Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan
dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan sendiri. Demikian pula
pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi
kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi-segi yang ada pengaruhnya
dengan masalah kesehatan tersebut. Menurut Hendrik L.Bloom (1974) ada 4
faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan
masyarakat, yaitu keturunan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan.
Status kesehatan akan tercapai secara optimal, bilamana keempat faktor tersebut
secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula. Salah satu faktor
saja berada dalam keadaan yang terganggu, maka status kesehatan bergeser di
bawah optimal. Perkembangan epidemiologi menggambarkan secara spesifik
peran lingkungan dalam terjadinya penyakit dan wabah, bahwasanya lingkungan
berpengaruh pada terjadinya penyakit. Interaksi manusia dengan lingkungan
hidupnya merupakan suatu yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu
dilahirkansampai ia meninggal, hal ini disebabkan karena manusia memerlukan
daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.
Hubungan antara manusia dengan lingkungannya selanjutnya
dapatmeningkatkan kualitas lingkungan dapat pula menghasilkan sesuatu yang
dapatmerugikan lingkungan, sesuatu yang merugikan lingkungan disebut sebagai
environmental hazard dan hal tersebut dapat mempengaruhi aktivitas manusia.
Segala aktivitas manusia dapat saling timbal balik dengan sistem
penunjangkehidupan dan sumber daya serta sisa-sisa aktivitas manusia (sampah).
Masalah penyehatan lingkungan pemukiman khususnya pada jambankeluarga
dan pengelolaan air limbah merupakan masalah kesehatan yang

1
perlumendapatkan prioritas. Fasilitas jamban keluarga dan pengelolaan air
limbah dimasyarakat terutama dalam pelaksanaannya tidaklah mudah, karena
menyangkutperan serta masyarakat yang biasanya sangat erat kaitannya dengan
perilaku,tingkat ekonomi, kebudayaan dan pendidikan.Penyakit-penyakit
berbasis lingkungan masih merupakan penyebab utama kematian di Indonesia.
Bahkan pada kelompok bayi dan balita, penyakit-penyakitberbasis lingkungan
menyumbangkan lebih 80% dari penyakit yang diderita oleh bayi dan balita.
Keadaan tersebut mengindikasikan masih rendahnya cakupan dankualitas
intervensi kesehatan lingkungan (Data Susenas 2001). Munculnya kembali
beberapa penyakit menular sebagai akibat dari semakin besarnya tekanan bahaya
kesehatan lingkungan yang berkaitan dengan masalah sanitasi, cakupan air bersih dan jamban
keluarga yang masih rendah, perumahan yang tidak sehat, pencemaran makanan oleh mikroba,
telur cacing dan bahan kimia, penanganan sampah dan limbah yang belum
memenuhi syarat kesehatan, vektor penyakit yang tidak terkendali (nyamuk,
lalat, kecoa, tikus danlain-lain), pemaparan akibat kerja (penggunaan pestisida di
bidang pertanian,industri kecil dan sektor informal lainnya), bencana alam, serta
perilaku masyarakat yang belum mendukung ke arah pola hidup bersih dan sehat.Para ahli
kesehatan masyarakat sebetulnya sudah sangat sepakat dengan kesimpulan H.L. Bloom
yang mengatakan bahwa kontribusi terbesar terhadap terciptanya peningkatan
derajat kesehatan seseorang berasal dari kualitas kesehatan lingkungan
dibandingkan faktor yang lain. Namun energi dan kebijakan anggaran agaknya
masih sangat cenderung kepada program yang bersifat kuratif. Namun energi dan
kebijakan anggaran agaknya masih sangat cenderung kepada program yang
bersifat kuratif. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mencoba untuk
melakukanpenelitian mengenai sanitasi lingkungan khususnya masalah fasilitas
jamban keluarga dan pengelolaan air limbah di RW 02, Desa Pulohdadi,
Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mencoba untuk

2
melakukanpenelitian mengenai sanitasi lingkungan khususnya masalah fasilitas
jamban keluarga dan pengelolaan air limbah di RT 06 RW 02, Dusun Puluhdadi,
Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman.
B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka tujuan
dari inspeksi ini adalah :
1. Untuk mengetahui keadaan jamban keluarga di RT 06 RW 02, Dusun
Puluhdadi, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman
2. Untuk mengetahui pengelolaan air limbah di RT 06 RW 02, Dusun
Puluhdadi, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman
C. Manfaat
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka
manfaat dari inspeksi ini adalah :
1. Dapat mengetahui keadaan jamban keluarga di RT 06 RW 02, Dusun
Puluhdadi, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman.
2. Dapat mengetahui pengelolaan air limbah di R 06 RW 02, Dusun Puluhdadi,
Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman.
D. Ruang Lingkup
1. Jenis sarana : Jamban pribadi dan jamban umum
2. Waktu Kegiatan
a) Jam : 14.30 WIB - 16.30 WIB
b) Hari : Selasa
c) Tanggal : 30 April 2013
3. Tempat : RT 06 RW 2 Dusun Puluhdadi, Depok, Sleman,
Yogyakarta

BAB II

3
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Jamban
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran
manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa
atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan
kotoran dan air untuk membersihkannya.

B. Jenis Jamban
1. Jamban cemplung
Jamban yang penampungannya berupa lupang yang ebrfungsi
menyimpan dan meresapkan cairan kotoran/tinja ke dalam tanah dan
mengendapkan kotoran ke dasar lubang. Untuk jamban cemplung diharuskan
ada penutup agar tidak berbau.
2. Jamban tangki septik/leher angsa
Jamban berbentuk leher angsa yang penampungannya berupa tangki
septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses
penguraian/dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi dengan
resapannya. Pilihan leher angsa yang terbuat dari keramik, porselin atau kaca
serat (fiber glass). Tempat air perapat harus terbuat dari kaca serat atau
keramik karena permukaanya licin dan cukup kuat sehingga mudah
dibersihkan. Juga tidak berbau dan tidak mengundang serangga. Tinggi air
perapat harus paling sedikit 2 cm.

C. Bagaimana memilih jenis jamban?


1. Jamban cemplung digunakan untuk daerah yang sulit air.
2. Jamban tangki septik/leher angsa digunakan untuk daerah yang cukup air
dan daerah padat penduduk, karena dapat menggunakan multiple latrine
yaitu satu lubang penampungan tinja/tangki septik digunakan oleh beberapa

4
jamban (satu lubang dapat menampung kotoran/tinja dari 3-5 jamban).
3. Daerah pasang surut, tempat penampungan kotoran/tinja hendaknya
ditinggikan kurang lebih 60 cm dari permukaan air pasang.
4. Siapa yang diharapkan menggunakan jamban?
5. Setiap aggota rumah tangga harus menggunakan jamban untuk buang
airbesar/buang air kecil.

D. Mengapa harus menggunakan jamban


1. Menjaga lingkungan bersih, sehat dan tidak berbau
2. Tidak mencemari sumber air yang ada di sekitamya.
3. Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi
penular penyakit Diare, Kolera Disentri, Thypus, kecacingan, penyakit
saluran pencernaan, penyakit kulit dan keracuanan.

E. Syarat jamban sehat


1. Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan
lubang penampungan minimal 10 meter .
2. Tidak berbau
3. Kotor dan tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus
4. Tidak mencemari tanah di sekitamya
5. Mudah dibersihkan dan aman digunakan
6. Dilengkapi dinding dan atap pelindung
7. Penerangan dan ventilasi cukup
8. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai
9. Tersedia air, sabun, dan alat pembersih

F. Cara memelihara jamban sehat

5
1. Lantai jamban selalu bersih dan tidak ada genangan air
2. Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban dalam keadaan
bersih
3. Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat
4. Tidak ada serangga (kecoa, lalat) dan tikur yang berkeliaran
5. Tersedia alat pembersih (sabun, sikat dan air bersih)
6. Bila ada kerusakan segera diperbaiki.

G. Pengetahuan Dan Tindakan Masyarakat Tentang Jamban Keluarga.


Masalah penyehatan lingkungan pemukiman khususnya pada pembuangan
tinja merupakan salah satu dari berbagai masalah kesehatan yang perlu
mendapatkan prioritas. Penyediaan sarana pembuangan tinja masyarakat
terutama dalam pelaksanaannya tidaklah mudah, karena menyangkut peran serta
masyarakat yang biasanya sangat erat kaitannya dengan perilaku, tingkat
ekonomi, kebudayaan dan pendidikan.
Tempat jamban dapat dipilih yang baik, sehingga bau dari jamban tidak
tercium. Secara tersendiri dan ditempatkan di luar atau di dalam rumah dan
berfungsi untuk melayani 1 sampai dengan 5 keluarga, atau untuk melayani
orang-orang di tempat-tempat umum (terminal, bioskop, dan sebagainya).
Pembuangan tinja perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan satu
bahan buangan yang banyak mendatangkan masalah dalam bidang kesehatan dan
sebagai media bibit penyakit, seperti diare, typhus, muntaber, disentri, cacingan
dan gatal-gatal. Selain itu dapat menimbulkan pencemaran lingkungan pada
sumber air dan bau busuk serta estetika.
Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang dipergunakan untuk
membuang tinja atau kotoran manusia atau najis bagi suatu keluarga yang lazim
disebut kakus atau WC. Syarat jamban yang sehat sesuai kaidah-kaidah
kesehatan adalah sebagai berikut :

6
1. Tidak memncemari sumber air minum
2. Tidak berbau tinja dan tidak bebas dijamah oleh serangga maupun tikus.
3. Air seni, air bersih dan air penggelontor tidak mencemari tanah sekitar oleh
karena itu lantai sedikitnya berukuran 1 X 1 meter dan dibuat cukup landai,
miring kearah lobang jongkok.
4. Mudah dibersihkan dan aman penggunaannnya.
5. Dilengkapi dengan dinding dan penutup
6. Cukup penerangan dan sirkulasi udara.
7. Luas ruangan yang cukup
8. Tersedia air dan alat pembersih.
Pemanfaatan jamban keluarga sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan
dan kebiasaan masyarakat. Tujuan program JAGA (jamban keluarga) yaitu tidak
membuang tinja ditempat terbuka melainkan membangun jamban untuk diri
sendiri dan keluarga. Penggunaan jamban yang baik adalah kotoran yang masuk
hendaknya disiram dengan air yang cukup, hal ini selalu dikerjakan sehabis
buang tinja sehingga kotoran tidak tampak lagi. Secara periodic Bowl, leher
angsa dan lantai jamban digunakan dan dipelihara dengan baik, sedangkan pada
jamban cemplung lubang harus selalu ditutup jika jamban tidak digunakan lagi,
agar tidak kemasukan benda-benda lain.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan jarak jamban dan
sumber air bersih adalah sebagai berikut :
1. Kondisi daerah, datar atau miring
2. Tinggi rendahnya permukaan air
3. Arah aliran air tanah
4. Sifat, macam dan struktur tanah
Pemeliharaan jamban keluarga sehat yang baik adalah lantai jamban
hendaknya selalu bersih dan tidak ada genangan air, bersihkan jamban secara
teratur sehingga ruang jamban selalu dalam keadaan bersih, didalam jamban

7
tidak ada kotoran terlihat, tidak ada serangga(kecoa, lalat) dan tikus berkeliaran,
tersedia alat pembersih dan bila ada kerusakan segera diperbaiki.

H. Tempat Jamban
1. Pelat Jongkok
Pelat jongkok harus selalu bersih dan licin. Untuk itu pilihlah pelat
jongkok yang terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, misalnya keramik,
kaca serat, porselin, dan sebagainya.
2. Pondasi
Umumnya tebal pondasi jamban 20-40 cm dan dalamnya 40 cm, terbuat
dari batu kali, bata atau batako. Adukannya terdiri dari semen : pasir = 1 : 6.
Jika semen diganti dengan kapur dan semen merah : pasir = 1 : 3 : 4
3. Lantai
Lantai beton setebal 10 cm, kedap air, awet, dan mudah dibersihkan.
Lantai tegel dapat dipasang dengan adukan semen : pasir = 1 : 3.
4. Pintu
Pintu dapat dibuat dari bambu atau kayu yang dilapisi seng atau
aluminium sehingga tidak mudah lapuk. jarak tepi bawah pintu dari lantai
sekitar 5-7,5 cm. Ukuran : tinggi 1,80 m dan lebar 0,65 m.
5. Dinding
Dinding dapat dibuat dari bata/batako, kayu/papan, anyaman bambu.
Tinggi dinding : 1,00 - 2,00 m. dinding depan 20 cm lebih tinggi supaya
atapnya miring ke belakang. Untuk menghemat biaya, dinding dapat dibagi
dua:
a) bagian bawah dibuat dari bata setinggi 1,5 m supaya pemakaiannya
terlindung
b) bagian atas dapat dari anyaman bambu atau papan
c) dinding bawah setinggi 40-50 cm harus dplester dengan kedap air agar

8
tidak lembab dan mudah dibersihkan.
6. Lubang Angin
Lubang angin sangat diperlukan agar selalu terjadi pergantian udara di
dalam jamban.
7. Atap
Atap jamban berguna sebagai pelindung di waktu hujan dan mencegah
air hujan masuk ke dalam pelat jongkok. Bahan atap misalnya genting, seng
gelombang, ijuk, atap plastik tembus cahaya, daun bambu, alang-alang, dan
sebagainya. Kemiringan atap minimum 15 derajat.
8. Jarak cubluk atau resepan dari tangki septik ke sumur
Bila letak cubluk atau resapan dan tangki septik berdekatan dengan
sumur, maka jarak minimum antara cubluk dan sumur tersebut harus 10 m.
9. Petunjuk pemakaian dan pemeliharaan jamban yang dilengkapi dengan leher
angsa:
a) Sebelum dipakai plat jongkok disiram terlebih dahulu dengan air supaya
najis tidak melekat dan penggelontorannya lancer.
b) Jika tidak ada bak penampung air di dalam kakus, sediakan
tempat/ember dengan isi 2 sampai 3 liter.
c) Air hujan jangan dialirkan langsung ke dalam jamban demikian juga air
dari kamar mandi. Hal ini untuk menghindarkan gangguan terhadap
Tangki Septik atau Cubluk yang digunakan sebagai tempat pengolahan.
d) Pelat jongkok harus dibersihkan dengan sikat yang khusus untuk itu
(yang bertangkai). Untuk membersihkan dipakai sedikit air dan bubuk
sabun atau abu gosok. Demikian juga lantai kakus/jamban harus
dibersihkan setiap hari.
e) Untuk menghindarkan tersumbatnya perangkap air, jangan membuang
sampah dan kotoran rumah tangga lainnya ke dalam lubang jamban.
f) Jangan membuang puntung rokok yang masih menyala ke lubang

9
jamban, karena dapat mengakibatkan adanya tanda yang berbekas.
g) Perangkap air yang tersumbat dibersihkan dengan belahan bambu dari
arah lubang jamban atau jika ada dari lubang/bak pemeriksa di belakang
kakus.
h) Jika ada bau busuk dari kakus/jamban, periksalah apakah perangkap air
kosong atau rusak. Jika perangkap air kosong, siramkan air kedalam
lubang jamban.

I. Pemeriksaan Sanitasi Sarana Pembuangan Tinja dan Air Limbah


Pemeriksaan sanitasi sarana pembuangan tinja dan air limbah dilaksanakan
oleh petugas kesehatan lingkungan dari Puskesmas. Puskesmas melakukan
inspeksi ini pada daerah yang dibawahinya yaitu tingkat kecamatan selama dua
kali pada tiap rumah setiap tahunnya. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
memperoleh data dan informasi tentang resiko masalah pencemaran yang
disebabkan oleh kondisi pembuangan kotoran dan perilaku masyarakat sebagai
langkah dalam upaya peningkatan kualitas lingkungan. Pada setiap kali
pengamatan petugas membawa formulir yang berisi tentang item-item
pengamatan sanitasi sarana pembuangan tinja dan air limbah. Kemudian hasil
dari inspeksi tersebut dilakukan penilaian berdasarkan skor resiko pencemaran
yaitu :
0-3 : Resiko pencemaran rendah
4-7 : Resiko pencemaran sedang
8-11 : Resiko pencemaran tinggi
Kegiatan yang dapat ditindak lajuti setelah mendapatkan hasil yaitu :
1. Tingkat resiko rendah : melaksanakan penyuluhan pada daerah yang beresiko
rendah terhadap pencemaran tinja.
2. Tingkat resiko sedang : pengambilan sampel, perbaikan sarana sanitasi,
pemberian stimulant.

10
3. Tingkat resiko tinggi : pengambilan sampel tanah, perbaikan sarana,
pemberian stimulant.

BAB III

11
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi
Lokasi pemeriksaan sanitasi sarana pembuangan tinja dan air limbah di
permukiman dusun Puluhdadi RT 06 RW 02 sangat padat karena lokasi yang
berdekatan dengan Universitas Pembangunan Nasional (UPN) yang notabene
warga pendatang yang berasal dari luar Yogyakarta. Sehingga mereka
bertempat tinggal di daerah sekitar universitas tersebut, termasuk di Dusun
Puluhdadi RT 06 RW 02. Kebanyakan rumah di RT ini adalah kos-kosan dan
kontrakan. Tidak sedikit kos-kosan dan kontrakan mahasiswa UPN yang
pemiliknya ikut satu dalam satu rumah. Akan tetapi, mereka hanya
mempunyai jamban tidak lebih dari dua. Sehingga di wilayah ini rumah satu
dengan rumah yang lain saling berdempetan. Lokasi ini juga berdekatan
dengan jalan raya (Ring Road utara) dan jauh dari sungai dibandingkan
dengan RT RT lainnya.
Akibat terlalu padatnya penduduk di wilayah tersebut mengakibatkan sanitasi
rumah kurang sehat, termasuk jamban. Ada salah satu rumah memiliki jamban
yang terdapat di luar rumah, dan kondisi fisik kamar mandi yang belum
dikeramik. Sedangkan rumah lainnya sudah memiliki kamar mandi di dalam
rumah.

B. Hasil
Pemeriksaan sanitasi sarana pembuangan tinja dan air limbah milik warga
desa Puluhdadi RT 06 RW 02 pada hari selasa, 30 April 2013 dengan
mengumpulkan data kepemilikan jamban warga desa puluhdadi dan
mengunjungi beberapa rumah warga dan melihat langsung jamban yang
dimiliki oleh warga. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui sebaran
jamban yang dimiliki oleh warga dan untuk mengetahui apakah jamban yang

12
sudah ada memenuhi criteria jamban sehat. Dari kegiatan ini didapatkan
hasil :

No. Nama KK Jenis Skor Kategori Item yang


Sarana Resiko Resiko beresiko *)
1 Ibu Jasmin Pribadi 3 Rendah No. 1,2,6
2 Ibu Asih Mulyani (1) Pribadi 2 Rendah No. 1,6
3 Ibu Asih Mulyani (2) Pribadi 2 Rendah No. 1,6
4 Ibu Sundari (1) Pribadi 3 Rendah No. 1,2,6
5 Ibu Sundari (2) Pribadi 5 Sedang No. 1,2,5,6,8
6 Ibu Asih Pribadi 4 Sedang No. 1,2,6,8
7 Riski Umum 3 Rendah No. 1,2,6
8 Maike Umum 3 Rendah No. 1,2,10
9 Bapak Purwanto Pribadi 3 Rendah No. 1,6,11
10 Ibu Jum Pribadi 4 Sedang No. 1,2,5,7
11 Bapak Maryono (1) Pribadi 2 Rendah No. 2,7
12 Bapak Maryono (2) Pribadi 3 Rendah No. 2,7
13 Ibu Purwadi Pribadi 5 Sedang No. 2,3,5,6,9
14 Edi Pribadi 5 Sedang No. 1,2,5,6,11
15 Bapak Sukarto Pribadi 2 Rendah No. 1,6,9
16 Ibu Sugi Pribadi 6 Sedang No. 1,2,6,8,9,10
17 Marjiono Pribadi 2 Rendah No. 6,8
18 Bayu Pribadi 5 Sedang No.1,2,5,6,8

*) : cocokkan dengan item inspeksi


Item Inspeksi sebagai berikut :
1. Apakah jarak dari lubang penampungan kotoran atau dinding resapan
jamban kurang dari 10 m dari sumur ?
2. Apabila jarak lubang penampungan kotoran atau dinding resapan kurang
dari 10 m, apakah letak lubang/ resapan tersebut di bagian yang lebih
tinggi dari sumber air ?
3. Apakah air buangan dari septic tank/lubang penampungan kotoran
dialirkan ke sungai/laut/kolam ?
4. Apakah didalam/sekitar jamban terdapat lalat/kecoa?

13
5. Apakah lantai jamban kotor ?
6. Apakah luas slab jamban kurang dari 1 m2 ?
7. Apabila jamban cemplung atau plengsengan, apakah lubang jamban,
jongkok tidak dilengkapi penutup ?
8. Apakah luas slab (lantai jamban) kurang dari 1 m2 ?
9. Apakah saluran jamban tidak mudah digelontor ?
10. Apakah tidak tersedia sabun di jamban ?
11. Apabila jamban dilengkapi bak penampungan air, apakah terdapat jentik
nyamuk ?

C. Pembahasan
Inspeksi sanitasi sarana pembuangan air tinja dan limbah didapatkan
bahwa sebagian besar warga memiliki jarak dari lubang penampungan kotoran
atau dinding resapan jamban kurang dari 10 meter dari sumur dan letak lubang
resapan lebih tinggi daru sumber air, sehingga beresiko terjadi pencemaran
sumber air oleh tinja yang akibatnya menimbulkan penyakit yang salah
satunya disebabkan bakteri E-coli dalam tinja. Jamban yang dimiliki warga
desa puluhdadi ini tidak semuanya jamban pribadi tetapi juga jamban umum
karena jamban tersebut terletak dirumah yang dipakai untuk kost-kostan yang
penghuninya lebih dari 5 orang. Ada juga dalam satu rumah memiliki lebih
dari satu jamban.
Sanitasi saran pembuangan tinja dan air limbah hendaknya memenuhi
persyaratan jamban sehat sesuai kaidah-kaidah kesehatan yaitu :
1. Tidak mencemari sumber air minum
2. Tidak berbau tinja dan tidak bebas dijamah oleh serangga maupun tikus.
3. Air seni, air bersih dan air penggelontor tidak mencemari tanah sekitar
oleh karena itu lantai sedikitnya berukuran 1 X 1 meter dan dibuat cukup
landai, miring kearah lobang jongkok.

14
4. Mudah dibersihkan dan aman penggunaannnya.
5. Dilengkapi dengan dinding dan penutup
6. Cukup penerangan dan sirkulasi udara.
7. Luas ruangan yang cukup
8. Tersedia air dan alat pembersih.
Akan tetapi, hasil yang di dapatkan masih ada beberapa jamban warga
yang cukup beresiko terjadi pencemaran. Dilihat dari survey kemarin, luas
slab jamban masih banyak yang kurang dari 1 m 2 dan lantai jamban yang
kotor. Sesuai dengan ketentuan penilaian tingkat pencemaran, didapatkan hasil
bahwa di Desa Puluhdadi mempunyai tingkat resiko pencemaran rendah yang
lebih dominan daripada tingkat resiko pencemaran sedang. Sehingga
dilakukan penyuluhan tentang jamban sehat bagi tingkat resiko pencemaran
rendah dan bagi tingkat resiko pencemaran sedang dapat dilakukan
pengambilan sampel tanah untuk mengetahui ada tidaknya telur cacing pada
tanah permukaan dan dapat pula dilakukan perbaikan sarana pembuangan
tinja dan air limbah.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Inspeksi sanitasi sarana pembuangan tinja dan air limbah yang dilakukan
pada hari selasa,30 April 2013 di Desa Puluhdadi RT 06 RW 02 pada 15 KK
didapatkan hasil bahwa kebanyakan dari warga tersebut sumber resiko

15
terdapat pada jarak antara lubang penampungan atau dinding resapan jamban
kurang dari 10 meter dari sumur dan letak lubang resapan dibagian lebih tingg
dari sumber air. Masih banyak jamban yang memiliki luas slab jamban kurang
dari 1 m2 dan lantai jamban yang kotor. Ada beberapa jampan juga tidak
dilengkapi alat-alat kebersihan. Sehingga tingkat resiko pencemaran oleh
sarana pembuangan tinja pada tingkatan rendah dan sedang.

B. Saran
Dari hasil inspeksi sanitasi sarana pembuangan tinja dan air limbah diatas,
dapat disarankan bagi warga agar meningkatkan pengetahuan tentang jamban
sehat melalui mengikuti penyuluhan yang diadakan oleh puskesmas setempat
dan memperbaiki sarana sanitasi sesuai dengan persyaratan jamban sehat.
Sedangkan bagi puskesmas setempat, agar menyelenggarakan inspeksi rutin 2
kali setahun pada setiap rumah, melakukan penyuluhan, pemberian stimulant,
dan pengambilan samper tanah bagi tingkat resiko pencemaran sedang dan
tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Bambang Suwerda S.ST,M.Si. Hand Out Inspeksi Sanitasi Sarana Pembuangan
Tinja dan Air Limbah disampaikan tanggal 19 April 2013.
dr. Anisa Fitria Rahmah. http://fr.slideshare.net/afrahmah/gerakan-jamban-sehat,
diakses tanggal 9 Mei 2013.
Joharuddin. http://jojo-fakultaskesehatanmasyarakat.blogspot.com/p/blog-page.html,

16
diakses pada tanggal 7 Mei 2013.
Sherli zaenal. http://www.scribd.com/doc/54521133/MAKALAH-TINJA, diakses
tanggal 7 Mei 2013.

17

Anda mungkin juga menyukai