PEMICUAN
Disusun Oleh :
Kelompok 3
2021
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
Pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan STBM menjadi hal yang penting
dan unik supaya menyentuh perasaan , pikiran dan pengetahuan masyarakat. Pemicuan
adalah Cara untuk mendorong perubahan perilaku higienis dan saniter individua atau
masyarakat atas kesadaran sendiri dengan menyentuh perasaan, pola pikir, perilaku dan
kebiasaan individu atau masyarakat. Maka dari itu makalah ini di buat, supaya pembaca lebih
memahami apa itu pemicuan beserta teknik-tekniknya.
1.2 Tujuan
A. Definisi pemicuan
Pemicuan adalah cara untuk mendorong perubahan perilaku higiene dan sanitasi oleh
individu atau masyarakat atas kesadaran sendiri dengan menyentuh perasaan, pola pikir,
perilaku, dan kebiasaan individu atau masyarakat (Permenkes No.3/2014 pasal 1 ayat 3).
Pemicuan dilakukan untuk menimbulkan kesadaran bahwa sanitasi (kebisaan BAB di
sembarang tempat) adalah masalah bersama karena dapat berimplikasi kepada semua
masyarakat sehingga pemecahannya juga harus dilakukan dan dipecahkan secara bersama.
pemicuan juga bisa diartikan sebagai upaya untuk menuju perubahan perilaku masyarakat
yang higiene dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan metodepartisipatory
berprinsip pada pendekatan CLTS (Community-Led Total Sanitation).
Tujuan pemicuan STBM adalah untuk memicu kesadaran diri di antara anggota
komunitas bahwa mereka sendiri harus merubah perilakunya masing-masing, dengan
demikian fasilitator tidak pernah boleh memberi kuliah atau nasehat mengenai kebiasaan-
kebiasaan sanitasi, dan seharusnya jangan memberikan solusi eksternal pada tahap permulaan
terkait dengan model-model jamban. Tujuan fasilitator adalah murni untuk membantu
anggota komunitas melihat sendiri bahwa buang air besar di sembarang tempat atau
difasilitas yang tidak layak mempunyai akibat yang menjijikkan, menciptakan lingkungan
yang kurang menyenangkan, dan meningkatkan risiko terkena penyakit. Kemudian terserah
kepada anggota-anggota masyarakat untuk menentukan bagaimana caranya menangani
masalah ini serta mengambil langkah-langkah tindakan.
Proses pemicuan di masyarakat pada prinsipnya adalah menyentuh perasaan, pola pikir,
dan perilaku masyarakat untuk berhenti buang air besar sembarangan atau buang air besar di
fasilitas yang tidak layak. Cara memicu rasa tersebut dapat dengan menggunakan rasa jijik,
rasa malu, rasa takut sakit, rasa verdosa, rasa tanggung jawab, rasa gengsi, atau rasa lainnya
yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat untuk tidak lagi BAB di sembarang tempat
atau di fasilitas yang tidak layak. Dan untuk membantu proses pemicuan tersebut digunakan
beberapa komponen PRA seperti pemetaan, transek, alur kontaminasi dan simulasi lainnya.
Pada saat melakukan pemicuan di masyarakat, terlebih dahulu anggota tim fasilitator
memperkenalkan diri dan menyampaikan tujuannya. Tujuan tim ingin “melihat”
kondisi sanitasi dari kampung tersebut, jelaskan dari awal bahwa kedatangan tim
bukan untuk memberikan penyuluhan apalagi memberikan bantuan. Tim hanya ingin
melihat dan mempelajari bagaimana kehidupan masyarakat, bagaimana masyarakat
mendapat air bersih, bagaimana masyarakat melakukan kebiasaan buang air besar,
dan lain-lain. Tanyakan kepada masyarakat apakah mereka mau menerima tim
dengan maksud dan tujuan yang telah disampaikan tadi.
2. Bina Suasana
Agar istilah tinja, BAB & Jamban yang digunakan betul-betul istilah sehari-hari dan
cenderung Bahasa kasar sehingga efektif dipakai sebagai bahasa pemicu. Selanjutnya
pada saat itu temukan istilah setempat untuk “tinja” (misalnya tai, dll) dan BAB
(ngising, naeng, dll)
4. Pemetaan
5. Transect Walk
Tujuan: Mengunjungi, melihat dan mengetahui lokasi yang paling sering dijadikan
tempat BAB, dengan mengajak masyarakat berjalan ke sana, hal ini dilakukan sambil
mengamati lingkungan, menanyakan dan mendengarkan, serta mengingat-ingat lokasi
tempat buang air besar, tempat membuang sampah dan air limbah, juga dilakukan
kunjungan ke rumah-rumah yang sudah memiliki jamban. Mengunjungi keluarga
yang telah mempunyai sumur, menjadi penting untuk mempelajari apakah jamban
dan sumur gali yang dibangun mempunyai jarak yang cukup, sehingga sumber air
tidak terkontaminasi oleh bakteri dari jamban. Sangat penting untuk berhenti di lokasi
masyarakat buang air besar sembarangan, membuang sampah dan air limbah serta
meluangkan waktu untuk diskusi dengan masyarakat di sana, berdiskusi di tempat
tersebut, diharapkan masyarakat akan merasa jijik. Bagi orang yang biasa BAB di
tempat tersebut akan terpicu untuk berubah karena merasa malu.
Peragaan air yang terkontaminasi tinja dilakukan oleh fasilitator atau kader
dimaksudkan agar masyarakat memahami dan merasakan ketidak nyamanan
menggunakan air yang sudah terkontaminasi. Simulasi dengan menggunakan air
dapat dilakukan pada saat transect walk, saat pemetaan atau pada saat diskusi
kelompok lainnya
Tujuan: Mengetahui sejauh mana persepsi masyarakat terhadap air yang biasa mereka
gunakan sehari-hari.
Tujuan dari kegiatan ini adalah bersama-sama dengan masyarakat, melihat kondisi
yang ada dan menganalisisnya, sehingga diharapkan dengan sendirinya masyarakat
dapat merumuskan yang sebaiknya dilakukan atau tidak dilakukan. Pembahasan
meliputi:
c. Elemen Pemicuan
1. Memicu Perubahan dengan Elemen Rasa Malu
Diskusi untuk memicu perubahan karena rasa “malu” contoh : a) Tanyakan seberapa
banyak perempuan yang biasa melakukan BAB di tempat terbuka dan alasan
mengapa mereka melakukannya. b) Bagaimana perasaan kaum perempuan ketika
BAB di tempat terbuka yang tidak terlindung sementara kegiatan yang dilakukan
dapat dilihat oleh banyak orang?
Diskusi untuk memicu perubahan karena rasa “jijik” dan “takut sakit” contoh : a)
Ajak masyarakat untuk menghitung kembali jumlah “tinja di kampungnya”, dan
kemana perginya tinja tersebut. b) Jika dalam diagram alir terdapat pendapat
masyarakat bahwa lalat adalah salah satu media penghantar kotoran ke mulut,
lakukan probing tentang lalat. Misalnya: jumlah dan anatomi kaki lalat, bagaimana
lalat hinggap di kotoran dan terbang kemana-mana dengan membawa kotoran di
kakinya, dan bagaimana menjamin bahwa makanan di rumah tidak dihinggapi lalat,
dsb.
d. Kesepakatan Bersama
misal dengan : 1) Membangun komitmen masyarakat yang mau berubah: kapan akan
merealisasikan keinginannya untuk berubah. 2) Membuat kesepakatan membentuk
komite masyarakat yang akan mempelopori pembangunan jamban di komunitasnya. 3)
Minta kepada masyarakat yang terpicu untuk menuliskan komitmen / kesanggupan
mereka untuk mulai membangun jamban.
e. Pertemuan Pleno di Kantor Desa untuk Menyusun Rencana Tindak Lanjut
misal : Mengundang 4 - 5 orang dari masing-masing dusun yang telah dipicu ke kantor
desa untuk presentasi hasil pemicuan sebelumnya. Pemicuan ulang sering bermanfaat
dilakukan untuk memperkuat semangat perubahan masyarakat. Dalam pertemuan
tersebut, mengundang kepala desa, pemimpin informal dan kepala dusun/RW. Tujuan
dari pertemuan ini adalah untuk membuat Rencana Aksi masing-masing dusun dan
membentuk komite masyarakat. Panitia yang disebut “Tim Pemberantas BABS Dusun “
untuk tingkat dusun dan sekaligus membentuk Komite Desa dan Komite Dusun seperti
“Tim Pemberantas BABS Tingkat Desa “ (atau bahasa setempat yang lebih mereka
pahami) untuk menjadikan desa SBS. Tim Pemberantas BABS Dusun bekerja di
dusun/RW mereka dan Tim Pemberantas BABS Desa bekerja dibantu Tim Pemicu
STBM Desa, dan langkah selanjutnya.
f. Pasca Pemicuan
Paska pemicuan merupakan tindak lanjut kegiatan pemicuan dan harus dilaksanakan
segera setelah pemicuan. Tujuan dari kegiatan pasca-pemicuan adalah untuk memastikan
dilaksanakanya rencana kerja SBS masyarakat. Teknis kegiatan pasca pemicuan ini
antara lain adalah:
Mengajari Memfasilitasi
Memberitahukan apa yang baik dana pa yang Membiarkan mereka menyadarinya sendiri
buruk
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
POB-Pemicuan-Perubahan-Perilaku-Stop-BABS.pdf atau
http://pamsimas.org/konten/pustaka/pob/POB-Pemicuan-Perubahan-Perilaku-Stop-BABS.pdf
Kemenkes R. Pedoman Pelaksanaan Pemicuan Desa Program Kesehatan dan Gizi Berbasis
Masyarakat (PKGBM) untuk Menurunkan Stanting. Jakarta2016.
Mukti DA, Raharjo M, Dewanti NAY. Hubungan Antara Penerapan Program Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) dengan Kejadian Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Jatibogor
Kabupaten Tegal. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2016
Davik FI. Evaluasi Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Pilar Stop BABS Di Puksesmas
Kabupaten Probolinggo. Jurnal Administrasi Kesehatan
WHO. Preventing diarrhoea through better water, sanitation and hygiene: exposures and impacts
in low- and middle-income countries Ganeva:
https://www.who.int/water_sanitation_health/publications/gbd_poor_water/en /