BAB I
PENDAHULUAN
Oleh sebab itu, PT.Krakatau Wajatama dalam proses produksi nya harus mampu
menjaga kualitas dan kuantitas hasil produksi pembuatan pola Demi tercapainya
tujuan tadi, maka dalam hal ini maka proses produksi pola cetakan nya harus
sempurna dan keadaan cetakan selalu optimal. Dalam hal ini, yang paling menunjang
adalah perawatan nya harus berjalan dengan baik. Perawatan itu sendiri adalah suatu
kegiatan pekerjaan atau pengecekan yang dilakukan dengan tujuan supaya pola
tersebut dapat dioperasikan secara maksimal dan mencapai akhir yang sempurna.
Salah satu tujuan dari perawatan adalah menjaga pola supaya selalu baik, atau
mengurangi dari adanya kerusakan. Dengan demikian, kelangsungan dari proses
produksi dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
Tujuan dari laporan ini adalah mengetahui bagaimana cara kerja Pembuatan pola
dan perawatan nya di PT KRAKATAU WAJATAMA khusus nya di Dinas
WORKSHOP1
Dalam laporan ini dibagi dalam lima bab, dengan uraian sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang latar belakang, batasan masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, dan sistematika penulisan.
Pada bab ini berisi tentang sejarah perusahaan, visi dan misi serta unit produksi
yang ada didalam nya.
Dalam bab ini akan di bahas tentang proses dan peralatan yang di gunakan
dalam pembuatan pola
BAB IV PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi tentang perawatan dan cara kerja pembuatan pola di
workshop1
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
2
Laporan Praktek Kerja Lapangan PT.Krakatau Wajatama WorkShop1
BAB II
Krakatau Wajatama didirikan pada tahun 1992 perusahaan ini memproduksi berbagai
produk baja batangan berkualitas tinggi, seperti : INP, IWF, H-Beam, U-Channel, dan
L-Angles, Baja Tulangan (Deformed dan Plain Bars) serta kawat baja.
Perusahaan ini memiliki tiga fasilitas produksi terbaik yang menerapkan pedoman
kualitas untuk menjamin bahwa PT Krakatau Wajatama hanya memproduksi yang
terbaik untuk kepuasan pelanggan.
3
Laporan Praktek Kerja Lapangan PT.Krakatau wajatama workshop1
Visi :
Tahun 2008 : “Cost Competitive Global Steel Provider” (Penyedia baja dunia
dengan biaya kompetitif
Tahun 2013 : “Dominant Integral Global Steel Player” (Pemain baja terpadu
dunia yang dominan)
Tahun 2020 : “Leading Global Steel Player” (Pemain baja dunia terkemuka)
Misi :
5
Laporan Praktek Kerja Lapangan PT. Krakatau wajatama workshop1
Saat ini PT Krakatau Steel juga memiliki 10 anak perusahaan sebagai penunjang
unit produksi yang terbesar di kawasan industri cilegon, yaitu:
Proses produksi produk baja di Krakatau Steel dimulai dari pabrik reduksi langsung.
Pabrik ini mengolah pelet bijih besi menjadi besi menggunakan gas alam dan air.
Setrika kemudian dimasukkan ke dalam tungku busur listrik di pabrik baja slab dan
pabrik baja billet. Dalam tungku-tungku ini, setrika dicampur dengan besi tua, besi
panas, dan bahan tambahan lainnya untuk menghasilkan dua jenis baja, yaitu baja
pelat dan baja billet.
Baja pelat kemudian dipanaskan kembali dan digulung dalam gilingan strip panas,
menjadi gulungan dan pelat gulung panas. Hasil dari pabrik ini banyak digunakan
untuk pembuatan kapal, pipa, bangunan, struktur umum, dan aplikasi lainnya.
Selanjutnya, gulungan canai panas dapat diproses, digulung kembali, dan diolah
secara kimia dalam gulungan dingin menjadi gulungan dan lembaran gulungan
dingin. Hasilnya umumnya digunakan untuk memproduksi bodi mobil, kaleng, alat
masak, dan aplikasi lainnya.
Baja billet digulung dalam pabrik batang kawat untuk membuat batang kawat yang
biasanya digunakan untuk kabel piano, baut dan mur, kabel baja, pegas, dan aplikasi
lainnya. [2]
AFILIASI
Selain anak perusahaannya, Krakatau Steel juga memiliki beberapa usaha patungan
atau afiliasi, seperti:
6
Laporan Praktek Kerja Lapangan PT. Krakatau Wajatama WorkShop1
Pabrik Besi Spons (Direct Reduction Plant) menerapkan teknologi berbasis gas
alam dengan proses reduksi langsung menggunakan teknologi Hyl dari Meksiko.
Pabrik ini menghasilkan besi spons (fe) dari bahan mentahnya berupa pellet bijih besi
(Fe2O3 and Fe3O4) dengan menggunakan gas alam (CH4) dan air (H2O)
Direct Reduction Plant memiliki 2 (dua) buah unit produksi dan menghasilkan
2,3 juta ton besi spons per tahun. Unit produksi yang pertama yaitu Hyl I mulai
beroperasi tahun 1979. Unit ini beroperasi dengan menggunakan 4 modul batch
process dimana setiap modulnya mempunyai 2 (dua) buah reactor. Unit ini memiliki
kapasitas produksi sebesar 1.000.000 ton besi spons per tahun.
Unit produksi yang kedua yaitu Hyl III memulai operasinya pada tahun 1994
dengan menggunakan 2-shafts continous process. Unit ini memiliki kapasitas
produksi sebesan 1.300.000 ton besi spons per tahun.
Besi Spons yang dihasilkan oleh pabrik ini memiliki keunggulan dibandingkan
sumber lain terutama disebabkan karena rendahnya kandungan residual. Sementara
itu tingginya kandungan karbon menyebabkan proses didalam Elecric Art Furnace
(EAF) menjadi lebih efisien dan proses pembuatan baja menjadi lebih akurat. Lebih
lanjut hal tersebut menjamin konsistensi kualitas produk baja yang dihasilkan.
Pabrik Besi Spons (Direct Reduction Plant) memiliki kapasitas produksi sebesar
2.300.000 ton besi spons per tahun:
Pabrik Slab Baja (Slab Steel Plant) yang terdiri dari 2 (dua) buah pabrik. Yang
pertama adalah Pabrik SSP-1 yang menerapkan teknologi MAN GHH dari Jerman
dan memiliki kapasitas produksi sebesar 1.000.000 ton per tahun, sedangkan yang
kedua adalah SSP-2 yang dilengkapi oleh teknologi Voest Alphine dari Austria dan
memiliki kapasitas produksi sebesar 800.000 ton per tahun.
Fasilitas produksi yang dimiliki oleh kedua pabrik tersebut adalah sebagai berikut:
8
Laporan Praktek Kerja Lapangan PT. Krakatau Wajatama WorkShop1
Pabrik Billet Baja (Billet Steel Plant) mulai beroperasi pada tahun 1979.
Pabrik ini menerapkan teknologi MAN GHH dari Jerman dan memliki kapasitas
produksi sebesar 500.000 ton per tahun.
Fasilitas produksi yang dimiliki pabrik ini adalah :
9
Laporan Praktek Kerja Lapangan PT. Krakatau Wajatama WorkShop1
Tebal : 1,80 - 25 mm
Reheating Furnace
Sizing Press
Roughing Mill
Laminar Cooling
Down Coller
Shearing Line
Hot Skin Pass Mill
10
Laporan Praktek Kerja Lapangan PT. Krakatau Wajatama WorkShop1
Pabrik Baja Lembaran Dingin (Cold Rolling Mill) bergabung menjadi unit
produksi PT Krakatau Wajatama pada tahun 1992 dan dilengkapi dengan teknologi
CLECIM dari Prancis. Pabrik Baja Lembaran Dingin merupakan pabrik yang
menghasilkan baja lembaran tipis dengan proses tarik dan tekan yang merupakan
pemroses lanjutan dari lembaran baja yang dihasilkan oleh pabrik pengerolan baja
lembaran panas. Kapasitas dari pabrik CRM ini yaitu 650.000 ton/tahun.
Lebar : 600-1300
Tebal : 0,18-3mm
Pabrik Baja Lembaran Dingin terdiri dari unit – unit produksi (line) sebagai berikut :
11
Laporan Praktek Kerja Lapangan PT. Krakatau Wajatama WorkShop1
Pabrik Baja Batang Kawat mulai beroperasi pada tahun 1979 dengan
menggunakan teknologi 2 Lines Stelmor World dan teknologi No Twist Danielly.
Pada tahun 1992 dan 1995 telah dilakukan modernisasi pabrik dan pada tahun 1999
mulai dikerjakan proyek penambahan strand produksi serta penggantian/modifikasi
fasilitas produksi. Saat ini fasilitas produksi yang dimiliki oleh pabrik baja batang
kawat adalah :
Reheating Furnce
Pre-roughing Mill
Roughing Mill
Finishing Mill
Cooling Zone
Down Coiler
Pabrik Baja Batang Kawat memproduksi 400.000 ton/tahun batang kawat baja.
Dengan variasi produk :
12
13
DIREKTUR UTAMA
General Manager
Supply Chain Mgt &
PMO
General
Manager
Produksi
General General General General
Manager Manager SDM Manager Manager
Perencanaan Akutansi Pemasaran
Logistik
General
General Manager General General
General Manager Pusdiklat Manager Manager
Manager Produksi Corporate Penjualan
Pembelian Pengolahan Finance
Besi dan Baja General
Manager
General Umum dan General
Manager Keamanan Manager
Produksi Subsidiaries
Pengerolan Manager Company
Baja PKBL
14
15
Laporan Praktek Kerja Lapangan PT. Krakatau Steel
BAB III
Pabrik Slab Baja (Slab Steel Plant) yang terdiri dari 2 (dua) buah pabrik.
Yang pertama adalah Pabrik SSP-1 yang menerapkan teknologi MAN GHH dari
Jerman dan memiliki kapasitas produksi sebesar 1.000.000 ton per tahun, sedangkan
yang kedua adalah SSP-2 yang dilengkapi oleh teknologi Voest Alphine dari Austria
dan memiliki kapasitas produksi sebesar 800.000 ton per tahun.
Fasilitas produksi yang dimiliki oleh kedua pabrik tersebut adalah sebagai berikut:
16
Laporan Praktek Kerja Lapangan PT. Krakatau Steel
B. Ladle Furnace (LF)
Prinsip dasar dari ladle furnace selama dengan Electrik Arc Furnace,
hanya saja elektroda pada ladle furnace difungsikan untuk menjaga kestabilan
temperature baja cair. Ladle furnace merupakan tempat untuk mencapur
komposisi baja cair sesuai dengan pesanan. Baja cair EAC di bawa ke LF lalu
di campur dengan material seperti:
Slag
CaO
Al-Pells
FeMnSr
FeMnCr
FeMnLe
FeSi
FeV
FeCr
17
Laporan Praktek Kerja Lapangan PT. Krakatau Steel
18
Laporan Praktek Kerja Lapangan PT. Krakatau Steel
a. Ladle Turret
Peralatan ini mempunyai 2 lengan sebagai tempat kedudukan ladle
dimana masing-masing lengan mampu menyangga beban sebesar 220 ton.
Alat ini digunakan untuk memutar ladle dari posisi stand by (casting by)
ke posisi pengecoran.
Pada ladle turret terdapat :
1. Sistem hidrolik mengangkat dan menurunkan ladle.
2. Motor penggerak dengan sistem pengereman untuk memutar ladle turret.
3. Sistem darurat tekanan udara (pneumatic) untuk memutar ladle turret pada
saat listrik mengalami gangguan.
b. Mould
Peralatan ini pada bagian dalam nya terdiri dari narrow side, loose side
dan fixed side, sistem pendingin air tertutup (primary closed loop). Mould
bergerak secara osilasi (naik dan turun) dimana pengatur nya digunakan moto
AC melalaui pengubah frekuensi digital (digital frekuensi converter DFC)
Kecepatan osilasi disesuaikan dengan kecepatan pengecoran (casting speed)
yang merupakan kecepatan tarik slab dari mould pada proses pengecoran.
Mould digunakan untuk membentuk baja cair menjadi slab baja sesuai dengan
ukuran yang telah di tentukan.
c. Dummy bar
Peralatan ini merupakan untaian rantai dari baja dan memiliki kepala
(dummy bar head). Kepala dummy bar berfungsi sebagai penyumbat dan
pengikat cairan baja dalam mould mulai awal proses pengecoran dan
kemudian menarik/menuntun slab panas pertama kali keluar dari mould.
Disamping itu juga mempunyai 4 penyimpanan atau dummy storage dan unit
hidrolik sebagai pelepas atau pengikat kepala dummy bar untuk memisahkan
nya dari slab baja panas yang keluar dari mesin. Kemudian dummy bar
disimpan ditempat penyimpanan nya (dummy bar storage).
19
Laporan Praktek Kerja Lapangan PT. Krakatau Steel
20
Laporan Praktek Kerja Lapangan PT. Krakatau Steel
i. Ladle
Berbentuk mangkok, berguna sebagai penumpang baja cair yang di tuang
dari dapur busur listrik untuk selanjutnya dibawa ke ladle furnace untuk
proses secondary metallurgy atau langsung di bawa ke mesin cor kontinyu
yang penyangganya ladle turret, untuk proses pengecoran, daya tampung
ladle adalah 130 ton baja cair. Pada sisi dalam ladle di pasang bata tahan api
(refactory) agara cairan baja tidak kontak langsung dengan dinding ladle,
karena dapat mengakibatkan ladle rusak atau pecah. Pada ladle terdapat
pintu lubang ladle (ladle gate) ke tundish yang terbuka secara hidrolik.
j. Tundish, tundish car dan pemanas tundish
Tundish digunakan sebagai penapung baja cair yang jatuh dari ladle yang
pada bagian bawahnya (nozzle tundish gate) dilengkapi dengan lubang aliran
(pouring tube) yang berfungsi untuk mengarahkan aliran baja cair dari tundish
ke mould dan sebagai proteksi cairan baja agar tidak teroksidasi dengan udara
luar. Daya tampung maksimal dari tundish sebesar 24 ton. Nozzle tundish gate
dibuka dan ditutup secara hidrolik dan juga sekaligus mengatur besar kecil
nya aliran baja ke mould.
Untuk Tundish Car, digunakan sebagai tempat kedudukan tundish yang
dilengkapi motor penggerak dimana kecepatan nya dapat diatur untuk
menggerakan/membawa tundish dari lokasi pemanasan tundish (tundish pre-
heating position) ke lokasi pengecoran (casting position) atau sebaliknya.
Tundish car ini juga mengatur posisi tundish agar tepat lurus dengan tabung
aliran (pouring tube) masuk ke mould.Pemanas tundish terdiri dari pre-
heating dan pouring tube (snorkel) tundish pre-heating berfungsi untuk
memanaskan sisi tundish sampai temperature 1000 C pada mould, agar tidak
terjadi penurunan temperature akibat pengaruh pada saat baja cair kontak
dengan bagian dalam tersebut.
21
Laporan Praktek Kerja Lapangan PT. Krakatau Steel
Bahan bakar tundish pre-heating menggunakan gas alam dan hembusan udara.
Pemanas pouring tube (snorkel) berguna untuk memanaskan pouring tube
tundish yang digunakan pada proses pengecoran.
22
Laporan Praktek Kerja Lapangan PT. Krakatau Steel
23
Laporan Praktek Kerja Lapangan PT. Krakatau Steel
a. Tahap Persiapan
Unit dummy bar dimasukan kedalam mesin cor sehingga kepala sampai di
pertengahan mould. Pada celah antara dummy bar dan dinding mould disiapkan
mould sealing cord yang berbentuk tali kertas berdiameter 12-15 mm. Pada kepala
dummy bar diberikan potongan besi, kemudian ditaburi garam besi dan garam
alumunium. Posisi lengan ladle turret diarahkan pada posisi casting bay untuk
memegang/menerima ladle yang berisi baja cair yang diangkut oleh crane 220 ton
dari dapur busur listrik (Electric Arc Furnace). Ladle turret dari posisi casting bay ke
posisi pengecoran (casting), selanjut nya ladle shround (corong) didapur sebagai
produksi baja cair terhadap reaksi dengan udara luar. Kemudian memasukan tundish
yang sudah panas dengan tundish cor, dari posisi pemanasan awal tundish (pre-
heating) ke posisi pengecoran.
b. Tahap Pengecoran
Pada saat pintu lubang ladle di buka, baja cair mengalir dari ladle ke tundish.
Baja cair tersebut apabila mencapai kurang lebih 2/3 kapasitas tundish, pintu lubang
tundish (tundish gate) akan dibuka secara bertahap (manual), sambil menunggu
cairan baja mengalami pembekuan dengan kepala dummy bar, kemudian unit penarik
(withdrawal) dijalankan secara bertahap dan diikuti oleh gerakan osilasi mould.
Selanjutnya pada permukaan baja cair di mould ditaburi powder casting. Setelah
kecepatan dan gerakan osilasi mould, kemudian dikendalikan secara otomatis dengan
jalan mengatur buka/tutup lubang pintu tundish (tundish gate).
Kecepatan tarik dari unit penarik, osilasi mould dari sistem pendinginan slab
di ruang pendingin ditentukan oleh temperature yang di indikasikan oleh cairan baja
di tundish.
Sistem pendinginannya menggunakan sudut penyemburan air (spray
water) yang di keluarkan melalui lubang penyemburan (nozzle) yang berbeda-
beda sesuai masing masing daerah (zone) untuk terpenuhinya kesempurnaan
pendinginan, asap tersebut dihisap oleh kipas penghisap (exhaust torvan)
untuk dibuang ke udara bebas. Cairan baja yang telah membeku pada
permukaan kulitnya yang keluar dari mould di pertahankan oleh unit-unit roll
yang didudukan pada segmen-segmen yang di tentukan oleh unit hidrolik
tergantung dari besar atau dimensi slab baja yang sedang di cetak.
Setelah baja cair membeku keluar dari mesin, maka dummy bar dilepas
oleh tarikan tenaga hidrolik dan dummy bar selanjutnya dimasukan ke tempat
penyimpanan (dummy bar storage). Bila yang terbentuk slab baja masih panas
diteruskan ke meja roll (roll table) dimana masing masing roll mempunyai
penggerak dengan motor AC, lalu dipotong sesuai dengan panjang slab yang
di tentukan dan kemudian slab tersebut di teruskan ke area pendingin
sementara oleh alat pemindah melintang (cross transfercor)
24
Laporan Praktek Kerja Lapangan PT. Krakatau Steel
25
Laporan Praktek Kerja Lapangan PT. Krakatau Steel
t
𝑀
……………………………………………………………………………
𝑉
……(3.3)
Dimana :
M = panjang metalurgi
V = kecepatan pengecoran
c. Kecepatan cor
Kecepatan maksimum cor yang terjadi dapat menurun dengan
tajam/drastis, tajam, akibat tebal strand yang mengalami penggemburan
(burging), yang diakibatkan oleh tekanan ferostatik dari baja yang mulai
membeku didalam jala pengecoran. Hal ini dapat diatasi dengan panjang
metalurgi dari mesin dibatasi agar membeku seluruhnya. Hal ini
diakibatkan oleh faktor-faktor sebagai beriku :
Komposisi kimia
Sifat yang diinginkan
Temperatur tundish
Proses lanjutan
Kecepatan osilasi rata-rata mould adalah :
VO = 2. h . f
……………………………………………………………………(3.4)
Teknik Metalurgi, SMK Muhammadiyah Cilegon
26
Laporan Praktek Kerja Lapangan PT. Krakatau Steel
Dimana :
VO = kecepatan osilasi rata-rata (m/min)
f = frekuensi (min-1)
h = total stroke (m)
27
Laporan Praktek Kerja Lapangan PT. Krakatau Steel
Tahap Akhir
Setelah cairan baja pada ladle habis, ladle turret diputar dari kondisi
pengecoran (casting) keposisi casting by. Ladle yang berisi baja cair dengan kedua
lengan nya masuk keposisi pengecoran untuk menyambung pengecoran sebelumnya
agar tetap kontinyu atau tidak terputus yang lazim disebut pengecoran secara
berurutan (sequence casting). Kemudian ladle kosong diangkat oleh crane 220 ton
untuk persiapan selanjutnya jika urutan pengecoran akan terputus (non secuence)
maka level baja cair pada tundish jika mendekati kurang lebih 1/3 kapasitas tundish,
maka kecepatan cor (casting speed) diturunkan secara bertahap (manual), lubang
pintu tundish (tundish gate) ditutup untuk mendapatkan pembekuan pada ujung akhir
(ekor) slab, kemudian diberi potongan slab dimana setelah mengalami pembekuan,
slab panas ditarik keluar dari mesin sedangkan kecepatan seperti kecepatan awal.
Teknik Metalurgi, SMK Muhammadiyah Cilegon
28
Laporan Praktek Kerja Lapangan PT. Krakatau Steel
BAB IV
29
Laporan Praktek Kerja Lapangan PT. Krakatau Steel
1. Preventive maintenance
2. Predictive maintenance
3. Corrective maintenance
4. Overhaul maintenance
30
Laporan Praktek Kerja Lapangan PT. Krakatau Steel
33
Laporan Praktek Kerja Lapangan PT. Krakatau Steel
34
Laporan Praktek Kerja Lapangan PT. Krakatau Steel
35
Laporan Praktek Kerja Lapangan PT. Krakatau Steel
Slitting cutting machine digunakan untuk memotong slab sesuai dengan panjang
yang ditentukan, biasanya slab di potong menjadi 2 bagian atau hanya di potong
sedikit saja untuk mengambil sampel slab tersebut. Mempunya alat pembakar
(burner) yang menggunakan oksigen dan gas alam sebagai bahan bakarnya. Arah
pemotongan burner dari tepi (home position) menuju ke tepi ujung. Slitting cutting
machine bisa bergerak ke kanan dan ke kiri (dilengkapi motor penggerak). Setelah
slab di potong lalu slab di pindahkan mengunakan crane, jika slab hanya di cutting
biasanya slab langsung di pindahkan di tempat pengiriman. Namun, jika slab di
potong untuk di ambil sample nya, biasanya slab di pindahkan ke tempat scarfing.
1. Burner burner
Setiap bulan dilakukan pelumasan ulang dengan melarutkan bahan gemuk.
Bersihkan kontak rel berjalan (travelling rail) dari kotoran dan gemuk dengan
molykote.
2. Burners (alat pembakar)
Alat pembekaran (alat pembakar) harus di periksa dan di bersihkan, jika
perlu pada invernal biasa (sebulan sekali)
3. Heavy duty cutting nozzles (nozzle pemotong kuat)
Nozzle pemotong harus di bersihkan dari scale (kerak) dan slag (terak)
menumpahkan setiap setelah pengecoran (dibersihkan dengan memakai
sikat),dan pembersihan saluran pemotongan.
Bersihkan pemanas gas, pemanas oksigen dan pemotong oksigen pada kepala
nozzle.
36
Laporan Praktek Kerja Lapangan PT. Krakatau Steel
4.5 Pemeriksaan
Perawatan terdiri dari pemeriksaan teratur dari keseluruhan peralatan pada operasi
yang tahan uji.
37
Laporan Praktek Kerja Lapangan PT. Krakatau Steel
d) Uji semua bagian kritis dan sambungan (sambungan baut,
titik patri) untuk air pada tekanan dan menyikat dengan air
sabun. Pembentukan yang timbul adalah gelembung gas
e) Periksa optic pembakar dan nozzle yang rusak
f) Memeriksa alat perlengkapan pelindung anti ledakan dan
berikan bubuk sintered logam untuk kebersihan dan dari
kerusakan
g) Memeriksa filter dan elemen filter dari kerusakan dan
untuk kebersihan
h) Menguji kelistrikan yang ada
i) Menguji penurun tekanan regulator dan mengatur valve
dengan membaca tekanan ukurn dan merasakan aliran
keluar pada pembakar (burner)
j) Nyalakan pembakar(burner) tersendiri untuk tujuan
menguji dan membuat api pada pembakar untuk waktu
yang singkat, mengamati dengan teliti semua peralatan
yang penting. Juga nyalakan oksigen untuk waktu singkat.
Jika penting, pengaruh pengujian potong pada scrap.
38
Laporan Praktek Kerja Lapangan PT. Krakatau Steel
BAB V
5.1. Kesimpulan
1. Maintenance/Perawatan harus dilakukan secara rutin tan
terencana/terjadwal untuk memelihara atau menjaga fasilitas atau
peralatan pabrik dan agar terdapat keadaan operasi produksi yang
memuaskan dan sesuai dengan apa yang direncenakan
2. Perlunya pengecekan pada part mesin atau alat, jika ada kerusakan pada
mesin atau alat. Maka, harus ada pengadaan perbaikan atau penyesuaian
dan penggantian part. Ini sangat diperlukan agar sistem produksi dapat
tetap berjalan dan tak ada kendala yang dapat menggangu proses kerja
mesin atau alat tersebut
3. Pelumasan pada mesin di perlukan untuk memberikan kehalusan pada
proses kerja mesin
4. Melakukan pegecekan rutin pada mesin dan dilakukan secara berkala atau
terencana
5. Pembersihan dilakukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal pada
mesin
6. Pelapisan cat untuk menjaga besi agar tidak keropos, jika di perlukan
5.2 Saran
39
DAFTAR PUSTAKA
WWW.PLANTMAINTENANCE.COM
WWW.gega.com
vi
LAMPIRAN
SLAB BAJA
SCRAPT
SLITTING CUTTING MACHINE
vii
LAY OUT SSP
CRANE
MEKANISME PROSES DAN REAKSI KIMIA DI DAPUR EAF
PERARLATAN PROSES SEKUNDER
PROSES CETAK KONTINYU
ROUTE PRODUKSI STEEL MAKING PLANT
TERIMA KASIH