Anda di halaman 1dari 10

HIGEIA 2 (3) (2018)

HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH


RESEARCH AND DEVELOPMENT
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

Kualitas Sumur Gali di Dusun Wahakaim

Gracia Victoria Souisa 1, Lea Mediatrix Y. Janwarin1

1
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan, Universitas Kristen Indonesia Maluku, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Seluruh kepala keluarga Dusun Wahakaim, Desa Aketernate, memenuhi kebutuhan air bersih
Diterima 22 Juni 2018 dengan mengandalkan sumur gali yang secara fisik tidak memenuhi syarat kualitas air bersih.
Disetujui 19 Oktober Penelitian ini bertujuan, mengetahui gambaran kualitas air sumur gali ditinjau dari parameter fisik,
2018 kimia dan mikrobiologi sebelum dan sesudah penyaringan sederhana. Desain penelitian yang
Dipublikasikan 30 digunakan adalah survey deskriptif berbasis laboratorium, dengan total sampel sebanyak 12 sampel
Oktober 2018 air. Pemeriksaan kualitas air dilakukan di Laboratorium Kesehatan, Provinsi Maluku, data hasil
________________ laboratorium secara deskriptif dibandingkan dengan Permenkes RI Nomor
Keywords: 416/Menkes/Per/IX/1990. Hasil penelitian menunjukan, untuk sampel air yang belum disaring,
Water Quality Dug Well, sebanyak 3 sumur gali (37,5%) tidak memenuhi syarat TDS dan rasa, sebanyak 7 sumur gali
Physics, Chemistry, (87,5%) tidak memenuhi syarat mangan dan klorida, dan 100% tidak memenuhi syarat Total coli,
Microbiology sedangkan sebanyak 4 sumur gali (50%) tidak memenuhi syarat E.coli dan untuk sampel air yang
____________________ telah disaring, sebanyak 2 sampel air (50%) tidak memenuhi syarat TDS, sedangkan parameter
DOI: mikrobiologi sebanyak 3 sampel air (75%) tidak memenuhi syarat Total coli. Efektifitas
https://doi.org/10.15294 penyaringan sederhana optimal pada parameter kekeruhan, TSS dan mangan.
/higeia.v2i4.23632
____________________
Abstract
___________________________________________________________________
All of the family heads of Wahakaim, Aketernate Village, met the need for clean water by relying on dug wells
that did not physically meet the requirements of clean water quality. This study aims to find out the description
of the water quality of dug wells in terms of physical, chemical and microbiological parameters before and after
simple filtering. The research design used was a laboratory-based descriptive survey, with a total sample of 12
water samples. Water quality checks were carried out in the Health Laboratory, Maluku Province, descriptive
laboratory data compared to Permenkes RI Number 416 / Menkes / Per / IX / 1990. The results showed that
for the water samples that had not been filtered, 3 dug wells (37.5%) did not meet the TDS and taste
requirements, as many as 7 dug wells (87.5%) did not meet the requirements of manganese and chloride, and
100% did not meet Total coli requirements, while as many as 4 wells dug (50%) did not meet E.coli
requirements and for water samples that were filtered, 2 water samples (50%) did not meet the TDS
requirements, while microbiological parameters were 3 water samples (75% ) does not meet the requirements of
Total coli. Simple optimal filtering effectiveness on turbidity parameters, TSS and manganese.

© 2018 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi:
p ISSN 1475-362846
Gedung Prodi Kesehatan Masyarakat
Jl. OT Pattimaipauw, Ambon 97115 e ISSN 1475-222656
E-mail: souisagracia@gmail.com

612
Gracia V. S. dan Lea M. Y. J. / Kualitas Sumur Gali / HIGEIA 2 (4) (2018)

PENDAHULUAN sumber air bersih untuk kebutuhan minum,


masak, mandi. Hal ini mempengaruhi kondisi
Kualitas air bersih yang digunakan kesehatan masyarakat yang ditandai dengan
menentukan derajat kesehatan suatu tingginya kasus diare dan gatal pada kulit.
masyarakat, sehingga kualitas air yang tidak Jumlah sumur gali di Dusun Wahakaim adalah
memenuhi syarat perlu mendapat perhatian. 8 sumur gali, yang digunakan oleh 85 kepala
Sarana air bersih yang banyak digunakan oleh keluarga (345 jiwa) (Tim Pusat Studi
masyarakat pedesaan adalah sumur gali. Perempuan dan Anak, 2016).
Kualitas air adalah karakteristik mutu yang Permasalahan air bersih yang dialami
dibutuhkan untuk pemanfaatan tertentu dari oleh Masyarakat Wahakaim diatasi dengan cara
sumber – sumber air. Setiap jenis air dapat melakukan penyaringan sederhana yang
diukur konsentrasi unsur yang tercantum di meninggalkan banyak endapan. Penyaringan
dalam standar kualitas, sehingga dapat dilakukan dengan menggunakan lapisan ijuk
diketahui syarat kualitasnya. Standar kualitas dan pasir pantai yang diletakan di dalam drum
air bersih adalah ketentuan – ketentuan bekas. Hanya ada dua sumur yang memiliki air
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI yang tidak berwarna kuning sehingga oleh
No. 416/menkes/per/IX/1990 tentang syarat – warga digunakan untuk kebutuhan masak
syarat dan pengawasan kualitas air, yang (makan/minum). Sampai saat ini, belum pernah
meliputi syarat fisik, kimia dan biologi. Standar dilakukan pengujian secara menyeluruh tentang
kualitas air dituangkan dalam bentuk kualitas air bersih, baik oleh masyarakat
pernyataan atau angka yang menunjukan maupun pemerintah, sehingga masyarakat tidak
persyaratan – persyaratan yang harus dipenuhi mengetahui apakah air sumur yang digunakan,
agar air tidak menimbulkan gangguan layak digunakan atau tidak. Sumur gali sebagai
kesehatan, penyakit, gangguan teknis dan salah satu sumber air bersih, dapat diukur
gangguan dalam segi estetika (Rumampuk, kualitasnya berdasarkan Permenkes RI Nomor
2015). 416/ Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat –
Dusun Wahakaim secara administratif syarat dan pengawasan kualitas air, yang
pemerintahan merupakan anak dusun dari Desa meliputi syarat fisik, kimia dan biologi
Aketernate, Wilayah Kecamatan Seram Utara (Khomariyatika & Tunggul, 2011).
Timur Seti dengan jarak Dusun Wahakaim Beberapa faktor yang dapat
dengan pusat kota kecamatan (Wahai) ± 25 mempengaruhi kualitas sumur gali yaitu
km. Sedangkan jarak ibukota kabupaten rembesan yang berasal dari tempat pembuangan
(Masohi) berjarak ± 380 km. Hasil Penelitian kotoran manusia, kakus/jamban dan hewan,
Pusat Studi Perempuan dan Anak (PSPA), dari limbah sumur karena lantai dan saluran air
Universitas Kristen Indonesia Maluku, limbah yang tidak kedap air, keadaan konstruksi
menggambarkan bahwa sebagian besar kepala sumur yang tidak memperhatikan jarak antara
keluarga Wahakaim merupakan masyarakat sumur dengan sumber pencemar (Tanjungsari,
dengan kondisi ekonomi yang lemah, berprofesi Sudamo, & Andarani, 2016). Penelitian yang
sebagai pekerja kebun sawit, petani dan dilakukan untuk mengetahui kualitas air sumur
pembuat sopi (minuman tradisional beralkohol gali di Desa Buo, Kecamatan Lolonda,
dari aren atau kelapa). Kondisi masyarakat yang menunjukan bahwa kualitas air sumur gali
terbatas, mempengaruhi kesadaran akan dipengaruhi oleh konstruksi sumur (dinding,
kualitas lingkungan. Selain itu, dalam lantai, bibir dan atap sumur) dan jarak jamban
pemenuhan kebutuhan air bersih, Dusun dan pencemar lain dengan sumur gali (Taluke,
Wahakaim hanya bergantung pada air sumur Akili, & Pinontoan, 2016). Selain itu, penelitian
yang secara fisik, tidak memenuhi syarat yang dilakukan oleh Miftakul & Tunggul
(gambar 1.B), yaitu berwarna kuning, keruh, (2017), pada 86 sumur gali di Kelurahan Bedan
berbau, sehingga tidak layak dijadikan sebagai Ngisor, Kecamatan Gajahmungkur, Kota

613
Gracia V. S. dan Lea M. Y. J. / Kualitas Sumur Gali / HIGEIA 2 (4) (2018)

Semarang menunjukan bahwa ada hubungan sumber air bersih. Sampel yang diambil yaitu 8
antara letak sumur gali, keberadaan penutup sampel untuk air sumur gali dan 4 sampel untuk
sumur, tinggi air permukaan, bahan dinding air yang disaring dengan penyaringan sederhana
sumur, pH sumur dan pencahayaan dengan sehingga total sampel yaitu 12 sampel untuk
keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti. Hal ini pengujian kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi
menunjukan bahwa keberadaan sumur gali air. Tidak semua sampel air yang telah disaring
sebagai sumber air baku yang digunakan diambil karena pada saat penelitian dilakukan
masyarakat penting diperhatikan sehingga dapat ada penyaringan yang rusak dan perlu diganti,
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. serta penyaringan tidak digunakan karena
Perbedaan penelitian ini dengan masyarakat memanfaatkan air hujan pada saat
penelitian sebelumnya yaitu parameter musim hujan. Variabel penelitian meliputi
pemeriksaan yang mencakup parameter fisik, parameter fisik, kimia dan mikrobiologi dari air
kimia, dan mikrobiologi secara lengkap serta sumur gali sebelum dan sesudah penyaringan
diperiksa sebelum dan sesudah penyaringan sederhana.
sederhana. Penyaringan sederhana yang Pengambilan sampel untuk pengukuran
digunakan disesuaikan dengan yang digunakan kualitas mikrobiologi air, dilakukan dengan
oleh masyarakat yaitu menggunakan ijuk dan memperhatikan kondisi aseptis. Untuk
pasir pantai. Selain itu, pengujian kualitas air pengujian kualitas mikrobiologi, sampel air
sumur juga belum dilakukan secara lengkap di sumur gali diambil dengan menggunakan botol
Dusun Wahakaim, Desa Aketernate karena steril yang dibungkus alumunium foil, diberi
akses yang jauh dan keterbatasan pendanaan. pemberat dan bertali. Proses pengambilan
Uraian latar belakang diatas mendasari diawali dengan membuka kertas pembungkus
keingintahuan penulis tentang bagaimana botol, botol dipegang bagian bawah yang masih
gambaran kualitas air sumur dangkal (sumur ada pembungkusnya sehingga tangan tidak
gali) pada Dusun Wahakaim, Desa Aketernate. bersentuhan dengan botol. Botol diturunkan
Kecamatan Seram Utara, ditinjau dari kualitas/ perlahan hingga mulut botol masuk minimal 10
parameter fisik (bau, jumlah zat padat terlarut, cm dari permukaan air, setelah penuh terisi air,
kekeruhan, rasa, suhu, warna, TSS), kimia diangkat kemudian buang sedikit air hingga
(flourida, total chromium, nitrit, nitrat, besi, tertinggal volume 2/3 volume botol. Mulut
kesadahan, klorida, mangan, pH, sulfat, botol dilewatkan pada bunsen, sumbat kembali
amoniak, salinitas, zat organik) dan dan dibungkus dengan baik. Sampel dimasukan
mikrobiologi (E. coli dan total coliform) sebelum dalam tas sampel dilengkapi dengan icepack
dan sesudah penyaringan sederhana. untuk menjaga kondisi sampel (Hasanuddin &
Iswadi, 2013). Untuk kualitas fisik dan kimia air
METODE sumur gali diambil dengan menggunakan botol
bersih, sebanyak 600 ml, diberi kode sampel dan
Penelitian ini merupakan penelitian disegel dengan plakban kemudian masukan ke
survey deskriptif berbasis laboratorium yang dalam tas sampel. Botol yang digunakan untuk
dilakukan di Dusun Wahakaim, Desa menampung air sumur gali yang akan
Aketernate, Kecamatan Seram Utara Timur digunakan untuk pemeriksaan fisik dan kimia
Seti, Kabupaten Maluku Tengah. Pengukuran air, dihindarkan dari pencahayaan langsung
kualitas air dilakukan pada Laboratorium dengan cara dilapisi dengan plakban hitam.
Kesehatan, Provinsi Maluku. Populasi Pengumpulan data dalam penelitian ini
penelitian adalah semua sumur gali yang ada di dilakukan dengan pemeriksaan kualitas fisik,
Dusun Wahakaim, yaitu sebanyak 8 sumur gali. kimia dan mikrobiologi pada Balai
Pengambilan sampel dilakukan secara total Laboratorium Kesehatan, Provinsi Maluku.
sampling, yaitu keseluruhan sumur yang ada di Selain itu, juga dilakukan wawancara kepada
Dusun Wahakaim dan digunakan sebagai masyarakat tentang penyakit yang dialami

614
Gracia V. S. dan Lea M. Y. J. / Kualitas Sumur Gali / HIGEIA 2 (4) (2018)

akibat penggunaan air sumur gali dan observasi menggunakan botol steril, bunsen dan alcohol
dengan menggunakan lembar observasi yang untuk mencegah adanya kontaminasi.
berisi gambaran tentang jarak pencemar dan Pengujian kualitas air dilakukan di Balai
konstruksi sumur gali untuk mengetahui faktor Laboratorium Kesehatan Provinsi Maluku pada
yang mempengaruhi kualitas air sumur gali. tanggal 5 – 23 Mei 2018.
Selanjutnya analisis data hasil laboratorium Hasil pengujian kualitas air ditinjau dari
dilakukan secara deskriptif dibandingkan parameter fisik, kimia dan mikrobiologi sebelum
dengan Permenkes RI Nomor 416/ dan sesudah penyaringan sederhana dengan
Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat – syarat pengujian kualitas fisik dan parameter kimia.
dan pengawasan kualitas air bersih, serta Pengujian kualitas fisik air dilakukan pada 8
menarasikan efektifitas penyaringan sederhana sampel air sumur gali sebelum disaring dan 4
yang dilakukan oleh masyarakat dengan sampel air yang telah disaring dengan
memperhatikan hasil pengujian air sumur gali penyaringan sederhana (Kode sampel : 02, 06,
sebelum dan sesudah penyaringan. Data hasil 07 dan 08) menunjukan bahwa parameter fisik
pemeriksaan laboratorium meliputi parameter untuk sampel air sebelum disaring, yang tidak
fisik (bau, jumlah zat padat terlarut, kekeruhan, memenuhi syarat adalah kode sampel 02, 03
rasa, suhu, warna, TSS), kimia (flourida, total dan 05 yaitu pada parameter TDS yang
chromium, nitrit, nitrat, besi, kesadahan, melampaui batas maksimal (> 500 mg/l) dan
klorida, mangan, pH, sulfat, amoniak, salinitas, rasa air yang payau hingga asin. Sedangkan
zat organik) dan mikrobiologi (E. coli dan total untuk sampel air sesudah disaring, yang tidak
coliform). memenuhi syarat adalah kode sampel 02 dan 07
yaitu pada parameter TDS yang melampau
HASIL DAN PEMBAHASAN batas maksimal (> 500 mg/l).
Pemeriksaan parameter kimia untuk
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei – sampel air sebelum disaring, yang tidak
Juni 2018, dengan lokasi penelitian yaitu di memenuhi syarat adalah pada kode sampel 01,
Dusun Wahakaim, Desa Aketernate, 02, 03, 05, 06, 07 dan 08 yaitu adanya
Kecamatan Seram Utara Timur Seti, Maluku kandungan mangan dalam air, juga pada kode
Tengah. Objek penelitian adalah 8 air sumur sampel 03 dan 05 menunjukan jumlah klorida
gali (sebelum dan sesudah penyaringan yang lebih dari kadar maksimal. Sedangkan
sederhana) yang digunakan masyarakat Dusun untuk sampel air yang telah disaring, semua
Wahakaim sebagai sumber air baku untuk sampel menunjukan masih memenuhi syarat
keperluan minum dan kebutuhan lainnya. sesuai kadar maksimum yang diperbolehkan; 3)
Pengambilan sampel sebelum penyaringan Pemeriksaan untuk parameter mikrobiologi
dilakukan pada 8 air sumur gali, sedangkan menunjukan bahwa untuk sampel air sebelum
pengambilan sampel sesudah penyaringan disaring, parameter E.coli tidak memenuhi baku
sederhana, hanya berjumlah 4 sampel air mutu (> 10/ 100 ml) adalah pada kode sampel
dikarenakan tidak semua sampel air sumur gali 01, 02, 04, 05, sedangkan untuk parameter total
disaring oleh masyarakat. Kualitas air sumur coliform, semua sumur (kode sampel 01 – 08)
gali yang diuji dalam penelitian ini meliputi tidak memenuhi baku mutu (> 10/ 100
parameter fisik (bau, jumlah zat padat terlarut, ml).Untuk sampel air yang telah disaring (kode
kekeruhan, rasa, suhu, warna, TSS), kimia sampel 02, 06, 07, 08), seluruhnya masih
(flourida, total chromium, nitrit, nitrat, besi, memenuhi baku mutu E. coli (<10/100ml)
kesadahan, klorida, mangan, pH, sulfat, sedangkan untuk parameter total coli yang tidak
amoniak, salinitas, zat organik) dan memenuhi baku mutu adalah pada kode sampel
mikrobiologi (E. coli dan total coliform). 02, 06, dan 08. Hasil wawancara menunjukan
Pengambilan sampel mikrobiologi dilakukan bahwa masyarakat sering mengalami penyakit
dengan memperhatikan kondisi aseptis yaitu seperti batuk, diare, bisul dan gatal.

615
Gracia V. S. dan Lea M. Y. J. / Kualitas Sumur Gali / HIGEIA 2 (4) (2018)

Selain itu, hasil observasi menunjukan menunjukkan parameter kualitas sumur gali,
bahwa 08 sumur gali di Dusun Wahakaim tidak jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.
memenuhi syarat kesehatan minimal sumur gali Untuk mengatasi masalah air sumur yang
yang meliputi jarak pencemar dengan sumur berwarna kuning hingga kecoklatan dan banyak
gali dan syarat fisik atau konstruksi sumur gali partikulat, masyarakat Dusun Wahakaim
seperti lantai sumur, bibir sumur, dinding atau menggunakan penyaringan sederhana berupa
cincin sumur, saluran limbah sumur gali, dan penampungan air (drum/ ember plastik) yang
tutup sumur. Hasil observasi sumur gali dapat dilapisi dengan ijuk (lapisan pertama) dan pasir

Tabel 1. Hasil Observasi Konstruksi, parameter yang tidak memenuhi syarat dan keluhan/ penyakit
yang dialami pengguna Sumur Gali di Dusun Wahakaim, 2018
Syarat Kesehatan Minimal Parameter yang tidak
Kode Sumur Gali memenuhi syarat Keluhan/ Penyakit yang
Sampel 1 2 3 4 5 6 Belum Sudah dialami pengguna
disaring disaring
01 x √ √ x √ x 1. Mangan - Batuk dan flu
2. E. coli dan
total coli
02 x X √ x x x 1. TDS & 1. TDS Batuk, bisul, diare dan
rasa 2. Total gatal – gatal
2. Mangan coliform
3. E. coli dan
total coli
03 x √ √ x x x 1. TDS & - Batuk, diare, gatal, dan
rasa bisul
2. Klorida
dan
mangan
3. Total
coliform
04 x X √ x x x 1. Rasa - Batuk, diare
2. E. coli dan
total coli
05 x X √ x x x 1. TDS & - Diare
rasa
2. Klorida &
mangan
3. E. coli dan
total coli
06 x √ √ x x x 1. Mangan 1. Total Gatal dan diare
2. Total coliform
coliform
07 x X √ x x x 1. Mangan 1. TDS Diare
2. Total
coliform
08 √ √ √ x x x 1. Mangan 1. Total Batuk dan flu
2. Total coliform
coliform
Keterangan :
(1). Jarak Sumur dengan pencemar
(2). Bibir sumur √ : Ada/ memenuhi syarat
(3). Lantai Sumur
(4). Dinding/ cincin sumur
(5). Saluran limbah sumur gali x : Tidak ada/ tidak memenuhi syarat
(6). Tutup Sumur

616
Gracia V. S. dan Lea M. Y. J. / Kualitas Sumur Gali / HIGEIA 2 (4) (2018)

pantai (lapisan kedua). Secara fisik, penyaringan


ini mengurangi partikulat dan air sehingga air
lebih jernih dibandingkan sebelum disaring.
Pemastian kualitas air yang aman bagi
kesehatan masyarakat Dusun Wahakaim, maka
dilakukan pengujian air sumur gali sebelum dan
sesudah disaring. Pengujian dalam penelitian
ini, dilakukan pada 08 sampel air sebelum
disaring (langsung dari sumur gali) dan 04
sampel air yang sudah disaring. Hal ini
dikarenakan ketika penelitian dilakukan ada
masyarakat yang mengunakan air hujan (sedang
Gambar 1. Jumlah TDS air sumur gali sebelum
musim hujan) sehingga tidak melakukan
dan sesudah disaring
penyaringan air, namun adapula masyarakat
yang peyaringannya dalam keadaan rusak Gambar 1. menunjukan adanya
sehingga tidak dapat digunakan. peningkatan jumlah TDS sesudah disaring
Penyaringan adalah suatu proses dibandingkan sebelum disaring. Pada sampel air
pemisahan bahan – bahan tersuspensi dalam air sebelum disaring, jumlah TDS antara 286 – 607
melalui bahan berpori – pori, sehingga mg/dl sedangkan sesudah disaring jumlah TDS
menghasilkan kualitas air yang lebih baik. antara 314 – 636 mg/dl. Hasil pengujian
Berdasarkan kajian teori, pengolahan air dapat parameter fisik,untuk sampel air sebelum dan
dilakukan secara fisika, kimia dan biologi. sesudah disaring menunjukan kadar Total
Pengolahan air secara fisika dilakukan untuk dissolved suspensi (TDS) atau jumlah zat padat
menghilangkan kotoran pada air berupa zat terlarut cenderung meningkat pada sampel air
padat, misalnya sampah kayu dan pasir serta yang telah disaring. TDS adalah padatan yang
dapat dilakukan dengan filtrasi, pengendapan terdiri dari senyawa organic dan anorganik yang
atau sedimentasi. Pengolahan secara kimia, larut dalam air, mineral dan garam – garamnya
digunakan bahan – bahan kimia untuk (Sasongko, Widyastuti, & Priyono, 2014).
memenuhi parameter kimia. Sedangkan Peningkatan kadar TDS setelah disaring
pengolahan secara biologi dilakukan agar air dapat dipengaruhi oleh kondisi penyaringan
dapat memenuhi standar parameter biologi masyarakat yang jarang diganti, dan tempat
antara lain dengan pemanasan dan penyinaran penampungan yang rusak serta jarang
ultraviolet sehingga bakteri dan virus yang dibersihkan. Hasil wawancara dengan
terdapat dalam air akan mati (Kumalasari & masyarakat setempat menunjukan bahwa
Satoto, 2011). Penyaringan sederhana yang penyaringan sederhana yang digunakan
dilakukan oleh masyarakat Wahakaim dengan masyarakat, dibiarkan/ tidak diganti kurang
menggunakan ijuk dan pasir hanya terjadi lebih 6 bulan – 1 tahun. Ijuk dan pasir yang
proses penyaringan secara fisika dimana hanya digunakan akan diganti jika endapan/ sedimen
kotoran kotoran halus yang tersaring dan pada pasir telah tebal dan menyebabkan proses
menghasilkan kualitas air yang lebih bersih dan penyaringan berjalan lambat. Kondisi ekonomi
lebih baik. Keefektifan penyaringan tergantung masyarakat dan pengetahuan yang terbatas,
dari luas permukaan saringan, ukuran besar serta terbiasanya masyarakat dengan kondisi
butir dan jenis saringan. Penyaringan sederhana tersebut, mempengaruhi kurangnya upaya
ini dapat mengurangi kekeruhan, masyarakat untuk mengatasi masalah air sumur
menghilangkan bau, warna, mengurangi koloid gali. Selain TDS, ada 4 air sumur gali dengan
organik. Efektifitas penyaringan sederhana rasa payau hingga asin karena lokasi Dusun
berupa ijuk dan pasir pada parameter fisik air Wahakaim yang secara geografis berdekatan
dapat dilihat pada grafik (Gambar 1). dengan pesisir pantai (laut).

617
Gracia V. S. dan Lea M. Y. J. / Kualitas Sumur Gali / HIGEIA 2 (4) (2018)

Dampak pada kesehatan masyarakat


akibat tinginya kadar TDS menurut WHO akan
menyebabkan gangguan kardiovaskular
(penyumbatan jantung) dan urolithiasis (batu
ginjal), selain itu juga menyebabkan kerugian
lainnya seperti pengerakan pada peralatan
logam untuk masak, penyumbatan pada pipa
logam karena endapan CaCO3, dan pemakaian
sabun menjadi lebih boros karena buih yang
dihasilkan sedikit (Dyah, 2017). Penelitian yang
dilakukan oleh Munfiah & Setiani (2013), Gambar 3. TSS air sumur gali sebelum dan
didapatkan sebanyak 4 dari 14 sumur gali sesudah disaring
memiliki kadar TDS lebih dari 10.000 mg/l
menunjukan tingkat salinitas yang tinggi,
ditandai dengan air berasa asin. Tingginya
kadar TDS dalam penelitian Munfiah & Setiani
(2013), disebabkan karena tingginya kadar
klorida dan zat organic. Efektifitas penyaringan
sederhana (ijuk dan pasir) untuk menurunkan
kadar TDS, masih belum efektif.
Gambar 2. menunjukan adanya
penurunankekeruhan sesudah disaring
dibandingkan sebelum disaring. Pada sampel air
sebelum disaring, jumlah kekeruhan antara 0.38
Gambar 4. Kadar mangan air sumur gali
– 1,7 NTU sedangkan sesudah disaring
sebelum dan sesudah penyaringan
kekeruhan 0 NTU.
Gambar 3. menunjukan bahwa terjadi
dilakukan penyaringan sederhana. Pada sampel
penurunan TSS pada air sumur gali sesudah
air sebelum disaring, kadar mangan antara 0.4–
dilakukan penyaringan sederhana. Pada sampel
3,1 mg/l sedangkan sesudah disaring kadar
air sebelum disaring, jumlah TSS antara 0.269 –
mangan 0 mg/l. Hasil pengujian parameter
0,54 mg/l sedangkan sesudah disaring TSS
kimia, untuk sampel air sebelum disaring
antara 0,23 – 0,301 mg/l dan keduanya masih
sebanyak 7 sampel air yang tidak memenuhi
memenuhi syarat maksimum yaitu 30 mg/L.
syarat karena adanya kandungan mangan dalam
air (> 0,4 mg/l) sedangkan pada 4 sampel air
yang telah disaring kandungan mangan turun
hingga 0 mg/l.
Mangan adalah salah satu logam yang
paling banyak di permukaan bumi (0,1% dari
kerak bumi), dan secara alami banyak
ditemukan di air permukaan dan air tanah
namun aktifitas manusia juga banyak
berkontribussi mengkontaminasi air (Munfiah &
Setiani, 2013). Air yang mengandung mangan
Gambar 2. Kekeruhan air sumur gali sebelum berlebih menimbukan rasa, warna coklat/
dan sesudah disaring ungu/ hitam dan kekeruhan. Adanya mangan
dalam air dapat disebabkan oleh keberadaannya
Gambar 4. menunjukan bahwa terjadi yang alamiah di lingkungan sebagai padatan
penurunan mangan pada air sumur gali sesudah dalam tanah, partikel kecil di dalam air serta

618
Gracia V. S. dan Lea M. Y. J. / Kualitas Sumur Gali / HIGEIA 2 (4) (2018)

partikel debu di udara, namun dapat juga terpajan konsentrasi mangan yang berlebih
berasal dari aktifitas manusia yang dapat melalui air minum dan makanan (Widya et al.,
menyebar ke air permukaan, air tanah dan air 2008).
limbah (Muhammad, 2017). Kandungan Selain mangan, adapula 2 sampel air
mangan setelah dilakukan penyaringan sumur gali sebelum disaring yang kandungan
menunjukan adanya penurunan hingga 0 mg/l. kloridanya melebihi syarat. Hal ini dapat
Hal ini menunjukan efektifnya penyaringan disebabkan oleh dekatnya sumur gali dengan air
yang digunakan untuk menurunkan kandungan laut yang mengandung garam, atau kotoran
mangan. Penelitian kombinasi filter pasir – manusia seperti urine yang mengandung klorida
zeolit, pasir-karbon aktif, dan zeolit karbon aktif dalam jumlah yang sama dengan klorida yang
bisa membuang mangan sebesar 0,83 mg/l, ; dikonsumsi lewat makanan dan air (Sasongko et
0,87 mg/l dan 1,06 mg/l dengan efektifitas al., 2014).Sumber klorida dalam air tanah dan
kombinasi filter pasir zeolit sebesar 48,13%, air permukaan dapat disebabkan secara alami
efektifitas pasir-karbon aktif sebesar 45,56% dan dan akibat kegiatan manusia seperti air
efektifitas zeolit – karbon aktif sebesar 45,42% limpasan, penggunaan pupuk anorganik, air
(Widya, Sastiono, & Jusuf, 2008). lindi dari persampahan, limbah septic tank,
Dalam jumlah kecil (< 0,5 mg/l), mangan pakan ternak, saluran drainase atau irigasi, dan
dalam air tidak menimbulkan gangguan intrusi air laut di wilayah pesisir (Munfiah &
kesehatan, melainkan bermanfaat dalam dalam Setiani, 2013). Kandungan klorida yang tinggi
menjaga kesehatan otak dan tulang, serta dapat berbahaya bagi kesehatan masyarakat
membantu menghasikan enzim untuk antara lain bersifat merusak atau korosif pada
metabolisme tubuh mengubah karbohidrat dan kulit dan peralatan, serta berpotensi merusak
protein membentuk energi yang akan digunakan sistem pernafasan manusia dan hewan (Dyah,
(produksi insulin di dalam pancreas), namun 2017). penelitian yang dilakukan oleh Sasongko
dalam jumlah yang besar (>0,5 mg/l) mangan dkk (2014), pada 6 sumur gali di sekitar Sungai
dalam air minum bersifat neurotoksik dengan Kaliyasa, Kabupaten Cilacap, didapatkan 4
gejala insomnia, lemah pada kaki dan otot sumur gali dengan klorida lebih dari 600 mg/l,
muka sehingga ekspresi muka menjadi beku dan dengan hasil klorida tertinggi pada sumur gali
tampak seperti topeng (Febrina & Astrid, 2017). yang paling dekat dengan sungai dan menurun
Penelitian yang dilakukan Munfiah & Setiani pada sumur gali yang jaraknya jauh dari sungai.
(2013), didapatkan bahwa 11 sumur gali di Hasil pengujian parameter mikrobiologi,
Kabupaten Demak melebihi syarat baku mutu. untuk sampel air yang belum disaring, pada
Mangan dapat berikatan dengan nitrat, sulfat parameter E. coliyang tidak memenuhi syarat
dan klorida dan larut dalam air. Gangguan sebanyak 4 sumur gali yaitu kode sampel 01, 02,
kesehatan yang dilaporkan Kawamura et al 04 dan 05. Sedangkan total coliform ditemukan
(1941) akibat adanya mangan dari 400 sel pada semua sampel air sebelum disaring. Pada
baterai kering yang mengkontaminasi sumur air sampel air yang telah disaring, ditemukan total
minum menyebutkan terjadinya lethargy, coliform pada 3 sampel air, sedangkan untuk
peningkatan tonus otot, tremor dan gangguan parameter E.coli seluruh sampel masih
mental. Dari 50 orang yang diperiksa, 15 orang memenuhi syarat atau baku mutu kualitas air.
memiliki gejala. Sebanyak 5 kasus dikategorikan Ditemukannya total coliform dalam air sumur
sebagai kasus berat, 2 kasus sedang, dan 8 kasus gali sebelum dan sesudah disaring dapat
ringan. Sebuah studi epidemiologi untuk bersumber dari lingkungan (tanah dan
mengetahui kaitan pajanan mangan melalui oral tumbuhan). Hasil observasi menunjukan kondisi
dengan kejadian neurotoksisitas pada anak, lingkungan Dusun Wahakaim kurang saniter,
menunjukan efek samping neurologi yang dan tidak dirawat dengan baik oleh masyarakat
ditandai dengan penurunan kemampuan belajar setempat. Kondisi lingkungan disekitar sumur
di sekolah pada anak usia 11 – 12 tahun yang gali tidak dilengkapi dengan lantai dan

619
Gracia V. S. dan Lea M. Y. J. / Kualitas Sumur Gali / HIGEIA 2 (4) (2018)

pembuangan air limbah sehingga ada banyak syarat E.coli. Sedangkan untuk sampel air yang
genangan air disekitar sumur gali. Konstruksi telah disaring, sebanyak 2 sampel air (50%)
sumur gali juga tidak dibuat dengan baik, tidak memenuhi syarat fisik (TDS), pada
sehingga memungkinkan masuknya pencemar. parameter kimia seluruhnya memenuhi syarat,
Ditemukannya E.coli dalam air sumur gali sedangkan parameter mikrobiologi sebanyak 3
sebelum disaring pada 4 sumur gali (kode sampel air (75%) tidak memenuhi syarat Total
sampel 01, 02, 04 dan 05), berdasarkan hasil coli. Efektifitas penyaringan sederhana optimal
observasi pada sumur 01, 02, 04 dan 05 tidak pada parameter kekeruhan (0.38 – 1,7 NTU
memenuhi syarat jarak pencemar seperti septic menjadi 0 NTU), TSS (0.269 – 0,54
tank (< 10 m) dan konstruksi sumur gali yang mg/lmenjadi 0,23 – 0,301 mg/l) dan mangan
tidak memenuhi syarat kesehatan. Sumur (0.4 – 3,1 mg/l menjadi 0 mg/l).
lainnya pun ditemukan E.coli dengan jumlah 4 – Saran yang dapat diberikan untuk peneliti
9 MPN/100 ml dan masih dalam batas yang selanjutnya adalah pengujian efektifitas
diperbolehkan. Indikator kehadiran bakteri kombinasi penyaringan sederhana yang lebih
Coliform yang ada di dalam air dibedakan dalam memadai menggunakan arang, pasir, ijuk,
2 kelompok yaitu, Coliform fecal yang berasal kerikil dan bahan lainnya sehingga dapat
dari tinja manusia dan hewan berdarah panas meningkatkan kualitas air bersih baik fisik,
(misalnya Escherichia coli) dan Coliform non-fecal kimia dan mikrobiologi.
yang berasal dari hewan dan tumbuhan yang
telah mati (misalnya Enterobacter aerogenes). E. DAFTAR PUSTAKA
coli adalah salah satu bagian dari kelompok
bakteri Coliform yang paling banyak digunakan Dyah, W. D. 2017. Analisa Kesadahan Total dan
sebagai indikator sanitasi karena merupakan Kadar Florida Air di Kecamatan
bakteri komensal pada usus manusia dan Tanggulangin Sidoardjo. Medical Technology
and Public Health Jurnal, 1(1): 14–19.
umumnya bukan patogen penyebab penyakit
Febrina, L., & Astrid, A. 2017. Studi Penurunan
serta ditemukan pada tinja manusia atau hewan
Kadar Besi (Fe) dan Mangan (Mn) dalam Air
berdarah panas sehingga apabila ketika air
Tanah Menggunakan Saringan Keramik.
terkontaminasi E. coli maka dapat dikatakan air Teknologi, 1(7): 35–44.
tersebut terindikasi mengalami pencemaran Hasanuddin, & Iswadi. 2013. Kualitas air sumur di
akibat tinja atau kotoran hewan. E. coli dapat kawasan pemukiman mahasiswa berdasarkan
menjadi indikasi adanya bakteri – bakteri uji bakteriologis dengan bioindikator bakteri
patogen yang berbahaya.Keberadaan E. coli Eschericia coli. Jurnal Biologi Edukasi Edisi 11,
yang bersifat fecal pada air yang dikonsumsi 5(2): 96–101.
terus menerus dalam jangka waktu panjang Jan, S., Bellytra, T., & Gracia, S. 2018. Gambaran
Konstruksi Sumur Gali dan Jamban Septik
dapat menyebabkan penyakit radang usus,
Tank Terhadap Kandungan Bakteri E. Coli
diare, infeksi pada saluran kemih atau penyakit
pada Sumur Gali. Tunas Tunas Riset Kesehatan,
saluran empedu (Jan, Bellytra, & Gracia, 2018). 2(8): 20–28.
Khomariyatika, & Tunggul, P. E. 2011. Faktor yang
PENUTUP Berhubungan dengan Kualitas Bakteriologis
Air Sumur Gali. Kesehatan Masyarakat, 1(7):
Berdasarkan hasil penelitian dapat 69–78.
disimpulkan bahwa untuk sampel air yang Kumalasari, & Satoto. 2011. Teknik Praktis Mengolah
Air Kotor Menjadi Air Bersih Hingga Layak
belum disaring, sebanyak 3 sumur gali (37,5%)
diminum. Bandung: Laskar Aksara.
tidak memenuhi syarat fisik air (TDS dan rasa),
Miftakul, J., & Tunggul, P. E. 2017. Karakteristik
sebanyak 7 sumur gali (87,5%) tidak memenuhi Sumur Gali dan Keberadaan Jentik Nyamuk
syarat kimia (mangan dan klorida), dan 100% Aedes Aegypti. HIGEIA (Journal of Public
tidak memenuhi syarat Total coli, sedangkan Health Research and Development), 1(1): 8–14.
sebanyak 4 sumur gali (50%) tidak memenuhi

620
Gracia V. S. dan Lea M. Y. J. / Kualitas Sumur Gali / HIGEIA 2 (4) (2018)

Muhammad, P. 2017. Risiko Pajanan Logam Berat Tanjungsari, H., Sudamo, & Andarani. 2016.
pada Air Sungai. Kesehatan Lingkungan, 2(14): Pengaruh Sistem Pengelolaan Air Limbah
525–532. Domestik Terhadap Kualitas Air Sumur
Munfiah, S., Nurjazuli, N., & Setiani, O. 2013. ditinjau dari Konsentrasi TDS, Klorida,
Kualitas Fisik dan Kimia Air Sumur Gali dan Nitrat, COD dan total coliform (Studi Kasus :
Sumur Bor di Wilayah Kerja Puskesmas RT 01, RW 02, Pemukiman Tanjungsari,
Guntur II Kabupaten Demak. Jurnal Kesehatan Kelurahan Tembalang). Teknil Lingkungan,
Lingkungan Indonesia, 12(2): 154-159. 1(5): 1–11.
Rumampuk, J. F. 2015. Analisis Perbedaan Uji Tim Pusat Studi Perempuan dan Anak. 2016.
Kualitas Air Sumur di Daerah, 3(April). Kemiskinan dan Strategi Bertahan Hidup
Sasongko, E. B., Widyastuti, E., & Priyono, R. E. Masyarakat Petani dan Nelayan dengan Hadirnya
2014. Kajian Kualitas Air Dan Penggunaan Perusahaan - Perusahaan Besar di Wilayah Seram
Sumur Gali Oleh Masyarakat Di Sekitar Utara (Perspektif Kesehatan). Jakarta: Tim Pusat
Sungai Kaliyasa Kabupaten Cilacap. Jurnal Studi Perempuan dan Anak
Ilmu Lingkungan, 12(2): 72–82. Widowati, W,. Sastiono, S., Jusuf, R. 2008. Efek
Taluke, Y., Akili, R. H., & Pinontoan, O. 2016. toksik logam pencegahan dan penanggulangan
Gambaran Kualitas Fisik, Kualitas Air dan pencemaran. Yogyakarta: C.V Andi Offset.
Perilaku Pengguna Sumur Gali di Desa Buo,
Kecamatan Loloda 2016. Farmacon, 3(5): 183–
190.

621

Anda mungkin juga menyukai