Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
NIM: 4311415064
JURUSAN KIMIA
2018
RINGKASAN
Secara umum, ukuran serbuk untuk sintering berkisar antara 0,1 dan 100 μm;
total energi permukaan serbuk adalah 500-0,5 J/mol. Energi ini sangat kecil,
dibandingkan dengan perubahan energi dalam pembentukan oksida yang biasanya
dalam kisaran antara 300 dan 1500 kJ / mol. Faktor yang mempengaruhi hasil sintering
diantaranya adalah: temperatur, waktu penahanan, kecepatan pendinginan, kecepatan
pemanasan, jenis material, ukuran partikel, green compact, dan lingkungan sintering.
Teknik sintering juga digunakan dalam proses pembuatan keramik yang mana proses
sintering ini memegang peranan penting dalam menentukan sifat-sifat produk yang
dihasilkan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keramik merupakan paduan logam yang terikat secara ionik dan kovalen.
Untuk mendapatkan sifat-sifat keramik biasanya diperoleh dengan pemanasan
pada suhu tinggi. Ada dua pembagian keramik, yaitu:
1. Keramik tradisional
Keramik tradisional biasanya dibuat dari tanah liat.
Contoh: porselen, bata ubin, gelas, dll.
2. Keramik modern
Keramik modern mempunyai ruang lingkup lebih luas dari keramik tradisional
pada kehidupan manusia.
Contoh: pemakaian pada bidang elektronik, komputer, komunikasi, aerospace
dan lain-lain. (Tri sidabutar, 2017).
Sifat-sifat yang dimilik oleh suatu produk keramik dipengaruhi oleh
komposisi bahan penyusun serta proses pembuatannya. Secara umum proses
pembuatan suatu produk keramik dimulai dari mencari bahan campuran, lalu
membuat semua bahan menjadi homogen (pengeringan, penggilingan, penyaringan,
dll), pencetakan, proses sintering, pendinginan, sampai menjadi produk jadi (Astuti,
1997). Namun yang akan dibahas dalam makalah ini adalah proses sintering dalam
pembuatan keramik.
Proses sintering merupakan proses pemadatan material serbuk dengan
cara membentuk ikatan batas butir antar serbuk penyusunnya ikatan antar butir
terjadi akibat pemanasan dan temperatur sintering yang diatur dibawah temperatur
leleh dari partikel penyusunnya. Pada proses sinter, benda padat terjadi karena
terbentuknya ikatan-ikatan antar partikel (Nugroho, 2008).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sintering.
2. Untuk mengetahui prinsip dasar sintering.
3. Untuk mengetahui alat yang digunakan dalam proses sintering.
4. Untuk mengetahui mekanisme proses sintering.
5. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi proses sintering.
6. Untuk mengetahui penggunaan proses sintering dalam pembuatan keramik.
D. Manfaat
1. Dapat mengetahui pengertian sintering.
2. Untuk mengetahui prinsip dasar sintering.
3. Untuk mengetahui alat yang digunakan dalam proses sintering.
4. Untuk mengetahui mekanisme proses sintering.
5. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi proses sintering.
6. Untuk mengetahui penggunaan proses sintering dalam pembuatan keramik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Sintering
Proses sintering merupakan proses pemadatan material serbuk dengan cara
membentuk ikatan batas butir antar serbuk penyusunnya. Ikatan antar butir terjadi
akibat pemanasan dengan atau tanpa penekanan dan temperatur sintering diatur
dibawah temperatur leleh dari partikel penyusunnya. Proses pemanasan biasanya
dilakukan selama 8 hingga 24 jam (Fayed dan Otten, 1997).
Pada proses sinter, benda padat terjadi karena terbentuk ikatan-ikatan antar
partikel. Panas menyebabkan bersatunya partikel dan efektivitas reaksi tegangan
permukaan meningkatdengan perkataan lain, proses sinter menyebabkan
bersatunya partikel sedemikian rupa sehingga kepadatan bertambah. Selama
proses ini terbentuklah batas-batas butir, yang merupakan tahap permulaan
rekristalisasi. Di samping itu, gas yang ada menguap dan temperatur sinter
umumnya berada di bawah titik cair unsur serbuk utama selama proses sinter terjadi
perubahan dimensi, baik berupa pengembangan maupun penyusutan tergantung
pada bentuk dan distribusi ukuran partikel serbuk, komposisi serbuk, prosedur sinter
dan tekanan pemampatan(German, 1994).
Model sintering yang dipelajari saat ini memiliki asumsi dimana kondisi awal
sebelum sintering serbuk yang digunakan berbentuk bulat dan berukuran sama
(monosize sphere). Pada teori sintering juga digunakan asumsi isotermal. Namun
pada kenyataannya, proses sintering dimulai dengan kondisi awal serbuk berbentuk
iregular dengan distribusi ukuran yang bervariatif serta serbuk telah dikompaksi
terlebih dahulu (German, 1994).
Pada proses kompaksi, serbuk dipadatkan, mengurangi porositas yang
besar, dan memperbesar kontak area antar partikel. Sebagian besar ikatan antar
partikel yang terbentuk saat sintering terjadi ketika temperatur sintering mencapai
temperatur maksimum, sedangkan model isotermal yang diasumsikan pada
kebanyakan model sintering jarang mencapai temperatur maksimum. Pada tahapan
akhir sintering, serbuk yang kompak dihasilkan dari suatu kondisi yang dinamik
dimana, gradien yang terjadi diakibatkan tegangan termal (thermal stress) dan
interaksi serbuk kompak dengan atmosfer (Yafie dan Widyastuti, 2014).
B. Prinsip Dasar Sintering
Prinsip dasar dari sintering adalah dengan memberikan panas atau
memanaskan sampel pada temperatur di bawah melting point-nya hingga terjadi
transfer massa pada permukaan serbuk sehingga terbentuk ikatan bersama antar
serbuk (German, 1994).
Model sinter dapat digambarkan dalam bentuk dua partikel yang membentuk
ikatan antar partikel selama sinter. Dimulai dengan kontak titik dan dilanjutkan
dengan pertumbuhan leher yang terjadi pada batas butir kontak partikel. Jika waktu
cukup, dua partikel akan bergabung menjadi satu partikel besar seperti pada
Gambar 2.1.
Gambar 2.7. (a). Skema diagram dari tahap-tahap LPS (0) melting, (I)
rearrangement, (II) solution precipitation, (III) pore removal (b).Tahap-tahap LPS
dengan contoh densifikasi actual sebagai fungsi temperatur sintering dan waktu
pada sistem alumina-glass (Kwon dan Gery, 1992).
Di sini, perubahan energi antar muka (Δγ) adalah karena densifikasi dan perubahan
di area antarmuka karena butiran kasar. Untuk sintering keadaan padat, Δγ terkait
dengan penggantian antarmuka padat / uap (permukaan) oleh antarmuka padat /
padat. Sebagaimana ditunjukkan secara skematik pada Gambar 2.12, pengurangan
total energi antarmuka terjadi melalui densifikasi dan pertumbuhan butir untuk
fenomena dasar sintering (Joong dan Kang, 2005).
Gambar. 2.12. Fenomena dasar terjadi selama sintering di bawah kekuatan
pendorong untuk sintering, Δ(γA) (Joong dan Kang, 2005).
Secara umum, ukuran serbuk untuk sintering berkisar antara 0,1 dan 100
lam; total energi permukaan serbuk adalah 500-0,5 J/mol. Energi ini sangat kecil,
dibandingkan dengan perubahan energi dalam pembentukan oksida yang biasanya
dalam kisaran antara 300 dan 1500 kJ / mol. Jika diinginkan struktur mikro dari tubuh
yang disinter akan dicapai dengan penggunaan jumlah energi yang sangat kecil,
perlu untuk memahami dan mengendalikan variabel yang terlibat dalam proses
sintering. (Joong dan Kang, 2005).
Gambar. 2.13. Kurva hubungan Bulk Density terhadap Suhu Sintering untuk
berbagai Persen Aditif MgO ( A : 0%, B : 1 %, C : 2 %, D : 3 %, E : 4 % ).
Berdasarkan kurva di atas dari suhu 1400 oC sampai 1500 oC merupakan
awal proses sintering, kenaikkan densitasnya masih kecil, tetapi pada kisaran 1500
o
C sampai 1600oC terjadi perubahan densitas yang besar, berarti terjadi proses
akhir sintering atau pemadatan. Penambahan aditif dari 1 % sampai dengan 3 %
memberikan dampak kenaikkan densitas, peranan aditif MgO mampu meredam
pertumbuhan butir selama proses sintering, sehingga terjadi pemadatan, tetapi
dengan bertambah banyaknya aditif MgO ( 4 % ) peranannya berkurang, sehingga
densitasnya turun kembali. Suhu sintering yang baik adalah pada suhu 1600oC
dengan aditif 3 % MgO yaitu diperoleh densitas sebesar 2,34 g/cm3.
Pada Gambar 2.14 dibawah ini ditunjukkan pola kurva yang berlawanan
dengan kurva pada Gambar 2.13.
A. Simpulan
Dari penjelasan yang sudah dijelaskan di atas maka dapat disimpulan bahwa
teknik sintering adalah sebuah teknik yang memberikan panas atau memanaskan
sampel pada temperatur di bawah melting point-nya hingga terjadi transfer massa
pada permukaan serbuk sehingga terbentuk ikatan bersama antar serbuk. Alat
yang digunakan dalam proses sintering adalah tungku sintering atau furnace.
Adapun faktor yang mempengaruhi hasil sintering diantaranya adalah: temperatur,
waktu penahanan, kecepatan pendinginan, kecepatan pemanasan, jenis material,
ukuran partikel, green compact, dan lingkungan sintering. Tahapan dalam proses
sintering antara lain adalah Initial Stage, Intermediate Stage dan Final Stage.
Secara umum, ukuran serbuk untuk sintering berkisar antara 0,1 dan 100 μm.
Teknik sintering juga digunakan dalam proses pembuatan keramik yang mana
proses sintering ini memegang peranan penting dalam menentukan sifat-sifat
produk yang dihasilkan.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan terkait makalah ini adalah untuk lebih
menelaah makalah ini dan menjadikannya sebagai sebuah referensi dan juga agar
memanfaatkan makalah ini sebagai sumber informasi mengenai teknik sintering
dan penggunaannya dalam proses pembuatan keramik.
DAFTAR PUSTAKA
Callister Jr, William. D. 2003. Material Science and Engineering, 6rd Edition. New Jersey:
John Wiley & Sons, Inc.
Fayed, M. E. and Otten, L. 1997. Handbook of Powder Science and Technology, 2nd
Edition. New York: Chapman and Hall – ITP.
German, R.M., 1994. Powder Metalurgy Science. Metal Powder Industries. New Jersey:
Federation Princeton.
Harefa, Fani. 2009. Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan
Penambahan Kaolin Sebagai Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi. Skripsi.
Universitas Sumatra Utara: Medan.
Joong, S. dan Kang L. 2005. Sintering Densification, Grain Growth, and Microstructure.
Daejeon: Butterworth Heinemann.
Nugroho, Galih Ajie. 2008.Sintesis & Karakterisasi Keramik Struktural Alumina Pada
Sintering Temperatur Rendah Untuk Aplikasi Armorf Facing. Skripsi. Institut
Teknologi Bandung: Bandung.
Shimosaka, A. Yasushi Ueda, Yoshiyuki Shirakawa dan Jusuke Hidaka 2001. Sintering
Mechanism of Two Spheres Forming a Homogeneous Solid Solubility Neck. KONA.
Vol. 21: 219-233.
Sidabutar, Tri. 2017. Pembuatan dan Karakterisasi Keramik Magnesium Alumina Silika
dari Abu Vulkanik Gunung Sinabung. Skripsi. Fakultas Teknik Universitas Mercu
Buana: Jakarta.
Subekti, Daniel. 2011. Analisa Sifat Fisik, Sifat Mekanik, Struktur produk Proses indirect
Pressureless Sintering Berbahan Serbuk Ni dan Sifat Termal Berbahan Serbuk Cu
Dengan Supporting Powder Besi Cor. Skripsi. Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro: Semarang.
Totemeier, Aaron R. dan Sean M. McDeavitt. 2009. Powder Metallurgical Fabrication of
Zirconium Matrix Cermet Nuclear Fuels. J Mater Sci. Vol.44: 5494–5500.
Vlack, Van Lawrence. 2004. Elemen-Elemen Ilmu Dan Rekayasa Material, Edisi
Keenam. Jakarta: Erlangga.
www.kejiafurnace.en.alibaba.com/product-detail/dental-zirconia-ceramics-sintering-
furnace- for_60013187086.html. Diakses pada tanggal 23 Mei 2018, Pukul: 20.00
WIB.
www.bmdstore.com/jual-1700-degree-lab-muffle-furnace-dental-sintering-furnace-lab-
muffle-oven-scientific-instruments.html. Diakses pada tanggal 23 Mei 2018 Pukul:
19.14 WIB.
Yafiedan, Mohammad Safrudin dan Widyastuti. 2014. Pengaruh Variasi Temperatur dan
Waktu Tahan Sintering Terhadap Densitas dan Kekerasan pada Mmc W-Cu
Melalui Proses Metalurgi Serbuk. Jurnal Teknik Pomits. Vol. 3, No. 1: Hal.45. ISSN
No. 2337-3539.