BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak satu pun mahluk
hidup di dunia ini yang tidak memerlukan dan tidak mengandung air. Sel
hidup, baik tumbuh-tumbuhan ataupun hewan, sebagian besar tersusun
oleh air, seperti didalam sel tumbuh-tumbuhan terkandung lebih dari 75%
atau di dalam sel hewan terkandung lebih dari 67% (Suriawiria, 1985).
Seperti yang telah di uraikan diatas air merupakan kebutuhan dasar bagi
kehidupan, juga manusia dalam hidupnya selalu memerlukan air. Dengan
demikian semakin naik jumlah penduduk serta laju pertumbuhannya
semakin naik pula laju pemanfaatan sumber daya air (Soemirat. J, 1994).
Laporan keadaan lingkungan di dunia tahun 1992 (The World Bank, 1992)
menyatakan bahwa air sudah saatnya dianggap sebagai benda ekonomi.
Karena itu pengelolaan sumber daya air menjadi sangat penting.
Pengelolaan sumber daya air ini sebaiknya dilakukan secara terpadu baik
dalam pemanfaatan maupun dalam pengelolaan kualitas.
Kebutuhan akan air bersih sangat penting dan berbagai upaya dilakukan
untuk mengatasi masalah tersebut, dimana salah satu upaya adalah
dengan menggunakan penyaring (filter) untuk memisahkan bahan-bahan
pengotor.
Salah satu media penyaring yang dapat digunakan adalah filter keramik.
Berbagai pertimbangan yang mendukung penggunaan bahan keramik
sebagai filter antara lain adalah bahan bakunya yang banyak terdapat di
alam. Selain itu keramik memiliki sifat-sifat yang dibutuhkan sebagai filter
seperti tahan korosi dan tidak bereaksi. Untuk dapat digunakan sebagai
filter maka keramik tersebut harus berpori (Wenas dan Sulistarihani,
2002).
II-1
Tinjauan Pustaka
Jenis air minum tersebut harus memenuhi syarat kualitas air minum yang
telah ditetapkan. Persyaratan kualitas air minum tersebut meliputi
persyaratan bakteriologis, kimiawi, radioaktivitas dan fisik.
1 Parameter Bakteriologis
Hampir disetiap badan air, dalam tanah, pada tumbuh-tumbuhan,
kulit manusia, dan hewan, serta dalam pencernaan manusia dan
II-2
Tinjauan Pustaka
2 Parameter Kimiawi
Adanya masalah-masalah seperti senyawa-senyawa kimia yang
beracun, perubahan rupa, warna, dan rasa air, serta reaksi-reaksi
yang tidak diharapkan menyebabkan diadakannya standar kualitas
kimiawi dalam air minum. Standar ini memberikan batas konsentrasi
maksimum yang dianjurkan dan diperkenankan bagi berbagai
parameter kimia karena pada konsentrasi yang berlebihan
kehadiran unsur-unsur ini akan memberikan pengaruh negatif, baik
bagi kesehatan manusia maupun dari segi pemakaian lainnya.
Dalam KEPMENKES No.907/MENKES/SK/VII/2002, parameter
kimiawi ini terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu :
II-3
Tinjauan Pustaka
3 Parameter Radioaktivitas
Apapun bentuk radioaktivitas efeknya adalah sama, yakni
menimbulkan kerusakkan pada sel tubuh, kerusakkan dapat berupa
kematian dan perubahan komposisi genetik. Sinar alpha, beta dan
gamma berbeda dalam kemampuan menembus jaringan tubuh.
Sinar alpha sulit menembus kulit, sedangkan beta dapat menembus
kulit dan gamma dapat sangat dalam. Kerusakan yang terjadi
ditentukan oleh intensitas serta fekuensi dan luasnya pemaparan.
4 Parameter Fisik
Kualitas fisik dari air minum merupakan parameter yang dapart
dengan mudah dianalisa. Parameter fisik ini terdiri atas kekeruhan,
temperatur, bau, rasa, dan warna. Jika dari segi fisik air minum
sudah tidak memenuhi syarat, maka sangat memungkinkan bila
kandungan kimia dan mikrobiologisnya pun tidak memenuhi syarat.
2.4 Filtrasi
Prinsip dasar filtrasi adalah proses penyaringan partikel secara fisik
dengan media berpori-pori untuk menurunkan zat tersuspensi dan partikel
koloid yang tidak terendapkan di sedimentasi (Poedjastanto,1991 disadur
dari Saraswati, 2002).
II-4
Tinjauan Pustaka
II-5
Tinjauan Pustaka
II-6
Tinjauan Pustaka
II-7
Tinjauan Pustaka
Escherichia coli adalah salah satu bakteri yang tergolong koliform dan
hidup secara normal di dalam kotoran manusia dan hewan, oleh karena
itu disebut juga koliform fekal. Bakteri koliform lainnya berasal dari hewan
dan tanaman mati dan disebut koliform nonfekal, misalnya Enterobacter
aerogenes, E.Coli adalah grup koliform yang mempunyai sifat dapat
memfermentasi lactose dan memproduksi asam dan gas pada suhu 37°C
maupun suhu 44.5+0.5°C dalam waktu 48 jam. Sifat ini digunakan untuk
membedakan E.coli dari Enterobacter, karena Enterobacter tidak dapat
membentuk gas dari lactose pada suhu 44.5+0.5°C. E coli adalah bakteri
yang termasuk dalam famili Entero bacteriaceae, bersifat gram negative,
berbentuk batang dan tidak membentuk spora.
Uji bakteri indikator yang paling umum dilakukan adalah uji koliform yang
kemudian dilanjutkan dengan uji koliform fekal untuk menguji adanya
kontaminasi kotoran jika ternyata uji koliform fekal menunjukan hasil
positif, berarti contoh air yang diuji diduga juga mengandung bakteri-
bakteri pathogen lainnya yang sering ditemukan di dalam saluran
pencernaan. (Fardiaz, 1992).
II-8
Tinjauan Pustaka
Tabel 2.3 Jenis Bakteri Dengan Metoda Analisa Serta Media, Suhu
Dan Waktu Yang Dibutuhkan
Jenis Suhu Waktu
Metoda Medium
Bakteri (°C) (jam)
Bakteri Total plate count Tripton Glukosa 35±0,5 48±3
Total Ekstrak Agar
2.8 Keramik
Keramik merupakan kata yang diambil dari bahasa inggris (Ceramic)
yang berarti barang-barang tembikar, dan secara harfiah merujuk kepada
semua bentuk tanah liat. Tanah liat/lempung biasanya di manfaatkan
untuk membuat barang-barang tembikar, batu bata, ubin, dan genteng.
Keramik merupakan bahan yang keras, poros, tahan api dan mudah
pecah (Wikipedia).
II-9
Tinjauan Pustaka
Dari segi mineral (bukan ukurannya), yang disebut tanah lempung (dan
mineral lempung) ialah yang mempunyai partikel-partikel mineral tertentu
yang “menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan
air” (Grim, 1953 disadur dari Das, 1988). Partikel-partikel dari mineral
lempung umumnya berukuran koloid (< 1µ) dan ukuran 2µ merupakan
batas atas (paling besar) dari ukuran partikel mineral lempung. Mineral
lempung (clay mineral), yang merupakan produk pelapukan kimia dari
feldspar, ferromagnesium, dan berjenis-jenis mika adalah mineral-mineral
yang membentuk sifat-sifat plastis dari tanah.
Ada tiga tipe utama mineral tanah lempung atau alumunium silikat
anhidrat, yaitu : 1) kaolinite atau lempung untuk memproduksi keramik
putih, 2) illite sebagai bahan dasar keramik untuk bangunan (batu bata,
genteng), 3) montmorillonite yang merupakan lempung dengan plastisitas
tinggi (Das, 1988).
II-10
Tinjauan Pustaka
Tabel berikut ini menerangkan kandungan zat kimia yang ada dalam
tanah liat.
Tabel 2.4 Komposisi Zat Kimia dalam Tanah Liat
Zat Kimia % Komposisi
SiO2 65,80
Al2O3 15,82
TiO2 0,86
Fe2O3 5,78
MnO 1,78
MgO 1,78
CaO 0,71
Na2O 1,12
K2O 2,72
P2O5 0,09
Zat Kimia Lainnya 3,54
Sumber : Prajapati, 2002 disadur dari Low, 2002
II-11
Tinjauan Pustaka
II-12
Tinjauan Pustaka
II-13
Tinjauan Pustaka
Dalam proses filtrasi (penyaringan) biasanya terdiri atas dua bagian, yaitu
bagian atas sebagai tempat menampung air dan bagian bawah sebagai
tempat untuk menampung air filtrasi dan diantara bagian tersebut terdapat
media filtrasi (filter) untuk menyaring air baku.
Berikut ini Kelebihan dan Kekurangan dari saringan keramik penjernih air
II-14
Tinjauan Pustaka
Kelebihan : Kekurangan :
II-15
Tinjauan Pustaka
Potter for Peace filtron memiliki ukuran pori-pori antara 0,6 sampai 3,0
micron. Pori-pori yang ideal adalah 1,0 micron agar dapat menyisihkan
bakteri E. Coli secara fisik (filtrasi) tanpa harus menggunakan desinfeksi
(koloid perak).
2. Ceramiques d’Afrique
Keramik penjernih air Ceramiques d’Afrique dibuat karena adanya
kesulitan dalam mengangkut keramik penjernih buatan PFP pada saat
bencana alam di Nicaragua. Bentuk keramik penjernih Ceramiques
d’Afrique lebih kecil dibandingkan PFP (filtron) sehingga memudahkannya
dalam menyebarkannya.
II-16
Tinjauan Pustaka
II-17
Tinjauan Pustaka
II-18
Tinjauan Pustaka
Porositas
Porositas didefinisikan sebagai perbandingan antara volume pori dan
volume tanah total (Das, 1988). Porositas dalam saringan keramik
memberikan ruang pada air untuk mengalir melalui pori-pori saringan
keramik. Semakin besar porositas semakin besar pula debit air hasil
saringan (filtrasi). Filter dengan ukuran pori-pori yang besar tidak akan
efektif untuk menyisihkan kekeruhan dan kontaminasi bakteri dalam air.
Filter dengan ukuran pori-pori yang kecil akan sangat efektif dalam
menyisihkan kekeruhan dan bakteri dalam air, namun debit filtrasinya
kecil.
Ketebalan filter
Semakin tipis ketebalan filter debit air yang dihasilkan semakin besar
namun kurang efektif dalam penyisihan kekeruhan dan bakteri dalam
air. Ketebalan filter saringan keramik mempunyai kemungkinan besar
dalam menjerat/menjaring partikel dalam air.
Ketinggian air
Ketinggian air juga mempengaruhi dalam debit penyaringan air semakin
tinggi elevasi air semakin besar tekanan yang diberikan sehingga
menyebabkan debit air filtrasi semakin besar.
Kualitas air
Mutu air juga mempengaruhi dalam proses penyaringan semakin jelek
mutu air maka debit penyaringan semakin kecil . Hal ini terjadi karena
terjadi penyumbatan akibat dari besarnya partikel-partikel yang ada
dalam air tersebut.
II-19
Tinjauan Pustaka
II-20
Tinjauan Pustaka
II-21
Tinjauan Pustaka
Saringan keramik penjernih air dengan lapisan koloid perak yang dibuat
oleh pengrajin Plered terbuat dari tanah liat sukabumi dengan bahan
campuran diatomite dan tepung terigu untuk membuat pori-pori. Pori-pori
ini terbentuk pada saat pembakaran dimana tepung terigu pada campuran
saringan keramik ini ikut terbakar dan membentuk pori-pori. Bentuk dari
saringan keramik ini dicetak secara hidrolis kemudian dikeringkan dan
dipanaskan hingga 850 °C untuk tanah Plered dan 1200 °C untuk tanah
Sukabumi.
II-22
Tinjauan Pustaka
II-23
Tinjauan Pustaka
Tanah Liat
Lempung (clays) atau tanah liat sebagian besar terdiri dari partikel
mikroskopis dan submikroskopis (tidak dapat dilihat dengan jelas hanya
dengan mikroskop biasa) yang berbentuk lempengan-lempengan pipih
dan merupakan partikel-partikel dari mika, mineral-mineral lempung (clay
minerals), dan mineral-mineral yang sangat halus lainnya (Das, 1988).
Lempung pada dasarnya merupakan bagian penting dalam keramik
karena memberikan sifat plastis yang memungkinkan mineral mudah
dibentuk. Berbeda dengan material keramik lainnya, lempung berbentuk
partikel lembaran berukuran halus. Sifat plastisitas lempung dan air
merupakan kunci metoda pembuatan keramik. Sifat plastisitas tersebut
II-24
Tinjauan Pustaka
mempunyai cirri sebagai berikut : (1) mudah dibentuk tanpa patah, (2)
timbul kerut pada saat pengeringan, dan (3) bertambah kuat pada saat air
berkurang.
Pada kadar air kurang dari 10%, tidak cukup air untuk mengimbangi
muatan kutub-kutub dari partikel lempung, sehingga lempung masih
belum dapat dibentuk. Pada kadar air antara 15% - 25%, air cukup untuk
mengimbangi muatan-muatan partikel, sehingga lempung bersifat plastis,
mudah dibentuk dan tidak berubah hingga kering/kadar airnya berkurang.
Gambar 2.9 Tanah liat (kiri) dan tanah liat yang telah bubuk (kanan)
Sumber : Robert Dies,2003 disadur dari Madhyapur Clay Crafts
II-25
Tinjauan Pustaka
Grog / Temper
Grog / Temper merupakan bahan-bahan yang biasa digunakan oleh
pengrajin keramik untuk mengontrol penyusutan dan mengurangi
kerusakan (keretakan) pada keramik yang dibuat. Dalam pembuatan
saringan keramik, grog digunakan untuk mengurangi penyusutan selama
pengeringan dan menghindari kerusakkan akibat proses pembakaran,
selain itu akan menambah kekuatan dari saringan keramik dan porositas
yang baik pada saringan keramik.
II-26
Tinjauan Pustaka
Grog sendiri bisa berasal dari barang-barang keramik yang sudah tidak
berguna, seperti limbah genteng dan batu bata yang dihancurkan menjadi
butiran-butiran kecil. Meningkatnya perbandingan massa grog maupun
serbuk gergaji dalam saringan keramik, menyebabkan tingkat porositas
meningkat, kuat lentur menurun dan besar penyusutan menurun (Wenas
dan Sulistarihani, 2002).
Screen / Ayakan
Screen digunakan untuk menyaring tanah liat bubuk, serbuk gergaji,
tepung dan grog yang telah menjadi tepung menjadi ukuran butiran
yang diinginkan
II-27
Tinjauan Pustaka
Grinder / Gerinda
Gerinda berfungsi untuk menghancurkan tanah liat yang telah
dikeringkan, seperti grog menjadi ukuran yang kecil (bubuk).
II-28
Tinjauan Pustaka
Gelas Ukur
Gelas ukur berfungsi untuk mengukur perbandingan bahan yang akan
dicampur dalam pembuatan saringan keramik.
Molds / Cetakan
Cetakan digunakan untuk membentuk saringan keramik yang kita
inginkan (mis : bentuk disk, bentuk lilin ataupun bentuk pot).
II-29
Tinjauan Pustaka
II-30
Tinjauan Pustaka
2 Pencampuran (mixing)
Proses pencampuran ini memerlukan kerja yang sangat teliti karena
bahan-bahan yang ada harus tercampur dengan merata.
Pencampuran bahan-bahan ini biasanya dilakukan dengan
menggunakan tangan namun dapat pula dilakukan dengan alat
pencampur. Untuk memudahkan pencampuran biasanya
ditambahkan sedikit air untuk meningkatkan plastisitas /
kekenyalan.
3 Pencetakan
Pencetakan dilakukan dengan cara memasukkan bahan-bahan
yang telah tercampur pada proses sebelumnya kedalam cetakkan
kemudian di tekan (dimampatkan) dengan alat press sampai
didapat bentuk yang diinginkan.
II-31
Tinjauan Pustaka
6 Kontrol Kualitas
Dalam produksi saringan keramik kontrol kualitas menjadi sangat
penting karena tidak semua saringan keramik memiliki kinerja yang
sama dalam menyisihkan bakteri ataupun memiliki debit filtrasi yang
sama. Hal ini dikarenakan proses produksi saringan keramik ini
masih secara tradisional sehingga sangat tergantung dari ketelitian
atau keterampilan pengrajin dalam memproduksi saringan keramik.
II-32
Tinjauan Pustaka
Tanah liat
Tanah liat Tanah liat
putih
hitam merah Serbuk gergaji, tepung, arang kayu
dsb
Grind/menghancurkan
tanah liat hingga menjadi serbuk Pengayakan
100 – 600 mesh
Pengayakan
30 – 60 mesh
Air
Tanah liat
Siap Mix
Bahan-bahan
digunakan Siap digunakan
Pengeringan
Batu bata
Pembakara
n
Grind/
Penghancuran
Hingga
menjadi bubuk
Pengayakan Temper/Grog
Mix
Pencetakkan
Pengeringan
Pembakaran
Pengeringan
Kontrol
Kualitas
II-33