Disusun Oleh:
Dimas Widyawanto
0516101019
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, tentu kita sering melihat logam disekitar kita.
Pada umumnya, logam memiliki banyak manfaat, seperti di bidang teknik,
industri, pertanian dan kedokteran. Logam adalah elemen kerak bumi (mineral)
yang terbentuk secara alami. Jumlah logam diperkirakan 4% dari kerak bumi.
Logam dalam bidang keteknisian adalah besi.
Biasanya dipakai untuk konstruksi bangunan-bangunan, pipa-pipa, alat-alat
pabrik dan sebagainya. Contoh dari logam yang sudah memiliki sifat-sifat
penggunaan teknis tertentu dan dapat diperoleh dalam jumlah yang cukup banyak
adalah besi, tembaga, seng, timah, timbel nikel, aluminium, dan magnesium.
B. Tujuan
DASAR TEORI
METAL ALLOYS
Logam paduan (bahasa Inggris: alloy) atau lakur adalah kombinasi dalam
larutan senyawa, dua atau lebih , dan paling salah satunya adalah logam, yang
hasilnya memiliki sifat metalik. Logam paduan dengan dua komponen disebut paduan
biner (alloy binary), 3 komponen disebut paduan ternary, 4 komponen disebut paduan
quaternari. Hasilnya adalah zat metalik dengan sifat berbeda dari komponennya.
Amalgam
Kuningan
Perunggu
Duralumin
Electrum
Intermetalik
Mu-metal
Pewter
Solder
Spiegeleisen
Baja
Logam dibagi menjadi dua yaitu logam murni yang hanya terdiri dari satu jenis
atom, seperti besi (Fe) murni, tembaga (Cu) murni dan logam paduan (metal alloy)
yang terdiri dari dua atau lebih jenis atom yang merupakan campuran dari dua macam
logam atau lebih yang dicampur satu sama lain dalam keadaan cair.
Logam murni yaitu logam yang memiliki kadar kemurnian 99,9%, titik lebur
tinggi, merupakan penghantar listrik yang baik, dan memiliki daya tahan terhadap
karat. Logam murni kebanyakan tidak digunakan begitu saja tanpa dipadukan dengan
logam lainnya, karena biasanya sifat-sifatnya belum memenuhi syarat yang
diinginkan. Kecuali logam non ferro murni, platina, emas dan perak tidak dipadukan
karena sudah memiliki sifat yang baik, misalnya ketahanan kimia dan daya hantar
listrik yang baik serta cukup kuat, sehingga dapat digunakan dalam keadaan murni.
Tetapi karena harganya mahal, ketiga jenis logam ini hanya digunakan untuk
keperluan khusus. Misalnya dalam teknik proses, laboratorium, dan keperluan
tertentu seperti perhiasan dan sejenisnya. Contoh-contoh logam murni adalah emas,
timah, seng, dan aluminum. Biasanya kaleng menggunakan aluminium murni,
sementara kabel listrik menggunakan tembaga murni.
Logam paduan (metal alloy) sering digunakan sebagai pengganti logam murni
karena pada logam paduan memiliki sifat yang dapat memberikan keuntungan dan
kemudahan sebagai material pabrikasi seperti kekerasan pada logam paduan dapat
ditingkatkan dari kekerasan logam asalnya, kekuatan tarik dapat diperbesar, daya
pemuaian dapat dikurangi, titik lebur dapat diturunkan atau dinaikkan dibanding
logam-logam asalnya. Sifat-sifat tersebut itulah yang tidak dimiliki logam murni
sehingga logam murni dapat ditambahkan unsur logam lainnya untuk mendapatkan
kelebihan-kelebihan dari sifat-sifat tersebut. Berikut beberapa contoh logam paduan,
beserta karakteristik dan penggunaannya,
1. Baja (steel)
Baja adalah logam paduan antara besi (Fe) dan karbon (C), dimana besi sebagai
unsur dasar dan karbon sebagai unsur paduan utamanya. Kandungan karbon dalam
baja kurang dari 1,4% berat sesuai grade-nya.
Dalam proses pembuatan baja akan terdapat unsur-unsur lain selain karbon yang
akan tertinggal dalam baja seperti mangan (Mn), silikon (Si), Kromium (Cr),
vanadium (V), dan unsur lainnya. Dalam hal aplikasi, baja sering digunakan sebagai
bahan baku untuk alat-alat perkakas, alat-alat pertanian, komponen-komponen
otomotif, kebutuhan rumah tangga, dan lain-lain.
Beberapa contoh logam paduan tembaga yaitu Kuningan (Brass) yang merupakan
paduan tembaga dengan unsur utama seng (Zn) lalu Perunggu (bronze), merupakan
paduan tembaga dengan unsur utama timah putih, sedangkan (Sn) sebagai unsure
paduan.
3. Aluminium dan Paduannya
Tetapi, oksida aluminium (A12 O3) ini. juga disamping menyebabkan tahan
korosi menyebabkan logam aluminium menjadi sukar dilas (welding) dan disolder.
Beberapa jenis logam aluminium dan paduannya yang penting, antara lain Duralumin
(logam dural) paduan Al dengan 4% Cu ditambah sedikit Si, Fe dan magnesium
(Mg). Aluminium-manganese alloy, ditambahkan elemen Mn 1,2% dan Aluminium-
silikon alloy, mengandung elemen Si 12,5%.
Logam nikel adalah suatu logam yang berwarna putih perak, mempunyai titik
leleh 1455C dan titik lebur (boiling point) 2730C, termasuk memiliki nilai
ekonomis yang mahal kira-kira 3 kali lipat nilai ekonomis (harga) logam tembaga.
Memiliki sifat fisis-mekanis yang sangat baik, yaitu tahan korosi, tahan oksidasi,
tahan pada temperatur tinggi, dapat membentuk larutan padat yang ulet, kuat dan
tahan korosi dengan banyak logam-logam lainnya.
Contoh paduan nikel yang banyak dipakai, yaitu Monel, adalah paduan nickel (Ni
= 67%) dengan logam tembaga (Cu = 28%) dan element logam lain Ferro, Mn, dan
Si. Paduan Nickel-Chrow-Ferro (Nichrom) dan Paduan Hastelloy, adalah paduan
nikel dengan berbagai logam lain, seperti Ni-Cr-Mo-Fe.
Forging:
Dilakukan dengan cara memukul potongan logam. Gaya diberikan pada
cetak yang membentuk produk logam. Contoh produk forging adalah pada roda
kereta api, kunci kunci, crank shift mobil dll.
Forging sebagai salah satu bagian dari proses metal forming dibagi dalam
tiga kategori berdasarkan temperatur pengerjaannya yaitu proses cold, warm
dan hot forging dimana parameter dasarnya adalah temperatur rekristalisasi.
Pada proses tempa warm forming dimana temperatur pengerjaan di atas suhu
ruangan dan di bawah temperatur rekristalisasi (di atas 0,3 x temperatur 10
rekristalisasi hingga di bawah suhu rekristalisasi material), memiliki
keunggulan adalah beban tempa yang rendah , keuletan dan ketangguhan
(toughness) lebih besar dibanding proses dingin, ketelitian (accuracy)
meningkat dibandingkan tempa panas. Sedangkan kelemahannya adalah
memerlukan determinasi temperatur tempa yang optimum serta pemilihan
pelumas yang sulit.
Rolling:
Proses dilakukan degan melewatkan logam pada 2 buah logam yang akan
mengkompresi logam sehngga tebalnya berkurang. Produk yang di hasilkan
bisa berupa bulat, tiang 1 dan rel kereta api, plat dll. Rolling dibagi menjadi 2
macam yaitu, hot rolling dan cold rolling. Hot rolling adalah operasi
pencanaian yang dilakukan pada temperatur yang lebih tinggi daripada
temperatur rekristalisasi. Pada proses hot rolling, deformasi tidak menyebabkan
terjadinya penguatan logam. Tegangan alir bahan akan semakin kecil dengan
semakin tingginya temperatur operasi.
Energy deformasi yang dibutuhkan menjadi lebih kecil daripada temperatur
yang lebih tinggi. Dengan demikian, deformasi dapat dilakukan pada benda
yang berukuran relatif besar. Sedangkan cold rolling adalah operasi pencanaian
yang dilakukan pada temperatur kamar atau di bawah temperatur rekristalisasi.
Cold rolling umumnya dilakukan setelah proses rollliing panas. Rolling diingin
menyebabkan terjadinya mekanisme penguatan pada benda kerja yang di ikuti
dengan turunnya keuletan. Benda kerja menjadi lebih kuat, lebih keras dan
lebih rapuh.
Pada proses pencanaian dingin, tegangan alir benda kerja menjadi semkain
meningkat. Sebagian besar dari produk hasil canai dingin melibatkan proses
lanjutan yaitu proses perlakuan panas agar dapat diaplikasikan sesuai ke
spesifikasinya. Proses perlakuan panas yang diterapkan pada produk hasil canai
dingin adalah proses anil. Proses dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan
sifat-sifat produk yang lebih sesuai dengan aplikasinya.
Extrusion:
Batangan logam didorong melalui cetakan dan produk akan berbentuk sesuai
yang dikehandaiki dan penampang yang lebih kecil. Produk extrusion adalah
batangan logam/ kawat, tube, dll.
Drawing:
Dilakukan dengan cara menarik potongan logam pada sisi keluar cetakan.
Batangan logam, kawat, tube adalah produk produk yang bisa di hasilkan
dengan drawing.
Casting:
Pengocoran (Casting) adalah suatu proses penuangan materi cair seperti
logam atau plastik yang dimasukkan ke dalam cetakan, kemudian dibiarkan
membeku di dalam cetakan tersebut, dan kemudian dikeluarkan atau di
pecah-pecah untuk dijadikan komponen mesin. Pengecoran digunakan untuk
membuat bagian mesin dengan bentuk yang kompleks. Pengecoran digunakan
untuk membentuk logam dalam kondisi panas sesuai dengan bentuk cetakan
yang telah dibuat. Pengecoran dapat berup material logam cair atau plastik yang
bisa meleleh (termoplastik), juga material yang terlarut air misalnya beton atau
gips, dan materi lain yang dapat menjadi cair atau pasta ketika dalam
kondisi basah seperti tanah liat, dan lain-lain yang jika dalam kondisi kering
akan berubah menjadi keras dalam cetakan, dan terbakar dalam perapian.
Proses pengecoran dibagi menjadi dua: expandable (dapat diperluas) dan non
expandable (tidak dapat diperluas) mold casting.
1. Die Casting
Die casting adalah proses pencetakan yang menggunakan berulang-ulang.
Logam coran biasanya dipakai yang mempunyai tiik leleh rendah seperti: seng,
almunium, dan magnesium. Pada die casting, logam didorong masuk cetak pada
tekanan tertentu dan kecepatan tinggi dan kemudian logam membeku dengan
menjaga tekanan. Cetakannya biasanya dari baja
3. Invesment Casting
Invesment casting adalah Pola untuk membuat cetakan biasanya dipakai
lilin atau palstik. Disekililing poladituang lumpur cair biasanya dari bahan gips.
Setelah mengeras cetakandipanaskan sehingga lilin didalamnya menguap. Cetakan
siap digunakan. Teknik ini biasanya digunakan untuk cetakan dengan dengan
kualitas tinggi. Dan produk akhir yang tinggi. Contohnya: perhiasan, gigi palsu dll.
Proses Bayern
Melalui proses elektrolisa, alumina akan berubah menjadi oksigen dan logam
aluminium. Jalan nya proses elektrolisa adalah: alumina murni dilarutkan pada cairan
criolit (natrium aluminium fluorida) di dalam dapur elektrolit yang besar atau disebut
sel reduksi. Arus listrik kemudian dialirkan pada campuran melalui elektroda karbon,
logam aluminium di endapkan pada katoda karbon yang berada di dasar sel.
Panas akibat aliran listrik digunakan untuk memanaskan isi sel, sehingga akan
selalu cair, dengan demikian alumina dapat ditambahkan secara terus menerus
(disebut: proses kontinu). Pada saat-saat tertentu, aluminium cair di keluarkan dari sel
dan dipindah kan ke dalam dapur penampung untuk kemudian di murnikan atau bisa
juga digunakan untuk keperluan paduan, setelah itu baru di tuangkan ke dalam
cetakan ingot, untuk kemudian diolah lebih lanjut.
Biasanya, untuk menghasilkan 1 kg aluminium, dibutuhkan 2 kg alumina,
sedangkan untuk mendapat kan 2 kg alumina, diperlukan 4 kg bauksit, 0,6 kg karbon,
criolit dan bahan-bahan lain nya serta sekitar 8 kWh energi listrik (berlaku secara
linier).