Anda di halaman 1dari 4

Tugas Promosi Kesehatan

“ Kebiasaan Masyarakat Desa Bangun Purba Membuang Tinja Ke Sungai “

Dosen Pengampu : Septia Pristi Rahmah, S.K.M,M.K.M


Kelompok 5 :
1. Ardiana safitri D 2011213041
2. Yana Mora Sindhana 2111216009
3. Hanadia Charlina 2011211058
4. Uais 2011211057

Langkah – langkah promkes di tempat umum :


1. Pengenalan Kondisi Wilayah

Kecamatan Bangun Purba merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Rokan
Hulu. Penduduk di Kecamatan Bangun Purba berjumlah sekitar 16.055 dan Memiliki 7 desa di
kecamatan tersebut.

2. Identifikasi Masalah Kesehatan


Kesehatan merupakan hal yang harus diperhatikan oleh seluruh lapisan masyarakat, karena
kesehatan merupakan suatu standar dari kesejahteraan seseorang. Konsep sehat merupakan suatu
keadaan dimana kondisi fisik, mental, dan kesejahteraan sosial menjadi satu kesatuan dan tidak
hanya bebas dari penyakit maupun kecacatan (Chandra, 2007).
Pembangunan masyarakat dapat dimulai dari mewujudkan kualitas lingkungan sehat. Cara yang
digunakan baik kimia, biologi, fisik, serta sosial yaitu yang memungkinkan setiap individu
mencapai derajat kesehatan dengan setinggi- tingginya melalui upaya kesehatan lingkungan.
Lingkungan sehat dalam arti mencakup tempat kerja, lingkungan pemukiman, serta tempat
umum, dan fasilitas umum.
Sasaran salah satu dari program Sustainable Development Goals (SDGs) pada tahun 2030 adalah
mewujudkan akses kebersihan sanitasi yang memadai dan merata untuk semua, mengubah
kebiasaan buang air besar di tempat terbuka, dan lebih memperhatikan kebutuhan kaum
perempuan serta kelompok masyarakat yang rentan. Tujuan lainnya yaitu mendukung dan
memperkuat partisipasi masyarakat lokal dalam meningkatkan pengelolaan air dan sanitasi.
Masalah yang terdapat pada negara-negara berkembang yaitu perumahan dan sanitasi dasar
Syarat dasar minimal yang harus dimilki oleh setiap keluarga untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari yang termasuk dalam kesehatan lingkungan yaitu sanitasi dasar. Sanitasi dasar mempunyai
ruang lingkup seperti sarana jamban keluarga, penyediaan air bersih, pembuangan air limbah,
dan pembuangan sampah. Indonesia merupakan negara yang masih banyak masyarakatnya
berperilaku buang air besar (BAB) sembarangan. Di sejumlah daerah, BAB sembarangan masih
menjadi budaya di masyarakat.
Data Joint Monitoring Program WHO/UNICEF tahun 2014, sebesar 55 juta penduduk di
Indonesia berperilaku BAB sembarangan. Mereka juga melakukan aktivitas mandi dan mencuci
pakaian di sungai yang sama dan bisa berakibat rentan terkena penyakit diare. Selain diare, balita
mudah terserang pneumonia dari pencemaran tinja melalui udara (Karuru, 2014).
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2012 menyebutkan, sebanyak 39-40 juta orang
yang BAB sembarangan, merupakan mereka yang mempunyai WC, namun masih membuang
kotorannya ke sungai. BAB yang dianjurkan oleh ahli kesehatan dan merupakan buang air besar
yang sehat yaitu dengan membuang tinja di septic tank yang digali di tanah dengan syarat- syarat
tertentu. Dengan pembuangan tinja di septic tank dan bukan di sungai, maka masyarakat telah
melakukan salah satu syarat dasar kesehatan lingkungan (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Berbagai masalah kesehatan tersebut juga dialami oleh Desa Bangun Purba, Kecamatan Bangun
Purba. Kebiasaan masyarakat membuang tinja kesungai masih menjadi kebiasaan khususnya
masyarakat yang tinggal di pinggiran sungai. Memfungsikan sungai diluar fungsinya sebagai
tempat pengaliran air, masyarakat desa bangun purba juga melakukan aktivitas mandi, mencuci
pakaian dan menanmpung air dari sungai. Sehingga dampak yang akan ditimbulkan adalah
munculnya berbagai macam penyakit.
3. Survei Mawas Diri
Melakukan Survei bersama Lurah atau petugas puskesmas untuk melihat faktor apa saja yang
mempengaruhi perilaku masyarakat tersebut :
Perilaku Penyebab Pengetahuan Sikap Sarana Yang
Masalah dibutuhkan
Banyak Masyarakatnya Kurangnya Masih perlu Jamban Umum
yang tidak memiliki pengetahuan dibimbing
jamban masyarakat tentang
sanitasi
Kurang pemahaman …….. …… …..
akan fungsi sungai
……. ….. …… …..
…… ….. …… ……

Untuk mendapatkan perilaku penyebab, pengetahuan, sikap dan sarana maka dilakukan survei
kepada daerah yang tersebut oleh petugas puskesmas atau bagian promkes atau tenaga kesehatan
yang terlibat dan juga berbagai tokoh masyarakat.
4. Musyawarah Desa/Kelurahan
Musyawarah Desa diikuti oleh seluruh masyarakat desa yang diselenggarakan sebagai tindak
lanjut Survei Mawas Diri,
Dalam rangka pembinaan Musyawarah Desa bertujuan:
a. Menyosialisasikan tentang adanya masalah pembuangan tinja ke sungai serta langkah-langkah
untuk mengatasi dan mencegahnya.
b. Mencapai kesepakatan tentang prioritas masalah yang hendak ditangani
c. Membangun dan mengembangkan semangat kegiatan gotong- royong dalam pembangunan
kesehatan.
5. Perencanaan Partisipatif
Aparat desa Bangun Purba mengadakan pertemuan-pertemuan secara intensif guna menyusun
rencana penanganan masalah pembuangan tinja di sungai untuk dimasukkan ke dalam Rencana
Pembangunan Desa Bangun Purba.
Sistem pengelolaan air limbah dan sanitasi dapat dilakukan dengan :
a) Pengembangan jaringan air limbah komunal, off side, dan on side.
b) Perbaikan sarana sanitasi dasar permukiman, yaitu dengan membuat SPAL (saluran
pembuangan air limbah) yang meliputi tanki septik dan sumur peresapan.
c) Pembangunan jamban keluarga maupun komunal termasuk tanki septik komunal, MCK
dan WC umum.
d) Pengembangan sistem pengumpulan dan pengolahan lumpur tinja, untuk melayani
masyarakat dalam menguras tanki septik.
6. Pelaksanaan Kegiatan
a. Melakukan Sosialisai kepada masyarakat desa bangun purba terutama bagi masyrakat
yang tinggal di sekitar bantaran sungai agar tidak lagi membuang tinja kesungai,
pemaparan akibat yang akan ditimbulkan jika tetap membuang tinja ke sungai.
b. Pemicuan dan Pendekatan secara door to door tentang jamban sehat sebagai solusi bebas
buang air besar sembarangan pada masyarakat desa bangun purba
c. Melakukan advokasi kepada aparat desa yang berwenang agar dikeluarkannya aturan atau
perintah tentang larangan membuang tinja ke sungai
d. Petugas surveilans baik dari puskesmas setempat harus teratur melakukan pendataan
masyarakat, apakah sudah memiliki jamban yang sesuai aturan. Agar perubahan perilaku
dapat terpantau dengan baik.
7. Pembinaan kelestarian
Pembinaan kelestarian merupakan tugas dari Kepala Desa/Lurah dan perangkat
desa/kelurahan dengan dukungan dari berbagai pihak, utamanya pemerintah daerah dan
pemerintah. Kehadiran fasilitator di desa dan kelurahan sudah sangat minimal, karena perannya
sudah dapat sepenuhnya digantikan oleh kaderkader kesehatan, dengan supervisi dari Puskesmas.
Perencanaan partisipatif dalam rangka pembinaan kesehatan masyarakat desa/kelurahan,
sudah berjalan baik dan rutin serta terintegrasi dalam proses perencanaan pembangunan desa
atau kelurahan .Kemitraan dan dukungan sumber daya serta sarana dari pihak di luar
pemerintah juga sudah ergalang dengan baik dan melembaga.
Pada tahap ini, selain pertemuan-pertemuan berkala serta kursuskursus penyegar bagi
para kader kesehatan, juga dikembangkan cara-cara lain untuk memelihara dan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para kader tersebut.
Pembinaan kelestarian juga dilaksanakan terintegrasi dengan penyelenggaraan Lomba
Desa dan Kelurahan yang diselenggarakan setiap tahun secara berjenjang sejak dari tingkat
desa/kelurahan sampai ke tingkat nasional.
Dalam rangka pembinaan kelestarian juga diselenggarakan pencatatan dan pelaporan
perkembangan kesehatan masyarakat desa/kelurahan, termasuk PHBS di Rumah Tangga,
yang berjalan secara berjenjang dan terintegrasi dengan Sistem Informasi Pembangunan Desa
yang diselenggarakan oleh Kementerian Dalam Negeri.

Anda mungkin juga menyukai