Teknik Polimerisasi
1. Teknik polimerisasi Bulk, dilakukan dengan cara mereaksikan
monomer-monomernya ke dalam keadaan murni baik gas
maupun cairan dengan bantuan inisiator.
Inisiator
ditambahkan
kemudian
Monomer
Terminator
ditambahkan
terakhir
Keuntungan :
-Tanpa solvent
-Tak perlu separasi
solvent
-Baik diterapkan pada
system
yang langsung dicetak
Menghindari
Gell effect
Inisiator
ditambahkan
kemudian
Monomer
Terminator
ditambahkan
terakhir
Inisiator
ditambahkan
kemudian
Terminator
ditambahkan
terakhir
Monomer +
solvent
3. Suspension polymerization
Monomer droplets dispersed in aqueous phase
Suspension agent (PVA)
Monomer-soluble initiator
Polymer insoluble in monomer
Batch-wise in autoclave
Terminator
ditambahkan
terakhir
Air
Monomer +
initiator
HLB system
Oil-in-water (o/w):
oil is dispersed
in aqueous phase
The higher the HLB value, the more water-soluble the surfactant.
HLB
Property
<10
Oil soluble
>10
Water Soluble
4-8
Antifoaming agent
TERGITOL 15-S-3
7-11
Water-in-oil emulsifier
TERGITOL 15-S-5
12-16
Oil-in-water emulsifier
11-14
Wetting agent
12-15
Detergent
16-20
Stabilizer
PS dan PMMA
Karet polyisoprene
dan polyisobutylene
Lunak dan
flexible
Perubahan fase
Perubahan kapasitas
Panas, Cp
Pada pemanasan, temperature meningkat, tapi pada Tm, pemberian energi berlanjut
tanpa diikuti perubahan suhu, lalu meningkat dengan slope tertentu lagi
Pada pemanasan, temperature meningkat, tapi pada Tg terjadi perubahan
kebutuhan panas untuk meningkatkan temperature plastik (slope semakin tajam)
Free Volume
Backbone Stiffness
Steric effects (side groups)
Network structure (thermosets)
Anything which makes movement more
difficult will increase Tg
Backbone stiffness
Backbone symmetry
Absence or presence of branches
Pendant group size
Pendant group polarity
Pendant group regularity
Polyethylene Varieties
Low density PE highly branched
Medium Density PE moderate branching
High Density PE almost no branching,
long molecules
Linear Low Density very short branches
Melting temperature , Tm :
PP
: tidak terlalu banyak berubah pada berbagai tekanan
HDPE : ada perubahan yang signifikan
Gambar 7. Perubahan PVT dari plastik amorf PC, dan perubahan Tg & Tm pada PET
Tg
0.56
0.76
Tm
Tm
PP-N2
Kelarutan gas : 4,95 mg N2/g PP
0.01205 ( n 1) T
V
P
0.9421
Tg
O
( m 1)
V , cm3/g; P, atm; T, K;
Tg pada atmospheric,
R gas const, atm cm3/mol K;
g/cm3 pada room & 1 atm
T
y
P
V K
Tg
Tm
Vm 0.19
Vm
298
U
Cp Cv P
T
T
(1)
P
(2)
Pada tekanan specific heat dari palstik amorf solid meningkat dengan
kenaikan temperatur. Di sekitar Tg terjadi kenaikan mendadak sebagai
tanda adanya gerakan dari rantai dalam polymer. Pada daerah lelehan,
laju kenaikan Cp relatif kecil.
C T 0.64 0.0012T
C 298K
l
P
l
P
C T 0.106 0.003T
C 298K
S
P
S
P
Harga dariC
C
dan
(298)
p semicrystalline
(298)
C x C 1 x
S
Tabel 6. Harga C
S
P
Konduktivitas thermal dari berbagai jenis plastik telah banyak dijumpai di dalam
literature. Apabila ternyata tidak ditemukan, maka kita dapat memperkirakan
dengan mengestimasinya dengan persamaan korelasi. Sebagai contoh kasus, untuk
polymer di atas titik Tg, maka harga k dapat dihitung:
a) Solid amorf
k 6.3 x 10
-3
1 - 0.00015 T - Tg M -0.3
Tg0.216
1.2 x 10-2 Cp
k
Tm 0.216
1.33
M 0.3
2k p k f 2 xv k p k f
ke k p
2k p k f xv k p k f
dimana :
ke, kp, dan kf = masing-masing adalah konduktivitas thermal
efektif, polymer dan filler
xv = fraksi volume komponen minor (filler)
Pengaruh % filler
pada k pada berbagai
temperature dari PVC
Pengaruh % kristal
terhadap k pada
berbagai temperature
dari PE (di bawah Tm)
(C=0.951, B=0.948,
A=0.94, D =0.935).
Thermal diffusivity, (k/Cp ) terhadap temperature untuk berbagai jenis polymer. Expresi
thermal diffusivity sering lebih berguna dari pada k, karena besaran ini langsung menunjukkan
kemampuan suatu polymer dipenetrasi oleh energi panas. Tampak bahwa harga thermal
diffusivity menurun dengan kenaikan temperatur.