Anda di halaman 1dari 38

PEMERIKSAAN AIR DAN PEMINDAHAN BAKTERI SECARA ASEPTIS

INTISARI
Semua makhluk hidup termasuk manuasia sangat membutuhkan air. Air
merupakan kebutuhan utama untuk bertahan hidup Akan tetapi setiap air memiliki
kualitas yang berbeda-beda. Tujuan dari percobaan ini adalah menghitung jumlah koloni
dan membandingkan radius perkembangan mikroba dengan desinfektan yang berbedabeda.
Pada percobaan kali ini, sampel air yang digunakan yakni air sumur dan air
PDAM di daerah Petelan dan Sompok serta air sungai dan air isi ulang. Sampel air sumur
dan air PDAM kami ambil pada tanggal 19 Mei 2014, sedangkan sampel air sungai dan
air isi ulang kami ambil pada tanggal 20 Mei 2014. Desinfektan yang digunakan ialah
betadine, HCl, dan air jeruk nipis. Media yang digunakan yakni PDA.Percobaan ini
dilakukan dengan melarutkan PDA 3,9 gr dalam aquadest 100 ml dipanaskan hingga
mendidih, kemudian letakkan pada petridish. Pada uji koloni petridish yang telah terisi
PDA dibiarkan setengah padat dan tetesi sampel yang telah diencerkan sebanyak 2 kali
lalu simpan di inkubator dengan dibalik. Pada uji desinfektan, media dalam petridish
dilubangi dan ditetesi desinfektan sesuai dengan veriabel. Sampel di inkubasi selama 2
hari lalu dihitung jumlah koloni dan radius pertumbuhannya.
Hasil percobaan menunjukkan air PDAM daerah Petelan mengandung lebih
banyak koloni dibandingkan daerah Sompok dengan jumlah 47688.75, untuk air sumur
daerah Petelan merupakan daerah terbanyak jumlah koloninya dengan jumlah 85839.75.
Hal ini karena daerah Petelan merupakan daerah padat penduduk. Air-air limbah rumah
tangga dapat menyebabkan menurunya kualiatas air sumur di daerah ini. Pada air sungai
jumlah koloni sebanyak 47688.75. Pada uji desinfektan, didapatkan hasil rata-rata
terbesar pada betadine dengan 3.
Kesimpulannya, air daerah PDAM dan sumur daerah Petelan terdapat banyak
bakteri yang berkembang biak dibanding daerah lainnya.Pada percobaan ini semua alat
harus steril, perhitungan jumlah koloni harus teliti, dan lakukan prosedur dengan benar
dan hati-hati.

Laboratorium Mikrobiologi Industri

PEMERIKSAAN AIR DAN PEMINDAHAN BAKTERI SECARA ASEPTIS

BAB I
PENDAHULUAN
I.1.

Latar Belakang
Semua makhluk hidup termasuk manuasia sangat membutuhkan air. Air
merupakan kebutuhan utama untuk bertahan hidup. Air yang sehat adalah air yang bebas
dari mikroorganisme yang membahayakan. Air yang tidak sehat / steril akan
membahayakan jika tidak diproses terlebih dahulu.
Kebutuhan akan air bersih semakin lama semakin meningkat sesuai dengan
kenaikan jumlah penduduk dan keperluan penduduk itu sendiri. Selama ini kebutuhan
akan air dipenuhi dari berbagai sumber diantaranya air sungai, danau, laut ,dan sumur.
Pencemaran air menjadi masalah utama dalam pengolahan air. Baik pencemaran yang
berasal dari air limbah rumah tangga maupun limbah industri mengakibatkan air semakin
kotor. Oleh karena itu terobosan-terobosan baru selalu dilakukan untuk mendapatkan
sumber air yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Standar air minum di Indonesia telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan
Republik Indonesia pada tahun 2002 melalui Keputusan Mentri Kesehatab No. 907 tahun
2002 bahwa air minum tidak boleh mengandung bakteri coliform dan Escherichia coli.
Sedangkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 01-3553-2006, air minum dalam
kemasan selain tidak boleh mengandung bakteri pathogen yaitu Salmonella dan
Pseudomonas aeruginosa,juga tidak boleh mengandung cemaran mikroba lebih besar
dari 100 koloni/ml. (Radji, 2008)
Banyak sekali persyaratan yang mengatur standard kualitas air. Secara umum,
kualitas air dapat ditinjau dari segi biologis, fisis, dan kimia yang merupakan syaratsyarat yang harus dipenuhi. Secara biologis, air untuk dikonsumsi harus bebas dari
kandungan mikroorganisme yang dapat menimbulkan kerugian bagi manusia. Oleh
karena itu, percoban ini penting dilakukan untuk melakukan pemeriksaan terhadap suatu
sampel air.

Laboratorium Mikrobiologi Industri

PEMERIKSAAN AIR DAN PEMINDAHAN BAKTERI SECARA ASEPTIS

I.2.

Tujuan Percobaan
1. Mampu menghitung jumlah koloni dalam air.
2. Mampu membandingkan radius perkembangan mikroba dengan desinfektan berbeda.

I.3.

Manfaat Percobaan
1. Mahasiswa mampu mengetahui jumlah koloni dalam air.
2.Mahasiswa mampu membandingkan radius perkembangan mikroba dengan desinfektan
berbeda.

BAB II
Laboratorium Mikrobiologi Industri

PEMERIKSAAN AIR DAN PEMINDAHAN BAKTERI SECARA ASEPTIS

TINJAUAN PUSTAKA
II.1.

Mikroorganisme air
Air tanah mengandung zat organik dan anorganik, yang merupakan tempat yang
baik bagi kehidupan mikroorganisme. Kandungan mikroorganisme dalam air tanah
tergantung dari kedalaman air tersebut diperoleh. Air permukaan banyak mengandung
mikroorganisme karena terkena kontak langsung dengan udara. Mikroorganisme autotrof
merupakan mikroorganisme pertama dalam air yang mengandung zat organik.
Air dapat merupakan medium pembawa mikroorganisme patogenik yang
berbahaya bagi kesehatan. Oleh karena itu untuk mencegah penyebaran penyakit melalui
air perlu dilakukan kontrol terhadap polusi air.. Mikroorganisme patogen yang dapat
mencemari kualitas air ada banyak diantaranya , Salmonella typhi, Clostridium
prefringens, Leptospira, Escherichia coli, Shigella dysentriae, dan masih banyak lagi.
(Sastrawijaya, 2000)

II.2.

Persyaratan Standar Kualitas Air


Persyaratan standardisasi kualitas air minum menurut peraturan menteri Kesehatan
Republik Indonesia nomor : 492/menkes/Per/IV/2010 yang mencakup 4 kualitas, yaitu:

1. Kualitas Fisik
- Air layak minum tidak boleh terlihat kasat mata yang menyebabkan air menjadi
keruh. Batas maksimum kekeruhan air adalah 5 NTU (Nepherumerik Turbidity
-

Units)
Air tidak boleh mengandung bahan kimia (klorin, kalsium karbonat, dan lain-lain)
dan mikroorganisme (plankton maupun bakteri) yang menyebabkan warna

berubah. Batas maksimum yang diperbolehkan adalah 15 TCU (True Color Units)
Air tidak berbau dan berasa karena air murni tidak berbau jika dicium dan tidak
memiiki rasa. Jika air berbau dan berasa maka air tersebut mengandung
mikroorganisme, bahan mineral, gas terlarut seperti CO 2, H2S, NH3 dan bahan

organiklainnya seperti limbah rumah tangga (minyak, lemak, sisa makanan)


Temperatur air tidak boleh mempunyai deviasi suhu lebih dari 3oC dari suhu
udara.

Laboratorium Mikrobiologi Industri

PEMERIKSAAN AIR DAN PEMINDAHAN BAKTERI SECARA ASEPTIS

2. Kualitas Kimia
- Air tidak boleh memiliki pH diluar batas 6,8 8,5
- Tingkat kesadahan yang diperbolehkan dibawah 500 ppm
- Tak mengandung desinfektan dan hasil sampingnya, seperti dichlorometane,
kadar yang diperbolehkan 2 mg/lt
3. Kualitas Biologi
- Bakteri E. Colli dan Fecal colli tidak boleh ada dalam air minum, kadar
maksimumnya adalah 0 dalam 100 ml air mnum,
4. Radioaktivitas
- kadar maksimum gross alpha activitynya adalah 0,1 Ba/lt
- kadar maksimum gross beta activitynya adalah 0,1 Ba/lt
II.3.

Faktor yang Mempengaruhi Mikroorganisme


Mikroorganisme tidak dapat beradaptasi di berbagai tempat, mikroorganisme
hanya dapat berkembang pada keadaan tertentu, diantaranya :
1. Temperatur
Temperatur optimum merupakan temperatur terbaik

pada

pertumbuhan

mikroorganisme. Pada temperatur yang sangat tinggi akan terjadi denaturasi protein
sedangkan pada temperatur yang sangat rendah aktivitas enzim akan berhenti.
Temperatur optimum pada mikroorganisme biasanya 26- 27 oC.
2. Medium
Medium yang digunakan harus memiliki zat yang dibutuhkan, yaitu protein, lemak,
karbohidrat, vitamin, dll. Media yang cocok untuk bakteri adalah yang isotonik
terhadap isi sel bakteri. Jika larutan hipertonik maka akan mengalami plasmolisis.
Medium yang cocok untuk bakteri salah satunya adalah mediaAgar Kentang Dektrosa
(PDA). PDA merupakan media tumbuh mikrobiologi yang terbuat dari potato
infusion dan dextrosa dan paling banyak digunakan untuk tumbuh jamur dan bakteri
yang mana menyerang atau membusukkan tanaman hidup.
3. Pengaruh Sinar
Kebanyakan bakteri tidak akan berfotosintesis tapi sinar dengan panjang gelombang
lebih pendek seperti sinar UV dan sinar X sangat berbahaya dan dapat membunuh
bakteri.
4. Pengaruh mekanik
Laboratorium Mikrobiologi Industri

PEMERIKSAAN AIR DAN PEMINDAHAN BAKTERI SECARA ASEPTIS

Untuk mematikan bakteri dibutuhkan tekanan 6000 atm dan untuk menghentikan
bakteri dibutuhkan 600 atm.
5. Faktor kimia
Penggunaan desinfektan bakterisida dapat membunuh bakteri. Biasanya kerusakan
akibat proses oksidasi, koagulasi, dispersi dan tegangan muka.
6. pH
Umumnya bakteri tidak suka hidup di pH yang terlalu basa dan mereka cenderung
untuk hidup di pH netral (pH= 7) atau sedikit basa (pH = 7,4)
(Fadhli, 2013)
II.4.

Sifat Koloni
Koloni merupakan sekumpulan dari bakteri-bakteri yang sejenis yang
mengelompok menjadi satu dan membentuk suatu koloni-koloni.
Sifat-sifat koloni terbagi menjadi 2, yakni sifat secara umum dan khusus. Masingmasing sifat umum dan khusus koloni diantaranya :

a. Sifat Umum Koloni


Sifat-sifat umum pada koloniialah :
1. Bentuk : ada koloni yang bulat, ada yang memanjang, ada yang tepinya rata, ada yang
tepinya tidak rata.
2. Besar-kecilnya koloni : ada koloni yang melebar sampai menutup permukaan
medium.Ada pula koloni yang hanya serupa suatu titik.
3. Kenaikan permukaan : ada koloni yang rata saja dengan permukaan medium, ada pula
yang timbul, yaitu menjulang tebal di atas permukaan medium.
4. Warna : kebanyakan koloni bakteri itu berwarna keputihan atau kekuning-kuningan,
akan tetapi ada juga koloni yang kemerah-merahan, coklat, jingga, biru, hijau, ungu.
5. Kepekatan : ada koloni yang lunak seperti lendir, ada yang lunak seperti mentega, ada
yang keras dan kering.
b. Sifat Khusus Koloni
Sifat-sifat umum pada koloni ialah :
1. Dalam medium padat
Sifat koloni pada agar-agar lempengan bentuknya titik bulat, terbentang tidak teratur
seperti akar, kumparan. Permukaan koloni dapat datar, timbul teratur, cembung
melengkung, membukit kebawah, yang utuh dan berombak juga ada.
2. Dalam medium cair

Laboratorium Mikrobiologi Industri

PEMERIKSAAN AIR DAN PEMINDAHAN BAKTERI SECARA ASEPTIS

Medium cair diperoleh dengan tidak mencampurkan agar-agar gelatin kepadanya.


Dalam medium cair, bakteri akan berbeda-beda. Permukaan medium dapat
memperlihatkan adanya serabut selaput.
(Dwidjoseputro, 2012)

II.5.

Metode Perhitungan Jumlah koloni


Jumlah koloni dapat diketahui dengan menggunakan perhitungan jumlah koloni,
hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak jumlah koloni dalam satu aliran air.
Metode perhitungan koloni terdapat 2 metode, diantaranya:

a. Perhitungan dengan SPC


Standart Plate Count (SPC) digunakan untuk menentukan kepadatan bakteri heterotrof
fakultatif aerob. Dalam percobaanini pengukuran secara empiris karena bakteri dapat
membentuk koloni rantai kelompok. Dasar SPC adalah membuat suatu seri pengenceran
bahan dengan kelipatan 10. Setelah inkubasi, dilihat jumlah koloni tiap periode dapat
digunakan coloni encounter yang dilengkapi dengan register. Perhitungan dan pencatatan
koloni pada plate sesegera mungkin setelah periode ini sampai selesai. Bila perhitungan
ditunda, plate harus disimpan pada suhu 5-10oC dan tak boleh lebih dari 21 jam.
b. Perhitungan Manual
Perhitungan koloni secara manual dilakukan dengan menghitung jumlah koloni terbanyak
dan tersedikit. Sampel diencerkan hingga 2x pengenceran, setelah waktu inkubasi, jumlah
koloni dihitung secara manual (biasanya dihitung) jumlah koloni terbanyak dan
tersedikit, kemudian dicari rata-ratanya.
Jumlah koloni dalam petridish = rata-rata jumlah koloni x luas petridish x fp
Keterangan : luas petridish = 63,585 cm2
fp = 10 2
Dengan rumus diatas dapat diketahui jumlah koloni dalam petridish.
II.6.

Desinfektan
Desinfektan dapat diartikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang
digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri
dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman

Laboratorium Mikrobiologi Industri

PEMERIKSAAN AIR DAN PEMINDAHAN BAKTERI SECARA ASEPTIS

penyakit lainnya.Sedangkan antiseptik diartikan sebagai bahan kimia yang dapat


menghambat atau membunuh pertumbuhan jasad renik seperti bakteri, jamur dan lainlain pada jaringan hidup. Bahan desinfektan dapat digunakan untuk proses desinfeksi
tangan, lantai, ruangan, peralatan dan pakaian.
1. Betadine
Betadine merupakanantiseptik yang digunakan untuk mengobati luka.Betadine
mengandung

povidone-iodine (PVPI).

Iodine/Iodium sudah digunakan sebagai

antiseptik sejak tahun 1830. PVPI adalah iodium yang bersifat germisidal, tidak
menimbulkan warna, dan sifat iritasinya lebih kecil.Bakteri tertentu seperti Streptomyces,
Bacillus, Clostridium, dan Sporosarcina dapat mengubah dirinya dari bentuk vegetatif
menjadi spora apabila keadaan memburuk. Pada bentuk spora ini kegiatan bakteri akan
terhenti, tidak bermetabolisme ataupun bereproduksi (dorman). Dalam bentuk ini bakteri
sangat resisten dan dapat bertahan hidup dalam waktu lama meskipun dalam keadaan
lingkungan yang kurang baik karena panas, kekurangan nutrient, radiasi ultraviolet, atau
adanya zat kimia yang toksik.(Yanti, 2011)
2. Jeruk Nipis
Jeruk nipis adalah air buahnya sangat masam rasanya, tetapi harum. Jeruk nipis
mengandung minyak atsiri . Minyak atsiri adalah sejenis minyak yang mudah sekali
menguap pada suhu kamar dan baunya sesuai dengan tanaman penghasilnya. Minyak
atsiri digunakan sebagai campuran pewangi, pencegah timbulnya jamur dan bakteri,
desinfektan, dan antibiotic.
Disamping itu jeruk nipis juga mengandung asam sitrat. Asam sitrat digunakan
sebagai pencegah timbulnya jamur dan bakteri, sebagai pengawet, dan desinfektan.
Kebanyakan bakteri inaktif dan terbunuh pada pH 2-3, meskipun hanya sebentar , dan
jeruk

nipis

mampu

memberikan

keadaan

sehingga

mencapai

pH

tersebut.

Mikroorganisme yang terdapat pada bahan dengan pH asam dapat dibunuh dengan suhu
yang lebih rendah dan dalam waktu yang lebih singkat. (Pelczar, 2005)
- HCl

Laboratorium Mikrobiologi Industri

PEMERIKSAAN AIR DAN PEMINDAHAN BAKTERI SECARA ASEPTIS

HCl adalah asam anorganik. HCl dan H2SO4 0,1 N telah dipakai untuk desinfeksi
ruangan yang tercemar tinja. Selain itu HCl juga berfungsi sebagai desinfektan,
mengasamkan makanan dan mengubah pepsinogen menjadi pepsin.(Dian,2010)
II.7.

Faktor Yang Mempengaruhi Mikroba


1. Media
PDA ( Potato Dextose Agar )
Adalah media tumbuh mikrobiologi yang terbuat dari potato infusion dan
dextrosa dan paling banyak digunakan untuk tumbuh jamur dan bakteri yang
mana menyerang atau membusukkan tanaman hidup.
Media PDA yang dapat digunakan untuk menangkap dan menumbuhkan
cendawan harus memenuhi kebutuhan nutrisi dan kondisi lingkungan yang
dibutuhkan cendawan tersebut. Selain itu, media PDA yang digunakan tidak boleh
terkontaminasi oleh mikroorganisme lainnya seperti bakteri. Media yang
terkontaminasi biasanya disebabkan oleh kesalahan pada saat pensterilan di dalam
autoklaf sehingga terdapat mikroorganisme lain seperti bakteri dalam media yang
dapat mengganggu dan menghambat pertumbuhan cendawan yang diinginkan.
(Hadioetomo, 1986)
Komposisi PDA yaitu :
Massa ( gram )
1000

Bahan
Air
Kentang

200

( Diiris, dikupas,

20
20

dicuci )
Dextrosa
Bubuk agar agar

Potato infusion dapat dibuat dengan merebus 200 gram irisan kentang
dalam 1 liter air suling selama 30 menit lalu diambil sari patinya dengan kain
tipis. Air suling ditambahkan sehingga volume total suspensi menjadi 1 liter. Lalu
Laboratorium Mikrobiologi Industri

PEMERIKSAAN AIR DAN PEMINDAHAN BAKTERI SECARA ASEPTIS

20 gram dextrosa dan 20 gram bubuk agar agar ditambahkan dan medium
disterilisasi dengan autoklaf pada 15 pound per inci kuadrat ( 100 kPa ) selama 15
menit. (Eddleman, 2011)

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

III.1

Bahan dan Alat Yang Digunakan


III.1.1 Bahan Yang digunakan :
-

Sampel Air

PDA

Aquadest

Desinfektan

III.1.2 Alat Yang digunakan :

Beaker glass

Pipet

Petri dish

Pengaduk

Erlenmeyer

Kompor listrik

Tabung reaksi
-

III.2

Gambar Alat

Laboratorium Mikrobiologi Industri

10

PEMERIKSAAN AIR DAN PEMINDAHAN BAKTERI SECARA ASEPTIS

Beaker glass

Petridish

Erlenmeyer

Pengaduk

Kompor Listrik

Pipet Tetes
-

III.3

Variabel Operasi

Uji Koloni
-

Air Sumur = - Sompok


- Petelan
Air PDAM
= - Sompok
-

- Petelan

Air Sungai

Air minum isi ulang

Uji Desinfektan

Basis

Batadine

75 % V

10 ml

Air Jeruk Nipis

75 % V

10 ml

HCl

75 % V

10 ml

III.4

Cara Kerja

Laboratorium Mikrobiologi Industri

11

Tabung Reaksi

PEMERIKSAAN AIR DAN PEMINDAHAN BAKTERI SECARA ASEPTIS

Langkah-langkah pendahuluan:

1. Menyiapkan petridish yang sudah disterilisasi.


2. Mengencerkan contoh (2x faktor pengenceran): mengambil 10 ml contoh kemudian
diencerkan 100 ml. Dan dari 100 ml itu diambil 10 ml lalu diencerkan lagi menjadi 100
ml.
3. Menyiapkan media: mengambil 3,9 gr PDA kemudian masukkan ke dalam 90 ml
aquadest kemudian dipanaskan hingga mendidih.
4. Membagi media ke dalam petridish reaksi secara merata.
-

Langkah-langkah percobaan PA:

1. Uji Koloni
Biarkan media dalam petridish sampai setengah padat kemudian taburi dengan
contoh yang sudah diencerkan secara merata ke permukaan media menggunakan

pipet tetes yang sudah disterilisasi.


Simpan dalam ruang inkubasi dengan cara dibalik peletakannya selama waktu

inkubasi yang ditentukan. (biasanya 2 hari)


Menghitung jumlah koloni terbanyak dan tersedikit (dihitung biasa), kemudian
dicari:
-

rata-rata jumlah koloni =

(terbanyak + tersedikit)
2

jumlah koloni dalam petridish = rata-rata jumlah koloni x luas petridish x fp


-

Keterangan: luas petridish = 63,585 cm2


-

fp = 102

2. Uji Desinfektan
Biarkan media dalam petridish memadat kemudian buat lubang kecil pada tengahtengah media tersebut. Kemudian teteskan contoh desinfektan ke dalam lubang

tersebut menggunakan pipet tetes.


Simpan dalam ruang inkubasi selama waktu yang ditentukan (biasanya 2 hari).

Laboratorium Mikrobiologi Industri

12

PEMERIKSAAN AIR DAN PEMINDAHAN BAKTERI SECARA ASEPTIS

Mencatat radius pertumbuhan diukur dari lubang yang dibuat (radius terjauh,
terdekat, dan rata-rata).
-

BAB IV

HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

IV.1

Hasil Percobaan

Tabel IV.1.1 Hasil Percobaan Uji Koloni


-

Jum

lah

Kol

oni

Ju

l
A
i
r

S
u

Laboratorium Mikrobiologi Industri

79

13

PEMERIKSAAN AIR DAN PEMINDAHAN BAKTERI SECARA ASEPTIS

m
u
r
S
o
m
p
o
-

k
S

85

m
u
r
P
e
t
e
l
a
-

n
P

41

A
M
S
o
m
Laboratorium Mikrobiologi Industri

14

PEMERIKSAAN AIR DAN PEMINDAHAN BAKTERI SECARA ASEPTIS

p
o
-

k
P

47

A
M
P
e
t
e
l
a
-

n
A

92

r
s
u
n
g
a
-

i
A

50

r
i
s
Laboratorium Mikrobiologi Industri

15

PEMERIKSAAN AIR DAN PEMINDAHAN BAKTERI SECARA ASEPTIS

i
u
l
a
n
g
-

Tabel IV.1.2 Hasil Percobaan Uji Koloni


-

Radius

0.

2.

2,

Laboratorium Mikrobiologi Industri

16

1.

PEMERIKSAAN AIR DAN PEMINDAHAN BAKTERI SECARA ASEPTIS

IV.2

Pembahasan
IV.2.1 Fenomena Air PDAM di Berbagai Daerah

50000
48000
46000
44000
jumlah koloni
42000
40000
38000
Petelan

Sompok

Nama Daerah

Gambar IV.2.1. Grafik Jumlah Koloni pada Air PDAM berdasarkan Daerah

Pada grafik diatas terlihat koloni terbanyak pada air PDAM di daerah

Petelan. Hal ini terjadi karena populasi penduduk yang sangat padat serta banyaknya gas
buang kendaraan bermotor yang berada disepanjang sungai yang dijadikan bahan baku
oleh PDAM. Kondisi daerah yang seperti ini sangat mempengaruhi jumlah bakteri yang
terdapat dalam air. Sumber air bermuara pada sungai sungai didekatnya, semakin
bertambah populasi masyarakat, maka limbah domestik meningkat di sungai sehingga air
sungai sebagai bahan baku PDAM menurun kualitasnya. Zat kimia berbahaya seperti
besi, seng, sulfat dan sisa dari limbah domestik meningkat pertumbuhan bakteri.
(Prasetyo, 2010)
-

IV.2.2 Fenomena Grafik Air Sumur di Berbagai Daerah


90000
85000
jumlah koloni 80000
75000
Petelan

Sompok

Nama Daerah

Gambar IV.2.2. Grafik Jumlah Koloni pada Air Sumur berdasarkan Daerah

Laboratorium Mikrobiologi Industri

17

PEMERIKSAAN AIR DAN PEMINDAHAN BAKTERI SECARA ASEPTIS

Dari grafik diatas terlihat koloni terbanyak terdapat pada air sumur

Petelan. Hal ini terjadi karena Petelan merupakan kawasan padat penduduk. Petelan
masuk di kecamatan Semarang Tengah dengan jumlah penduduk 70.733 orang. Air-air
limbah rumah tangga dapat menyebabkan menurunya kualiatas air sumur di daerah ini.
(Mario Indra, 2010)
-

Di beberapa negara terutama Indonesia, sungai banyak digunakan untuk

keperluan untuk keperluan sehari-hari seperti mandi, mencuci, dan membuang tinja. Hal
ini menyebabkan sungai tercemar oleh bakteri pathogen dan mikroorganisme parasit
lainya. Pemcemaran inilah yang menyebabkan koloni berkembang pesat pada media yang
diuji
-

IV.2.3 Fenomena Grafik Air Sungai vs Air Isi Ulang


100000
80000
60000
jumlah koloni

40000
20000
0
Air sungai

Air isi ulang

Jenis Air

- Gambar IV.2.3. Grafik Jumlah Koloni pada Air Sungai dan Air Isi Ulang

Dari grafik diatas terlihat bahwa jumlah koloni air sungai lebih banyak

daripada air isi ulang. Hal ini disebabkan air isi ulang telah diproses terlebih dahulu. Air
isi ulang mengalami proses disinfeksi sebelum masuk ke unit penampungan akhir, yaitu
proses pembubuhan bahan kimia Chlorine yang bertujuan untuk membunuh bakteri atau
mikroorganisme berbahaya yang terkandung di dalam air tersebut. (Bambang, 2010)
-

Secara umum proses pengolahan air isi ulang dibagi dalam 3 unit, yaitu:

Laboratorium Mikrobiologi Industri

18

PEMERIKSAAN AIR DAN PEMINDAHAN BAKTERI SECARA ASEPTIS

1. Unit Penampungan Awal (Intake)


- Unit ini berfungsi sebagai tempat penampungan air yang dilengkapi Bar
Sceen yang berfungsi sebagai penyaring awal dari benda-benda yang ikut
tergenang dalam air.
2. Unit Pengolahan (Water Treatment)
- Pada unit ini, air dari unit penampungan awal diproses melalui beberapa
tahapan
a. Tahap Koagulasi (Coagulation)
Pada tahap ini, air yang berasal dari penampungan awal diproses dengan
menambahkan zat kimia tawas dengan menggunakan sistem pengadukan cepat.
b. Tahap Flokulasi (Flocculation)
Di proses flokulasi ini dilakukan dengan cara pengadukan lambat (Slow
Mixing)
c. Tahap Pengendapan (Sedimentation)
Pada tahap ini partikel-patikel flok tersebut mengendap secara alami di
dasar penampungan karena massa jenisnya lebih besar dari unsur air.
d. Tahap Penyaringan (Filtration)
Proses ini ditujukan untuk menghilangkan bahan-bahan terlarut dan tak
terlarut.
untuk meningkatkan kualitas air diperlukan proses tambahan, seperti:
- Proses Pertukaran Ion (Ion Exchange)
Proses pertukaran ion bertujuan untuk menghilangkan zat pencemar
anorganik seperti arsenik, kromium, kelebihan fluorida, nitrat, radium, dan
uranium.
- Proses Penyerapan (Absorption)
Proses ini bertujuan untuk menyerap / menghilangkan zar pencemar
organik, senyawa penyebab rasa, bau dan warna dengan membubuhkan bubuk
karbon aktif ke dalam air.
- Proses Disinfeksi (Disinfection)
Sebelum masuk ke unit Penampungan Akhir, air melalui Proses Disinfeksi
dahulu. Yaitu proses pembubuhan bahan kimia Chlorine yang bertujuan untuk
membunuh bakteri atau mikroorganisme berbahaya yang terkandung di dalam air
3.

tersebut.
Unit Penampung Akhir (Reservoir)
- Setelah masuk ke tahap ini berarti air sudah siap untuk didistribusikan ke
-

masyarakat.
(Bambang, 2010)

Laboratorium Mikrobiologi Industri

19

PEMERIKSAAN AIR DAN PEMINDAHAN BAKTERI SECARA ASEPTIS

Laboratorium Mikrobiologi Industri

20

PEMERIKSAAN AIR DAN PEMINDAHAN BAKTERI SECARA ASEPTIS

IV.2.4. Hubungan Antara Jenis Disinfektan dan Radius Rata-Rata Mikroba


3.1
3
2.9
2.8
radius rata-rata 2.7
(cm)
2.6
2.5
2.4
2.3
Betadine

HCl

Jeruk Nipis

Desinfektan

Gambar IV.2.4. Grafik Rata-rata Radius Bakteri terhadap Desinfektan

Berdasarkan grafik diatas, terlihat bahwa radius rata-rata pertumbuhan

bakteri dengan disinfektan betadine (3 cm) lebih besar daripada desinfektan HCl (2,75
cm), dan jeruk nipis (2,55 cm) . Ini menandakan bahwa betadine lebih efektif untuk
menghambat pertumbuhan bakteri daripada HCl dan jeruk nipis karena betadine
mengandung zat aktif berupa iodine providone. Disebutkan bahwa Povidone iodine
merupakan salah satu antiseptik dari golongan halogen.
-

Sifat sifat Kimia dan fisika Povidine-Iodin

Nama Kimia : 1-Vinyl-2-Pyrrolidine-Iodine

Berat Molekul : 40.000 mikrogram

Laboratorium Mikrobiologi Industri

21

PEMERIKSAAN AIR DAN PEMINDAHAN BAKTERI SECARA ASEPTIS

Warna : Coklat kekuningan, tak berbentuk serbuk, ringan, berbau,


dalam bentuk larutan yaitu keemasan cat merah agak biru.

Kelarutan

: Larut dalam air dan alkohol, praktis tak larut

dalam kloroform, karbon tetra klorida, eter, hexane, dan acetone.


(Osol, 1980)
-

Povidone

iodine

merupakan

kompleks

antara

iodium

dengan

polivinilpirolidon. Bentuk kompleks ini merupakan bentuk iodofor, yaitu campuran


iodium dengan surfaktan yang bekerja sebagai pembawa dan pelarut iodium. Golongan
ini berdaya aksi dengan cara oksidasi, namun tidak efektif untuk membunuh beberapa
jenis bakteri gram positif dan ragi. Selain itu, senyawa berbasis yodium memiliki
cakupan luas aktivitas antimikrobanya. Yodium membunuh semua patogen utama berikut
spora-sporanya, yang sulit diatasi oleh disinfektan dan antiseptik lain. (Antika,2011)
Laboratorium Mikrobiologi Industri

22

PEMERIKSAAN AIR DAN PEMINDAHAN BAKTERI SECARA ASEPTIS

BAB V
PENUTUP
-

V.1Kesimpulan

Dari hasil percobaan pemeriksaan air, dapat disimpulkan bahwa air

sumur yang mempunyai jumlah koloni terbanyak pada air daerah Petelan
sebanyak 85839.75. Pada air PDAM, jumlah koloni terbanyak pada daerah
Petelan yaitu sebesar 47688.75. Air sungai mempunyai koloni lebih banyak
daripada air isi ulang yaitu sebanyak 47688.75. Pada uji desinfektan, rata-rata
radius bakteri terbesar terdapat pada penambahan desinfektan betadine.
Desinfektan mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri atau
jamur dengan cara menghambat atau membunuh mikroorganisme tersebut.
-

V.2 Saran
-

Setelah melakukan praktikum pemeriksaan air, saran dari kami

yakni lakukan percobaan dengan alat yang di sterilisasi telebih dahulu, teliti
dalam meghitung jumlah koloni dan melakukan prosedur dengan teliti dan hatihati agar mendapatkan hasil percobaan yang akurat
Laboratorium Mikrobiologi Industri

23

PEMERIKSAAN AIR DAN PEMINDAHAN BAKTERI SECARA ASEPTIS

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.
2010.
Laporan
Kualitas
Air.
http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Laporan/kualitas.html (Diakses 18 Mei 2014)
Antika,
L.
2011.
Uji
Daya
Antimikroba
Dari
Aseptis.
http://lindahaffandi.blogspot.com/2011/11/uji-daya-antimikroba-dari-aseptik.html. (5 April
2014)
Bambang. 2010. Water Treatment. http://sanfordlegenda.blogspot.com/2012/10/WaterTreatment-Tahap-tahap-pengolahan-air.html (Diakses 25 Mei 2014)
Dian. 2010. Kelenjar Lambung Usus Reproduksi. http:/slideshare.net/DianIslami/kelenjarlambung-usus-reproduksi. (Diakses 18 Mei 2014)
Dwidjoseputro,D. 2012 Sifat Koloni. http://cunlupnged.blogspot.com/2012/01/kesimpulandari-buku-dasar-dasar.html(Diakses 18 Mei 2014)
Eddleman, H. 2011. Potato Dextrose Agar. http://en.wikipedia.org/wiki/Potato_ dextrose_
agar. (Diakses 18 Mei 2014)
Fadhli.
2013faktor
yang
mempengaruhi
pertumbuhan
mikroorganisme.
http://haiyulfadhli.com/2013/06/faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan_24.html
(Diakses 18 Mei 2014)
Hadioetomo RS, Imas T, Tjitrosomo S, Sri LA. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid I.
Jakarta: UI Press.
Indra, Mario.2010. Media Indonesia Online (22/03/05)
Pelczar, M.J and Chan, E.C.S. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI Press.
Prasetya, A D. 2010. Kerjasama antardaerah dalam Pengelolaan Air Bersih, Studi Kasus di
Kabupaten Semarang dan Kota Semarang (Diakses 25 Mei 2014)
Radji, Maksum. 2008. Pemeriksaan Bakteriologis Air Minum Isi Ulang di Beberapa Depo
Air Minum Isi Ulang di Daerah Lenteng Agung dan Srengseng Sawah Jakarta Selatan.
Jakarta
Sastrawijaya, A.T, 2000, Pencemaran Lingkungan, Rineka Cipta
-

Laboratorium Mikrobiologi Industri

24

PEMERIKSAAN AIR DAN PEMINDAHAN BAKTERI SECARA ASEPTIS

INTISARI

Banyak usaha yang dilakukan untuk mempertahankan proses industri.

Salah satunya dengan mikroorganisme sebagai katalis untuk mempercepat proses.


Mikoorganisme ada yang bermanfaat dan ada juga yang merugikan. PSA adalah
pemindahan suatu bakteri secara aseptis ke dalam suatu media lain. Tujuan percobaan ini
adalah dapat memahami teknik pemindahan bakteri dan memahami metode sterilisasi
serta dapat membandingkan media yang terbaik dan pH optimum pada perpindahan
bakteri.
-

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Aspergillus niger dan

jamur tempe. Langkah kerja yang dilakukan pertama, membuat media dari PDA, setelah
itu mensterilisasi kawat osse dengan memanaskannya dengan bunsen, lalu celupkan
kedalam HCl, dan panaskan lagi menggunakan bunsen. Setelah itu ambil jamur pada A.
niger dan tempe dengan menggoreskan kawat osse pada sampel. Lalu menginkubasi hasil
pemindahan tersebut selama 2 hari. Setelah itu pertumbuhan jamur pada kedua sampel
tersebut dapat dibandingkan.
-

Hasil percobaan pada praktikum ini diperoleh bahwa pertumbuhan jamur

pada media dengan pH 8 lebih banyak dibandingkan dengan pH 3. Hal ini disebabkan pH
optimum pada pertumbuhan jamur diantara 5,5 7. Derajat keasaman sangat
mempengaruhi pertumbuhan jamur karena enzim-enzim tertentu hanya akan mengurai
suatu substrat sesuai dengan aktivitasnya pada pH tertentu. Tingkat keaseptisan cukup
aseptis karena kawat osse yang akan digunakan untuk memindahkan bakteri telah
disterilisasi dengan cara pembakaran.
-

Kesimpulannya, pertumbuhan jamur lebih signifikan pada pH 8

dibandingkan dengan pH 3 .Pada percobaan ini semua alat harus steril, lakukan
pengamatan jamur di mikroskop dengan teliti, dan lakukan prosedur dengan benar dan
hati-hati.
Laboratorium Mikrobiologi Industri

25

PEMERIKSAAN AIR DAN PEMINDAHAN BAKTERI SECARA ASEPTIS

BAB I

PENDAHULUAN

I.1

Latar Belakang

Mikroorganisme adalah sebuah organisme kehidupan yang terlalu kecil

untuk dilihat dengan mata telanjang. Mikroorganisme dapat ditemukan dimana mana dan
sangat berperan dalam semua kehidupan di muka bumi. Mikroorganisme dapat
menyebabkan atau mencegah pembusukan, atau bahkan menyebabkan kita sakit.
Kehidupan manusia pada dasarnya tidak dapat terlepas oleh keberadaan mikroorganisme.
Dala kehidupan yang nyata mikroorganisme selalu berada bersama manusia sebagai flora
normal yang tak pernah lepas dari tubuh manusia. Dalam eksistensinya mikroorganisme
dapat membawa pengaruh yang besar terhadap kehidupan manusia.
-

Mikroorganisme tersebut ada yang bermanfaat dan ada juga yang

merugikan. Mikroorganisme tersebut umumnya berasal dari kingdom monera, virus,


fungi dan protista. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, mikroorganismemikroorganisme tersebut dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan suatu produk.
-

Banyak usaha yang dilakukan untuk mempertahankan proses industri.

Salah satunya dengan mikroorganisme sebagai katalis untuk mempercepat proses.


Mikroba yang bersifat pathogen perlu disterilisasi supaya tidak mengganggu proses
industri. Sedangkan mikroba yang menguntungkan dapat dikembangbiakan dengan
media tertentu dan dapat dipindahkan dari koloninya.
-

PSA adalah pemindahan suatu bakteri secara aseptis ke dalam suatu media

lain. Miokroorganisme dapat dipindahkan dari suatu biakan murni. Pemindahan ini harus
dilakukan secara aseptis, oleh karena itu sterilisasi sangat penting dilakukan dalam
percobaan ini. Pada percobaan ini, akan dilakukan pemindahan bakteri secara aseptis.
Laboratorium Mikrobiologi Industri

26

PEMERIKSAAN AIR DAN PEMINDAHAN BAKTERI SECARA ASEPTIS

I.2

Tujuan Percobaan

1. Dapat menguasai teknik pemindahan bakteri dari suatu wadah ke wadah lain.
2. Memahami berbagai macam proses sterilisasi.
3. Dapat membandingkan media yang terbaik dan pH optimum pada perpindahan bakteri.
-

I.3

Manfaat Percobaan

1. Mahasiswa mampu menguasai teknik pemindahan bakteri.


2. Mahasiswa mampu memahami berbagai macam proses sterilisasi.
3. Mahasiswa mampu membandingkan media terbaik dan pH optimum
Laboratorium Mikrobiologi Industri

27

PEMERIKSAAN AIR DAN PEMINDAHAN BAKTERI SECARA ASEPTIS

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Mikroorganisme
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat

II.1.

kecil sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan. Mikroorganisme disebut


juga organisme mikroskopik. Mikroorganisme seringkali bersel tunggal (uniseluler)
maupun bersel banyak (multiseluler). Namun, beberapa protista bersel tunggal masih
terlihat oleh mata telanjang dan ada beberapa spesies multisel tidak terlihat mata
telanjang. Virus juga termasuk ke dalam mikroorganisme meskipun tidak bersifat
seluler. Ilmu yang mempelajari mikroorganisme disebut mikrobiologi. Orang yang
bekerja di bidang ini disebut mikrobiolog.
Mikroorganisme berbeda dengan sel makrooganisme. Sel makroorganisme
tidak bisa hidup bebas di alam melainkan menjadi bagian dari struktur multiselular yang
membentuk

jaringan,

mikrooganisme

dapat

organ,

dan

sistem

organ.

Sementara,

sebagian

besar

menjalankan

proses

kehidupan dengan

mandiri,

dapat

menghasilkan energi sendiri, dan bereproduksi secara independen tanpa bantuan sel lain.
(Eddleman, 2013)
-

II.2.

Aspergillus niger

Adalah jenis yang unggul.Aspergillus niger berkembang biak dan sangat

penting untuk produksi makanan. Kepala spora besar menyatu dan globular.
Kebanyakan berwarna hitam, hitam kecoklatancoklat ungu. Konidianya besarkasar
dengan sekumpulan pigmen koloni tertentu digunakan untuk produk komersial
pembuatan asam sitrat dan asam glukonat serta di gunakan dalam berbagai preparasi
enzim.
-

Aspergillus niger dapat tumbuh optimum pada suhu 35 - 37 C, dengan

suhu minimum 6-8 C, dan suhu maksimum 45-47 C. Selain itu, dalam proses
pertumbuhannya

fungi

ini

Laboratorium Mikrobiologi Industri

memerlukan oksigen yang

28

cukup

(aerobik).

PEMERIKSAAN AIR DAN PEMINDAHAN BAKTERI SECARA ASEPTIS

Aspergillusniger memiliki warna dasar berwarna putih atau kuning dengan lapisan
konidiospora tebal berwarna coklat gelap.(Madigan,dkk.,2006)
-

II.3.

Jamur Tempe

Jamur tempe atau Rhizopus oligosporus merupakan kapang dari

filum Zygomycota yang banyak menghasilkan enzim protease. R. oligosporus banyak


ditemui di tanah, buah, dan sayuran yang membusuk, serta roti yang sudah lama.
dalam

R. oligosporus termasuk dalam Zygomycota yang sering dimanfaatkan


pembuatan tempe dari

oligosporus yang

menghasilkan

proses fermentasi kacang


enzim fitase yang

kedelai,

karena R.

memecah fitat membuat

komponen makro pada kedelai dipecah menjadi komponen mikro sehingga tempe lebih
mudah dicerna dan zat gizinya lebih mudah terserap tubuh. Fungi ini juga dapat
memfermentasi substrat lain, memproduksi enzim, dan mengolah limbah. Salah satu
enzim yang diproduksi tersebut adalah dari golongan protease. R. oligosporus dapat
tumbuh optimum pada suhu 30-35 C, dengan suhu minimum 12 C, dan suhu
maksimum 42 C.(Ehrenberg,1838)
-

II.3.

Pemindahan Bakteri Secara Aseptis

- Pemindahan bakteri secara aseptis dilakukan untuk menghindari kontaminankontaminan yang ada di lingkungan sehingga steril. Kontaminan asal udara sering terdapat
dalam medium, karena udara selalu mengandung partikel debu tempat komunitas mikroba.
Transfer aseptic suatu bahan dari satu tabung ke tabung lainnya bisa dilakukan dengan
kawat ose yang disterilkan dengan cara membakar di atas api dan menclupkan ke HCl
kemudian dibakar kembali. Biakan dapat dipindahkan ke permukaan lempeng agar, sebagai
tempat perkembangan koloni dimana sel mengalami pertumbuhan dan pembelahan.
-

II.4.

Strerilisasi
Sterilisasi adalah proses bebas kuman, virus, spora, dan jamur. Keadaan

steril dapat dicapai dengan cara alami maupun kimia. Secara alami dapat dilakukan
Laboratorium Mikrobiologi Industri

29

PEMERIKSAAN AIR DAN PEMINDAHAN BAKTERI SECARA ASEPTIS

dengan cara memanaskan dengan air mendidih pada suhu 110 0C selama 15 menit untuk
-

meamtikan kuman, virus, spora, dan jamur.


II.5. Metode Sterilisasi
Metode sterilisasi bermacam- macam, diantaranya :
a. Sterilisasi panas dengan tekanan atau sterilisasi uap (autoclave).
- Pada saat melakukan sterilisasi uap, kita sebenarnya memapakan uap jenuh pada
tekanan tertentu selama waktu dan suhu tertentu pada suatu objek, sehingga terjadi
pelepasan energi laten uap yang mengakibatkan denaturasi atau koagulasi protein
sel.
b. Sterilisasi panas kering (Oven)
- Proses sterilisasi panas kering terjadi melalui mekanisme konduksi panas. Panas
akan diabsorpsi oleh permukaan luar alat yang disterilkan, lalu merambat ke
bagian

dalam permukaan sampai akhirnya suhu untuk

tercapai. Sterilisasi panas

kering

sterilisasi

biasanya digunakan untuk alat-

alat atau bahan dengan uap tidak dapat penetrasi secaramudah atau untuk peralatan
yang terbuat dari kaca.
c. Sterilisasi Tyndallisasi
- Metode ini dilakukan dengan cara mendidihkan medium dengan uap beberapa
menitsaja. Setelah didiamkan satu hari, spora-spora tumbuh menjadi bakteri
vegetatif. Maka medium tersebut dididihkan lagi selama beberapa menit. Akhirnya
pada hari ketiga,medium tersebut dididihkan sekali lagi.
d. Sterilisasi dengan penyaringan (Filtrasi)
- Medium disaring dengan saringan porselin atau dengan tanah diatom. Dengan
jalan ini, maka zat-zat organik tidak akan mengalami penguraian sama sekali.
e. Sterilisasi radiasi ultraviolet
- Ultraviolet merupakan gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang
100-400 mm dengan efek optimal pada 254 nm. Sumbernya adalah lampu uap
merkuri dengandaya tembus hanya 0,01-0,2 mm. ultraviolet digunakan untuk
sterilisasi ruangan pada penggunaan aseptik.
- (Patricia, 2011)
-

METODOLOGI PERCOBAAN

Laboratorium Mikrobiologi Industri

BAB III

30

PEMERIKSAAN AIR DAN PEMINDAHAN BAKTERI SECARA ASEPTIS

III.1

Bahan dan Alat yang digunakan

III.1.1 Bahan yang Digunakan :


Aspergillus niger
Jamur Tempe

III.1.2 Alat yang Digunakan :


-

Tabung reaksi
Beaker glass
Pipet tetes
Gelas ukur

Laboratorium Mikrobiologi Industri

31

Kompor listrik
Cawan petri
Mikroskop

III.2 Gambar Alat

Tabung Reaksi

Beaker Glass

Pipet tetes

Gelas ukur

Kompor listrik

Cawan peri

Mikroskop
-

III.3

Variabel Operasi

1. Aspergillus niger
2. Jamur Tempe
-

pH= 3 dan 8
pH= 3 dan 8

t= 2 hari

III.4

Cara Kerja

Langkah-langkah percobaan PSA:

1. Biarkan media dalam tabung reaksi memadat (untuk media miring, sebelum memadat
kedudukan tabung reaksi dibuat miring di bawah 45, kemudian dibiarkan sampai
memadat).
2. Menyiapkan kawat osse, bunsen, dan HCl.
3. Mensterilkan kawat osse: panaskan kawat osse menggunakan bunsen kemudian
memasukkan ke larutan HCl kemudian panaskan kawat osse lagi.

4. Memindahkan mikroorganisme dari biakan murni yang tersedia menggunakan kawat


osse yang sudah disterilisasi ke tabung media.
5. Simpan di dalam ruang inkubasi selama waktu inkubasi yang ditentukan.
6. Mengamati kenampakannya setelah waktu inkubasi.
-

- BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
IV.1Data Hasil Percobaan

Tabel IV.1.2 Hasil Percobaan PSA Pada Aspergillus niger

Sampel A. niger
pH 3
pH 8
Refferensi

Jumlah koloni
Lebih Sedikit
Banyak
Banyak

Tabel IV.1.2 Hasil Percobaan PSA Pada Jamur Tempe


-

Sampel Jamur Tempe


pH 3
pH 8
Refferensi

IV.2. Pembahasan
- IV.2.1. Perbandingan Data yang Didapat dengan Referensi
Aspergillus niger
-

Jumlah koloni
Lebih Sedikit
Banyak
Banyak

Praktis
-

Teoritis

Aspergillus niger merupakan fungi dari filum ascomycetes yang

berfilamen, mempunyai hifa berseptat, dan dapat ditemukan melimpah di alam. Fungi
ini biasanya diisolasi dari tanah, sisa tumbuhan, dan udara di dalam ruangan.
Koloninya berwarna putih pada Agar Dekstrosa Kentang 25 0C dan berubah menjadi
hitam ketika konidia dibentuk. Kepala konidia dari Aspergillus niger berwarna hitam,
bulat, cenderung memisah bagian-bagian yang lebih longgar seiring dengan
bertambahnya umur. (Madigan,dkk.,2006)
-

Pada pengamatan yang kami lakukan secara mikroskopik, bentuk

Aspergillus niger kurang lebih sama dengan teoritisnya.


Jamur Tempe (R. oligosporus)
-

Praktis

Teoritis

- Jamur tempe R. oligosporus mempunyai koloni abu-abu kecoklatan


dengan tinggi 1 mm atau lebih. Sporangiofor tunggal atau dalam kelompok dengan
dinding halus atau agak sedikit kasar, dengan panjang lebih dari 1000 mikro meter
dan diameter 10-18 mikro meter. Sporangia globosa yang pada saat masak berwarna
hitam kecoklatan, dengan diameter 100-180 mikro meter. Klamidospora banyak,
tunggal atau rantaian pendek, tidak berwarna, dengan berisi granula, terbentuk
pada hifa, sporangiofor dan sporangia. Bentuk klamidospora globosa, elip atau
silindris dengan ukuran 7-30 mikro meter atau 12-45 mikro meter x 7-35 mikro
meter. (Ehrenberg,1838)

- Pada pengamatan yang kami lakukan secara mikroskopik hifa yang


seharusnya ada pada R. oligosporus kurang begitu terlihat. Sedangkan yang terlihat
hanyalah sporangiumnya saja.
- IV.2.2. PH Optimum untuk perkembangan Jamur
- Pada percobaan yang kami lakukan, terlihat bahwa perumbuhan jamur
optimal pada pH 8. Menurut Deacon (1984) dalam pengamatan di laboratorium pH
optimum berkisar 5,5 7,5. Setiap mikroba mempunyai permeabilitas membran
sitoplasma yang tidak sama sehingga mempengaruhi toleransi mikrobia terhadap
pH lingkungan. pH lingkungan berpengaruh terhadap pH sel mikrobia. Bila pH
lingkungan tidak sesuai untuk aktivitas enzim secara optimal, maka mikrobia tidak
dapat melakukan metabolisme dengan baik. Akibatnya mikrobia tidak dapat tumbuh
dengan optimal. (Tampubolon,2010)
- Mikroba dalam percobaan kami adalah Aspergillus niger dan jamur tempe.
Aspergillus niger mempunyai spesifikasi kepala spora besar menyatu dan globular.
Berwarna hitam, hitam kecoklatancoklat ungu. Konidianya besarkasar dengan
sekumpulan pigmen koloni tertentu. Pada pH 3 jumlah koloninya sedikit dan
berwarna abu-abu. Sedangkan pada pH 8 jumlah koloninya lebih banyak dan
berwarna hitam. Hal ini membuktikan bahwa mikroba lebih banyak hidup di pH 8
dari pada pH 3. (Madigan,dkk.,2006)
- Jamur tempe habitatnya di darat, di tanah yang lembab atau sisa organisme
mati. Hifanya bercabang banyak tidak bersekat saat masih muda dan bersekat
setelah menjadi tua. Berwarna kecoklatan sampai tidak berwarna. Miseliumnya
mempunyai tiga tipe hifa yaitu : stolon (hifa yang membentuk jaringan di
permukaan substrat seperti roti), rhizoid (hifa yang mnembus substrat dan berfungsi
untuk menyerap makanan), sporangiofor (tangkai sporangium). Berkembangbiak
dengan cara vegetatif yaitu membuat sporangium yang menghasilkan spora.
Generatif yaitu dengan konjugasi dua hifa (-) dan hifa (+). Pada pH 3 jumlah
koloninya sedikit dan berwarna putih. Sedangkan pada pH 8 jumlah koloninya lebih
banyak dan berwarna kecoklatan. Hal ini membuktikan bahwa mikroba lebih
banyak hidup di pH 8 dari pada pH 3. (Ehrenberg,1838)

IV.2.3. Teknik Aseptik


- Tujuan dari pemindahan biakan untuk menguasai teknik pemindahan
biakan bakteri/ jamur dari satu wadah ke wadah lain, yaitu untuk menjaga agar
hanya biakan yang diharapkan saja yang tumbuh. Hal ini sangat penting dalam
tahap awal pekerjaan isolasi mikroba terutama yang berasal dari stok kultur ( bukan
dari substrat). Kegagalan dalam hal pemindahan biakan dapat menyebabkan
kontaminasi dari pertumbuhan mikroba yang tidak diharapkan.
- Teknik aseptis yang kami lakukan yaitu pemindahan bakteri menggunakan
kawat osse. Langkah pertama, kawat osse dipanaskan menggunakan bunsen,
kemudian memasukkan kawat osse ke dalam HCl untuk membunuh kuman yang
menempel, lalu dipanaskan (dibakar) lagi dengan Bunsen.
- Pada percobaan kami, metode aseptis yang dilakukan telah benar karena
tidak terlihat kontaminan pada media. Sehingga jamur yang dibiakkan di media pun
juga dapat tumbuh dengan baik dan merata di permukaan media. Selain itu, pada
pembahsan sebelumnya telah disebutkan bahwa kenampakan jamur tempe dan
Aspergillus niger pada praktiknya kurang lebih memiliki kenampakan yang sama
dengan teoritisnya. Hal itu juga menunjukkan bahwa tidak adanya kontaminan yang
dapat merusak atau membuat kenampakan jamur-jamur tersebut berbeda dengan
aslinya (teoritis). (Dwyana dan Asadi, 2012).
-

BAB V
PENUTUP

V.I Kesimpulan

Dari hasil percobaan pemindahan bakteri, dapat disimpulkan bahwa

pertumbuhan jamur pada media PDA lebih banyak pada percobaan media dengan pH 8
dibandingkan dengan pH 3. Hal ini karena pH optimum pada media pertumbuhan jamur
berkisar diantara 5,5 7.Pemindahan bakteri secara aseptis yaitu untuk menjaga agar
hanya biakan yang diharapkan saja yang tumbuh.
-

V.II Saran
-

Setelah melakukan praktikum pemindahan bakteri, saran dari kami yakni

lakukan percobaan dengan alat yang di sterilisasi telebih dahulu, teliti dalam melihat
jamur di mikroskop dan melakukan prosedur dengan teliti dan hati-hati agar
mendapatkan hasil percobaan yang akurat
-

DAFTAR PUSTAKA

Dwyana dan Asadi. 2012. Archive.

http://kreasihalal.blogspot.com/2012_07_01_archive.html (Diakses 25 Mei 2014)


Eddleman,
Harold.
http://id.wikipedia.org/wiki/Mikroorganisme. (Diakses 18 Mei 2014)
-

Mikroorganisme.

Ehrenberg. 1838. Rhizopus spp. http://doctorfungus.org/thefungi/rhizopus.htm

(Diakses 18 Mei 2014)

Madigan MT, Martinko JM. 2006. Brock Biology of Microorganisms 11th ed.
New Jersey : Pearson Education. Hal. 178-185.

Patricia. 2011. Sterilisasi. http://www.academia.edu/4776324/Sterilisasi (Diakses

18 Mei 2014)
-

Tampubolon, J. 2010. repository.usu.ac.id/bitstream/.../4/Chapter

%20II.pdf(Diakses 25 Mei 2014)

Anda mungkin juga menyukai