PENDAHULUAN
Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Air
Air merupakan senyawa yang sangat penting bagiehidupan manusia dan
makhluk hidup lainnya, fungsinya bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh
senyawa lainnya. Air yang ada di bumi umumnya tidak dalam keadaan murni,
melainkan mengandung berbagai bahan baik terlarut maupun tersuspensi,
termasuk mikroba (Winarno, 1993 dalam Kasim et al., 2014).
Air merupakan sumber daya yang terbarukan yang keterdapatannya tunduk
kepada siklus alami yang disebut dengan siklus hidrologi. Air akan berlimpah
pada saat-saat tertentu bahkan sangat berlebihan, dan ada pula saat kekeringan.
Air merupakan sumber daya yang mengalir secara dinamis tanpa mengenal batas
wilayah administrasi pemerintahan dan negara. Meskipun air secara global
jumlahnya tetap, tetapi keterdapatannya di masing-masing tempat adalh berbeda-
beda sesuai dengan kondisi alam setempat. Keterediaan air permukaan dan ai
tanah saling berpengaruh saru sama lain, karena itu pengelolaan keduanya perlu
saling dipadukan (Sarminingsih, 2007).
Air merupakan senyawa kimia yang paling aman dan paling dibutuhkan
seluruh makhluk hidup, karena tanpa air makhluk hidup tidak akan dapat
bertahan hidup. Ilmu yang mempelajari tentang kandungan, sifat-sifat, proses
penyebaran, dan kebiasaan alami air dikenal dengan hidrologi. Hidrologi
merupakan induk ilmu untuk percabangan teknik sipil, dan hidrologi mempelajari
masalah persediaan air dan irirgasi peraturan navigasi dan sungai serta
pengendalian banjir dan tenaga air. Kualitas air merupakan penentu kelangsungan
kehidupan makhluk hidup kedepannya, khususnya manusia. Pencemaran air
memiliki pengertian bahwa adanya penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan
normal, bukan dari kemurnian air tersebut (Rizki et al., 2012).
Universitas Sriwijaya
fisika, mikrobiologi, kimia, dan radioaktif. Parameter wajib penentuan kualitas
air minum secara mikrobiologi adalah total bakteri Coliform dan Escherichia coli.
Penentuan kualitas air secara mikrobiologi dilakukan dengan Most Probable
Number Test. Jika di dalam 100 ml sampel air didapatkan sel bakteri. Beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi kualitas produk air yang dihasilkan adalah
bahan baku, penanganan terhadap wadah pembeli, kebersihan operator, dan
kondisi depot (Wandrifel et al., 2012).
Departemen Kesehatan RI telah menetapkan kriteria kualitas air secara
mikrobiologis, melalui Keputusan Menteri Kesehatan No. 907 tahun 2002 bahwa
air minum tidak diperbolehkan mengandung bakteri coliform dan Escherichia
coli. Sedangkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 01-3553-2006, air
minum dalam kemasan selain tidak boleh mengandung bakteri patogen yaitu
Salmonella dan Pseudomonas aeruginosa, juga tidak boleh mengandung cemaran
mikroba lebih besar dari 100 koloni/ml (Radji et al., 2008).
Selain menguntungkan, keberadaan mikroba juga dapat menjadi hal yang
merugikan, bila i dalam badan air terdapat mikroba penyebab penyakit seperti
Salamonella penyebab penyakit tifus, Shigella penyebab penyakit disentribasiller.
Bila didalam air ditemukan juga mikroba penghasil toksin, selain itu sering
didaptkan warna air bila disimpan cepat berubah, padahal air tersebut berasal dari
air pompa. Terdapat pernyataan bahwa air jernih belum tentu bersih. Hal ini
ihubungkan engan keadaan bahwa air sejak keluar dari mata air, sumur, ternyata
sudah mengandung mikroba, khususnya bakteri dan mikroalgae (Widyanti
dan Ristiati, 2004).
Universitas Sriwijaya
membentuk spora, aerobik dan anerobik (Sulistyorini, 2016)
Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODE PRAKTIKUM
Universitas Sriwijaya
3.3.3. Uji Lengkap Koliform
Masing-masing satu koloni yang mewakili koliform fekal dan non-fekal
dipilih dari agar EMBA. Masing-masing ditumbuhkan dalam medium NA miring
dan medium LB + tabung durham. Kemudian diinkubasi selama 2 kali 24 jam
pada suhu 35oC. Kemudian dibuat pewarnaan gram dari masing-masing koloni
tersebut pada NA miring, dan diamati pertumbuhan pada medium lactose broth _
tabung durham.
3.3.4. Uji Tambahan: Uji Kualitatif Koliform
Masing-masing suspensi bakteri yang dibuat diinokulasi menggunakan
jarum ose ke dalam 3 tabung yang masing-masing berisi medium yang berbeda.
Semua tabung diinkubasi pada suhu 35oC selama dua hari, kecuali sissa medium
MR-VP untuk uji merah metil inkubasi diperpanjang selama 5-7 hari.
BAB 4
Universitas Sriwijaya
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Uji Penduga Double Strength (10ml)
Keterangan :
1. Tabung Reaksi
2. Tabung Durham
1 3. Sampel Air 10 ml (Double strength)
3
2
4.2. Pembahasan
Universitas Sriwijaya
Berdasarkan praktikum yang telah dilaukan mengenai analisa air secara
mikrobiologi diketahui bahwa sampel air kemasan yang dibawa dari kelompok
satu bersifat negatif, yang artinya tidak mengandung bakteri di dalamnya dan
layak untuk diminum. Hal ini terlihat dari hasil inkubasi bakteri yang tidak
menunjukkan adanya gelembung di dalam tabung durham yang berada pada
tabung reaksi. Menurut Agustina (2007) Air bersih tidak boleh mengandung
kuman patogen dan parasitik yang mengganggu kesehatan. Persyaratan
bakteriologis ini ditandai dengan tidak adanya bakteri E. coli atau fecal coli
dalam air.
Berdasarkan uji penduga digunakan sembilan tabung, diantaranya tiga
tabung double strength sepuluh ml, tiga tabung single strength satu ml dan tiga
tabung single strength 0,1 ml. Medium yang digunakan berupa medium LB
(Lactose broth) Perbedaan seri tabung ini digunakan sebagia pembanding.
Inkubasi dilakukan pada suhu 35oC selama 48 jam. Lama waktu inkubasi ini
digunakan agar pertubuhan bakteri maksimal. Menurut Widyanti et al., (2017),
beberapa jenis bakteri yang hidup di dalam air yaitu bakteri Coliform dan E. coli.
Secara mikrobiologis, keberadaan bakteri coliform pada air dapat dijadikan
penentu apakah air tersebut layak digunakan untuk keperluan tertentu seperti
untuk air minum, perikanan, peternakan, pertanian, dan lain-lain.
Uji coba yang dilakukan dengan menggunakan sampel yang dibawa hanya
sampai uju penduga. Karena sampel air kemasan yang dibawa tidak menunjukkan
adanya bakteri yang terkandung, maka tidak perlu dilakukan uji lanjut terhadap
sampel air. Uji lanjut haya dilakukan jika terdapat gelembung di dalam tabung
durham pada saat melakukan uji penduga. Berdasarkan Peraturan Gubernur Bali
Nomor 8 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku
Kerusakan Lingkungan Hidup, keberadaan mikroba pada air menjadi salah satu
indikator yang digunakan untuk menentukan mutu air. Menurut ketentuan WHO
(World Health Organization) dan APHA (American Public Health Association)
saat ini, kualitas air ditentukan oleh kehadiran dan jumlah bakteri didalamnya.
Bakteri coliform dapat menunjukkan kualitas air. Bakteri golongan Coli
(Coliform bakteri) termasuk bakteri indikator dari pencemaran air oleh bakteri
pathogen. Bakteri jenis coliform terbagi menjadi dua tipe, diantaranya coliform
Universitas Sriwijaya
fekal dan non fekal. Menurut Fardiaz (1993) dalam Widiyanti et al., (2017),
bakteri koliform dapat dibedakan menjadi dua grup yaitu koliform fekal misalnya
Escherichia coli dan koliform nonfekal misalnya Enterobacter aerogenes.
Escherichia coli merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan atau
manusia, sedangkan Enterobacter aerogenes biasanya ditemukan pada hewan
atau tanam-tanaman yang telah mati.
BAB 5
Universitas Sriwijaya
KESIMPULAN
Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN
Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, D.V. 2007. Analisa Kinerja Sistem Distribusi Air Bersih Pdam
Kecamatan Banyumanik Di Perumnas Banyumanik (Studi Kasus Perumnas
Banyumanik Kel. Srondol Wetan). Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.
Kasim, K.P., Onny, S., dan Nur, E. W.. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Cemaran Mikroba dalam Air Minum Isi Ulang pada Depot Air
Minum Kota Makassar. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia. 13(2): 39-
44.
Radji,M., Heria, O., dan Herman, S.. 2008. Pemeriksaan Bakteriologis Air
Minum Isi Ulang Di Beberapa Depo Air Minum Isi Ulang Di Daerah
Lenteng Agung Dan Srengseng Sawah Jakarta Selatan. Majalah Ilmu
Kefarmasian. 5(2): 101 – 109.
Permatasari, T., J., dan Apriliani, E. 2013. Optimasi Penggunaan Koagulan dalam
Proses Penjernihan Air. Jurnal Sains dan Seni Pomits. 2 (1) : 6-11.
Rizki, D., Diana, S., dan Yulizar, Y., dan Bustanul Arifi. 2012. Penentuan
Kualitas Air Minum Terhadap Parameter Ph, Tds, Cod, Besi, Kesadahan
Total, Kandungan Bakteri E. Coli Dan Coliform Pada Beberapa Rumah
Makan Di Sekitar Air Tawar Kota Padang. Farmagazine. 1(2): 14-21.
Radji, M., Oktavia, H., dan Sryadi, H. 2008. Pemeriksaan Bakteriologis Air
Minum Isi Ulang Di Beberapa Depo Air Minum Isi Ulang Srengseng Sawah
Jakarta Selatan. Majalh Ilmu Kefarmasian. 5(2): 101-109.
Said, N., I. 2007. Disinfeksi untuk Proses Pengolahan Air Minum. Jurnal JAI. 3
(1) : 15-28.
Sulistyorini, S., Ewin, M., dan Arung, S., A. 2016. Analisis Kualita Air pada
Sumber Mata Air di Kecamatan Karangan dan Kaliorang Kabupaten Kutai
Timur. Jurnal Hutan Tropis. 4(1) : 64-76.
Wandrifel, R., Netty, S., dan Yuniar, L. 2012. Kualitas Air Minum Yang
Diproduksi Depot Air Minum Isi Ulang Di Kecamatan Bungus Padang
Berdasarkan Persyaratan Mikrobiologi. Jurnal Kesehatan Andalas. 1(3): 129-
133.
Widiyanti, N., L. P., dan Ristiati, N., P. 2004. Analisis Kualitatif Bakteri Koliform
Universitas Sriwijaya
pada Depo Air Minum Isi Ulang di Kota Singaraja Bali. Jurnal Ekologi
Kesehatan. 3 (1) : 64-73.
Widiyanti, N.L.P., Warpala, W.S., dan Suryanti, P. 2017. Parameter Fisik Dan
Jumlah Perkiraan Terdekat Coliform Air Danau Buyan Desa Pancasari
Kecamatan Sukasada Buleleng. Jurnal Sains dan Teknologi. 6(1): 178-188.
Universitas Sriwijaya