Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Teknologi keramik telah dikenal sejak lama dalam peradaban manusia. Pada masa
sekarang ini hampir sebagian besar kebutuhan dipenuhi oleh produk keramik. Bentuk
sederhana dari keramik adalah berupa benda-benda gerabah yang terbuat dari lempung, baik
diproses melalui pembakaran atau tidak. Saat ini keramik tidak hanya dibuat dengan cara
tradisional namun sudah banyak yang membuat dengan teknologi canggih. Keramik
merupakan bahan yang mempunyai karakteristik senyawa logam dan bukan logam, senyawa
tersebut memiliki ikatan ionik dan ikatan kovalen (Vlack, 1991). Keramik mempunyai sifatsifat yang baik seperti kuat, keras, stabil pada suhu tinggi dan tidak korosif sehingga cocok
digunakan untuk bahan bangunan (Harefa, 2009). Seiring dengan kemajuan teknologi, saat
ini bahan keramik telah dikembangkan menjadi produk modern dengan keunggulan sifat
yang sangat variatif. Sifat sifat yang dimilik oleh suatu produk keramik dipengaruhi oleh
komposisi bahan penyusun serta proses pembuatannya. Secara umum proses pembuatan
suatu produk keramik dimulai dari mencari bahan campuran, lalu membuat semua bahan
menjadi homogen (pengeringan, penggilingan, penyaringan, dll), pencetakan, proses
sintering, pendinginan, sampai menjadi produk jadi. Namun yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah proses sintering dalam pembuatan keramik, dimana proses tersebut sangat
menentukan sifat dan kualitas dari produk keramik yang dihasilkan.
Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari keramik
2. Mengetahui proses sintering dalam pembuatan keramik
Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari keramik
2. Mahasiswa dapat mengetahui proses sintering dalam pembuatan keramik
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan keramik?
2. Apa yang dimaksud dengan proses sintering dalam pembuatan keramik?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi proses sintering?
4. Bagamana mekanisme proses sintering ?

Keramik dibentuk dari kata Latin keramikos yang berarti tembikar atau peralatan yang
terbuat dari lempung dan mengalami pembakaran dengan suhu tinggi. Kamus dan
ensiklopedia mendefinisikan keramik sebagai suatu hasil seni dan teknologi untuk
menghasilkan barang dari tanah liat yang dibakar, seperti gerabah, genteng, porselin dan
sebagainya. Penggunaan keramik berkembang dari bahan pecah belah, perabot rumah tangga
hingga produk industri. Perkembangan keramik saat ini mengalami kemajuan yang pesat
sejalan dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan barang keramik, baik untuk alat
rumah tangga, ubin keramik, genteng keramik, hiasan/barang seni (Subari dan Hidayati,
2010). Kekuatan dan ikatan keramik menyebabkan tingginya titik lebur, kerapuhan, daya
tahan terhadap korosi, rendahnya konduktivitas thermal dan tingginya kekuatan kompresif
dari material tersebut. Keramik merupakan bahan yang mempunyaikarakteristik senyawa
logam dan bukan logam, senyawa tersebut memiliki ikatan ionic dan ikatan kovalen (Vlack
dalam Delvita, 2013). Keramik merupakan bahan komposit yang memiliki tahanan suhu
tinggi, keausan dan korosi yang lebih baik daripada super alloy namun memiliki sifat getas
(Delvita, 2013). Akan tetapi ada beberapa kelemahan pada kebanyakan jenis keramik yaitu
sifatnya yang rapuh (britle), getas dan mudah patah seperti halnya pada jenis keramik
konvensional seperti porselen, gerabah, gelas, dan sebagainya. Pada prinsipnya keramik
terbagi dalam 2 kategori:
1. Keramik tradisional yaitu keramik yang dibuat dengan menggunakan bahan alam.
Keramik tradisional tersusun atas 3 komponen dasar, yaitu lempung (tanah liat),
feldspar, silika. Keramik ini menggunakan bahan-bahan amorf (tanpa diolah). Yang
termasuk keramik tradisional adalah barang pecah belah (dinnerware), keperluan
rumah tangga dan untuk industri.
2. Keramik teknologi (fine ceramic) adalah keramik yang dibuat dengan
menggunakan oksida oksida logam atau logam, seperti Al 2O3, ZrO2, MgO.
Penggunaanya sebagai elemen panas, semi konduktor, komponen turbin dan pada
bidang medis.
Sifat umum keramik yang mudah dilihat adalah rapuh, contohnya pada keramik yang
terbuat dari lempung. Sifat lainnya adalah tahan suhu tinggi, sebagai contoh keramik
tradisional yang terdiri dari pasir, feldspar, dan lempung yang tahan sampai pada suhu
1200C. Sedangkan pada keramik teknik seperti keramik oksida mampu tahan sampai suhu
2000C (Devita, 2013). Kekuatan keramik dipengaruhi oleh bahan baku dan bahan
paduannya, serta proses pembuatannya.

2.3 Proses Sintering


Keramik adalah bahan yang dibuat melalui pembakaran suhu tinggi. Oleh karena itu
pembakaran atau perlakuan panas adalah proses utama di dalam pembuatan bahan keramik.
Dalam tahap perlakuan panas, terjadi peristiwa kimia antara lain: pengeringan, peruraian
bahan organik, penguapan air kristal, oksidasi logam transisi, peruraian karbonat, sulfat, aditif
dan lainnya (Ramlan,2011).
Proses sintering merupakan tahapan pembuatan keramik yang sangat penting dan
menentukan sifat - sifat keramik yang dihasilkan. Sintering adalah proses pemadatan dari
sekumpulan serbuk pada temperatur tinggi, mendekati titik leburnya, sehingga terjadi
perubahan struktur mikro seperti pengurangan jumlah dan ukuran pori, pertumbuhan butir
(grain growth), peningkatan densitas dan penyusutan volume. Hal ini disebabkan oleh karena
dalam proses sintering, green body dipanaskan didalam furnace (dapur pemanas) pada
temperature tinggi yang berkisar antara 2/3 sampai 4/5 dari titik leburnya supaya partikel
halus tersebut beraglomerasi menjadi bahan yang lebih padat (Sigit,2012). Kebanyakan bahan
keramik dibuat dengan cara sintering dan tahapan dalam sintering mengacu pada urutan
perubahan secara fisik yang terjadi ketika partikel-partikel saling mengikat dan porositasnya
menurun. Dalam tahapan ini tujuannya adalah memadat-kompakkan bahan yang sudah
dicetak dengan suhu tinggi. Karena pada dasarnya sintering adalah peristiwa penghilangan
pori-pori antara partikel bahan, pada saat yang sama terjadi penyusutan komponen, dan
diikuti oleh pertumbuhan grain serta peningkatan ikatan antar partikel yang berdekatan,
sehingga menghasilkan bahan yang lebih mampat / kompak. Selama proses pembakaran,
kandungan air dan senyawa senyawa organik pada material akan hilang (Ramlan,2011).
Faktor Faktor yang Mempengaruhi Proses Sintering
1. Suhu
Suhu yang digunakan pada proses sintering dipengaruhi oleh komposisi bahan bahan
penyusun produk keramik yang akan dibuat. Karena, secara umum bahan penyusun keramik
berupa feldspar, quartz, dan silika yang masing masing mempunyai titik lebur yang
berbeda beda. Suhu yang digunakan biasanya sekitar 2/3 atau 4/5 dari titik lebur campuran
bahan. Namun semakin tinggi suhu yang digunakan ( semakin mendekati titik lebur) maka
semakin banyak pula molekul molekul atom yang saling berdifusi sehingga meningkatkan
intensitas butiran(grain) dan membuat produk yang dihasilkan menjadi lebih padat (porositas
kecil).
2. Waktu

Waktu yang diperlukan pada saat proses sintering berpengaruh pada lamanya molekul
molekul penyusun saling berdifusi hingga saling menyatu satu sama lain. Jika waktu sintering
terlalu singkat maka atom atom kurang menyatu secara sempurna sehingga masih banyak
rongga rongga yang terbentuk (porositas masih tinggi).
3. Kecepatan Pemanasan dan Kecepatan Pendinginan
Pemanasan dan pendinginan merupakan salah satu hal yang penting dalam proses
sintering. Kecepatan pemanasan dan pendinginan selalu dijaga agar berjalan konstan baik
setiap menit atau setiap jamnya. Hal itu dilakukan agar tidak terjadi pemanasan atau
pendinginan yang terlalu cepat atau mendadak karena akan menyebabkan molekul atom
memuai atau menyusut secara cepat sehingga terdapat keretakan pada bentuk campuran
bahan bahkan pecah.
Mekanisme Proses Sintering
Proses sintering fasa padat(keramik) memiliki beberapa kandidat mekansime transport yang
dapat dibagi menjadi dua kelas, yaitu transport permukaan dan transport ruang. Transport
permukaan tidak menyebabkan densifikasi, sedangkan transport ruang menyebabkan
densifikasi.
Pada proses sintering terjadi suatu proses pemadatan dari sekumpulan serbuk pada suhu
tinggi mendekati titik leburnya hingga terjadi perubahan struktur mikro seperti pengurangan
jumlah dan ukuran pori, pertumbuhan butir, peningkatan densitas dan penyusutan. Proses
sintering keramik ada beberapa tahapan yaitu:
a. Tahapan awal
Pada tahap ini partikel-partikel keramik akan saling kontak setelah proses pencetakan
sehingga terbentuk ikatan atomik. Kontak antar partikel membentuk leher yang tumbuh
menjadi batas butir antar partikel. Pertumbuhan akan menjadi semakin cepat dengan adanya
kenaikan suhu sintering. Pada tahap ini penyusutan juga terjadi akibat permukaan porositas
menjadi halus. Di sini serbuk dalam keadaan bebas.
b. Tahapan mulai sintering Adalah tahap pembentukan ikatan, dimana sintering mulai berlaku
dan permukaan kontak kedua partikel semakin lebar. Perubahan ukuran butiran maupun pori
belum terjadi
c. Tahapan pertengahan sintering Merupakan tahap antar pembentukan batas butiran.
d. Tahapan akhir sintering Pada tahap ini terjadi densifikasi dan eliminasi pori sepanjang
batas butir, yaitu terjadi pembesaran ukuran butiran sampai kanal-kanal pori tertutup dan
sekaligus terjadi penyusutan butiran, dan terbentuklah fasa baru.

Proses sintering fase padat terbagi menjadi tiga padatan, yaitu: 1. Tahap awal Pada tahap
awal. Penyusutan yang tidak merata menyebabkan keretakan pada sampel (Kashcheev &
Turlova, 2010). 2. Tahap menengah Pada tahap kedua terjadi desifikasi dan pertumbuhan
partikel yaitu butir kecil larut dan bergabung dengan butir besar. Akomodasi bentuk butir
menghasilkan pemadatan yanglebih baik. Pada tahap ini juga berlangsung penghilangan
porositas. Akibat pergeseran batas butir, porositas mulai saling berhubungan dan membentuk
silinder di sisi butir. 3. Tahap akhir Fenomena desifikasi dan pertumbuhan butir terus
berlangsung dengan laju yang lebih rendah dari sebelumnya. Demikian juga dengan proses
penghilangan 14 porositas, pergeseran batas butir terus berlanjut. Apabila pergeseran batas
butir lebih lambat daripada porositas, maka porositas akan muncul di permukaan dan saling
berhubungan.

Anda mungkin juga menyukai