Latar belakang
Berbagai alasan digunakan oleh masyarakat untuk buang air besar sembarangan,
antara lain anggapan bahwa membangun jamban itu mahal, lebih enak BAB di
sungai, tinja dapat untuk pakan ikan, dan lain-lain yang akhirnya dibungkus sebagai
alasan karena kebiasaan sejak dulu, sejak anak-anak, sejak nenek moyang, dan
sampai saat ini tidak mengalami gangguan kesehatan.
Alasan dan kebiasaan tersebut harus diluruskan dan dirubah karena akibat
kebiasaan yang tidak mendukung pola hidup bersih dan sehat jelas-jelas akan
memperbesar masalah kesehatan. Dipihak lain bilamana masyarakat berperilaku
higienis, dengan membuang air besar pada tempat yang benar, sesuai dengan
kaidah kesehatan, hal tersebut akan dapat mencegah dan menurunkan kasus-kasus
penyakit menular. Dalam kejadian diare misalnya, dengan meningkatkan akses
masyarakat terhadap sanitasi dasar, dalam hal ini meningkatkan jamban keluarga,
akan dapat menurunkan kejadian diare sebesar 32% dan 45% dengan Perilaku CTPS
Tinja atau kotoran manusia merupakan media sebagai tempat berkembang dan
berinduknya bibit penyakit menular (misal kuman/bakteri, virus dan cacing). Apabila
tinja tersebut dibuang di sembarang tempat, misal kebun, kolam, sungai, dll maka
bibit penyakit tersebut akan menyebar luas ke lingkungan, dan akhirnya akan
masuk dalam tubuh manusia, dan berisiko menimbulkan penyakit pada seseorang
dan bahkan bahkan menjadi wabah penyakit pada masyarakat yang lebih luas.
Stop buang air besar sembarangan (STOP BABS) akan memberikan manfaat dalam
hal-hal sebagai berikut :
a. Menjaga lingkungan menjadi bersih, sehat, nyaman dan tidak berbau dan
lebih indah
b. Tidak mencemari sumber air /badan air yang dapat dijadikan sebagai air baku
air minum atau air untuk kegiatan sehari-hari lainya seperti mandi, cuci, dll
c. Tidak mengundang vector (serangga dan binatang) yang dapat
menyebarluaskan bibit penyakit, sehingga dapat mencegah
penyakit menular
Sebagai tambahan adalah adanya saluran SPAL, pengelolaan tinja dan milik
sendiri.
Untuk mencegah terjadinya terjadinya pencemaran sumber air dan Badan air, maka
pada secara tahap mulai Cara tempat penampungan tinja dibuat jaraknya diatas 10
meter, lebih lanjut dibuat septictank dan mengurasnya secara berkala. Dan untuk
mencegah bau tidak mencemari lingkungan secara bertahap yakni dengan
menutup tempat penampungan tinja, dan membuat saluran /plensengan dan pada
tahap akhir adalah dengan membuat kloset leher angsa.
Semua anggota keluarga harus menggunakan jamban untuk membuang tinja, baik
anak-anak (termasuk bayi dan anak balita) dan lebih-lebih orang dewasa.
sederhana dan mendata keluarga yang sudah memiliki jamban yang sudah
lebih sehat (leher angsa)
c. mengadakan kegiatan yang sifatnya memicu, mendampingi, dan memonitor
perilaku masyarakat dalam menghentikan kebiasaan buang air besar
sembarangan, sehingga dalam tatanan dusun/desa terwujud kondisi
TERBEBAS DARI PERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN
d. menggalang daya (bias tenaga ataupun dana) antar sesama warga untuk
memberi bantuan dalam pembangunan jamban bagi warga yang lain
e. menjadi resource-lingker (penghubung) antar warga masyarakat dengan
berbagai pihak terkait yang berkepentingan dalam mewujudkan jamban yang
sehat (improved jamban).
inisiatif masyarakat
Monitoring Pemicuan.
B.
Peningkatan penyediaan produk dan layanan sanitasi yang mencukupi dan
tepat guna(supply).
C. Penciptaan lingkungan yang mendukung (environment)
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Indentifikasi penyakit
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
Praktek Lapangan
n.
Mikro Facilitaling
o.
Monitoring :
a. Pelaksanaan
Monitoring dilakukan oleh petugas kesehatan dan atau Fasilitator masyarakat
bersama dengan masyarakat (kader kesehatan, natural leader, tokoh masyarakat,
guru dan anak sekolah). Monitoring dan evaluasi dilakukan secara partisipatif dan
berkala oleh masyarakat dan didukung oleh fasilitator.
Peran fasilitator adalah sangat penting dalam melakukan monitoring dan evaluasi
Hal I ni dilakukan untuk memberikan monitifasi bagi masyarakat yang sdang dalam
masa perubahan di bidang sanitasi.
Dusu
n
Nama
Pemilik
Rumah
Miski
n
Jumla
h
KK
Jumla
h Jiwa
Tdk
ad
Sederh
a
ana
Jamban
Leher
anggsa
&
septict
ank
Kumu
nal
15
20
12
01
16
01
20
Catatan : Tempat BAB : (v) sebelum pamsimas masuk, (o) / dilingkari setelah
pamsimas
01/02 : jumlah jamban kumunal yang digunakan
Melihat sampel RT
2.
3.
b. Pelaporan
Format pelaporan akan mengacu pada hasil kesepakatan sesuai dengan tujuan
yang akan dicapai.
Mekanisme pelapooran sesuai dengan yang telah disepakati
Untuk memastikan tidak adanya kontak tinja dengan manusia, maka perubahan
perilaku stop BABS harus selalu diikuti dengan perilaku CTPS karena :
1. CTPS dapat mencegah penyakit Diare
2. CTPS dapat membunuh kuman.