan ini
akan dibiarkan terus terjadi? Apakah mereka ingin berubah?. Kalau ya,
siapa yang akan berubah terlebih dahulu? dst.(ini juga merupakan
simulasi air atau demo air). Jika sudah muncul nama (pioneer), pastikan
kapan mereka akan mulai. Catat dengan baik, tulis namanya, berikan
tepuk tangan. Tanyakan lagi “Siapa yang menyusul ?“. dst.
Selain melihat tempat yang paling kotor usahakan juga untuk melihat
jamban yang paling sederhana sampai yang bagus yang ada
dilingkungan tersebut. Ini bertujuan agar dalam benak masyarakat
terbangun pemahaman bahwa jamban tidak harus mahal.
Jika masih ada lokasi BAB yang masyarakat ingin tunjukkan, fasilitator
harus menerima tawaran tersebut.
7. Simulasi atau Demo Air Minum dan atau Makanan/Kue (Proses ini
juga bisa dilakukan sembil transect).
Ambil air mineral gelas atau kue (yang biasa dimakan oleh warga
setempat dan banyak ada di tempat). Minta salah satu anggota
masyarakat yang hadir untuk meminum atau makan kue tetapi tidak
boleh dihabiskan dan biarkan tetap dipegang oleh orang tersebut. Ambil
sehelai rambut dan tanyakan kepada masyarakat “apa benar kira - kira
kaki lalat sebesar itu ?”. Sambil memegang rambut tadi katakan bahwa
”lalat suka hinggap di kotoran”. Tempelkan rambut tadi ke tinja yang
telah diambil menggunakan kayu pada saat transect atau tempelkan ke
sepatu fasilitator dengan mengatakan bahwa ”pada waktu transect telah
menginjak tinja”. Celupkan ke air minum atau kue tadi dan tunjukkan
kepada mereka ”apakah air atau kue tadi berubah warna atau apakah
ada tinja yang terlihat disana ?”. Kemudian mintalah kepada orang tadi
untuk meminum atau makan kue tadi, apakah masih mau minum atau
makan ? Kalau tidak mengapa ?.
Beri ilustrasi bahwa selama ini secara tidak langsung diantara mereka
saling makan tinja. Lakukan analisis dengan mengajukan beberapa
pertanyaan kepada mereka “apakah kondisi ini masih ingin dibiarkan atau
dipertahankan ?”. “Apakah masyarakat ingin berubah ?” Jika ya siapa
yang pertama ingin berubah tolong angkat tangan !
Jika muncul satu orang yang ingin berubah dengan mengangkat tangan,
beri selamat dan tarik ke tengah - tengah tempat diskusi dan beri tepuk
tangan.
Tanyakan siapa lagi yang ingin berubah dan seterusnya. Tanyakan kapan
mereka berubah. Pastikan untuk mendapatkan “berapa hari atau minggu
sehingga muncul tanggal mereka berubah”. Maka orang-orang ini yang
diharapkan menjadi Natural Leader yang membawa dampak perubahan
perilaku di lingkungannya dan menjadi pioneer.
Jika ada tokoh masyarakat atau tokoh agama yang terlibat dalam proses
ini minta mereka berpendapat, saran atau masukkan untuk masyarakat
lingkungannya.
1.
2.
10.Penutup
Sampaikan terima kasih atas waktu yang diberikan oleh masyarakat dan
permohonan maaf jika selama proses banyak hal - hal yang tidak
berkenan.
Sampaikan bahwa hasil proses ini akan disampaikan ke desa atau daerah
lain sebagai pembelajaran. Warga yang sudah siap untuk berubah akan
diundang sewaktu - waktu untuk membagikan pengalamannya kepada
warga lain dan bahkan kabupaten lain.
PENTING !!!!!
CATATAN :
Alur dan tahapan kegiatan pemicuan tidak harus selalu seperti di atas.
Tetapi kondisional sekali dan bergantung kebutuhan lapangan serta dituntut
kreatifitas fasilitator.
3. PASCA PEMICUAN