Anda di halaman 1dari 14

RANGKUMAN TAHAPAN PEMICUAN

Pemicuan adalah satu rangkaian proses sejak persiapan (Pre Pemicuan), Proses
Pemicuan sendiri di komunitas hingga Pasca pemicuan. Ketiga tahap tersebut tidak
bisa berdiri sendiri.
Tahapan
Apa yang harus dilakukan ?
Pemicuan
 Pilih lokasi yang mudah
 Jalin komunikasi dengan Kepala Desa/ Kadus dan Leaders
lainnya.
 Pilih tanggal pemicuan
 Bantu pemerintah local, menseleksi sekurangnya 10
partisipan dari pemerintah, LSM, Ormas (secara hati-hati).
 Kunjungi desa dulu, observasi dan orientasi situasi serta
Pre kondisi masyarakat.
Triggering  Kunjungi desa untuk mendapat gambaran waktu dan tempat
(sebelum pemicuan.
pemicuan)  Bentuk tim pelatih/ jejaring (yang terbaik).
 Persiapan materi pelatihan.
 Lakukan penyegaran bersama diantara tim pelatih :
istrument dan teknik.
 Jangan terlalu banyak presentasi
 Pelatihan : 2 hari kelas dan 2 hari praktek pemicuan.
 Tentukan tim untuk tindak lanjut desa yang telah dipicu ;
dan tentukan juga kapan deklarasi ODF.
 Pemicuan dalam kelompok :
- Perempuan + laki - laki
- Anak - anak
- Kaya dan miskin
Triggering
- Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtida’iyah kelas 4 dan 5
(pemicuan)
 Pergi ke sekolah, libatkan guru dan murid; bersama-sama
di komunitas membuat slogan, nyanyian, yel-yel, dan seterusnya.
dan sekolah
 Libatkan :
- Kepala Desa/ Kepala Dusun selama pelatihan
- Bila memungkinkan guru sekolah
- Bidan Desa
Pasca  Atur waktu untuk kegiatan tindak lanjut dan kunjungan
Triggering monitoring.
 Undang natural leader untuk menyajikan rencana kerja ODF
Tahapan
Apa yang harus dilakukan ?
Pemicuan
mereka.
 Undang masyarakat ke lokasi jamban pertama dibangun,
lakukan demonstrasi,
 Peta salinan yang besar PAJANG di tempat yang mudah
dijangkau; sediakan media monitoring (dot tempel, spidol, dll.).
Jelaskan bagaimana melakukan monitoring yang baik.
 Kaji ulang tanggungjawab semua natural leader (RT, RW)
yang akan mempromosikan kompetisi diantara RT/RW dalam
dusun atau desa.
 Lakukan kunjungan rutin dan berikan penghargaan pada
keluarga yang telah berhenti OD
 Kenali/ berikan penghargaan pada hasil kerja natural
leaders.
 Bawa natural leader ke kabupaten lain sebagai nara sumber.
 Pertemuan malam mungkin lebih efektif, dimana banyak
masyarakatnya yang dapat hadir.
 Lakukan permainan anak, untuk monitor perilaku OD pada
malam hari.
 Identifikasi dan perkenalkan donatur, ajak mereka ke
pertemuan malam untuk diperkenalkan di hardapan masyarakat.
 Dorong kebiasaan GOTONG ROYONG.
 Ajak dan dorong Kades untuk memberikan reward bagi
dusun yang pertama ODF.
 Terus ingatkan janji waktu deklarasi untuk ODF.
 Sampaikan bahwa akan banyak tamu dan wartawan yang
akan hadir pada saat deklarasi ODF.
 Lakukan evaluasi kerja, libatkan komite gabungan antara
pihak luar dan masyarakat lokasi ODF.
 Umumkan, rayakan, dan undang masyarakat dari
sekurangnya 5 desa berdekatan untuk melihat dan belajar.
 Buat papan pengumuman di jalan masuk dusun/ desa
sebagai dusun/ desa ODF
 Hargai semua natural leader dan manfaatkan mereka
sebagai nara sumber untuk memicu daerah lain.
 Tingkatkan dari status ODF ke kegiatan lain terkait sanitasi
seperti pengelolaan sampah, jamban sehat, cuci tangan pakai
sabun.
 Mulai kerja untuk mengkaitkan dengan kegiatan pemasaran
sanitasi.
 Identifikasi dan hargai ”champions” dari unsur pemerintah.
PANDUAN DAN LANGKAH PEMICUAN DI KOMUNITAS

1. PRA PEMICUAN

Persiapan Tim
- Bentuk beberapa tim fasilitator / pemicu sesuai kebutuhan, berdasarkan
jumlah komunitas / desa dan luas wilayah sasaran, jangka waktu
pemicuan serta jumlah fasilitator yang tersedia.
- Jumlah anggota setiap tim fasilitator dapat bervariasi antara 3 – 5 orang,
terdiri dari orang – orang yang telah mengetahui dan menguasai
pendekatan CLTS (pernah dilatih atau dapat pula melibatkan NL yang
telah berhasil).
- Setiap anggota tim menyiapkan diri untuk pemicuan dengan mempelajari
dan mendalami kembali prinsip – prinsip dasar, pola pikir dan bersikap,
cara penggunaan alat – alat dan elemen – elemen pemicuan sesuai
panduan dan pengalaman (jika pernah) pemicuan. Langkah ini dapat
dilakukan dengan membaca dokumen yang ada dan berlatih
mempraktekkan / simulasi pemicuan bersama anggota tim lainnya.
- Setiap tim menyusun strategi pemicuan berdasarkan panduan,
pengalaman dan kondisi masyarakat sasaran (sanitasi, sosial ekonomi,
budaya, geografi, dll) dan pembagian tugas antar anggota tim, yaitu :
1. Lead facilitator ; fasilitator utama yang menjadi motor utama proses
fasilitasi, biasanya 1 orang.
2. Co facilitator ; membantu fasilitator utama dalam memfasilitasi proses
sesuai dengan kesepakatan awal atau tergantung pada
perkembangan situasi.
3. Content recorder ; perekam proses, bertugas mencatat proses dan
hasil untuk kepentingan dokumentasi / pelaporan program.
4. Process facilitator ; penjaga alur proses fasilitasi, bertugas mengontrol
agar proses sesuai alur dan waktu, dengan cara mengingatkan
fasilitator (dengan kode – kode yang disepakati) bilamana ada hal –
hal yang perlu dikoreksi.
5. Environtment setter ; penata suasana, menjaga suasana ‘serius’
proses fasilitasi. Misalnya dengan mengajak anak – anak bermain
agar tidak mengganggu proses, sekaligus juga bisa mengajak mereka
terlibat dalam kampanye sanitasi, misalnya dengan menyanyi
bersama, meneriakkan slogan, dsb, mengajak berdiskusi di tempat
terpisah jika ada partisipan yang mendominasi atau mengganggu
proses, dsb.
Observasi Awal / Persiapan Lapangan
- Observasi awal diperlukan untuk mengetahui tentang kondisi kebiasaan
sanitasi, sosbud, dan kepercayaan dari lokasi sasaran sehingga dapat
menyusun strategi pemicuan yang tepat.
- Observasi awal dapat pula dimanfaatkan untuk berkomunikasi dengan
para pemimpin lokal untuk penyampaian info rencana pemicuan dan
prinsip – prinsip pendekatan yang digunakan sehingga dapat memperoleh
sasaran pemicuan yang kondusif dan menunjang keberhasilan.
- Tim pemicu yang akan bertugas melakukan kunjungan ke lokasi desa /
dusun yang akan menjadi sasaran pemicuan. Jika diperlukan, tim perlu
mempersiapkan surat –surat resmi (surat tugas, surat pemberitahuan
dari instansi terkait). Yang perlu dilakukan dalam kunjungan awal
adalah :
a. Bertemu dan menjalin komunikasi dengan Kades dan tokoh setempat
berkenaan dengan rencana pemicuan, termasuk prinsip – prinsip
pendekatan ini yaitu tidak adanya subsidi dari luar.
b. Menentukan jadwal, rencana lokasi dan masyarakat sasaran (bagian
wilayah desa) untuk pemicuan.
▫ Jadwal hendaknya menyesuaikan dengan waktu luang masyarakat
sehingga memungkinkan banyaknya masyarakat yang dapat
berpartisipasi.
▫Kelompok masyarakat yang akan dijadikan sasaran hendaknya yang
dianggap paling buruk dalam berperilaku sanitasinya antara lain
ditandai dengan masih banyaknya masyarakat yang BAB
sembarangan.
▫Untuk lokasi pertemuan, dicari tempat yang cukup luas dan nyaman
(misalnya di halaman luas dan banyak pepohonan rindang / di aula
balai desa, sehingga selain dapat menampung banyak orang juga
membuat orang betah dalam mengikuti proses).
c. Observasi tentang kebiasaan BAB warga dan orientasi situasi dan
kondisi sosek masyarakat, geografi, lingkungan, dan berbagai potensi
alam yang ada di daerah tersebut. Hal ini penting untuk tim agar
dapat menyusun strategi pemicuan yang tepat dan mendapatkan
hasil optimal (misalnya untuk menentukan tools mana saja yang akan
digunakan dan elemen pemicuan mana yang dianggap paling cocok).
d. Bersama Kades dan tokoh setempat melakukan identifikasi kriteria
warga yang dianggap miskin, sedang, kaya. Kriteria ini nantinya akan
digunakan dalam menandai rumah warga (sesuai kriteria klasifikasi
kesejahteraan di atas) di dalam peta akses sanitasi.
e. Jika di lokasi sasaran terdapat sekolah, maka lakukan kunjungan
observasi ke sekolah tersebut untuk melihat akses jamban yang ada.
Jika memungkinkan meminta guru dan murid untuk ikut dalam proses
pemicuan bersama masyarakat atau menentukan jadwal khusus
untuk mengadakan pertemuan dengan murid dan guru pasca
pemicuan di masyarakat.

2. PEMICUAN

1. Perkenalan
 Sebelum kegiatan dimulai lakukan perkenalan dengan komunitas yang
akan dipicu. Setiap orang dari masyarakat dan fasilitator harus
memperkenalkan diri secara langsung, bisa dengan satu permainan yang
mendorong lahirnya semangat. Pada saat perkenalan dengan komunitas
cukup sebut nama dan asal atau alamat serta jangan menyebutkan
instansi atau lembaga dan jabatan.
 Ini dimaksudkan untuk menghindari kesenjangan, kecanggungan dan
mempererat komunikasi antara fasilitator dengan komunitas atau
masyarakat.

2. Penjelasan Maksud dan Tujuan


 Sampaikan bahwa Fasilitator bermaksud ingin belajar tentang kesehatan
lingkungan dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dari masyarakat.
Katakan juga “jangan salah paham, bahwa tidak ada BANTUAN atau
SUBSIDI untuk kegiatan ini”. Tanyakan apakah mereka bersedia
mengikuti proses ini sampai selesai dengan waktu kurang lebih 2 jam?,
jika mereka tidak bersedia hentikan proses.
 Fasilitator dapat membangun pola pikir dan membuka mata serta
memberikan pemahaman (tanpa harus menggurui atau melakukan
penyuluhan) kepada masyarakat. Jangan menyalahkan bahwa kondisi
lingkungan dan perilaku masyarakat yang terjadi selama ini tidak sehat.
Berikan semangat bahwa ini nyata dan ini adalah masalah bersama.
Biarkan masyarakat menyampaikan dampak-dampak dari perilaku tidak
sehat yang muncul seperti satu anggota masyarakat berperilaku tidak
sehat maka dampaknya akan ditanggung pelaku sendiri dan masyarakat
di sekitarnya.
3. Pencairan suasana atau Ice Breaking
 Perlu dilakukan jika masyarakat yang akan dipicu terlihat kurang
membaur atau kurang akrab. Ada beberapa cara pencairan suasana yang
bisa dilakukan tergantung kreatifitas fasilitator. Upaya ini harus tetap
menggunakan pendekatan partisipatory tidak sekedar berperan serta.

 Contoh : a. Lakukan bersama-sama masyarakat, tangan kanan


direntangkan lurus ke depan dengan telunjuk mengarah ke bawah
kemudian putar searah jarum jam, kemudian kaki kanan diangkat dan
diputar berlawanan arah jarum jam, jika masing-masing kegiatan
tersebut bisa dilakukan maka sekarang lakukan secara bersama-sama.
Contoh b. Mintalah masyarakat bermain dengan berhitung TUJUH BOOM
yaitu pada saat kena giliran menghitung ada angka tujuh dan
kelipatannya, ucapannya angka diganti dengan cukup menyebut BOOM.
Begitu seterusnya, setiap ada yang gagal, kembali dimulai dari angka
satu.

 Masih banyak lagi permainan untuk pencairan suasana lainnya yang bias
dikembangkan tim fasilitator.

4. Pemetaan Situasi Wilayah Sasaran


 Pemetaan sebaiknya dilakukan pada tempat yang cukup luas (halaman
depan rumah atau di pekarangan) yang teduh. Ini bertujuan agar
partisipasi masyarakat lebih maksimal terutama perempuan serta
memberi peluang bagi anggota masyarakat yang lain menjadi tertarik
untuk terlibat.

 Buatlah peta sebesar-besarnya untuk menggambarkan letak rumah -


rumah setiap penduduk (gunakan material setempat bisa batu atau
daun tanpa memandang kaya atau miskin). Atur jarak antar rumah
dalam peta sehingga memungkinkan orang berdiri di rumah tersebut
dalam peta. Tempatkan dimana jalan desa/dusun (tandai dengan garis
menggunakan kayu atau bubuk warna atau tepung), gang, sungai
(tandai dengan abu) dan fasilitas umum serta hal lain yang terkait
dengan sanitasi dan lingkungannya jika memang diperlukan.

 Mintalah masyarakat untuk menempati rumah masing-masing dengan


berdiri pada letak rumah yang telah dibuat pada peta.

 Temukan istilah setempat tentang Buang Air Besar dan TINJA (


BAB istilah orang Jawa NGISING, istilah orang Madura KEPADENG
atau ATAEH kemudian TINJA istilah Orang Jawa TAEK, istilah orang
Madura TAEH).

 Gunakan terus istilah setempat tersebut setiap kali menyebut BAB dan
TINJA, ini dapat memunculkan rasa JIJIK, MALU di komunitas sehingga
diharapkan segera ada yang terpicu.

 Tanyakan kepada mereka “siapa diantara mereka yang sudah


memiliki jamban dan menggunakannya”. Minta mereka angkat
tangan, beri tepuk tangan serta tandai rumah-rumah yang sudah punya
jamban dengan material local yang disepakati untuk membedakan
dengan yang tidak punya jamban .

 Tanyakan juga “siapa diantara mereka yang belum punya jamban”,


tanyakan “kemana mereka BAB”. Mintalah mereka menunjukkan di dalam
peta dimana letaknya serta tandai dengan menggunakan bekatul atau
sekam atau yang lain yang menggambarkan kotoran. Setiap orang harus
diminta menempatkan bekatul atau sekam tersebut sesuai tempat
mereka BAB selama ini. Jika setiap hari BAB 2 kali, maka minta
menempatkan dua kali sekam/bekatul. Proses tersebut sampai bisa
menunjukkan betapa kotornya lingkungan mereka karena tinja
berada dimana-mana begitu banyak dan menumpuk .
 Pada saat ini fasilitator sudah bisa melakukan pemicuan dengan berbagai
rasa (rasa malu, rasa jijik, rasa takut sakit, rasa takut bersalah, privacy).

 Analisa produksi jumlah TINJA di lingkungan mereka. Tanyakan dan


buat kesepakatan dengan mereka berapa ONS atau KG rata-rata
perorang untuk sekali BAB dan berapa kali rata-rata dalam sehari
mereka BAB kalikan dengan jumlah orang yang masih BAB di
sembarang tempat, berapa KG per hari? Berapa KUINTAL perminggu ?
berapa TON perbulan ? jika diangkut truk ada berapa truk ? jika
dikumpulkan jadi satu tumpuk, setinggi apa atau sebesar bukit apa ? dan
seterusnya.

 Mintalah kepada mereka untuk menghitung produksi tinja di


masing -masing keluarga, kemudian tanyakan keluarga siapa yang
paling banyak menyumbang tinja, beri tepuk tangan dan tanyakan
kepada mereka keluarga siapa yang produksinya paling sedikit, mintalah
kepada keluarga itu untuk memproduksi lebih banyak lagi. Tulis besar -
besar hasil analisa ini di kertas plano agar bisa dibaca oleh masyarakat
sasaran.
 Tanyakan kepada mereka “ke mana perginya semua tinja selama ini ?”
”Bagaimana jika musim hujan ?” “Ke mana mengalirnya?”

5. Transect Walk
 Selama transeck walk, fasilitator juga bisa melakukan pemicuan -
pemicuan.

 Ajaklah semua masyarakat yang hadir pada pertemuan itu untuk melihat
secara langsung tempat-tempat yang paling jorok atau sering digunakan
BAB atau terdapat tinja paling banyak berdasarkan peta yang telah
dibuat.

 Kalau ada anggota masyarakat yang menutup hidung sesampainya di


tempat itu, mintalah kepada mereka untuk membuka hidung dan
menikmati aroma yang ditebarkan oleh tinja. Usahakan untuk
menemukan tinja. Bila sudah menemukan tinja ambilah sedikit
tinja dengan menggunakan kayu dan usahakan masyarakat
mengetahui itu. Jika menemukan lalat hinggap di tinja
fasilitator harus menunjukkan pada masyarakat, ini penting bagi
fasilitator sebagai bahan untuk simulasi air.

 Di tempat tersebut, ajaklah masyarakat berdiskusi tentang keadaan ini


sebagai media pemicuan lanjutan.

 Bagaimana BAB jika malam hari, bagaimana jika hujan, bagaimana


dengan perempuan, bagaimana dengan gadis dan sebagainya.

 Jika masyarakat banyak yang BAB di kali, mandi di kali, gosok gigi di kali
dan sebagainya mintalah kepada mereka untuk mengambil air kali
tersebut dengan ember bersih. Kemudian minta kepada salah satu
diantara mereka yang biasa beraktifitas di kali tersebut untuk cuci muka
dan kumur-kumur. Apakah mereka mau melakukan? jika mau maka
ambilkan sedikit tinja dan masukkan ke dalam ember. Kemudian
mintalah sekali lagi kepada orang itu untuk melakukan hal yang sama,
apakah masih mau?. Jika tidak mau, lakukan analisis bersama mereka
dengan beberapa pertanyaan ”mengapa tidak mau? Apakah keadaan ini
akan dibiarkan terus terjadi? Apakah mereka ingin berubah?. Kalau ya,
siapa yang akan berubah terlebih dahulu? dst.(ini juga merupakan
simulasi air atau demo air). Jika sudah muncul nama (pioneer), pastikan
kapan mereka akan mulai. Catat dengan baik, tulis namanya, berikan
tepuk tangan. Tanyakan lagi “Siapa yang menyusul ?“. dst.

 Selain melihat tempat yang paling kotor usahakan juga untuk melihat
jamban yang paling sederhana sampai yang bagus yang ada
dilingkungan tersebut. Ini bertujuan agar dalam benak masyarakat
terbangun pemahaman bahwa jamban tidak harus mahal.

 Jika masih ada lokasi BAB yang masyarakat ingin tunjukkan, fasilitator
harus menerima tawaran tersebut.

 Kemudian masyarakat diajak kembali ke tempat semula atau peta atau


langsung ke proses berikutnya jika ditempat tersebut memungkinkan.

6. Alur Kontaminasi atau Contamination Route


 Beri mereka 1 set gambar - gambar lengkap atau cukup gambar mulut
dan tinja gambar yang lain digambar masyarakat atau dalam bentuk
tulisan.

 Tanyakan kepada mereka “bagaimana tinja bisa masuk ke mulut manusia


?” Biarkan masyarakat berdiskusi sesuai pemahaman mereka.

 Mintalah kepada salah satu diantara mereka untuk membacakan hasil


diskusinya. Tanyakan “mengapa bisa terjadi ?”, “apa dampak yang
ditimbulkan jika ini terjadi ?”, “apakah kejadian ini masih dialami sampai
sekarang ?”, “bisakah ditanggulangi?”, “dengan cara apa dan bagaimana
menanggulanginya ?”, “apakah yang sudah BAB di jamban dan memiliki
jamban sudah aman dengan kejadian ini ?” dan seterusnya.

 Jika muncul dampak beberapa penyakit seperti diare dan kematian.


Lakukan analisis dengan menanyakan “ke mana mereka berobat ?”,
“berapa biaya berobat termasuk biaya transportasi dan lain – lain ?”,
bagaimana mampu mengatur keuangan untuk berobat tersebut ?”.

7. Simulasi atau Demo Air Minum dan atau Makanan/Kue (Proses ini
juga bisa dilakukan sembil transect).

 Tanyakan kepada masyarakat “apakah memahami tentang lalat ?”


“Berapa jumlah kakinya ?” (enam???). “Sebesar apa kira - kira kaki
lalat ?” (rambut). “Ke mana lalat suka pergi atau hinggap ?” (kotoran dan
makanan). Beri pengertian atau informasi kepada mereka bahwa lalat
dalam sehari mampu terbang sejauh 500 meter, kakinya seperti rambut
dan bercabang - cabang..

 Ambil air mineral gelas atau kue (yang biasa dimakan oleh warga
setempat dan banyak ada di tempat). Minta salah satu anggota
masyarakat yang hadir untuk meminum atau makan kue tetapi tidak
boleh dihabiskan dan biarkan tetap dipegang oleh orang tersebut. Ambil
sehelai rambut dan tanyakan kepada masyarakat “apa benar kira - kira
kaki lalat sebesar itu ?”. Sambil memegang rambut tadi katakan bahwa
”lalat suka hinggap di kotoran”. Tempelkan rambut tadi ke tinja yang
telah diambil menggunakan kayu pada saat transect atau tempelkan ke
sepatu fasilitator dengan mengatakan bahwa ”pada waktu transect telah
menginjak tinja”. Celupkan ke air minum atau kue tadi dan tunjukkan
kepada mereka ”apakah air atau kue tadi berubah warna atau apakah
ada tinja yang terlihat disana ?”. Kemudian mintalah kepada orang tadi
untuk meminum atau makan kue tadi, apakah masih mau minum atau
makan ? Kalau tidak mengapa ?.

 Beri ilustrasi bahwa selama ini secara tidak langsung diantara mereka
saling makan tinja. Lakukan analisis dengan mengajukan beberapa
pertanyaan kepada mereka “apakah kondisi ini masih ingin dibiarkan atau
dipertahankan ?”. “Apakah masyarakat ingin berubah ?” Jika ya siapa
yang pertama ingin berubah tolong angkat tangan !

 Jika muncul satu orang yang ingin berubah dengan mengangkat tangan,
beri selamat dan tarik ke tengah - tengah tempat diskusi dan beri tepuk
tangan.

 Tanyakan siapa lagi yang ingin berubah dan seterusnya. Tanyakan kapan
mereka berubah. Pastikan untuk mendapatkan “berapa hari atau minggu
sehingga muncul tanggal mereka berubah”. Maka orang-orang ini yang
diharapkan menjadi Natural Leader yang membawa dampak perubahan
perilaku di lingkungannya dan menjadi pioneer.

 Buat komitmen diantara mereka “kapan mereka semua dalam satu


komunitas, akan BAB di jamban dan atau memiliki jamban yang paling
mampu mereka bangun ?”.

 Jika ada tokoh masyarakat atau tokoh agama yang terlibat dalam proses
ini minta mereka berpendapat, saran atau masukkan untuk masyarakat
lingkungannya.

8. Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok)


 Biarkan diantara yang terpicu dengan pimpinan diantara mereka,
melakukan diskusi terfokus untuk mulai membuat rancangan operasional
waktu dan tindak lanjut rinci. Jangan campuri diskusi mereka, kita harus
yakin bahwa mereka bisa dan akan mampu menyusun rencana mereka.

 Masyarakat akan melihat kondisi yang ada dan menganalisanya sehingga


dengan sendirinya masyarakat dapat merumuskan apa yang sebaiknya
dilakukan atau tidak dilakukan.
9. Pelaporan dan Monitoring
 Mintalah kepada natural leader yang muncul untuk menyalin peta yang
telah dibuat di halaman atau pekarangan ke kertas plano dilengkapi
dengan data masyarakat yang akan berubah. Peta tersebut nantinya
dijadikan sebagai alat untuk memantau perkembangan yang terjadi di
lingkungan tersebut.

 Siapkan natural leader untuk membuat laporan kepada warga lainnya.


Laporan tersebut juga diharapkan menjadi motivasi bagi yang lain.
Laporan yang dibuat natural leader juga diharapkan akan dipresentasikan
kepada komunitas, desa dan bahkan kabupaten lain.

 Pembuatan rencana tindak lanjut / rencana kerja untuk mencapai stop


BABS

No Langkah- Sasarannya Siapa Kapan


langkah yang siapa Penanggung dilaksanakan
akan dilakukan jawab/
koordinator

1.

2.

Catatan : langkah- langkah yang akan dilakukan oleh masyarakat dan

komite yang dimaksud adalah upaya apasaja untuk mencapai

stop BABS secara totalitas di wilayahnya.

10.Penutup
 Sampaikan terima kasih atas waktu yang diberikan oleh masyarakat dan
permohonan maaf jika selama proses banyak hal - hal yang tidak
berkenan.

 Sampaikan bahwa hasil proses ini akan disampaikan ke desa atau daerah
lain sebagai pembelajaran. Warga yang sudah siap untuk berubah akan
diundang sewaktu - waktu untuk membagikan pengalamannya kepada
warga lain dan bahkan kabupaten lain.

PENTING !!!!!

 Jangan pernah tinggalkan atau mengabaikan mereka yang sudah


berkomitmen untuk berubah. Lakukan kunjungan secara rutin atau berkala,
akan lebih mengena jika dikunjungi sesuai dengan janji mereka berubah
pada saat membuat jamban.

 Kunjungan ini juga merupakan bentuk-bentuk lain dari penghargaan, apalagi


jika yang melakukan kunjungan adalah pejabat.

 Pendampingan secara terus menerus perlu dilakukan sampai terjadinya ODF


(Open Defecation Free / bebas dari BAB di sembarang tempat)

CATATAN :

 Alur dan tahapan kegiatan pemicuan tidak harus selalu seperti di atas.
Tetapi kondisional sekali dan bergantung kebutuhan lapangan serta dituntut
kreatifitas fasilitator.

 Pastikan bahwa masyarakat yang terpicu memahami betul tentang


kondisi lingkungan dan perilaku mereka tidak sehat.

 Ketika mereka (masyarakat sasaran) terlibat dalam proses, buat mereka


terperangah setelah mengetahui kondisi lingkungannya.

3. PASCA PEMICUAN

● Tim fasilitator menyusun jadwal kunjungan sesuai rencana tim /


berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat dengan komunitas seperti
pada saat kapan masyarakat mulai membuat jamban. Kunjungan ini dapat
dilakukan satu minggu setelah pemicuan dan penting untuk dilaksanakan
untuk membuktikan komitmen masyarakat dengan fasilitator sesuai
kesepakatan sebelumnya.

● Jika pada kunjunga pra pemicuan belum dilakukan identifikasi kriteria


klasifikasi kesejahteraan penduduk, maka pada kunjungan pasca pemicuan
ini bersama komite / NL dan sebagian masyarakat perlu untuk
mengklasifikasikan kesejahteraan warga dan menandai di dalam peta
akses jamban, mana saja rumah penduduk (dengan warna / tanda
berbeda) yang dianggap mampu / kaya, sedang, dan tidak mampu /
miskin sesuai kriteria dan indikator setempat.

● Melibatkan komite / NL melakukan kunjungan (tansect walk) ke beberapa


(5 – 6 lokasi) jamban penduduk, dengan menggunakan format cheklist
jamban, beri skor pada beberapa fasilitas jamban yang sehat dan tidak
sehat sambil menunjukkan kepada anggota komite / para NL tentang :
- Alat dan metode skoring.
- Apa yang menyebabkan rendah atau tingginya skor.
- Pentingnya memiliki dan menggunakan sarana cuci tangan dengan
sabun di dekat jamban.
Kegiatan monitoring ini selanjutnya dilakukan sendiri oleh komite / NL
secara berkala (sesuai kebutuhan mereka terkait upaya mempercepat ODF
atau sanitasi total).

● Jika terdapat sekolah di lingkungan mereka, dilakukan pula pengamatan


dan pemberian skor pada penggunaan sarana sanitasi sekolah
menggunakan format cheklist jamban, sebagai bagian dari transect walk di
atas. Hasilnya diskusi antara penanggung jawab sekolah (Kepsek / guru)
dengan komite tentang perlunya jamban sekolah dan sarana cuci tangan
benar – benar difungsikan untuk mencapai masyarakat ODF. Untuk
kunjungan selanjutnya dapat ditentukan jadwal untuk melaksanakan
kegiatan Hygiene Sekolah (lihat Fasilitasi Hygienen Sekolah)

● Dari hasil kunjungan evaluasi komite / NL memperbarui (up date) tanda


pada peta akses jamban mana saja :
1. Rumah tangga yang sudah berubah perilaku BABnya (BAB di jamban)
dan mana yang belum (masih BAB sembarangan).
2. Pastikan bahwa peta juga menampung semua informasi jenis jamban
(jamban sehat & jamban tidak sehat).
3. Mana rumah yang telah memiliki sarana cuci tangan dengan sabun.
4. Beri tanda akses jamban dan sarana cuci tangan di bangunan sekolah
● Evaluasi terhadap pelaksanaan atas rencana kegiatan yang disusun oleh
masyarakat (komite / NL ), bagaimana proses pelaksanaan rencana
tersebut dan apa peran komite / NL. Evaluasi dilakukan bersama – sama
dengan melibatkan komite gabungan antar komunitas yang ada di desa.
Moment ini digunakan untuk menguatkan komitmen untuk mencapai
status ODF.

● Pada kunjungan berikutnya (2 – 3 minggu setelah pemicuan) gunakan peta


akses sanitasi melihat progress perubahan perilaku dengan menghitung
penambahan rumah yang memiliki jamban baru, berapa jamban yang
sehat dan tidak sehat, dan rumah yang telah memiliki sarana cuci tangan.

● Menggunakan diagram F untuk mendiskusikan tentang dua penghambat /


bloking (penggunaan jamban untuk tempat membuang tinja dan cuci
tangan dengan sabun) dan perlihatkan bagaimana dia dapat memotong
alur kontaminasi dan tanyakan apa yang akan mereka kerjakan.
● Mendiskusikan dengan komite / NL bagaimana cara mereka untuk
memonitor kebiasaan cuci tangan dengan sabun oleh anggota rumah
tangga dan oleh murid di sekolah ? Bagaimana cara mereka agar yaikn
100% bahwa rumah tangga dan sekolah sudah punya sarana untuk cuci
tangan ? Kapan akan dilaksanakan ?

● Mendiskusikan bagaimana kebiasaan di rumah tangga dalam membuang


tinja anak balita. Apakah sudah aman ? Disini terkait dengan kenyataan
bahwa anak – anak balita tidak dengan sendirinya menggunakan jamban
pada saat BAB. Bagaimana mereka bisa memonitor kebiasaan
pembuangan tinja anak balita.

● Tanyakan apakah mereka akan meningkatkan kualitas jamban dari jamban


yang kuran sehat menjadi jamban yang sehat. Dapat disampaikan poster
opsi sanitasi sebagai info pilihan jenis jamban sehat. Jika ada sampaikan
pula info tentang tukang yang cukup terampil / terlatih dalam membangun
berbagai opsi jamban.

Anda mungkin juga menyukai