Anda di halaman 1dari 33

Tinjauan Pustaka

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum
Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak satu pun mahluk
hidup di dunia ini yang tidak memerlukan dan tidak mengandung air. Sel
hidup, baik tumbuh-tumbuhan ataupun hewan, sebagian besar tersusun
oleh air, seperti didalam sel tumbuh-tumbuhan terkandung lebih dari 75%
atau di dalam sel hewan terkandung lebih dari 67% (Suriawiria, 1985).

Seperti yang telah di uraikan diatas air merupakan kebutuhan dasar bagi
kehidupan, juga manusia dalam hidupnya selalu memerlukan air. Dengan
demikian semakin naik jumlah penduduk serta laju pertumbuhannya
semakin naik pula laju pemanfaatan sumber daya air (Soemirat. J, 1994).
Laporan keadaan lingkungan di dunia tahun 1992 (The World Bank, 1992)
menyatakan bahwa air sudah saatnya dianggap sebagai benda ekonomi.
Karena itu pengelolaan sumber daya air menjadi sangat penting.
Pengelolaan sumber daya air ini sebaiknya dilakukan secara terpadu baik
dalam pemanfaatan maupun dalam pengelolaan kualitas.

Kebutuhan akan air bersih sangat penting dan berbagai upaya dilakukan
untuk mengatasi masalah tersebut, dimana salah satu upaya adalah
dengan menggunakan penyaring (filter) untuk memisahkan bahan-bahan
pengotor.

Salah satu media penyaring yang dapat digunakan adalah filter keramik.
Berbagai pertimbangan yang mendukung penggunaan bahan keramik
sebagai filter antara lain adalah bahan bakunya yang banyak terdapat di
alam. Selain itu keramik memiliki sifat-sifat yang dibutuhkan sebagai filter
seperti tahan korosi dan tidak bereaksi. Untuk dapat digunakan sebagai
filter maka keramik tersebut harus berpori (Wenas dan Sulistarihani,
2002).

II-1
Tinjauan Pustaka

2.2 Kualitas Air Minum


Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan
tidak berbau. Air minum pun seharusnya tidak mengandung kuman
pathogen (Agen (hidup) yang dapat menyebabkan penyakit) dan segala
mahluk yang membahayakan kesehatan manusia. Tidak mengandung zat
kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara
estetis, dan dapat merugikan secara ekonomis. Air itu seharusnya tidak
korosif, tidak meninggalkan endapan pada seluruh jaringan distribusinya.
Pada hakekatnya, tujuan ini dibuat untuk mencegah terjadinya serta
meluasnya penyakit bawaan air (water-borne diseases). Atas dasar
pemikiran tersebut, maka dibuat standar air minum, yaitu suatu peraturan
yang memberi petunjuk tentang konsentrasi berbagai parameter yang
sebaiknya diperbolehkan ada didalam air minum agar tujuan penyediaan
air bersih dapat tercapai (Soemirat, 1994).

2.3 Standar Air Minum


Berdasarkan standar kualitas air minum di Indonesia, yaitu keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/MENKES/ VII/2002
Tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, ditetapkan
Bahwa jenis air minum meliputi :
 Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga
 Air yang didistribusikan melalui tangki air
 Air kemasan
 Air yang digunakan untuk bahan makanan dan minuman yang
disajikan kepada masyarakat

Jenis air minum tersebut harus memenuhi syarat kualitas air minum yang
telah ditetapkan. Persyaratan kualitas air minum tersebut meliputi
persyaratan bakteriologis, kimiawi, radioaktivitas dan fisik.
1 Parameter Bakteriologis
Hampir disetiap badan air, dalam tanah, pada tumbuh-tumbuhan,
kulit manusia, dan hewan, serta dalam pencernaan manusia dan

II-2
Tinjauan Pustaka

hewan berdarah panas, terdapat bakteri-bakteri yang jenisnya


tertentu. Sebagian besar bakteri-bakteri tersebut tidak berbahaya
bagi manusia, bahkan ada yang sangat menguntungkan bagi
manusia. Dalam parameter ini syarat yang perlu dipenuhi adalah
keberadaan bakteri Total Coliform dan Eschericia Coli atau Fecal
Coli dalam air minum. Kedua parameter ini merupakan indikator
terjadinya pencemaran terhadap air sehingga kadar maksimum
yang diperbolehkan sebesar 0 JPT/100 ml sampel.

2 Parameter Kimiawi
Adanya masalah-masalah seperti senyawa-senyawa kimia yang
beracun, perubahan rupa, warna, dan rasa air, serta reaksi-reaksi
yang tidak diharapkan menyebabkan diadakannya standar kualitas
kimiawi dalam air minum. Standar ini memberikan batas konsentrasi
maksimum yang dianjurkan dan diperkenankan bagi berbagai
parameter kimia karena pada konsentrasi yang berlebihan
kehadiran unsur-unsur ini akan memberikan pengaruh negatif, baik
bagi kesehatan manusia maupun dari segi pemakaian lainnya.
Dalam KEPMENKES No.907/MENKES/SK/VII/2002, parameter
kimiawi ini terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu :

a) Bahan kimia yang berpengaruh langsung pada kesehatan terdiri


atas :
 Bahan Anorganik
 Bahan Organik.
 Pestisida
 Desinfektan dan sampingannya

b) Bahan kimia yang kemungkinan dapat menimbulkan keluhan


pada konsumen :
 Bahan Anorganik
 Bahan Organik, Desinfektan dan hasil sampingannya

II-3
Tinjauan Pustaka

3 Parameter Radioaktivitas
Apapun bentuk radioaktivitas efeknya adalah sama, yakni
menimbulkan kerusakkan pada sel tubuh, kerusakkan dapat berupa
kematian dan perubahan komposisi genetik. Sinar alpha, beta dan
gamma berbeda dalam kemampuan menembus jaringan tubuh.
Sinar alpha sulit menembus kulit, sedangkan beta dapat menembus
kulit dan gamma dapat sangat dalam. Kerusakan yang terjadi
ditentukan oleh intensitas serta fekuensi dan luasnya pemaparan.

4 Parameter Fisik
Kualitas fisik dari air minum merupakan parameter yang dapart
dengan mudah dianalisa. Parameter fisik ini terdiri atas kekeruhan,
temperatur, bau, rasa, dan warna. Jika dari segi fisik air minum
sudah tidak memenuhi syarat, maka sangat memungkinkan bila
kandungan kimia dan mikrobiologisnya pun tidak memenuhi syarat.

2.4 Filtrasi
Prinsip dasar filtrasi adalah proses penyaringan partikel secara fisik
dengan media berpori-pori untuk menurunkan zat tersuspensi dan partikel
koloid yang tidak terendapkan di sedimentasi (Poedjastanto,1991 disadur
dari Saraswati, 2002).

Filtrasi merupakan proses penyaringan (air) untuk memisahkan sisa-sisa


flok atau padatan lain yang terbawa air, dengan cara melewatkan air, baik
secara horizontal (lambat) atau dengan vertikal (cepat) atau juga dengan
tekanan (lebih cepat) melalui lapisan media filter (Rachman, 1999).

2.5 Mikrobiologi Air


Mikroorganisme yang terdapat di dalam air berasal dari berbagai sumber
seperti udara, tanah, sampah, lumpur, tanaman hidup atau mati, hewan
hidup atau mati (bangkai), kotoran manusia dan hewan, dan bahan
organik lainnya.

II-4
Tinjauan Pustaka

Air dapat merupakan medium pembawa mikroorganisme patogenik yang


berbahaya bagi kesehatan (water borne diseases). Patogen yang sering
ditemukan di dalam air terutama adalah bakteri-bakteri penyebab infeksi
saluran pencernaan seperti vibrio cholerae penyebab penyakit kolera,
Shigella dysenteriae penyebab disentri basiler, Salmonella typhosa
penyebab penyakit tifus dan Salmonella paratyphi penyebab paratifus,
virus polio dan hepatitis, dan Entamoeba histolytica penyebab penyakit
disentri amuba. Tabel 2.1 di berikut ini menyajikan beberapa contoh
penyakit bawaan air (water borne diseases) yang banyak didapat di
Indonesia.

Tabel 2.1 Beberapa Penyakit dan Agentnya


Agent Penyakit
Virus :
 Rotavirus Diare pada anak
 V. Hepatitis A Hepatitis A
 V. Poliomyelitis Polio (myelitis anterior acuta)
Bakteri :
 Vibrio cholerae Cholera
 Escherichia coli Diare/Dysenterie
 Salmonella typhi Typhus abdominalis
 Salmonella paratyphi Paratyphus
 Shigella dysenteriae Dysenterie
Protozoa :
 Entamoeba histolytica Dysenterie amoeba
 Giardia lamblia Giardiasis
Metazoa :
 Ascaris lumbricoides Ascariasis
 Schistosoma Schistosomiasis
Sumber : Bank Dunia, 1985 disadur dari Soemirat, 1994

Jumlah dan jenis mikroorganisme di dalam air buangan dipengaruhi juga


oleh jenis polutan air tersebut. Misalnya air yang terpolusi oleh kotoran
hewan dan manusia mengandung bakteri-bakteri yang berasal dari
kotoran seperti Escherichia coli, streptokoki fekal, atau Clostridium
perfringens. Air yang mengandung tanaman mati atau bangkai hewan
biasanya mengandung bakteri koliform yang tergolong Enterobacter.

II-5
Tinjauan Pustaka

Air yang banyak mengandung tanah sering tercemar oleh mikroorganisme


saprofit tanah seperti Spirillum, Vibrio, Sarcina, Micrococcus,
Mycobacterium, Bacillus, Leptospira, Sphaerotilus, khamir, kapang, dan
ganggang (Fardiaz. S, 1992).

Ukuran mikroba,8 terutama untuk bakteri dan virus, tidak lagi


menggunakan besaran yang umum kita kenal seperti millimeter ataupun
sentimeter, mengingat ukuran mikroba yang sangat kecil. Di dalam
praktek sehari-hari, besaran untuk mengukur mikroba yang paling umum
dipergunakan adalah micron (µ), bahkan pada beberapa jenis mungkin
dengan mikro-mikron ataupun sampai angstrom (Ä). Kalau besaran –
besaran ini dinilaikan dengan mm (millimeter) ataupun cm (centimeter)
adalah :
1 mikron = 1/1.000 mm, atau 10-3
1 milimikron = 1/1.000 mikron, atau 10-6
1 angstrom = 1/10 mikro-mikron, atau 10-7

Tabel 2.2 Ukuran Mikroba dan Cara Pemeriksaannya


Jenis Jasad Ukuran Cara Pemeriksaaannya
Cacing pita 3 – 6 mm (Panjang) Dengan lensa atau mikroskop
terkecil dengan perbesaran lemah 2,5
kali atau 10 kali)

Telur 25 – 50 mikron (diameter) Dengan mikroskop, perbesaran


cacing pita antara 40-100 kali

Protozoa Diameter 2 – 4 mikron Dengan mikroskop + minyak


terkecil immerse perbesaran 100 kali

Bakteri Diameter 0,5 – 1,5 mikron, Dengan mikroskop + minyak


panjang 1 – 6 mikron immerse perbesaran 100 kali

Virus Diameter 10 – 300 mikro- Mikroskop electron


mikron

Molekul Diameter 1 Ä – 25 mikro- Idem


mikron

Sumber : Suriawiria, 1985

II-6
Tinjauan Pustaka

2.6 Bakteri Indikator Polusi


Bakteri indikator polusi atau indikator sanitasi adalah bakteri yang dapat
digunakan sebagai petunjuk adanya polusi faeses atau kotoran hewan
dan manusia, karena organisme tersebut merupakan bakteri komensal
yang terdapat pada saluran pencernaan manusia maupun hewan. Bakteri
yang sering digunakan sebagai indikator polusi adalah bakteri yang
tergolong dalam Escherichia coli, streptokokus fekal, dan Clostridium
perfringens. Beberapa alasan pemilihan bakteri-bakteri tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Bakteri-bakteri tersebut dapat digunakan sebagai indikator
kontaminasi kotoran karena terdapat dalam jumlah besar di dalam
kotoran manusia dan hewan, di mana bakteri tersebut merupakan
bakteri komensal di dalam saluran pencernaan manusia dan
hewan.
2. Bakteri-bakteri tersebut pada umumnya tidak tumbuh di dalam
saluran pencernaan organisme lainnya kecuali manusia dan hewan
berdarah panas.
3. Bakteri indikator harus selalu terdapat di dalam contoh di mana
ditemukan mikroorganisme pathogen enteric.
4. Bakteri indikator harus dapat hidup lebih lama dibandingkan
dengan bakteri pathogen enteric yang berbahaya.
5. Prosedur untuk uji bakteri indikator harus sangat spesifik yang
berarti tidak memberikan hasil positif yang salah, dan sangat
sensitif yang berarti dapat mendeteksi adanya bakteri indikator
dalam jumlah sangat kecil.
6. Prosedur untuk uji bakteri indikator harus relatif mudah dikerjakan.
7. Prosedur untuk melakukan uji bakteri indikator harus aman berarti
tidak boleh membahayakan bagi kesehatan orang yang
melakukannya.
8. Jumlah bakteri indikator harus dapat menunjukkan tingkat polusi,
yang berarti kira-kira jumlahnya sebanding dengan jumlah
mikroorganisme patogen yang terdapat di dalam air.

II-7
Tinjauan Pustaka

Escherichia coli adalah salah satu bakteri yang tergolong koliform dan
hidup secara normal di dalam kotoran manusia dan hewan, oleh karena
itu disebut juga koliform fekal. Bakteri koliform lainnya berasal dari hewan
dan tanaman mati dan disebut koliform nonfekal, misalnya Enterobacter
aerogenes, E.Coli adalah grup koliform yang mempunyai sifat dapat
memfermentasi lactose dan memproduksi asam dan gas pada suhu 37°C
maupun suhu 44.5+0.5°C dalam waktu 48 jam. Sifat ini digunakan untuk
membedakan E.coli dari Enterobacter, karena Enterobacter tidak dapat
membentuk gas dari lactose pada suhu 44.5+0.5°C. E coli adalah bakteri
yang termasuk dalam famili Entero bacteriaceae, bersifat gram negative,
berbentuk batang dan tidak membentuk spora.

Uji bakteri indikator yang paling umum dilakukan adalah uji koliform yang
kemudian dilanjutkan dengan uji koliform fekal untuk menguji adanya
kontaminasi kotoran jika ternyata uji koliform fekal menunjukan hasil
positif, berarti contoh air yang diuji diduga juga mengandung bakteri-
bakteri pathogen lainnya yang sering ditemukan di dalam saluran
pencernaan. (Fardiaz, 1992).

2.7 Analisa Mikrobiologi


Tes mikrobiologi adalah tes untuk mendeteksi adanya sejenis bakteri dan
sekaligus menaksir konsentrasinya. Ada 3 metoda yang tersedia yaitu :
standard plate count (S P C), metoda dengan tabung fermentasi (juga
disebut metoda “most probable number, M P N”) dan metoda penyaringan
pada membran. Berikut ini beberapa cara mengembangbiakkan bakteri
pada media agar-agar, adalah sebagai berikut :
 Dengan kawat platina atau baja anti karat yang ujungnya berbentuk
lingkaran kecil dapat menangkap air sampel; dan dengan cara yang
khusus digoreskan pada media agar-agar tersebut;
 Dengan menuangkan volum tertentu dari suatu sampel di atas media
agar-agar cara ini dipakai untuk metoda S P C;

II-8
Tinjauan Pustaka

 Dengan menyaring volum tertentu dari suatu sampel pada filter


membran (ukuran pori 0,45 µm) yang menahan semua bakteri;
kemudian filter membran tersebut diletakkan di atas agar-agar.

Tabel 2.3 Jenis Bakteri Dengan Metoda Analisa Serta Media, Suhu
Dan Waktu Yang Dibutuhkan
Jenis Suhu Waktu
Metoda Medium
Bakteri (°C) (jam)
Bakteri Total plate count Tripton Glukosa 35±0,5 48±3
Total Ekstrak Agar

Penyaringan membran Medium M-FC 44,5±0,2 24±2


E. Coli Tabung fermentasi
Coli 1. tes pendugaan -Kaldu Lauril Triptosa 35±0,5 24±2
tinja 2. tes penegasan -Medium EC 44,5±0,2 24±2

Penyaringan membran Medium M-Endo 35±0,5 24±2


Tabung fermentasi
Coli
1. tes pendugaan -Kaldu Lauril Triptosa 35±0,5 24±2
Total
2. tes penegasan -Kaldu “Brilliant Green 35±0,5 48±3
Lactose Bile”
Sumber : Alaerts dan Santika, 1984

2.8 Keramik
Keramik merupakan kata yang diambil dari bahasa inggris (Ceramic)
yang berarti barang-barang tembikar, dan secara harfiah merujuk kepada
semua bentuk tanah liat. Tanah liat/lempung biasanya di manfaatkan
untuk membuat barang-barang tembikar, batu bata, ubin, dan genteng.
Keramik merupakan bahan yang keras, poros, tahan api dan mudah
pecah (Wikipedia).

Bahan keramik pada umumnya merupakan campuran oksida yang


bergabung menjadi satu struktur kristal tunggal, seperti silikat, baik yang
hidrat maupun anhidrat seperti : alumunium silikat hidrat (Al 2O3.2

II-9
Tinjauan Pustaka

SiO2.2H2O) dan magnesium silikat anhidrat (MgO.SiO 2). Lempung kaolite


dapat dituliskan sebagai H4Al 2Si2O9 sebagai Al2(Si2O5)(OH) atau sebagai
Al2O3.2SiO2.2H2O. Jika keramik dipanaskan, maka molekul air yang ada
akan keluar.

Bahan baku keramik diperoleh dari lingkungan geologis seperti batuan


beku, sediment dan batuan metamorf. Batuan beku terbentuk dari lelehan
lava. Feldsfar sebagai mayoritas bahan merupakan alkali anhidrat atau
alkali tanah alumunium silikat. Batuan sedimen merupakan material yang
terbawa aliran air atau angina yang kemudian mengendap membentuk
lempung, mika atau batu kapur. Batuan metamorf yang merupakan
mineral dengan kadar unsur tanah jarang yang cukup tinggi, dapat
berubah karena pengaruh tekanan, panas, atau air. Mineral yang paling
banyak dijumpai adalah alumino silikat dengan kadar lempung sejumlah
tertentu yang amat penting bagi keramik.

Dari segi mineral (bukan ukurannya), yang disebut tanah lempung (dan
mineral lempung) ialah yang mempunyai partikel-partikel mineral tertentu
yang “menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan
air” (Grim, 1953 disadur dari Das, 1988). Partikel-partikel dari mineral
lempung umumnya berukuran koloid (< 1µ) dan ukuran 2µ merupakan
batas atas (paling besar) dari ukuran partikel mineral lempung. Mineral
lempung (clay mineral), yang merupakan produk pelapukan kimia dari
feldspar, ferromagnesium, dan berjenis-jenis mika adalah mineral-mineral
yang membentuk sifat-sifat plastis dari tanah.

Ada tiga tipe utama mineral tanah lempung atau alumunium silikat
anhidrat, yaitu : 1) kaolinite atau lempung untuk memproduksi keramik
putih, 2) illite sebagai bahan dasar keramik untuk bangunan (batu bata,
genteng), 3) montmorillonite yang merupakan lempung dengan plastisitas
tinggi (Das, 1988).

II-10
Tinjauan Pustaka

Deposit mineral lempung saling berbeda antara satu tempat dengan


tempat lainnya dalam hal diameter partikel, kemurnian komposisi batuan
induknya, dan komposisi mineral ikutan lainnya. Kemurnian komposisi
batuan induknya di alam mengalami perubahan akibat proses geologis
seperti : (1) pemisahan mekanis, (2) presipitasi kimiawi, (3) hidrasi
kimiawi, (4) dan perubahan suhu.

Tabel berikut ini menerangkan kandungan zat kimia yang ada dalam
tanah liat.
Tabel 2.4 Komposisi Zat Kimia dalam Tanah Liat
Zat Kimia % Komposisi
SiO2 65,80
Al2O3 15,82
TiO2 0,86
Fe2O3 5,78
MnO 1,78
MgO 1,78
CaO 0,71
Na2O 1,12
K2O 2,72
P2O5 0,09
Zat Kimia Lainnya 3,54
Sumber : Prajapati, 2002 disadur dari Low, 2002

2.9 Proses Pembuatan Keramik


Keramik tradisional atau gerabah dibuat dari lempung sebagai bahan
dasarnya. Ukuran atau diameter partikel lempung dan banyaknya bahan
ikutan mempengaruhi sifat akhir keramik. Komposisi mineral berukuran
halus yang mendominasi lempung akan menyebabkan produk akhir
keramik menjadi lebih kuat karena banyaknya ikatan antar partikel terjadi.

Porositas keramik dikurangi dengan mencampurkan bahan yang kasar


dan yang halus, sehingga rongga partikel kasar diisi oleh partikel yang
halus dengan perbandingan komposisi kasar dan halus sebesar 70% dan
30%. Sedangkan untuk mendapatkan porositas yang besar
perbandingannya menjadi semakin besar untuk partikel kasarnya.

II-11
Tinjauan Pustaka

Pembuatan keramik pada umumnya diproses dengan mencampurkan


material lempung dan bahan tambahan dengan air secukupnya.
Banyaknya kadar air yang digunakan tergantung pada metode
pencetakkannya, seperti pencetakkan kering dengan tekanan, pencetakan
plastis, dan pencetakkan tuang.

Pencetakkan kering diaplikasikan untuk komponen rumit pada


penggunaan rekayasa elektronik, sedangkan pencetakkan plastis
digunakan pada pembuatan barang-barang keramik pecah belah, patung
dan barang kerajinan.

Pencetakkan tuang memerlukan campuran air dan mineral lempung yang


jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan campuran plastis. Adonan
mendekati cair dimasukkan kedalam cetakan berpori yang dapat
menyerap air dengan cepat sehingga tercetak bentuk padatnya seperti
yang diinginkan. Pada umumnya pencetakan dengan cara seperti
diaplikasikan untuk memperoleh bentuk yang spesifik seperti peralatan
sanitair atau yang memerlukan akurasi bentuk dan ukuran tertentu.

Tahapan pengeringan adonan yang telah dibentuk harus berangsur


angsur agar tidak menimbulkan retak. Air terabsorpsi secara fisis hilang
dengan pemanasan 100°C, sedangkan air kisi dalam struktur kristalnya
baru hilang pada suhu 600°C, sementara air yang terabsorpsi secara
kimiawi bahkan baru hilang setelah pemanasan 1000°C.

2.10 Saringan Keramik


Saringan keramik telah digunakan di berbagai tempat di seluruh dunia
sebagai alat pengolahan air minum skala rumah tangga. Saringan
keramik penjernih air ini dapat dibuat oleh para pengrajin lokal selain itu
karena saringan keramik penjernih air ini murah dalam produksinya juga
sangat mudah untuk dipindah-pindahkan dan murah dalam perawatannya

II-12
Tinjauan Pustaka

membuat saringan keramik ini menarik untuk digunakan sebagai alat


pengolahan air minum skala rumah tangga .

Gambar 2.1 Bentuk Saringan Keramik


Sumber : Robert W.Dies, 2001

Beberapa contoh produsen lokal pembuat saringan keramik penjernih air


diantaranya the potters for peace filtron (Nicaragua), the TERAFIL
terracotta filter (India), dan the candle filter (Nepal, Bangladesh, Brazil dan
lain-lain) (http://web.mit.edu/watsan/website_ceramic_water.htm)

Saringan keramik penjernih air dapat digolongkan menurut beberapa


parameter kunci :

1. Bentuk, dilihat dari bentuknya pada umumnya saringan keramik


yang telah diproduksi dan dipasarkan terdiri atas beberapa bentuk ;
bentuk lilin (candle element), disk/piringan, pot).

2. Jenis tanah liat yang sering dipakai untuk membuat saringan


keramik ini pada umumnya menggunakan kaolin putih, terracotta
merah (tanah liat merah), dsb.

3. Material yang mudah terbakar (Mis ; serbuk gergaji, tepung, sekam


padi dsb).

II-13
Tinjauan Pustaka

Dalam proses filtrasi (penyaringan) biasanya terdiri atas dua bagian, yaitu
bagian atas sebagai tempat menampung air dan bagian bawah sebagai
tempat untuk menampung air filtrasi dan diantara bagian tersebut terdapat
media filtrasi (filter) untuk menyaring air baku.

Gambar 2.2 Sistem Penyaringan Saringan Keramik Dan Bentuk


Saringan Keramik
Sumber : http://web.mit.edu/watsan/website_ceramic_water.htm

Saringan keramik penjernih air juga dapat diuraikan berdasarkan


fungsinya :
1. Menyisihan bakteri (Mis : Potter for peace filtron).
2. Menyisihkan kontaminasi zat kimia seperti arsenic dan besi
3. Menyisihkan bau dan rasa (Mis : Katadyn@Gravidyn ceramic
candle filter with activated carbon).

Variabel penting dalam pembuatan saringan keramik penjernih air


meliputi:
1. Penggunaan bahan tambahan dalam produksi (Mis : pasir, bahan-
bahan yang mudah terbakar seperti serbuk gergaji dll.)
2. Suhu pembakaran.
3. Cara produksi/pembuatan (Mis : dibentuk dengan tangan, roda, alat
mekanik (alat pencetak).

Berikut ini Kelebihan dan Kekurangan dari saringan keramik penjernih air

II-14
Tinjauan Pustaka

 Kelebihan :  Kekurangan :

a) Relatif murah dalam membuat a) Debit penyaringan yang sangat


dan produksinya. lambat (rata-rata antara 0,5 – 4
b) Pembuatan keramik dapat liter/hari).
dilakukan diberbagai negara. b) Mudah pecah.
c) Material/bahan pembentuk c) Memerlukan perawatan secara
(tanah liat, serbuk gergaji, teratur.
sekam padi, dsb) sangat d) kualitas keramik penjernih air
mudah didapat. yang berbeda-beda dan belum
d) Jika dibuat dengan tepat dan adanya standarisasi kualitas
baik dapat mereduksi >99% keramik penjernih air.
bakteri indikator pencemar air
dan dapat mereduksi
kekeruhan.
(http://web.mit.edu/watsan/website_ceramic_water.htm)

Saringan keramik penjernih air juga dapat memperbaiki dan meningkatkan


kualitas air, yaitu :
1. Menyisihkan bakteri.
2. Mereduksi kekeruhan.
3. Menyisihkan Arsenic (apabila dilakukan dengan proses koagulasi).
4. Mereduksi bau (apabila digunakan dengan karbon aktif).

Berikut ini beberapa kelompok produsen yang memproduksi saringan


keramik penjernih air :

1. Potter for Peace


Potter for Peace (PFP) memproduksi saringan keramik penjernih air
berbentuk saringan ember, dan sering disebut juga “filtron”, yang
menyerupai pot bunga, keramik penjernih air ini mempunyai diameter 31
cm dan tinggi 24 cm serta dapat menyaring air 6 - 8 liter dengan debit
penyaringan 1 – 1,5 liter/jam, yang terdiri atas bejana penampung air dan

II-15
Tinjauan Pustaka

bejana untuk menampung air saringan. Filtron ini dibuat dengan


campuran tanah liat merah dengan serbuk gergaji (35 - 60 mesh) dan
dibakar pada suhu 887°C serta dilapisi dengan koloid perak sebagai
desinfektan (PFP Website, http ://potpaz.org/ 2002).

Gambar 2.3 Filtron


Sumber : PFP Website, http ://potpaz.org/ 2002

Potter for Peace filtron memiliki ukuran pori-pori antara 0,6 sampai 3,0
micron. Pori-pori yang ideal adalah 1,0 micron agar dapat menyisihkan
bakteri E. Coli secara fisik (filtrasi) tanpa harus menggunakan desinfeksi
(koloid perak).

2. Ceramiques d’Afrique
Keramik penjernih air Ceramiques d’Afrique dibuat karena adanya
kesulitan dalam mengangkut keramik penjernih buatan PFP pada saat
bencana alam di Nicaragua. Bentuk keramik penjernih Ceramiques
d’Afrique lebih kecil dibandingkan PFP (filtron) sehingga memudahkannya
dalam menyebarkannya.

Gambar 2.4 Saringan Keramik


Ceramiques d’Afrique
Sumber : http : //www.geocities.com/ceramafrique

II-16
Tinjauan Pustaka

Keramik penjernih air Ceramiques d’Afrique mempunyai bentuk seperti


tabung dan memiliki diameter 5 – 8 cm dengan tinggi 10 – 14 cm dengan
sistem penyaringan yang sama seperti buatan PFP.
(http : //www.geocities.com/ceramafrique/)

3. Indian TERAFIL (Terracotta Ceramic Filter)


TERAFIL terracotta filter terdiri dari dua bejana (ember) dimana keramik
penjernih air TERAFIL berbentuk disk (piring) ditempatkan di antara dua
bejana (lihat gambar 2.8). Keramik penjernih air TERAFIL terbuat dari
suatu campuran tanah liat, pasir sungai, serbuk gergaji dan dibakar pada
temperatur yang tinggi pada alat pembakaran (dapur pembakaran).

Menurut Khuntia (2001), pori-pori yang ada dalam saringan keramik


penjernih air TERAFIL memiliki ukuran antara 1 sampai 5 micron, dan
pori-pori tersebut tidak saling berhubungan. Penyisihan zat padat
tersuspensi biasanya terjadi diatas permukaan TERAFIL, membentuk
suatu lapisan sedimen, dimana waktu ke waktu, dapat menyebabkan
penyumbatan (clogging) pada saat filtrasi/penyaringan dan mengurangi
laju aliran air (debit) penyaringan.. Dengan perawatan yang baik dan
tepat, TERAFIL dapat digunakan sampai 5 tahun (Khuntia, 2001).

Gambar 2.6 Saringan Keramik


TERAFIL Bentuk Disk
Sumber : Low, 2002

Gambar 2.5 TERAFIL Sistem

II-17
Tinjauan Pustaka

4. Thimi Terracotta Ceramic Filter


Thimi terracotta ceramic filter di buat dengan bahan-bahan yang ada di
daerah Thimi, Nepal. Saringan keramik ini di buat oleh para pengrajin
lokal dengan bahan-bahan yang terdiri dari; tanah liat merah, serbuk
gergaji, dan sekam padi.

Gambar 2.7 Thimi Ceramic Filter


Sumber : Low, 2002

2.10.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dalam Proses Filtrasi


Beberapa faktor yang berpengaruh dalam proses filtrasi pada saringan
keramik penjernih air. Diantaranya pada filter keramik penjernih itu sendiri,
seperti porositas filter, ketebalan filter, dan luas permukaan filter. Selain
faktor dari keramik penjernih itu sendiri faktor mutu air atau karakteristik
air yang akan disaring juga mempengaruhi pada proses filtrasi, kekeruhan
air yang tinggi dapat menyebabkan keramik penjernih air cepat tersumbat,
ketinggian air yang akan disaring juga mempengaruhi dalam debit
penyaringan, semakin tinggi air maka debit air semakin cepat dan
sebaliknya bila ketinggian air rendah maka debit air filtrasi juga
sedikit/lambat.

Menurut Franz (2004), ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi


terhadap debit filtrasi dari saringan keramik, diantaranya adalah sebagai
berikut :

II-18
Tinjauan Pustaka

 Porositas
Porositas didefinisikan sebagai perbandingan antara volume pori dan
volume tanah total (Das, 1988). Porositas dalam saringan keramik
memberikan ruang pada air untuk mengalir melalui pori-pori saringan
keramik. Semakin besar porositas semakin besar pula debit air hasil
saringan (filtrasi). Filter dengan ukuran pori-pori yang besar tidak akan
efektif untuk menyisihkan kekeruhan dan kontaminasi bakteri dalam air.
Filter dengan ukuran pori-pori yang kecil akan sangat efektif dalam
menyisihkan kekeruhan dan bakteri dalam air, namun debit filtrasinya
kecil.

 Ketebalan filter
Semakin tipis ketebalan filter debit air yang dihasilkan semakin besar
namun kurang efektif dalam penyisihan kekeruhan dan bakteri dalam
air. Ketebalan filter saringan keramik mempunyai kemungkinan besar
dalam menjerat/menjaring partikel dalam air.

 Luas permukaan filter


Luas permukaan filter juga mempengaruhi dalam debit air penyaringan
semakin luas permukaan saringan keramik semakin besar debit filtrasi
saringan keramik.

 Ketinggian air
Ketinggian air juga mempengaruhi dalam debit penyaringan air semakin
tinggi elevasi air semakin besar tekanan yang diberikan sehingga
menyebabkan debit air filtrasi semakin besar.

 Kualitas air
Mutu air juga mempengaruhi dalam proses penyaringan semakin jelek
mutu air maka debit penyaringan semakin kecil . Hal ini terjadi karena
terjadi penyumbatan akibat dari besarnya partikel-partikel yang ada
dalam air tersebut.

II-19
Tinjauan Pustaka

2.10.2 Penelitian Sebelumnya


 Alternatif Teknologi Filtrasi Membran Dengan Bahan Keramik
Atau Tembikar Untuk Pengolahan Air Minum Kota (Wahyono Hadi,
1998)
Penelitian yang dilakukan oleh Wahyono Hadi, menggunakan bahan
dasar keramik asli, tanah tembikar dari Sidoarjo dan Karang Pilang.
Dari hasil penelitiannya dengan luas setiap saringan keramik 141,5
cm2 dan menggunakan 3 saringan keramik dengan komposisi berbeda
yaitu ; keramik asli, keramik asli + serbuk gergaji dan keramik asli +
serbuk arang didapat nilai permeabilitas masing-masing saringan
keramik adalah 0,023; 0,05; dan 0,0575. Efisiensi pemisahan nitrat
untuk semua komposisi filter berkisar antara 24,7% - 83%, efisiensi
pemisahan klorida dan natrium antara 8,3% - 16,7%, efisiensi
pemisahan kekeruhan antara 34% - 96,68%, efisiensi pemisahan
kesadahan antar 4,8% - 19%, efisiensi pemisahan sulfat 17,6% -
23,5%, dan efisiensi pemisahan bakteri berkisar antara 45,88% -
98,04%. Ditinjau dari pemisahan terhadap logam berat Cu, efisiensi
pemisahannya berkisar antara 13% - 97%, sedangkan untuk
pemisahan Cr, efisiensi pemisahannya berkisar antara 17,78% -
98,33%.

 Development of a Ceramic Water Filter for Nepal (Robert. W. Dies,


2003).
Pada tahun 2003, Robert. W. Dies melakukan evaluasi terhadap 3
jenis saringan keramik bentuk disk dan 5 jenis saringan keramik
berbentuk lilin. Dies menemukan 8 filter tersebut, the red-clay grog disk
filter, katadyn ceradyn candle filter, katadyn gravidyn candle filter, dan
Hari Govinda white-Clay Candle Filter dapat menyisihkan bakteri
dengan efisiensi mencapai 98% jika dilapisi dengan koloid perak dan
debit rata-rata penyaringan antara 0,641 l/jam sampai 0,844 l/jam.

II-20
Tinjauan Pustaka

 Appropriate Microbial Indicator Tests for Drinking Water in


Developing Countries and Assessment of Ceramic Water Filters
(Low, 2001).
Untuk teknologi pengolahan air tepat guna, Low membuat sendiri
saringan keramik dengan bantuan Govinda Prajapati seorang
pengrajin keramik lokal di Thimi, Nepal. Dari hasil penelitiannya
terhadap dua saringan keramik yang di teliti di Nepal dan MIT di dapat
data sebagai berikut : kedua saringan keramik (Terracotta ceramic
filter/ TERAFIL) dapat menyisihkan kekeruhan hingga 85% dengan
hasil kekeruhan dibawah 1 NTU. Total coliform, Fecal coliform dan E.
coli penyisihannya dapat mencapai lebih dari 95% dengan satu
pengecualian. Namun kedua saringan keramik ini memilki debit yang
sangat berbeda, maksimum debit dari TERAFIL mencapai 2 sampai 7
liter/jam. Sedangkan untuk Thimi Ceramic Filter penyisihan kekeruhan
dan E. Coli hampir sama dengan TERAFIL namun debit filtrasinya
lebih rendah, yaitu 0,3 liter/jam. Namun kedua saringan keramik ini
masih perlu proses desinfeksi sebelum air nya layak untuk di
konsumsi.

 Study of Filtration for Point-of-Use Drinking Water in Nepal


(Sagara, 2000).
Pada bulan Januari 2000, Junko Sagara melakukan penelitian tentang
saringan keramik Nepal bentuk lilin (Nepalese Ceramic Candle Filter)
dan saringan keramik India (Indian Ceramic Candle Filter) menemukan
bahwa kedua saringan keramik tersebut tidak dapat menyisihkan
bakteri dengan efektif namun kedua saringan keramik ini dapat
menyisihkan kekeruhan sampai 1 NTU. Kemudian Sagara mencoba
menggunakan koloid perak sebagai desinfektan, dan menemukan hasil
bahwa dengan menggunakan 10 mg koloid perak untuk setiap
saringan keramik dapat menyisihkan bakteri penghasil Hidrogen
Sulfida. Debit penyaringan rata-rata untuk saringan keramik Nepal
0,24 l/jam dan untuk saringan keramik India 0,30 l/jam.

II-21
Tinjauan Pustaka

2.11 Saringan Keramik Plered


Saringan keramik penjernih air buatan Plered dibuat sebagai usaha untuk
memenuhi kebutuhan air minum pada saat terjadi bencana alam dimana
sering kali sarana air bersih mengalami kerusakan. Namun dalam
keadaan normal pun keramik penjernih air ini dapat bermanfaat sebagai
dispenser air minum sekaligus sebagai alat penyedia air minum isi ulang
untuk warga masyarakat khususnya bagi masyarakat yang kurang
mampu. Saringan keramik yang di buat oleh pengrajin Plered ini terdiri
dari dua jenis, yaitu saringan keramik dari tanah liat putih (kaolin), dan dari
tanah liat merah. Untuk saringan keramik dari tanah liat putih dilapisi
dengan koloid perak sedangkan saringan tanah liat merah tidak dilapisi
dengan koloid perak

(a) (b) (c)

Gambar 2.8 Saringan Keramik Plered


Keterangan : (a) Saringan keramik Putih bentuk liin dengan koloid perak
(b) Saringan keramik Merah bentuk lilin tanpa kkoloid perak
(c) Saringan keramik Merah bentuk tabung tanpa koloid perak

Saringan keramik penjernih air dengan lapisan koloid perak yang dibuat
oleh pengrajin Plered terbuat dari tanah liat sukabumi dengan bahan
campuran diatomite dan tepung terigu untuk membuat pori-pori. Pori-pori
ini terbentuk pada saat pembakaran dimana tepung terigu pada campuran
saringan keramik ini ikut terbakar dan membentuk pori-pori. Bentuk dari
saringan keramik ini dicetak secara hidrolis kemudian dikeringkan dan
dipanaskan hingga 850 °C untuk tanah Plered dan 1200 °C untuk tanah
Sukabumi.

II-22
Tinjauan Pustaka

2.12 Produksi Saringan Keramik


Pada subbab ini akan diuraikan secara umum bahan-bahan dan peralatan
yang digunakan dalam proses produksi saringan keramik menurut
beberapa produsen saringan keramik seperti Potters For Peace (PFP),
dan Madhyarpur Crafts di Thimi Nepal selain itu pada subbbab ini akan di
uraikan secara ringkas proses pembuatan saringan keramik.

2.12.1 Bahan-bahan Yang Digunakan


Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan saringan keramik adalah
tanah liat, air, bahan-bahan yang mudah terbakar (mis; serbuk gergaji,
sekam padi dll), dan grog (bahan non-plastik yang digunakan untuk
mereduksi penyusutan dan kemungkinan dapat mengontrol porositas).
Biasanya bahan-bahan ini sebelum digunakan di hancurkan menjadi
serbuk dan di ayak kemudian di campurkan sehingga di dapat campuran
yang homogen/seragam kemudian dicetak menjadi bentuk saringan yang
biasa ada di pasaran.

Koloid perak biasanya digunakan sebagai desinfektan, dimana koloid


perak ini melapisi permukaan saringan keramik dan proses pelapisan
koloid perak ini dilakukan pada tahap terakhir setelah saringan keramik
dibakar. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.5 Bahan-bahan Yang Dipergunakan Dalam Pembuatan


Saringan Keramik
Bahan Uraian Contoh
Tanah Liat Dari segi mineral (bukan ukurannya), yang  Tanah liat putih
disebut tanah lempung (dan mineral (kaolin)
lempung) ialah yang mempunyai partikel-  Tanah liat merah
partikel mineral tertentu yang  Tanah liat hitam
“menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah
bila dicampur dengan air” (Grim, 1953).
Karena sifatnya yang plastis saat basah dan
keras jika dibakar membuatnya mudah

II-23
Tinjauan Pustaka

untuk dibentuk dan menjadi bentuk yang


permanen jika dibakar pada suhu tertentu.
Air Untuk mengontrol plastisitas
Bahan Digunakan untuk memperbesar porositas  Serbuk gergaji
Mudah dari keramik. Dimana bahan-bahan ini akan  Tepung
Terbakar terbakar selama proses pembakaran, dan  Sekam padi
meninggalkan pori-pori dimana air akan
mengalir pada pori-pori ini.

Grog / Grog digunakan untuk mengontrol  Batu bata yg telah


Kekerasan penyusutan dan porositas dari saringan di hancurkan
Bahan keramik, biasanya bahan-bahan ini terbuat  Bahan-bahan
dari tanah liat yang di campur dengan bahan buatan sendiri.
yang mudah terbakar (serbuk gergaji dsb).
Koloid Koloid perak mengandung partikel perak  Microdyn
Perak yang tercampur dalam air suling. Koloid (produksi
perak ini melapisi permukaan saringan Meksiko)
keramik. Koloid perak digunakan sebagai
desinfektan untuk mereduksi bakteri dalam
air baku.
Sumber : Robert. W. Dies, 2003

Tanah Liat
Lempung (clays) atau tanah liat sebagian besar terdiri dari partikel
mikroskopis dan submikroskopis (tidak dapat dilihat dengan jelas hanya
dengan mikroskop biasa) yang berbentuk lempengan-lempengan pipih
dan merupakan partikel-partikel dari mika, mineral-mineral lempung (clay
minerals), dan mineral-mineral yang sangat halus lainnya (Das, 1988).
Lempung pada dasarnya merupakan bagian penting dalam keramik
karena memberikan sifat plastis yang memungkinkan mineral mudah
dibentuk. Berbeda dengan material keramik lainnya, lempung berbentuk
partikel lembaran berukuran halus. Sifat plastisitas lempung dan air
merupakan kunci metoda pembuatan keramik. Sifat plastisitas tersebut

II-24
Tinjauan Pustaka

mempunyai cirri sebagai berikut : (1) mudah dibentuk tanpa patah, (2)
timbul kerut pada saat pengeringan, dan (3) bertambah kuat pada saat air
berkurang.

Pada kadar air kurang dari 10%, tidak cukup air untuk mengimbangi
muatan kutub-kutub dari partikel lempung, sehingga lempung masih
belum dapat dibentuk. Pada kadar air antara 15% - 25%, air cukup untuk
mengimbangi muatan-muatan partikel, sehingga lempung bersifat plastis,
mudah dibentuk dan tidak berubah hingga kering/kadar airnya berkurang.

Di Madhyapur Clay Crafts, tanah liat yang akan digunakan dalam


pembuatan saringan keramik di tempat kan di lantai dikeringkan selama
seminggu atau lebih. Tanah liat yang sudah kering kemudian di hancurkan
menjadi bubuk, dan disimpan untuk digunakan nantinya. Biasanya bubuk
tanah liat tersebut di ayak agar didapat ukuran butiran tanah liat yang
seragam sebelum di campur dengan bahan-bahan yang lain. Untuk
menjaga agar butiran tanah liat yang seragam biasanya disaring
menggunakan saringan/ayakan dengan ukuran tertentu. Sebagai contoh,
Potter for Peace menggunakan ukuran saringan 60 mesh sampai 30
mesh, sedangkan di Madhyapur Clay Crafts mereka hanya menggunakan
satu ukuran ayakan (40 mesh).

Gambar 2.9 Tanah liat (kiri) dan tanah liat yang telah bubuk (kanan)
Sumber : Robert Dies,2003 disadur dari Madhyapur Clay Crafts

Bahan / Material Yang Mudah Terbakar

II-25
Tinjauan Pustaka

Bahan atau material yang mudah terbakar digunakan untuk menambah


porositas pada saringan keramik dimana bahan-bahan ini akan
meninggalkan pori-pori pada media saringan keramik karena habis
terbakar pada saat proses pembakaran. Material / bahan-bahan yang
mudah terbakar yang biasa digunakan dalam produksi saringan keramik
diantaranya serbuk gergaji, sekam padi, tepung terigu, dan tepung jagung
namun dapat juga digunakan bahan-bahan yang lain yang mudah
terbakar pada saaat pembuatan saringan keramik. Di Madhyapur Clay
Crafts digunakan tepung dan serbuk gergaji dalam proses produksi
saringan keramik, tepung yang digunakan sebelumnya diayak dengan
ukuran ayakan 300 mesh dan serbuk gergaji yang digunakan diayak
dahulu dengan ayakan ukuran 40 mesh.

Gambar 2.10 Serbuk gergaji yang telah diayak


Sumber : Robert Dies,2003 disadur dari Madhyapur Clay Crafts

Grog / Temper
Grog / Temper merupakan bahan-bahan yang biasa digunakan oleh
pengrajin keramik untuk mengontrol penyusutan dan mengurangi
kerusakan (keretakan) pada keramik yang dibuat. Dalam pembuatan
saringan keramik, grog digunakan untuk mengurangi penyusutan selama
pengeringan dan menghindari kerusakkan akibat proses pembakaran,
selain itu akan menambah kekuatan dari saringan keramik dan porositas
yang baik pada saringan keramik.

II-26
Tinjauan Pustaka

Reid Harvey telah mengembangkan grog / temper pada saringan keramik


buatan Pottery Purification Media (PPM). Grog yang dikembangkan terdiri
dari 63 bagian tanah liat, 37 bagian tepung, dan 20 bagian air
berdasarkan beratnya (mis : 630 gr tanah liat ; 370 gr tepung ; 200 ml air),
namun sebelumnya tanah liat mula-mula dicampur air selama semalam
agar air meresap kedalam tanah liat. Bahan-bahan ini di campur
kemudian dibentuk dan dibakar dengan suhu antara 900 ºC – 1050 ºC
selama 24 jam. Bahan yang mudah terbakar dalam campuran grog ini
(tepung) akan terbakar pada suhu 500 ºC. Setelah dibakar dan
didinginkan, grog yang telah jadi dihancurkan dan diayak dengan ukuran
30 mesh. Kemudian grog ini siap digunakan sebagai bahan-bahan untuk
membuat saringan keramik.

Grog sendiri bisa berasal dari barang-barang keramik yang sudah tidak
berguna, seperti limbah genteng dan batu bata yang dihancurkan menjadi
butiran-butiran kecil. Meningkatnya perbandingan massa grog maupun
serbuk gergaji dalam saringan keramik, menyebabkan tingkat porositas
meningkat, kuat lentur menurun dan besar penyusutan menurun (Wenas
dan Sulistarihani, 2002).

2.12.2 Peralatan Yang Digunakan


Pada sub-bab berikut ini akan diuraikan peralatan yang biasa digunakan
dalam proses produksi saringan keramik yang di dapat dari website The
Potter for Peace dan Pottery Purification Media.

Screen / Ayakan
 Screen digunakan untuk menyaring tanah liat bubuk, serbuk gergaji,
tepung dan grog yang telah menjadi tepung menjadi ukuran butiran
yang diinginkan

II-27
Tinjauan Pustaka

Grinder / Gerinda
 Gerinda berfungsi untuk menghancurkan tanah liat yang telah
dikeringkan, seperti grog menjadi ukuran yang kecil (bubuk).

Gambar 2.11 Pekerja sedang menghancurkan Grog dengan


menggunakan gerinda
Sumber : Robert Dies,2003 disadur dari Madhyapur Clay Crafts

Filter Press / Alat Press


 Alat press digunakan untuk menekan campuran tanah liat kedalam
cetakan (bentuk disk, lilin, atau pot) agar di dapat bentuk yang
dinginkan.

Gambar 2.12 Alat-alat Filter Press dan Cetakannya (molds)


Sumber :Dies, 2003 & Low, 2002

II-28
Tinjauan Pustaka

Gelas Ukur
 Gelas ukur berfungsi untuk mengukur perbandingan bahan yang akan
dicampur dalam pembuatan saringan keramik.

Gambar 2.13 Gelas Ukur


Sumber : Dies, 2003

Molds / Cetakan
 Cetakan digunakan untuk membentuk saringan keramik yang kita
inginkan (mis : bentuk disk, bentuk lilin ataupun bentuk pot).

Disk Lilin Pot

Gambar 2.14 Bentuk-bentuk Saringan Keramik

II-29
Tinjauan Pustaka

Kiln / Tempat pembakaran


 Kiln / tempat pembakaran digunakan oleh para pengrajin keramik untuk
membakar keramik. Tempat pembakaran harus dapat membakar
keramik dengan temperatur antara 900 ºC sampai 1100 ºC.

Gambar 2.15 Kiln / Tempat pembakaran Keramik


Madhyapur Clay Crafts, Thimi, Nepal. January 2003

2.12.3 Proses Pembuatan Saringan Keramik


Pada subbab ini akan diuraikan secara singkat mengenai proses produksi
saringan keramik. Proses saringan keramik pada umumnya melalui
beberapa tahapan berikut ini :
1 . Penyiapan bahan-bahan
2 . Pencampuran (mixing)
3 . Pencetakan/mencetak saringan keramik
4 . Pengeringan dan Pembakaran
5 . Pelapisan koloid perak (jika digunakan)
6 . Kontrol kualitas

Proses pembuatan saringan keramik secara ringkas dapat dilihat pada


gambar 16. Walaupun diagram proses produksi ini bersumber dari proses
produksi saringan keramik di Madhyapur Clay Crafts, namun tahapan
proses produksinya hampir sama dengan proses produksi yang dilakukan
oleh produsen lokal di Nicaragua Potter for Peace ataupun produsen lokal
di sentra pengrajin keramik Plered.

II-30
Tinjauan Pustaka

1 Penyiapan bahan – bahan


Tanah liat (lempung), air, bahan-bahan yang mudah terbakar (mis :
serbuk gergaji, sekam padi, tepung dll), grog (jika menggunakan
grog). Sebelum digunakan dihancurkan dahulu sampai di dapat
ukuran butiran yang seragam. Kemudian masing-masing bahan-
bahan tersebut di ayak sesuai ukuran yang di kehendaki. Untuk
tanah liat yang telah menjadi serbuk di ayak dengan ukuran antara
10 mesh sampai 60 mesh sedangkan untuk bahan-bahan yang
mudah terbakar di ayak dengan ukuran ayakan antara 100 mesh
sampai dengan 600 mesh. Setelah masing-masing bahan di ayak
sesuai yang di inginkan maka bahan-bahan ini siap digunakan pada
proses berikutnya.

2 Pencampuran (mixing)
Proses pencampuran ini memerlukan kerja yang sangat teliti karena
bahan-bahan yang ada harus tercampur dengan merata.
Pencampuran bahan-bahan ini biasanya dilakukan dengan
menggunakan tangan namun dapat pula dilakukan dengan alat
pencampur. Untuk memudahkan pencampuran biasanya
ditambahkan sedikit air untuk meningkatkan plastisitas /
kekenyalan.

3 Pencetakan
Pencetakan dilakukan dengan cara memasukkan bahan-bahan
yang telah tercampur pada proses sebelumnya kedalam cetakkan
kemudian di tekan (dimampatkan) dengan alat press sampai
didapat bentuk yang diinginkan.

4 Pengeringan dan Pembakaran


Setelah bahan-bahan tersebut dicetak kemudian dikeringkan
selama beberapa hari. Semakin besar kandungan bahan-bahan
yang mudah terbakar seperti serbuk gergaji, tepung dsb, lebih

II-31
Tinjauan Pustaka

banyak air yang menyerap yang menyebabkan pengeringan


membutuhkan waktu yang lebih lama. Setelah proses pengeringan
ini kemudian dilakukan proses pembakaran dalam tungku
pembakaran. Pembakaran dilakukan secara bertahap agar keramik
yang dibakar tidak pecah dalam proses pembakaran ini.
Pembakaran saringan keramik biasanya dilakukan pada suhu
antara 880 °C sampai 1070 °C dengan lama waktu pembakaran 12
jam sampai 24 jam.

5 Pelapisan dengan Koloid Perak


Pelapisan dengan koloid perak dimaksudkan agar saringan keramik
dapat menyisihkan bakteri dalam air baku dengan baik selain itu
penggunaan koloid perak ini juga digunakan untuk membunuh
bakteri yang mungkin menempel pada saringan keramik.

Gambar 2.16 Pelapisan Koloid Perak

6 Kontrol Kualitas
Dalam produksi saringan keramik kontrol kualitas menjadi sangat
penting karena tidak semua saringan keramik memiliki kinerja yang
sama dalam menyisihkan bakteri ataupun memiliki debit filtrasi yang
sama. Hal ini dikarenakan proses produksi saringan keramik ini
masih secara tradisional sehingga sangat tergantung dari ketelitian
atau keterampilan pengrajin dalam memproduksi saringan keramik.

II-32
Tinjauan Pustaka

Tanah liat
Tanah liat Tanah liat
putih
hitam merah Serbuk gergaji, tepung, arang kayu
dsb

Tanah liat mentah


Bahan-bahan
Yg mudah terbakar
Pengeringan

Grind/menghancurkan
tanah liat hingga menjadi serbuk Pengayakan
100 – 600 mesh

Pengayakan
30 – 60 mesh
Air
Tanah liat
Siap Mix
Bahan-bahan
digunakan Siap digunakan

Pengeringan
Batu bata

Pembakara
n

Grind/
Penghancuran
Hingga
menjadi bubuk

Pengayakan Temper/Grog

Mix

Pencetakkan

Pengeringan

Pembakaran

Pengeringan

Pelapisan Koloid Perak

Kontrol
Kualitas

Gambar 2.17 Diagram Proses Produksi Saringan Keramik


Sumber : Robert W. Dies, 2003

II-33

Anda mungkin juga menyukai