Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PRAKTIKUM

IDENTIFIKASI MASALAH DAN PEMICUAN STBM (DBD)


DESA KAWUNGCARANG KECAMATAN SUMBANG
KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH
Mata Kuliah Pemberdayaan Masyarakat
Dosen Lagiono, S.KM., M.Kes

Disusun Oleh :
Enzela BR Sidauruk (P1337433219022)
2C

KEMENTERIAN KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIV SANITASI LINGKUNGAN
PURWOKERTO
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelaksananan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan lima pilar akan
mempermudah upaya meningkatkan akses sanitasi masyarakat yang lebih baik serta mengubah
dan mempertahankan keberlanjutan budaya hidup bersih dan sehat.Pelaksanaan STBM dalam
jangka panjang dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian yang di akibatkan oleh sanitasi
yang kurang baik, dan dapat terwujudnya masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan.Dalam
5 (lima) pilar STBM Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) merupakan pilar yang pertama,
yaitu suatu kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang air besar
sembarangan.Perilaku SBS diikuti dengan pemanfaatan sarana sanitasi yang kondisi fasilitas
sanitasinya memenuhi standar dan persyaratan kesehatanberupa jamban sehat.
STBM yang tertuang dalam kepmenkes tersebut menekankan pada perubahan prilaku
masyarakat untuk membangunan sarana sanitasi dasar dengan melalui upaya sanitasi meliputi
tidak BAB sembarangan, mencuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dan makanan yang
aman, mengelola sampah dengan benar mengelola limbah air rumah tangga dengan aman nasional.
Ciri utama dari pendekatan ini adalah tidak adanya subsidi terhadap infrastruktur (jamban
keluarga), dan tidak menetapkan jamban yang nantinya akan dibangun oleh masyarakat. Pada
dasarnya program STBM ini adalah “pemberdayaan” dan “tidak membicarakan masalah subsidi”.
Artinya, masyarakat yang dijadikan “guru” dengan tidak memberikan subsidi sama sekali.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui manfaat dari penerapan STBM.
2. Untuk mewujudkan perilaku masyarakat yang higienis dan saniter secara mandiri
dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
3. Dapat mengidentifikasi masalah dan potensi yang ada di Desa Kawungcarang.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat


Sanitasi Total Berbasis Masyarakat merupakan pendekatan untuk mengubah perilaku
higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Metode
pemicuan dalam STBM tersebut dilakukan dengan menggunakan metode Community Led-Total
Sanitation (CLTS). Mencapai keberhasilan dan mendukung status Open Defecation Free (ODF).
Dimana pihak luar yang memberikan fasilitasi, tidak memberikan pendidikan kepada anggota
masyarakat selama proses pemicuan tersebut berlangsung. Melainkan melakukan kegiatan
fasilitasi dengan proses menyemangati dan memberdayakan masyarakat setempat. STBM adalah
sebuah pendekatan dalam pembangunan sanitasi pedesaan.

B. Prinsip - Prinsip STBM


Dalam pelaksanaanya program ini mempunyai beberapa prinsip utama, yaitu :
1. Tidak adanya subsidi yang diberikan kepada masyarakat, tidak terkecuali untuk kelompok
miskin untuk penyediaan fasilitas sanitasi dasar.
2. Meningkatkan ketersediaan sarana sanitasi yang sesuai dengan kemampuandan kebutuhan
masyarakat sasaran.
3. Menciptakan prilaku masyarakat yang higienis dan saniter untuk mendukung terciptanya
sanitasi total.
4. Masyarakat sebagai pemimpin dan seluruh masyarakat terlibat dalam analisa
permasalahan, perencanaan, pelaksanaan serta pemanfaatan dan pemeliharaan.
5. Melibatkan masyarakat dalam kegiatan pemantauan dan evaluasi.

C. Langkah-langkah STBM
1. Langkah Pendahuluan
Sebelum melakukan pemicuan, ada baiknya fasilitator melakukan beberapa proses
pendahuluan. Tujuannya adalah untuk mempermudah jalannya pemicuan yang akan
dilakukan serta mendapatkan hasil yang maksimal untuk mengajak masyarakat merubah
perilaku buang air besar yang masih di tempat terbuka/sembarang tempat menjadi di
jamban dan mau membangun jamban secara swadaya. Beberapa langkah pendahuluan
yang dimaksud adalah : penjelasan awal, pengenalan lingkungan desa dan tokoh
masyarakat, pengenalan peta wilayah desa, membuat kesepakatan pertemuan serta
memastikan bahwa pertemuan tersebut dapat di hadiri sebagian besar warga, laki-laki dan
perempuan.
• Penjelasan Awal
Penjelasan awal terhadap aparat kecamatan dan aparat desa perlu dilakukan
sebelum tim fasilitator akan melakukan proses pemicuan kepada masyarakat desa.
Beberapa hal yang perlu di jelaskan yaitu :
- Tujuan dan sasaran STBM
- Prinsip dan alat kerja STBM
- Dampak yang akan terjadi, seperti : perubahan perilaku BAB dari sembarang
tempat/tempat terbuka menjadi di jamban (dengan kesadaran mau membagun jamban
secara swadaya), terpenuhinya kebutuhan sanitasi dasar dan akhirnya akan menurunkan
angka penyakit berbasis lingkungan. Selain itu perlu dijelaskan tentang bentuk pertemuan
yang akan di lakukan dan perkiraan waktu pemicuan.
• Pengenalan peta dan lingkungan desa
Berdasarkan peta sosial yang sudah dibuat oleh masyarakat (atau bila belum selesai
bisa menggunakan peta dasar yang ada di balai desa), tim fasilitator melakukan pengenalan
lingkungan desa. Tujuannya adalah mengetahui secara khusus penyebaran penduduk desa
termasuk akses masyarakat terhadap sarana sanitasi dan air bersih. Dengan demikian tim
fasilitator dapat menentukan lokasi terbaik untuk melakukan proses pemicuan yaitu lokasi
dimana masyarakat tinggal dan yang memiliki akses rendah terhadap sarana sanitasi. Selain
itu dengan melakukan pengenalan terhadap peta desa, tim fasilitator dapat merencanakan
proses ”Scalling Up” atau replikasi untuk wilayah atau desa yang lain yang berdekatan.
Pengenalan lingkungan desa yang dimaksud adalah mengetahui kondisi kehidupan
masyarakat berupa kebiasaan musim dan kebiasaan-kebiasaan lain masyarakat desa,
mengetahui kondisi kesehatan masyarakat berupa pola penyakit yang berbasis lingkungan
serta kondisi sosial ekonomi. Pengenalan lingkungan desa di lakukan dengan tujuan utama
untuk mengetahui kesibukan-kesibukan masyarakat termasuk kendala musim dan
kebiasaan musiman masyarakat yang bisa menghambat proses fasilitasi di masyarakat.
Pengenalan terhadap penyakit, khususnya yang berbasis lingkungan, dapat dijadikan
sebagai salah satu ”senjata” dalam proses pemicuan.
• Pengenalan tokoh masyarakat
Prinsip dari STBM adalah totalitas dan masyarakat sebagai pemimpin. Totalitas
yang dimaksud adalah seluruh komponen masyarakat terlibat dalam analisa
peremasalahan, peencanaan, pelaksanaan serta pemanfaatan dan pemiliharaan.
Keterlibatan masyarakat tidak hanya dalam menerima informasi tetapi juga di ajak dalam
diskusi, membuat keputusan bersama dan masyarakat juga memiliki wewenang untuk
melakukan kontrol atas sumber daya dan keputusan. Atau dengan kata lain dalam STBM,
masyarakat adalah ”pemimpin”. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
mempermudah proses pemicuan adalah mengenali tokoh masyarakat setempat. Tokoh
masyarakat adalah orang-orang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang
lain. Di dalam suatu masyarakat biasanya ada orang-orang tertentu yang menjadi tempat
bertanya dan tempat meminta nasehat anggota masyarakat lainnya mengenai urusan-
urusan tertentu. Mereka ini seringkali memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang
lain untuk bertindak dalam cara-cara tertentu. Mungkin mereka itu menduduki jabatan
formal, tetapi pengaruh itu berlaku secara informal; pengaruh itu tumbuh bukan karena
ditunjang oleh kekuasaan atau birokrasi formal. Akan tetapi karena kemampuan dan
hubungan antar pribadi mereka dengan anggota masyarakat. Para tokoh masyarakat ini
memainkan peranan penting dalam proses pemicuan untuk merubah perilaku buang air
besar masyarakat yang masih di tempat-tempat terbuka. Proses mengenali tokoh
masyarakat di desa dapat dilakukan dengan cara melakukan wawancara informal dengan
aparat desa dan anggota masyarakat.
2. Langkah Pemicuan
Setelah dilakukan langkah-langkah pendahuluan, kemudian dilanjutkan dengan langkah
pemicuan.
Langkah pemicuan ini terdiri atas 5 (lima) langkah utama, yaitu :
1) Perkenalan dan menjalin kebersamaan
2) Fasilitasi Analisa Sanitasi
3) Saat Pemicuan
4) Perencanaan Kegiatan
5) Kegiatan Lingkungan dan Tindak Lanjut

D. Pemicuan STBM
Langkah-langkah pemicuan :

A. Perkenalan

B. Sampaikan maksud dan tujuan

C. Pencairan suasana

D. Meminta Izin dengan masyarakat bahwa kita boleh belajar

E. Pemetaan

1. Ajak masyarakat untuk membuat outline desa / dusun / kampung, seperti batas
desa/dusun/kampung, jalan, sungai, tempat umum dan lain-lain.
2. Siapkan potongan-potongan kertas dan bagikan kertas, kemudian minta masyarakat untuk
menuliskan nama kepala keluarga masing-masing beserta jumlah jiwa dalam satu rumah
3. Membuat kesepakatan dengan masyarakat dengan bahasa masyarakat tentang BAB dan
TINJA
4. Minta mereka untuk menyebutkan tempat BABnya masing-masing. JIka seseorang BAB
di luar rumahnya baik itu di tempat terbuka maupun “numpang di tetangga”, tunjukkan
tempatnya dan tandai dengan bubuk kuning.
5. Tanyakan pula di mana tempat melakukan BAB dalam kondisi darurat seperti pada saat
malam hari, saat hujan atau saat terserang sakit perut.
6. Tanyakan berapa kira-kira jumlah “tinja” yang dihasilkan oleh setiap orang setiap harinya.
Sepakati jumlah rata-ratanya.
7. Ajak masyarakat untuk melihat rumah mana (yang masih BAB di sembarang tempat) yang
paling banyak menghasilkan tinja. (beri tepuk tangan).
8. Pada penduduk yang BAB di sungai, tanyakan ke mana arah aliran airnya.
9. Pada penduduk yang berada di daerah hilir, tanyakan dimana mereka mandi. Picu
masyarakat bahwa bapak/ibu telah mandi dengan air yang ada tinjanya.
10. Ajak masyarakat menghitung jumlah “tinja” dari masyarakat yang masih BAB di
sembarang tempat per hari, dan kemudian per bulan. Berapa banyak “tinja” yang ada di
desa/dusun tersebut dalam 1 tahun? Berapa lama kebiasaan BAB sembarang tempat
berlangsung?.
11. Tanyakan kemana kira-kira “perginya” tinja tersebut.
12. Di akhir kegiatan tanyakan: kira-kira kemana besok mereka akan BAB? Apakah mereka
akan melakukan hal yang sama?
F. Penelusuran Lokasi BAB Sembarangan (Transect Walk)

1. Ajak masyarakat untuk mengunjungi lokasi yang sering dijadikan tempat BAB (didasarkan
pada hasil pemetaan).
2. Lakukan analisa partisipatif di tempat tersebut.
3. Tanya siapa saja yang sering BAB di tempat tersebut atau siapa yang hari ini telah BAB di
tempat tersebut.
4. Jika di antara masyarakat yang ikut penelusuran ada yang biasa melakukan BAB di tempat
tersebut, tanyakan:

• bagaimana perasaannya ?
• berapa lama kebiasaan itu berlangsung ?
• apakah besok akan melakukan hal yang sama?

5. Jika di antara masyarakat yang ikut penelusuran tidak ada satupun yang biasa melakukan
BAB di tempat tersebut tanyakan pula bagaimana perasaannya melihat lokasi tersebut.
Tanyakan hal yang sama pada warga yang rumahnya berdekatan dengan tempat yang
sering dipakai BAB tersebut.
6. Jika ada anak kecil yang ikut dalam penelusuran atau berada tidak jauh dengan tempat
BAB itu, tanyakan apakah mereka senang dengan keadaan itu? Jika anak-anak kecil
menyatakan tidak suka, ajak anak-anak itu untuk menghentikan kebiasaan itu, yang bisa
dituangkan dalam nyanyian, slogan, puisi, dan bentuk-bentuk kesenian (lokal) lainnya.

G. Alur Kontaminasi (Oral Fecal)

1. Tanyakan kepada masyarakat apakah mereka yakin bahwa tinja bisa masuk ke dalam
mulut?
2. Tanyakan bagaimana tinja bisa “dimakan oleh kita”? melalui apa saja? Minta masyarakat
untuk menggambarkan atau menuliskan hal – hal yang menjadi perantara tinja sampai ke
mulut.
3. Analisa hasilnya bersama – sama dengan masyarakat dan kembangkan diskusi (misalnya
FGD untuk memicu rasa takut sakit)

H. Simulasi air yang telah terkontaminasi

1. Alternativ pertama dengan air di ember

a. Dengan disaksikan oleh seluruh peserta, ambil 1 ember air sungai dan minta salah
seorang untuk menggunakan air tersebut untuk cuci muka, kumur-kumur, cuci
pakaiann dan lain-lain yang biasa dilakukan oleh warga di sungai.

b. Bubuhkan sedikit tinja ke dalam ember yang sama, dan minta salah seorang
peserta untuk melakukan hal yang dilakukan sebelumnya.
c. Tunggu reaksinya. Jika ia menolak melakukannya, tanyakan apa alasannya? Apa
bedanya dengan kebiasaan masyarakat yang sudah terjadi dalam kurun waktu tertentu?
Apa yang akan dilakukan masyarakat di kemudian hari?

2. Alternativ Kedua dengan air minum di gelas

a. Ambil air dalam gelas (bisa saja aqua gelas), minta salah satu masyarakat untuk
meminum air dalam gelas tersebut sampai setengah gelas

b. Minta sisa air yang mereka minum kemudian masukan sedikit kotoran ke dalam
gelas dengan sehelai rambut dan minta mereka untuk meminumnya kembali

c. Tunggu reaksinya. Jika ia menolak meminumnya, tanyakan apa alasannya? Apa


bedanya dengan kebiasaan masyarakat yang sudah terjadi dalam kurun waktu tertentu?
Apa yang akan dilakukan masyarakat di kemudian hari?

I. Diskusi Kelompok (FGD)

o FGD untuk menghitung jumlah tinja dari masyarakat yang BAB di sembarang
tempat selama 1 hari, 1 bulan, dan dalam 1 tahunnya.

o FGD tentang privacy, agama, kemiskinan, dan lain-lain

Banyak hal yang harus dipicu yang dapat dilakukan melalui diskusi dengan
masyarakat, diantaranya:

FGD untuk memicu rasa “malu” dan hal-hal yang bersifat “pribadi”

• Tanyakan seberapa banyak perempuan yang biasa melakukan BAB di tempat terbuka dan
alasan mengapa mereka melakukannya.

• Bagaimana perasaan kaum perempuan ketika BAB di tempat terbuka yang tidak terlindung
dan kegiatan yang dilakukan dapat dilihat oleh setiap orang?
• Bagaimana perasaan laki-laki ketika istrinya, anaknya atau ibunya melakukan BAB di
tempat terbuka dan dapat dilihat oleh siapapun juga yang kebetulan melihatnya secara
sengaja atau tidak sengaja?
• Apa yang dilakukan perempuan ketika harus BAB (di tempat terbuka) padahal ia sedang
mendapatkan rutinitas bulanan. Apa yang dirasakan?
• Apa yang akan dilakukan besok hari? Apakah tetap akan melakukan kebiasaan yang sama?

FGD untuk memicu rasa “jijik” dan “takut sakit”

• Ajak masyarakat untuk menghitung kembali jumlah “tinja di kampungnya”, dan kemana
perginya sejumlah tinja tersebut.
• Jika dalam diagram alur terdapat pendapat masyarakat bahwa lalat adalah salah satu media
penghantar kotoran ke mulut, lakukan probing tentang lalat. Misalnya: jumlah dan anatomi
kaki lalat, bagaimana lalat hinggap di kotoran dan terbang ke mana saja dengan membawa
kotoran di kaki-kakinya, bagaimana memastikan bahwa rumah–rumah dan makanan-
makanan di dalam kampung itu dijamin bebas dari lalat, dan sebagainya.
• Ajak untuk melihat kembali peta, dan kemudian tanyakan rumah mana saja yang pernah
terkena diare (2 – 3 tahun lalu), berapa biaya yang dikeluarkan untuk berobat, adakah
anggota keluarga (terutama anak kecil) yang meninggal karena diare, bagaimana perasaan
bapak/ibu atau anggota keluarga lainnya.
• Apa yang akan dilakukan kemudian?

FGD untuk memicu hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan

(contohnya dalam komunitas yang beragama Islam)

• Bisa dengan mengutip hadits atau pendapat para alim ulama yang relevan dengan larangan
atau dampak buruk dari melakukan BAB sembarangan, seperti yang dilakukan oleh salah
seorang fasilitator di Sumbawa, yang intinya kurang lebih: “bahwa ada 3 kelompok yang
karena perbuatannya termasuk orang-orang yang terkutuk, yaitu orang yang biasa
membuang air (besar) di air yang mengalir (sungai/kolam), di jalan dan di bawah pohon
(tempat berteduh)”.
• Bisa dengan mengajak untuk mengingat hukum berwudlu, yaitu untuk menghilangkan
“najis”. Tanyakan air apa yang selama ini digunakan oleh masyarakat untuk wudlu”?
apakah benar-benar bebas dari najis?
• Apa yang akan dilakukan kemudian?

FGD menyangkut kemiskinan

FGD ini biasanya berlangsung ketika masyarakat sudah terpicu dan ingin berubah,
namun terhambat dengan tidak adanya uang untuk membangun jamban.

• Apabila masyarakat mengatakan bahwa membangun jamban itu perlu dana besar,
fasilitator bisa menanyakan apakah benar jamban itu mahal? Bagaimana dengan bentuk ini
(berikan alternatif yang paling sederhana).
• Apabila masyarakat tetap beralasan mereka cukup miskin untuk bisa membangun jamban
(meskipun dengan bentuk yang paling sederhana), fasilitator bisa mengambil perbandingan
dengan masyarakat yang “jauh lebih miskin” daripada masyarakat Indonesia, misalnya
Bangladesh. Bagaimana masyarakat miskin di Bangladesh berupaya untuk merubah
kebiasaan BAB di sembarang tempat.
• Apabila masyarakat masih mengharapkan bantuan, tanyakan kepada mereka: tanggung
jawab siapa masalah BAB ini? Apakah untuk BAB saja kita harus menunggu diurus oleh
pemerintah dan pihak luar lainnya?

J. Puncak Pemicuan

1. Tanyakan kepada masyarakat siapa yang mau berubah, jika ada yang mau
berubah berikan apresiasi dengan meminta semua masyarakat tepuk tangan
2. bagaimana kita berubah? Jika ada masyarakat yang mau membuat jamban minta
mereka menjelaskan bagaimana cara membuat jamban serta tanyakan berapa biaya
membuat jamban

3. jika jamban yang dijelaskan masih dengan harga yang mahal, gali masyarakat
untuk membuat jamban yang murah

4. jika sudah ada yang mau berubah, berikan apresiasi dan minta mereka untuk
membuat kontrak sosial!!!!

K. Penutupan

1. Ucapkan terimakasih kepada masyarakat

2. Membuat kesepakatan kapan kita bisa bertemu lagi untuk membahas tindak
lanjut

E. Ciri-ciri STBM
1. Meniadakan subsidi untuk pembangunan sarana sanitasi untuk tingkat rumah tangga.
2. Merupakan metode cepat untuk meningkatkan akses sanitasi dan perubahan perilaku
hygiene di Indonesia.
3. STBM adalah satu-satunya program sanitasi yang menyasar langsung ke tingkat rumah
tangga.
4. STBM berfokus pada perubahan perilaku bukan pembangunan sarana.

F. 5 Pilar STBM
A. Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS) Suatu kondisi ketika setiap individu
dalam suatu komunitas tidak lagi melakukan perilaku buang air besar sembarangan yang
berpotensi menyebarkan penyakit dengan dapat mengakses jamban.
1. Syarat Jamban Sehat, antara lain :
- Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15 meter
dari sumber air minum.
- Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.
- Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak mencemari
tanah di sekitarnya.
- Mudah dibersihkan dan aman penggunannya.
- Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna.
- Cukup penerangan.
- Lantai kedap air .
- Ventilasi cukup baik.
- Tersedia air dan alat pembersih.
2. Manfaat dan Fungsi Jamban Keluarga Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari
lingkungan. Jamban yang baik dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa
hal, yaitu :
- Melindungi kesehatan masyarkat dari penyakit
- Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan saran yang aman
- Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit
- Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan.
B. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
Perilaku cuci tangan dengan menggunakan air bersih yang mengalir dan sabun. CTPS
merupakan perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir.
• Langkah-langkah CTPS yang benar :
- Basahi kedua tangan dengan air bersih yang mengalir.
- Gosokkan sabun pada kedua telapak tangansampai berbusa lalu gosok kedua
punggung tangan, jari jemari, kedua jempol, sampai semua permukaan kena busa
sabun.
- Bersihkan ujung-ujung jari dan sela-sela di bawah kuku.
- Bilas dengan air bersih sambil menggosok-gosok kedua tangan sampai sisa sabun
hilang.
- Keringkan kedua tangan dengan memakai kain, handuk bersih, atau kertas tisu, atau
mengibas-ibaskan kedua tangan sampai kering.
• Waktu penting perlunya CTPS, antara lain :
- Sebelum makan.
- Sebelum mengolah dan menghidangkan makanan.
- Sebelum memberi makan bayi-balita.
- Sesudah buang air besar kecil.
- Sesudah memegang hewan unggas.
• Kriteria Utama Sarana CTPS.
- Air bersih yang dapat dialirkan.
- Sabun.
C. Pengelolaan Air Minum dan Makanan di Rumah Tangga (PAMM-RT)
Masyarakat melakukan kegiatan mengelola air minum dan makanan di rumah
tangga untuk memperbaiki dan menjaga kualitas air dari sumber air yang akan digunakan
untuk air minum, serta untuk menerapkan prinsip hygiene sanitasi pangan dalam proses
pengelolaan makanan di rumah tangga. PAMM-RT merupakan suatu proses pengolahan,
penyimpanan,dan pemanfaatan air minum dan pengelolaan makanan yang aman di rumah
tangga.
1) Tahapan kegiatan dalam PAMM-RT, yaitu :
- Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga.
- Pengolahan air baku Apabila air baku keruh perlu dilakukan pengolahan
awal
2) Wadah penyimpanan air minum setelah pengolahan air, tahapan selanjutnya
menyimpan air minum dengan aman untuk keperluan sehari-hari, dengan cara : Wadah
bertutup, berleher sempit, dan lebih baik dilengkapi dengan kran.
D. Pengamanan Sampah Rumah Tangga
Tujuan pengelolaan sampah rumah tangga adalah untuk menghindari penyimpanan
sampah dalam rumah dengan segera menangani sampah. Penanganan sampah yang aman
adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan atau pembuangan dari
material sampah dengan cara yang tidak membahayakan kesehatan masyarakat dan
lingkungan. Masyarakat dapat melakukan kegiatan pengolahan sampah di rumah tangga
dengan mengedepankan prinsip 3R yaitu Reduce (mengurangi), Reuse (memakai ulang),
dan Recycle (mendaur ulang). Kegiatan pengamanan sampah rumahtangga dapat
dilakukan dengan :
1) Sampah tidak boleh ada dalam rumah dan harus dibuang setiap hari.
2) Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan
jenis, jumlah dan atau sifat sampah
3) Pemilahan sampah dilakukan terhadap 2 (dua) jenis sampah. yaitu organik dan
anorganik. untuk itu perlu disediakan tempat sampah dari rumah tangga ke tempat
penampungan sementara atau tempat penampungan terpadu.
4) Sampah yang telah dikumpulkan di tempat penampungan sementara atau tempat
pengolahan sampah terpadu diangkut ke tempat pemrosesan akhir.
E. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga.
Masyarakat melakukan kegiatan pengolahan limbah cair di rumah tangga yang
berasal dari sisa kegiatan mencuci, kamar mandi dan dapur yang memenuhi standar baku
mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan yang mampu memutusan mata
rantai penularan penyakit serta mengurangi pencemaran terhadap lingkungan. Limbah
rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas
industri rumah tangga dan kotoran manusia. Limbah merupakan buangan atau sesuatu yang
tidak terpakai berbentuk cair, gas dan padat. Dalam air limbah terdapat bahan kimia yang
sukar untuk dihilangkan dan berbahaya. Limbah cair rumah tangga ini juga sering disebut
dengan limbah domestik. Sebagai ciri khas dari limbah ini adalah mempunyai karakteristik
kaya akan zat organik disamping adanya zat padat.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Komentar Langkah-langkah STBM


Dari video telah saya tonton hasil pemicuan pencegahan penyakit DBD di Desa
Kawungcarang Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas memiliki angka kejadian DBD Tahun
2019 yaitu 4 kejadian. Di desa kawungcarang ada 4 perindukan nyamuk baik didalam maupun
diluar rumah penduduk. Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk menurunkan angka kematian
melalui intervensi terhadap Penyakit Berbasis Lingkungan. Strategi yang dilakukan yaitu dengan
pendekatan untuk mengubah perilaku hygiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat
dengan metode pemicuan. Sebelum dilakukan metode pemicuan terlebih dahulu dilakukan
observasi situasi lingkungan dan sosial.
Langkah selanjutnya yaitu melakukan pendekatan dengan tokoh masyarakat yaitu bertemu
dengan bidan desa dan kader. Pendekatan juga dilakukan terhadap kepala desa dan tokoh
masyarakat untuk menyampaikan rencana STBM dan menentukan tempat, waktu, dan siapa saja
yang terlibat. Kegiatan pemicuan diawali oleh anggota tim dengan menyampaikan tujuan
pemicuan yaitu belajar bersama untuk pencegahan DBD. Kemudian dilanjut dengan
menyampaikan istilah-istilah yang akan digunakan selama pemicuan.
Tahap pencairan yaitu tahap melakukan game, yel-yel dan lagu untuk memotivasi warga.
Selanjutnya tahap pemetaan yaitu meminta sukarelawan dari peserta untuk membuat peta wilayah
desa dengan menggunakan kapur. Dengan menayakan upaya PSN setiap 1x seminggu bila Ya
diberi kartu hijau jika Tidak diberi kartu merah. Kemudian kertas diletakkan dipeta sesuai dengan
alamat rumah warga masing-masing. Selanjutnya tahap transet walk yaitu peserta diajak keliling
kampung sekitar untuk melihat rumah dan lingkungannya untuk menunjukkan tempat
berkembangbiak nyamuk aedes. Lalu tahap menghitung resiko yaitu peserta diminta menuliskan
laporan jumlah container pada setiap rumah dan dijumlahkan seluruh desa. Selanjutnya tahap alur
penularan yaitu siapkan media gambar untuk alur penularan penyakit dan perkenalkan alur gambar
tersebut kepada seluruh peserta. Dilakukan dengan perwakilan peserta untuk menyusun gambar
tersebut. Sehingga terbentuk alur penularan penyakit DBD. Pucak pemicuan ditandai dengan
merangkum komitmen upaya pencegahan penyakit DBD. Peserta dipersilahkan untuk memilih
salah satu peserta yang akan dijadikan pengawal jalannya program tersebut. Kemudian pemicuan
ditutup dengan yel-yel dan ucapan terimakasih kepada masyarakat yang telah berpartisipasi dalam
kegiatan tersebut.

B. Resume Permasalahan dan Potensi Desa


Strategi yang dilakukan yaitu dengan pendekatan untuk mengubah perilaku hygiene dan
sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Yaitu :
1) Sebelum dilakukan metode pemicuan terlebih dahulu dilakukan observasi situasi
lingkungan dan sosial di Desa Kawungcarang
2) Pendekatan tokoh masyarakat oleh bidan desa dan kader.
Tujuan : Untuk menyampaikan rencana STBM dan menentukan tempat, waktu, dan
siapa saja yang terlibat.
Cara pencegahan bagi bidan desa dan kader : sosialisasi di lapangan secara bersama-
sama dengan permainan yang termasuk ke dalam STBM (Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat).
3) Perijinan kepada Kepala Desa
Kepala Desa ikut serta dalam kegiatan, untuk menentukan tempat, waktu, dan siapa
saja yang terlibat dan menyampaikan rencana STBM.
4) Kegiatan pemicuan dibuka oleh salah anggota tim.
Tujuan : belajar bersama untuk pencegahan DBD.
5) Tahap Pencairan
Menyampaikan istilah-istilah yang akan digunakan selama pemicuan.
a. DBD : Demam Berdarah Dengue
b. Game, yel-yel dan lagu untuk memotivasi warga.
6) Tahap Pemetaan
- Meminta sukarelawan dari peserta untuk membuat peta wilayah desa
dengan menggunakan kapur.
- Dengan menayakan upaya PSN setiap 1x seminggu
- Bila Ya diberi kartu hijau jika Tidak diberi kartu merah.
- Kemudian kertas diletakkan dipeta sesuai dengan alamat rumah warga
masing-masing.
7) Identifikasi masalah ( transect walk, menghitung resiko, tahap alur penularan, pncak
pemicuan)
a. Tahap transet walk yaitu peserta diajak keliling kampung sekitar untuk
melihat rumah dan lingkungannya untuk menunjukkan tempat
berkembangbiak nyamuk aedes.
b. Tahap menghitung resiko yaitu peserta diminta menuliskan laporan jumlah
container pada setiap rumah dan dijumlahkan seluruh desa.
c. Tahap alur penularan yaitu siapkan media gambar untuk alur penularan
penyakit dan perkenalkan alur gambar tersebut kepada seluruh peserta.
Dilakukan dengan perwakilan peserta untuk menyusun gambar tersebut.
Sehingga terbentuk alur penularan penyakit DBD.
d. Pucak pemicuan ditandai dengan merangkum komitmen upaya pencegahan
penyakit DBD. Peserta dipersilahkan untuk memilih salah satu peserta yang
akan dijadikan pengawal jalannya program tersebut.
e. Pemicuan ditutup dengan yel-yel dan ucapan terimakasih kepada
masyarakat yang telah berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

Potensi masyarakat
- Community leader : Kades, Sanitarian puskesmas, Bidan desa
- Community organization : FKD, karang taruna, pemuda pancasila, aisyah, muslimat NU
- Dana sosial : Anggaran dana desa dan puskesmas
- Sarana masyarakat : Aula balai desa
- Kegiatan program DBD : PSN dan edukasi-edukasi
- PSN dilakukan 3 bulan sekali tetapi jika ada kasus, psn sebulan sekali
- Akhir-akhir ini kasus meningkat, penambahan kasus yg tadi udah di list
- Sumber jentik-jentik di luar
- Tidak ada gotong royong bersih-bersih desa
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat merupakan pendekatan untuk mengubah perilaku
higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Metode
pemicuan dalam STBM tersebut dilakukan dengan menggunakan metode Community Led-Total
Sanitation (CLTS). Dimana pihak luar yang memberikan fasilitasi, tidak memberikan pendidikan
kepada anggota masyarakat selama proses pemicuan tersebut berlangsung. Melainkan melakukan
kegiatan fasilitasi dengan proses menyemangati dan memberdayakan masyarakat setempat. STBM
adalah sebuah pendekatan dalam pembangunan sanitasi pedesaan.
Pemicuan pencegahan penyakit DBD di Desa Kawungcarang Kecamatan Sumbang
Kabupaten Banyumas memiliki angka kejadian DBD Tahun 2019 yaitu 4 kejadian. Di desa
kawungcarang ada 4 perindukan nyamuk baik didalam maupun diluar rumah penduduk. Oleh
karena itu perlu adanya upaya untuk menurunkan angka kematian melalui intervensi terhadap
Penyakit Berbasis Lingkungan. Strategi yang dilakukan yaitu dengan pendekatan untuk mengubah
perilaku hygiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Yaitu
sebelum dilakukan metode pemicuan terlebih dahulu dilakukan observasi situasi lingkungan dan
sosial di Desa Kawungcarang. Kemudian pendekatan tokoh masyarakat oleh bidan desa dan kader,
melakukan perijinan kepada Kepala Desa, lalu kegiatan pemicuan dibuka oleh salah anggota tim,
setelah itu tahap pencairan, tahap pemetaan, dan yang terakhir identifikasi masalah.
B. Saran
Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan agar semua masyarakat desa kawungcarang dapat
melakukan kegiatan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk). Sehingga nyamuk aedes tidak
menyebar yang dapat menimbulkan angka kematian. Dengan adanya kegiatan tersebut dapat
menambah ilmu tentang perkembangbiakan nyamuk aedes.
LAMPIRAN
PETA DESA KAWUNGCARANG
DAFTAR PUSTAKA

http://www.indonesian-publichealth.com/sanitasi-total-berbasis-masyarakat-stbm/
https://hanibalhamidi.files.wordpress.com/2014/12/juklak-stbm.pdf
https://www.infodokterku.com/index.php/en/97-daftar-isi-content/info-kesehatan/sanitasi/205-mari-
mengenal-program-sanitasi-total-berbasis-masyarakat-stbm
LAPORAN PRAKTIKUM
PEMICUAN STBM OPEN DEFECATION FREE (ODF)
DESA LEGOK KALER KECAMATAN PASEH SUMEDANG
JAWA BARAT
Mata Kuliah : Pemberdayaan Masyarakat
Dosen Lagiono, S.KM., M.Kes

Disusun oleh :

ABDURRAHMAN
(P1337433219021)

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


JURUSAN SANITASI LINGKUNGAN
PRODI D IV SANITASI LINGKUNGAN PURWOKERTO
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Desa Legok Kaler terletak di Kecamatan Paseh, Kabupaten Sumedang Jawa
Barat. Luasan desa Logok Kaler adalah 95,753 hektar. Topografi desa ini berada di
berbukit-bukit dengan ketinggian 1.500 mdpl. Jenis tanah yang ada di desa Legok Kaler
adalah aluvial. Selama setahun curah hujan di Desa Legok Kaler sebe- sar 1.500 mm
dengan suhu rata-rata 20°C. Jumlah RT yang ada di desa adalah 27 sedangkan jumlah
RW sebanyak 8. Secara geografis Desa Legok Kaler terletak di Kecamatan Paseh,
Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Berjarak 1 km dari kota Kecamatan Paseh. Desa
Legok Kaler berbatasan dengan Desa Paseh Kaler di sebelah Utara, Desa Legok Kidul
di sebelah Selatan, Desa Paseh Kidul di sebelah Timur, dan desa Cibeureum Wetan di
sebelah Barat. Luas wilayah Desa Legok Kaler mencapai 95.753 Ha. Luas lahan ini
dibagi menjadi beberapa peruntukan, diantaranya yaitu 1) pemukiman penduduk seluas
95.500 Ha; 2) Lahan persawahan seluas 20 Ha; 3) Perkebunan seluas 158,62 Ha; 4)
Kuburan seluas 12,24 Ha; dan 5) Perkantoran seluas 48,89 Ha. Desa Legok Kaler juga
memiliki tanah kas seluas 0,14 Ha berupa kebun desa.
Potensi pendukung SDM (Sumber Daya Masyarakat) Desa Legok Kaler
dipengaruhi oleh fasilitas yang ada. Saat ini terdapat beberapa infrastruktur dan
fasilitas umum yang ter-dapat di Desa Legok Kaler meliputi pendidikan, kesehatan,
ekonomi dan keagamaan. Untuk infrastruktur pendidikan, terdapat empat unit Sekolah
Dasar (SD) dan satu unit Sekolah Menengah Pertama (SMP). Infrastruktur kesehatan
yang terdapat di Desa Legok Kaler yaitu satu unit Puskesmas, satu unit Puskesmas
pembantu, dan tujuh unit Posyandu. Infrastruktur peribadatan terdapat sembilan unit
masjid dan enam musholla sedangkan infrastruktur ekonomi terdapat Lembaga
Keuangan Mikro dan pasar. Potensi lain pendukung peningkatan SDM yaitu adanya
bantuan penerangan dari PLN Paseh sedangkan air bersih berasal dari mata air dan air
PAM. Fasilitas umum pendukung kegiatan masyarakat yaitu memiliki jalan desa
berupa jalan aspal sepanjang 1,71 km dan jalan beton sepanjang 0,29 km. Transportasi
umum yang terdapat di desa berupa mobil.Dengan memanfaatkan fasilitas yang ada
saat ini dapat membentuk lembaga masyarakat desa yang terdapat diantaranya Remaja
Masjid, PKK, Kelompok Tani, Karang Taruna, Kelompok Wanita Tani, dan Majelis
Ta’lim.
• Remaja Masjid

Bertujuan untuk Meningkatkan solidaritas dan kemusyawarahan remaja dalam


kegiatan keaga- maan. Lembaga ini memiliki anggota sebanyak 50 orang Kegiatan
Rema ja masjid diantaranya melaksanakan kegiatan-kegiatan peringatan keagamaan,
maupun aktivitas lain seperti penyelenggaraan pengajian rutin dan pe- santren kilat.
• Kelompok Tani
Bertujuan untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian. Jumlah Kelompok
Tani yang berada di Desa Legok Kaler sebanyak 4 kelompok, Kegiatan lembaga ini
yaitu memberi arahan untuk cocok tanam.
• Karang Taruna

Bertujuan untuk meningkatkan kegiatan remaja wilayah desa dengan kegiatan yang
biasa dilakukan berupa pelaksanakan acara pertandingan bola voli.
• PKK

Bertujuan untuk meningkatkan kekeluargaan ibu-ibu. Kegiatan yang dilakukan oleh


PKK yaitu mendaurulang barang-barang bekas.
• Kelompok Wanita Tani (KWT)

Bertujuan untuk meningkatkan kegiatan pertanian dan memanfaatkan pekarangan


rumah, KWT di Desa Legok Kaler berjumlah satu kelompok, dengan kegiatan yang
biasa dilakukan yaitu menanam tanaman rumah tangga.
• Maj elis Ta’lim

Bertujuan untuk meningkatkan keagamaan dengan kegiatannya yaitu pengajian.


B. TUJUAN
Adapun tujuan dari kegiatan laporan ini adalah:
1. Mampu menganalisis langkah-langkah pemicuan oleh fasilitator yang ada di dalam
video.
2. Dapat mengidentifikasi masalah dan potensi yang ada di Desa Legok Kaler.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. PENGERTIAN STBM
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat merupakan pendekatan untuk mengubah
perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode
pemicuan. Metode pemicuan dalam STBM tersebut dilakukan dengan menggunakan
metode Community Led-Total Sanitation (CLTS). CLTS merupakan suatu pendekatan
terintegrasi yang digunakan untuk mencapai keberhasilan dan mendukung status Open
Defecation Free (ODF). Dimana pihak luar yang memberikan fasilitasi, tidak
memberikan pendidikan kepada anggota masyarakat selama proses pemicuan tersebut
berlangsung. Melainkan melakukan kegiatan fasilitasi dengan proses menyemangati
dan memberdayakan masyarakat setempat.STBM adalah sebuah pendekatan dalam
pembangunan sanitasi pedesaan.
B. PRINSIP STBM
Sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) dalam pelaksanaanya program ini
mempunyai beberapa prinsip utama, yaitu :
1. Tidak adanya subsidi yang diberikan kepada masyarakat, tidak terkecuali untuk
kelompok miskin untuk penyediaan fasilitas sanitasi dasar.
2. Meningkatkan ketersediaan sarana sanitasi yang sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhan masyarakat sasaran.
3. Menciptakan perilaku masyarakat yang higienis dan saniter untuk mendukung
terciptanya sanitasi total.
4. Masyarakat sebagai pemimpin dan seluruh masyarakat terlibat dalam analisa
permasalahan, perencanaan, pelaksanaan serta pemanfaatan dan pemeliharaan.
5. Melibatkan masyarakat dalam kegiatan pemantauan dan evaluasi.
C. Langkah-langkah pemicuan STBM
1. Salam dan menyampaikan maksud serta tujuan
2. Perkenalan
3. Pencairan suasana
4. Identifikasi istilah sanitasi
5. Identifikasi masalah ( peta, penelusuran wilayah/transect walk, demo/peragaan,
diskusi kelompok (FGD) )
➢ Pemetaan
Bertujuan untuk mengetahui dan melihat peta potensi wilayah tempat
khususnya terkait sanitasi dan buang air besar masyarakat.
Hasil pemetaan ini yang kemudian disalin pada media yang sesuai seperti kertas,
tempel pada tempat umum seperti balai Posyandu.
➢ Transect walk
Bertujuan untuk melihat dan mengetahui tempat (lokasi) kebiasaan masyarakat
dalam perilaku buang air besarnya. Fasilitator bersama masyarakat sharing dan
berdiskusi di tempat dimaksud, dengan harapan akan timbul rasa jijik dan
terpicu rasa malu pada diri mereka.
➢ Alur Kontaminasi (Fecal Oral):
Bertujuan untuk bersama dengan masyarakat belajar dan mengetahui
bagaimana proses tinja dapat masuk kedalam makanan masyarakat, dan dampak
yang ditimbukannya terhadap kesehatan keluarga.
Simulasi air yang telah terkontaminasi: Bertujuan untuk memicu masyarakat
terkait persepsi mereka terhadap yang dianggap bersih, dapat berpotensi
tercemar tanpa mereka sadari.
➢ Diskusi kelompok (FGD)
Diskusi bersama masyarakat terkait kondisi kesehatan lingkungan setempat,
dengan output masyarakat mampu merumuskan sendiri Tindakan dan Rencana
kerja mereka untuk bisa keluar dari kondisi sanitasi buruk di wilayah mereka.
6. Puncak pemicuan
Komitmen perubahan perilaku
7. Penutupan
Ucapkan terimakasih kepada masyarakat

D. LANGKAH-LANGKAH STBM
Kegiatan pengembangan sarana sanitasi secara partisiatif dengan metode
STBM dilakukan dengan memicu anggota masyarakat yang masih memiliki kebiasaan
perilaku BAB di tempat terbuka atau sembarang tempat. Proses pemicuan dapat di
lakukan tidak hanya langsung pada masyarakat satu desa sekaligus, tetapi dapat juga
dilakukan pada lingkungan yang lebih kecil. Misalnya proses pemicuan dilakukan pada
anggota masyarakat dalam satu dusun. Atau dapat juga di lakukan terhadap masyarakat
yang tinggal di satu RW atau satu RT. Keuntungan yang didapat bila melakukan proses
pemicuan pada lingkungan masyarakat yang kecil adalah proses pemicuan dapat lebih
intensif dilakukan dan kegiatan monitoring dapat lebih mudah di tindak lanjuti. Bila
sudah terbentuk kelompok sanitasi dan ”natural leader”, kegiatan pemicuan atau
replikasi di lingkungan/lokasi yang lain dapat diteruskan oleh mereka bersama-sama
dengan tokoh masyarakat yang lain. Dengan demikian proses pemicuan dan pencapaian
bebas 100% ODF (Open Defacation) dapat segera tercapai.Proses fasilitasi STBM di
masyarakat pada prinsipnya adalah “pemicuan” terhadap rasa jijik, rasa malu, rasa takut
sakit, rasa berdosa dan rasa tanggung jawab yang berkaitan dengan kebiasaan BAB di
sembarang tempat. Dan untuk membantu proses pemicuan tersebut digunakan
beberapa komponen PRA seperti pemetaan, transek, alur kontaminasi dan simulasi
lainnya. Panduan ini bukan merupakan suatu alur yang harus diikuti atau dilakukan
pada saat fasilitasi, karena tidak ada aturan yang baku dalam proses pemicuan. Proses
implementasi di masyarakat lebih berkaitan dengan kemampuan dan inisiatif fasilitator.
Fasilitator bisa memulai dengan kegiatan pemetaan dilanjutkan dengan transek, alur
kontaminasi, kemudian ke pemetaan lagi, atau memulainya dengan transek, kemudian
ke pemetaan, transek lagi, dan seterusnya. Fasilitator tidak harus menunggu sampai 1
komponen, 2 atau 3 komponen PRA selesai, namun setiap saat bisa langsung
melakukan pemicuan jika kesempatan terbuka (misalnya masyarakatnya sudah mulai
menunjukkan ke arah itu).
Berikut adalah urutan secara kasar dari langkah-langkah yang dapat diikuti, dengan
peralatan yang dapat digunakan untuk memicu STBM di pedesaan. Pemicuan dapat bervariasi,
namun demikian ada beberapa unsur mendasar yang tidak boleh dihindarkan.
1. Langkah Pendahuluan
Sebelum melakukan pemicuan, ada baiknya fasilitator melakukan beberapa
proses pendahuluan. Tujuannya adalah untuk mempermudah jalannya pemicuan yang
akan dilakukan serta mendapatkan hasil yang maksimal untuk mengajak masyarakat
merubah perilaku buang air besar yang masih di tempat terbuka/sembarang tempat
menjadi di jamban dan mau membangun jamban secara swadaya. Beberapa langkah
pendahuluan yang dimaksud adalah : penjelasan awal, pengenalan lingkungan desa dan
tokoh masyarakat, pengenalan peta wilayah desa, membuat kesepakatan pertemuan
serta memastikan bahwa pertemuan tersebut dapat di hadiri sebagian besar warga, laki-
laki dan perempuan.
a) Penjelasan Awal
Penjelasan awal terhadap aparat kecamatan dan aparat desa perlu dilakukan
sebelum tim fasilitator akan melakukan proses pemicuan kepada masyarakat desa.
Beberapa hal yang perlu di jelaskan yaitu :
• Tujuan dan sasaran STBM
• Prinsip dan alat kerja STBM
• Dampak yang akan terjadi, seperti : perubahan perilaku BAB dari sembarang
tempat/tempat terbuka menjadi di jamban (dengan kesadaran mau membagun jamban
secara swadaya), terpenuhinya kebutuhan sanitasi dasar dan akhirnya akan
menurunkan angka penyakit berbasis lingkungan. Selain itu perlu dijelaskan tentang
bentuk pertemuan yang akan di lakukan dan perkiraan waktu pemicuan.
b) Pengenalan peta dan lingkungan desa
Berdasarkan peta sosial yang sudah dibuat oleh masyarakat (atau bila belum
selesai bisa menggunakan peta dasar yang ada di balai desa), tim fasilitator melakukan
pengenalan lingkungan desa. Tujuannya adalah mengetahui secara khusus penyebaran
penduduk desa termasuk akses masyarakat terhadap sarana sanitasi dan air bersih.
Dengan demikian tim fasilitator dapat menentukan lokasi terbaik untuk melakukan
proses pemicuan yaitu lokasi dimana masyarakat tinggal dan yang memiliki akses
rendah terhadap sarana sanitasi. Selain itu dengan melakukan pengenalan terhadap peta
desa, tim fasilitator dapat merencanakan proses ”Scalling Up” atau replikasi untuk
wilayah atau desa yang lain yang berdekatan. Pengenalan lingkungan desa yang
dimaksud adalah mengetahui kondisi kehidupan masyarakat berupa kebiasaan musim
dan kebiasaan-kebiasaan lain masyarakat desa, mengetahui kondisi kesehatan
masyarakat berupa pola penyakit yang berbasis lingkungan serta kondisi sosial
ekonomi. Pengenalan lingkungan desa di lakukan dengan tujuan utama untuk
mengetahui kesibukan-kesibukan masyarakat termasuk kendala musim dan kebiasaan
musiman masyarakat yang bisa menghambat proses fasilitasi di masyarakat.
Pengenalan terhadap penyakit, khususnya yang berbasis lingkungan, dapat dijadikan
sebagai salah satu ”senjata” dalam proses pemicuan.
c) Pengenalan tokoh masyarakat
Prinsip dari STBM adalah totalitas dan masyarakat sebagai pemimpin. Totalitas
yang dimaksud adalah seluruh komponen masyarakat terlibat dalam analisa
peremasalahan, peencanaan, pelaksanaan serta pemanfaatan dan pemiliharaan.
Keterlibatan masyarakat tidak hanya dalam menerima informasi tetapi juga di ajak
dalam diskusi, membuat keputusan bersama dan masyarakat juga memiliki wewenang
untuk melakukan kontrol atas sumber daya dan keputusan. Atau dengan kata lain dalam
STBM, masyarakat adalah ”pemimpin”. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
mempermudah proses pemicuan adalah mengenali tokoh masyarakat setempat. Tokoh
masyarakat adalah orang-orang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi
orang lain. Di dalam suatu masyarakat biasanya ada orang-orang tertentu yang menjadi
tempat bertanya dan tempat meminta nasehat anggota masyarakat lainnya mengenai
urusan-urusan tertentu. Mereka ini seringkali memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain untuk bertindak dalam cara-cara tertentu. Mungkin mereka
itu menduduki jabatan formal, tetapi pengaruh itu berlaku secara informal; pengaruh
itu tumbuh bukan karena ditunjang oleh kekuasaan atau birokrasi formal. Akan tetapi
karena kemampuan dan hubungan antar pribadi mereka dengan anggota masyarakat.
Para tokoh masyarakat ini memainkan peranan penting dalam proses pemicuan untuk
merubah perilaku buang air besar masyarakat yang masih di tempat-tempat terbuka.
Proses mengenali tokoh masyarakat di desa dapat dilakukan dengan cara melakukan
wawancara informal dengan aparat desa dan anggota masyarakat.
2. Langkah Pemicuan
Setelah dilakukan langkah-langkah pendahuluan, kemudian dilanjutkan dengan
langkah pemicuan.
Langkah pemicuan ini terdiri atas 5 (lima) langkah utama, yaitu :
1) Perkenalan dan menjalin kebersamaan
2) Fasilitasi Analisa Sanitasi
3) Saat Pemicuan
4) Perencanaan Kegiatan
5) Kegiatan Lingkungan dan Tindak Lanjut
E. CIRI-CIRI STBM
5. Meniadakan subsidi untuk pembangunan sarana sanitasi untuk tingkat rumah tangga.
6. Merupakan metode cepat untuk meningkatkan akses sanitasi dan perubahan perilaku
hygiene di Indonesia.
7. STBM adalah satu-satunya program sanitasi yang menyasar langsung ke tingkat rumah
tangga.
8. STBM berfokus pada perubahan perilaku bukan pembangunan sarana.

F. 5 PILAR STBM
Lima pilar STBM terdiri dari:
A. Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS) Suatu kondisi ketika setiap individu dalam
suatu komunitas tidak lagi melakukan perilaku buang air besar sembarangan yang berpotensi
menyebarkan penyakit dengan dapat mengakses jamban.
1. Syarat Jamban Sehat, antara lain :
a) Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15 meter
dari sumber air minum.
b) Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.
c) Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak mencemari tanah
di sekitarnya.
d) Mudah dibersihkan dan aman penggunannya.
e) Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna.
f) Cukup penerangan
g) Lantai kedap air
h) Ventilasi cukup baik
i) Tersedia air dan alat pembersih.
2. Manfaat dan Fungsi Jamban Keluarga Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari
lingkungan. Jamban yang baik dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa
hal, yaitu :
a) Melindungi kesehatan masyarkat dari penyakit
b) Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan saran yang aman
c) Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit
d) Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan.
e) Prosedur pemeliharaan jamban adalah sebagai berikut:
f) Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering
g) Di sekeliling jamban tidak ada genangan air
h) Tidak ada sampah berserakanan
i) Rumah jamban dalam keadaan baik
j) Lantai selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat
k) Lalat, tikus dan kecoa tidak ada
l) Tersedia alat pembersih
m) Bila ada yang rusak segera diperbaiki
Bangunan kakus yang memenuhi syarat kesehatan :
a) Harus tertutup, dalam arti bangunan tersebut terlindungi dari pandangan orang lain,
terlindung dari panas atau hujan.
b) Bangunan kakus ditempatkan pada lokasi yang tidak sampai menggangu
pandangan, tidak menimbulkan bau, serta tidak menjadi tempat hidupnya berbagai
macam binatang.
c) Bangunan kakus mempunyai lantai kuat, mempunyi tempat berpijak yang kuat,
yang terutama harus dipenuhi jika mendirikan kakus model cemplung.
d) Mempunyai lubang closet yang kemudian melalui saluran tertentu dialirkan pada
sumur rembesan.
B. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Perilaku cuci tangan dengan menggunakan air bersih yang
mengalir dan sabun. CTPS merupakan perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan
air bersih yang mengalir.
Langkah-langkah CTPS yang benar :
a) Basahi kedua tangan dengan air bersih yang mengalir.
b) Gosokkan sabun pada kedua telapak tangansampai berbusa lalu gosok kedua
punggung tangan, jari jemari, kedua jempol, sampai semua permukaan kena busa
sabun.
c) Bersihkan ujung-ujung jari dan sela-sela di bawah kuku.
d) Bilas dengan air bersih sambil menggosok-gosok kedua tangan sampai sisa sabun
hilang.
e) Keringkan kedua tangan dengan memakai kain, handuk bersih, atau kertas tisu, atau
mengibas-ibaskan kedua tangan sampai kering.
f) Waktu penting perlunya CTPS, antara lain:
g) Sebelum makan b) Sebelum mengolah dan menghidangkan makanan
h) Sebelum menyusui
i) Sebelum memberi makan bayibalita
j) Sesudah buang air besarkecil
k) Sesudah memegang hewan unggas
l) Kriteria Utama Sarana CTPS
m) Air bersih yang dapat dialirkan
n) Sabun
C. Pengelolaan Air Minum dan Makanan di Rumah Tangga (PAMM-RT) Masyarakat
melakukan kegiatan mengelola air minum dan makanan di rumah tangga untuk
memperbaiki dan menjaga kualitas air dari sumber air yang akan digunakan untuk air
minum, serta untuk menerapkan prinsip hygiene sanitasi pangan dalam proses pengelolaan
makanan di rumah tangga. PAMM-RT merupakan suatu proses pengolahan,
penyimpanan,dan pemanfaatan air minum dan pengelolaan makanan yang aman di rumah
tangga.
Tahapan kegiatan dalam PAMM-RT, yaitu:
a) Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga
b) Pengolahan air baku Apabila air baku keruh perlu dilakukan pengolahan awal
c) Wadah penyimpanan air minum setelah pengolahan air, tahapan selanjutnya
menyimpan air minum dengan aman untuk keperluan sehari-hari, dengan cara: Wadah
bertutup, berleher sempit, dan lebih baik dilengkapi dengan kran.
D. Pengamanan Sampah Rumah Tangga Tujuan pengelolaan sampah rumah tangga adalah
untuk menghindari penyimpanan sampah dalam rumah dengan segera menangani sampah.
Penanganan sampah yang aman adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan,
pendaur-ulangan atau pembuangan dari material sampah dengan cara yang tidak
membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan. Masyarakat dapat melakukan
kegiatan pengolahan sampah di rumah tangga dengan mengedepankan prinsip 3R yaitu
Reduce (mengurangi), Reuse (memakai ulang), dan Recycle (mendaur ulang). Kegiatan
pengamanan sampah rumahtangga dapat dilakukan dengan:
a) Sampah tidak boleh ada dalam rumah dan harus dibuang setiap hari.
b) Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan
jenis, jumlah dan atau sifat sampah
c) Pemilahan sampah dilakukan terhadap 2 (dua) jenis sampah. yaitu organik dan
anorganik. untuk itu perlu disediakan tempat sampah dari rumah tangga ke tempat
penampungan sementara atau tempat penampungan terpadu
d) Sampah yang telah dikumpulkan di tempat penampungan sementara atau tempat
pengolahan sampah terpadu diangkut ke tempat pemrosesan akhir.
E. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga. Masyarakat melakukan kegiatan pengolahan
limbah cair di rumah tangga yang berasal dari sisa kegiatan mencuci, kamar mandi dan
dapur yang memenuhi standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan
yang mampu memutusan mata rantai penularan penyakit serta mengurangi pencemaran
terhadap lingkungan. Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar
mandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoran manusia. Limbah
merupakan buangan atau sesuatu yang tidak terpakai berbentuk cair, gas dan padat. Dalam
air limbah terdapat bahan kimia yang sukar untuk dihilangkan dan berbahaya. Limbah cair
rumah tangga ini juga sering disebut dengan limbah domestik. Sebagai ciri khas dari limbah
ini adalah mempunyai karakteristik kaya akan zat organik disamping adanya zat padat.
BAB III
PEMBAHASAN

A. KOMENTAR LANGKAH-LANGKAH STBM

Dari video yang telah saya tonton hasil pemicuan pencegahan penyakit ODF di
Desa Legok Kecamatan Paseh Kabupaten Paseh dalam penyampaian mengenai
Pencegahan ODF berbasis STBM sudah jelas dan sesuai berdasarkan pada teori
pemicuan. Pada langkah pertama sudah terdapat bagian perkenalan antara masyarakat
dengan beberapa pihak yang ikut serta di dalamnya seperti kepala desa, kader, bidan desa.
Pada langkah kedua pendekatan tokoh juga dilakukan oleh tim pemicuan. Kemudian tim
meminta perizinan kepada pihak yang berwenang (Kepala Desa) untuk melakukan
maksud dan tujuan kegiatan. Pada pemicuan ini juga terdapat pencairan suasana agar
masyarakat desa Legok lebih semangat seperti menyanyikan yel-yel. Dan setelah itu
melakukan tahap seperti transet walk yaitu bertujuan untuk melihat dan mengetahui
tempat (lokasi) kebiasaan masyarakat dalam perilaku buang air besarnya. Fasilitator
bersama masyarakat sharing dan berdiskusi di tempat dimaksud, dengan harapan akan
timbul rasa jijik dan terpicu rasa malu pada diri mereka, lalu alur kontaminasi bertujuan
untuk bersama dengan masyarakat belajar dan mengetahui bagaimana proses tinja dapat
masuk kedalam makanan masyarakat, dan dampak yang ditimbukannya terhadap
kesehatan keluarga.
Simulasi air yang telah terkontaminasi bertujuan untuk memicu masyarakat terkait
persepsi mereka terhadap yang dianggap bersih, dapat berpotensi tercemar tanpa mereka
sadari,dan tahap selanjutnya yaitu Diskusi kelompok bersama masyarakat terkait kondisi
kesehatan lingkungan setempat, dengan output masyarakat mampu merumuskan sendiri
Tindakan dan Rencana kerja mereka untuk bisa keluar dari kondisi sanitasi buruk di
wilayah mereka.
Di tahap-tahap pemicuan yang lain juga sudah sesuai dengan teori pemicuan

B. RESUME PERMASALAHAN DAN POTENSI DESA


Perilaku buang air besar sembarangan (BABS/Open defecation) termasuk salah satu
contoh perilaku yang tidak sehat. BABS/Open defecation adalah suatu tindakan membuang
kotoran atau tinja di ladang, hutan, semak-semak, sungai, pantai atau area terbuka lainnya
dan dibiarkan menyebar mengontaminasi lingkungan, tanah, udara dan air (Murwati,
2012).
Desa Legok Kaler masih memiliki angka kejadian ODF yang cukup tinggi, yaitu pada
tahun 2009. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya utnuk menurunkan angka Buang Air
Besar Sembarangan atau (BABS). Melalui intervensi terhadap penyakit berbasis
lingkungan. Strategi yang digunakan adalah pendekatan untuk merubah perilaku higienis
dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan.
1. Sebelum dilakukan pemicuan terlebih dahulu dilakukan observasi situasi lingkungan
maupun sosial. Di desa Legok Kaler masih terdapat tempat buang air besar sembarangan
seperti di kebun,kali,semak-semak, lalu langsung dilakukan peninjauan tempat yg biasa
masyarakat BABS.
2. Pendekatan tokoh masyarakat oleh bidan desa dan kader.
Tujuan : Memberikan informasi bahwa di desa Legok Kaler tentang bahaya dan
penyakit yang terjadi akibat BABS.
Cara pencegahan bagi bidan desa dan kader : sosialisasi di lapangan secara bersama-
sama dengan permainan yang termasuk ke dalam STBM (Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat).
3. Perijinan kepada Kepala Desa
Kepala Desa ikut serta dalam kegiatan, untuk menentukan tempat dan menyampaikan
rencana STBM.
4. Kegiatan pemicuan dibuka oleh salah anggota tim.
Tujuan : belajar bersama untuk mencegah BABS.
5. Tahap Pencairan
a. Menyepakati istilah-istilah yang akan digunakan selama pemicuan, contohnya
1) BABS : Buang Air Besar Sembarangan
2) Penyebab : lalat yang hinggap di kotoran manusia lalu hinggap lagi di makanan
3) Sifat lalat : Hidup di tempat yang Kotor.
b. Game, yel-yel untuk memotivasi masyarakat.
6. Tahap Pemetaan
a. Membuat peta desa legok kaler
Untuk membentuk wilayah desa dengan bubuk kapur dan diberi tulisan seperti
masyarakat melakukan babs di kebun,sungai,bawah pohon,semak-semak
b. Ditanyakan dimana masyarakat melakukan babs. Dan beri bubuk kapur sesuai
dengan peta yang dibuat oleh fasilitator.
c. Bubuk kapur diletakan di peta sesuai dengan masyarakat melakukan babs .
7. Identifikasi masalah ( peta, penelusuran wilayah/transect walk, demo/peragaan, diskusi
kelompok (FGD) )
➢ Pemetaan
Bertujuan untuk mengetahui dan melihat peta potensi wilayah tempat
khususnya terkait sanitasi dan buang air besar masyarakat.
Hasil pemetaan ini yang kemudian disalin pada media yang sesuai seperti kertas,
tempel pada tempat umum seperti balai Posyandu.
➢ Transect walk
Bertujuan untuk melihat dan mengetahui tempat (lokasi) kebiasaan masyarakat
dalam perilaku buang air besarnya. Fasilitator bersama masyarakat sharing dan
berdiskusi di tempat dimaksud, dengan harapan akan timbul rasa jijik dan
terpicu rasa malu pada diri mereka.
➢ Alur Kontaminasi (Fecal Oral):
Bertujuan untuk bersama dengan masyarakat belajar dan mengetahui
bagaimana proses tinja dapat masuk kedalam makanan masyarakat, dan dampak
yang ditimbukannya terhadap kesehatan keluarga.
Simulasi air yang telah terkontaminasi: Bertujuan untuk memicu masyarakat
terkait persepsi mereka terhadap yang dianggap bersih, dapat berpotensi
tercemar tanpa mereka sadari.
➢ Diskusi kelompok (FGD)
Diskusi bersama masyarakat terkait kondisi kesehatan lingkungan setempat,
dengan output masyarakat mampu merumuskan sendiri Tindakan dan Rencana
kerja mereka untuk bisa keluar dari kondisi sanitasi buruk di wilayah mereka.

Potensi Desa
1. Community Leader : Kades, Sanitarian puskesmas, bidan desa
2. Community Organization : Remaja Masjid, PKK, Kelompok Tani, Karang Taruna,
Kelompok Wanita Tani, dan Majelis Ta’lim.
3. Sarana Masyarakat : halaman rumah warga
4. Kegiatan program memberi edukasi tentang bahaya babs dan penyebab penyakitnya
serta pembuatan jamban kepada masyarakat secara mandiri.
5. Data masyarkat yang akan membuat jamban pada waktu dekat :
NO NAMA MULAI SELESAI
1 HAMZAH 5 JUNI 2009 10 JUNI 2009
2 YANTI 13 JUNI 2009 18 JUNI 2009
3 VERA 1O JUNI 2009 17 JUNI 2009

6. Sumber jentik-jentik di luar


Tidak ada gotong royong bersih-bersih desa
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat kita simpulkan bahwa Desa Legok Kaler masih memiliki
angka kejadian ODF yang cukup tinggi yang dapat menyebabkan penyakit Demam
Berdarah. Strategi yang digunakan adalah pendekatan untuk merubah perilaku higienis dan
sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan.Hasil pemicuan
pencegahan penyakit ODF di Desa Legok Kecamatan Paseh Kabupaten Paseh dalam
penyampaian mengenai pencegahan ODF berbasis STBM sudah jelas dan sesuai
berdasarkan pada teori pemicuan. Pada langkah pertama sudah terdapat bagian perkenalan
antara masyarakat dengan beberapa pihak yang ikut serta di dalamnya seperti kepala desa,
kader, bidan desa. Pada langkah kedua pendekatan tokoh juga dilakukan oleh tim
pemicuan.Dan setelah itu melakukan tahap seperti transet walk yaitu bertujuan untuk
melihat dan mengetahui tempat (lokasi) kebiasaan masyarakat dalam perilaku buang air
besarnya. Fasilitator bersama masyarakat sharing dan berdiskusi di tempat dimaksud,
dengan harapan akan timbul rasa jijik dan terpicu rasa malu pada diri mereka, lalu alur
kontaminasi bertujuan untuk bersama dengan masyarakat belajar dan mengetahui
bagaimana proses tinja dapat masuk kedalam makanan masyarakat, dan dampak yang
ditimbukannya terhadap kesehatan keluarga.Simulasi air yang telah terkontaminasi
bertujuan untuk memicu masyarakat terkait persepsi mereka terhadap yang dianggap
bersih, dapat berpotensi tercemar tanpa mereka sadari,dan tahap selanjutnya yaitu Diskusi
kelompok bersama masyarakat terkait kondisi kesehatan lingkungan setempat, dengan
output masyarakat mampu merumuskan sendiri Tindakan dan Rencana kerja mereka untuk
bisa keluar dari kondisi sanitasi buruk di wilayah mereka.
B. SARAN
Agar untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang BABS sehingga dapat
mengurangi penyakit yang dapat ditimbulkan dan agar warga untuk bisa saling
bekerjasama belajar untuk memberikan dampak kedepannya yang lebih baik.
LAMPIRAN
A. PETA WILAYAH
B. GAMBARAN UMUM DESA LEGOK KALER

Desa Legok Kaler terletak di Kecamatan Paseh, Kabupaten Sumedang Jawa Barat.
Luasan desa Logok Kaler adalah 95,753 hektar. Topografi desa ini berada di berbukit-
bukit dengan ketinggian 1.500 mdpl. Jenis tanah yang ada di desa Legok Kaler adalah
aluvial. Selama setahun curah hujan di Desa Legok Kaler sebe- sar 1.500 mm dengan
suhu rata-rata 20°C. Jumlah RT yang ada di desa adalah 27 sedangkan jumlah RW
sebanyak 8.
Secara geografis Desa Legok Kaler terletak di Kecamatan Paseh, Kabupaten
Sumedang, Jawa Barat. Berjarak 1 km dari kota Kecamatan Paseh. Desa Legok Kaler
berbatasan dengan Desa Paseh Kaler di sebelah Utara, Desa Legok Kidul di sebelah
Selatan, Desa Paseh Kidul di sebelah Timur, dan desa Cibeureum Wetan di sebelah
Barat.
Luas wilayah Desa Legok Kaler mencapai 95.753 Ha. Luas lahan ini dibagi menjadi
beberapa peruntukan, diantaranya yaitu 1) pemukiman penduduk seluas 95.500 Ha; 2)
Lahan persawahan seluas 20 Ha; 3) Perkebunan seluas 158,62 Ha; 4) Kuburan seluas
12,24 Ha; dan 5) Perkantoran seluas 48,89 Ha. Desa Legok Kaler juga memiliki tanah
kas seluas 0,14 Ha berupa kebun desa.
C. INSFRASTRUKTUR DAN FASILITAS UMUM

Desa Legok Kaler memiliki jalan desa berupa jalan aspal sepanjang 1,71 km dan
jalan beton sepanjang 0,29 km. Transportasi umum yang terdapat di desa berupa
mobil. Warga desa mendapatkan penerangan dari PLN Paseh sedangkan air bersih
berasal dari mata air dan air PAM.
Saat ini terdapat beberapa infrastruktur dan fasilitas umum yang ter- dapat di Desa
Legok Kaler meliputi pendidikan, kesehatan, ekonomi dan keagamaan. Untuk
infrastruktur pendidikan, terdapat empat unit Sekolah Dasar (SD) dan satu unit
Sekolah Menengah Pertama (SMP). Infrastruktur kesehatan yang terdapat di Desa
Legok Kaler yaitu satu unit Puskesmas, satu unit Puskesmas pembantu, dan tujuh unit
Posyandu. Infrastruktur peribadatan terdapat sembilan unit masjid dan enam
musholla sedangkan infrastrukturekonomi terdapat Lembaga Keuangan Mikro dan
pasar.
D. LEMBAGA MASYARAKAT DESA

Lembaga Masyarakat Desa yang terdapat di Desa Legok Kaler diantaranya Remaja
Masjid, PKK, Kelompok Tani, Karang Taruna, Kelompok Wanita Tani, dan Majelis
Ta’lim.
• Remaja Masjid

Bertujuan untuk Meningkatkan solidaritas dan kemusyawarahan remaja dalam kegiatan


keaga- maan. Lembaga ini memiliki anggota sebanyak 50 orang Kegiatan Rema ja masjid
diantaranya melaksanakan kegiatan-kegiatan peringatan keagamaan, maupun aktivitas
lain seperti penyelenggaraan pengajian rutin dan pe- santren kilat.
• Kelompok Tani

Bertujuan untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian. Jumlah Kelompok Tani


yang berada di Desa Legok Kaler sebanyak 4 kelompok, Kegiatan lembaga ini yaitu
memberi arahan untuk cocok tanam.
• Karang Taruna

Bertujuan untuk meningkatkan kegiatan remaja wilayah desa dengan kegiatan yang
biasa dilakukan berupa pelaksanakan acara pertandingan bola voli.
• PKK
Bertujuan untuk meningkatkan kekeluargaan ibu-ibu. Kegiatan yang dilakukan oleh PKK
yaitu mendaurulang barang-barang bekas.
• Kelompok Wanita Tani (KWT)

Bertujuan untuk meningkatkan kegiatan pertanian dan memanfaatkan pekarangan rumah,


KWT di Desa Legok Kaler berjumlah satu kelompok, dengan kegiatan yang biasa dilakukan
yaitu menanam tanaman rumah tangga.
• Maj elis Ta’lim

Bertujuan untuk meningkatkan keagamaan dengan kegiatannya yaitu pengajian.


E. DEMOGRAFI PENDUDUK DESA LEGOK KALER

Jumlah penduduk di Desa Legok Kaler sebanyak 5.849 orang yang terdiri dari 2.967
laki-laki dan 2.882 perempuan. Mayoritas penduduk Desa Legok Kaler beragama Is-
lam dan berusia 15 hingga 59 tahun. Pendidikan terakhir mayoritas penduduk desa
berada pada jenjang Sekolah Dasar sebanyak 2.228 orang. Adapun mayoritas
penduduk Desa Legok Kaler bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga, wirausahawan, dan
pelajar.
F. KONDISI PERTANIAN DESA LEGOK KALER

Komoditas pertanian yang diusahakan oleh warga Desa Legok Kaler yaitu padi,
palawija, sawo, sayur-sayuran. Berdasarkan informasi yang didapat dari para petani,
luas lahan pertanian yang digunakan untuk singkong (palawija) sebesar 110 Ha
dengan produktivitas sebesar 15 ton/Ha sedangkan untuk komoditas padi lahan yang
digunakan seluas 20 Ha dengan produktivitas sebesar 5 ton/Ha. Berdasarkan hasil
analisis usahatani padi menunjukkan bahwa rata-rata keuntungan yang didapatkan
petani padi sebesar Rp 17.810.000 per hektar per musim tanam dengan komponen
biaya terbesar pada tenaga kerja.
Selain komoditas pertanian yang telah disebutkan, warga Desa Legok Kaler juga mengusahakan
sektor peternakan yaitu sapi, ayam dan domba.Rata-rata kepemilikinan petani terhadap ternak
tersebut sebagai berikut: 1) sapi sebanyak 1 ekor; 2) domba sebanyak 2 hingga 3 ekor; dan 3)
ayam sebanyak 5 hingga 10 ekor.
Permasalahan yang dihadapi petanii antara lain: 1) jika ketersediaan air berkurang, produksi akan
menurun; 2) masih ditemukannya hama yang menyerang tanaman; 3) harga output menurun akibat
kualitas padi yang kurang baik dikarenakan kurangnya ketersediaan air.
G. KONDISI UMKM

Kegiatan ekonomi dan UMKM yang diusahakan oleh warga Desa Legok Kaler antara
lain industri pengolahan makanan (rengginang, roti), industri pengolahan kayu, jasa
salon,jasa angkot.
• Ibu Ruk

Produksi : donat gula palem, kerupuk pangsit, dan onde-onde


Produktivitas : 350 buah donat/minggu, 3kg kerupuk pangsit/minggu, dan 150
buah onde- onde/minggu.
Produk donat jika sudah terlalu lama dapat mengeras, dan belum terdapat label yang
baik. Sebaiknya donat yang masih belum terjual disimpan di tempat yang bersuhu tinggi
(ricecooker), dan membuat design yang menarik untuk label, lebih baik lagi dibuatkan
brosur agar dapat disebar dan produk dapat dikenal lebih luas oleh masyarakat.
• Rengginang Ibu Hade

Rengginang Ibu Hade didirikan sejak tahun 1995. Mu- lanya merupakan usaha
sendiri dengan bahan baku ketan asli sebanyak 10 kg, namun sekarang bisa sam- pai
1 ton. Dijual ke penjual perantara, yang nantinya akan dijual kembali setelah
diberikan nilai tambah oleh pembeli-pembeli Ibu Hade. Permasalahan yang dihadapi
Bu Hade adalah masalah cuaca, selain itu tid- ak ada. Sebaiknya Ibu Hade
memberanikan diri menjual Rengginang dalam bentuk sudah dimasak dan diberi
nilai tambah, seperti abon atau saos sambal, yang nantinya dapat dipasarkan di outlet-
outlet oleh-Oleh sumdeang/bandung.
H. PROFIL PETANI BERHASIL DI DESA
• Bapak Surasa

Luas lahan : 1 Ha
Produksi : dua kali panen dalam setahun
Produktivitas : dalam sekali panen menghasilkan 4 ton
Banyak petani yang menanam singkong sehingga jika penawaran singkong meningkat, harga yang
diterima petani menurun. Keuntungan yang diterima oleh petani hanya ¼ dari seluruh hasil panen
yang didapat karena komoditasnya dijual secara borongan. Petani juga pernah gagal panen. Jika
harga komoditas menurun sebaiknya komodi- tas tersebut tidak dijual secara borongan agar har-
ga jual yang didapat tidak terlalu kecil dan jika harga komoditas meningkat, lebih baik diberi
nilai tambah dengan melakukan pengolahan dari komoditas tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

https://febriandhy.blogspot.com/2018/08/pemicuan-sanitasi-total-berbasis.html
http://stbm.kemkes.go.id/public/docs/reference/5b99c4c2576e12f4c9a2019139312658b2f3704c9
abc5.pdf
https://id.scribd.com/presentation/357147419/Prinsip-Prinsip-Stbm

Anda mungkin juga menyukai