Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
I.1.

Latar Belakang
Air merupakan komponen esensial bagi kehidupan jasad hidup. Akan tetapi dapat
juga merupakan suatu substansi yang membawa malapetaka, karena air dapat membawa
mikroorganisme patogen dan zat-zat kimia yang bersifat racun . Dalam air baik yang kita
anggap jernih, sampai terhadap air yang keadaannya sudah kotor atau tercemar.
Kebutuhan akan air bersih semakin lama semakin meningkat sesuai dengan kenaikan
jumlah penduduk dan keperluan penduduk itu sendiri. Selama ini kebutuhan akan air
dipenuhi dari berbagai sumber diantaranya air sungai, danau, laut ,dan sumur.
Dalam menentukan kualitas air telah ditetapkan standar baku mut air di Indonesia,
baik standar baku mutu air minum, air industri, dan sebagainya. Secara umum, kualitas
air dapat ditinjau dari segi biologis, fisis, dan kimia yang merupakan syarat-syarat yang
harus dipenuhi. Secara biologis, air untuk dikonsumsi harus bebas dari kandungan
mikroorganisme yang dapat menimbulkan kerugian bagi manusia. Oleh karena itu,
percobaan ini penting dilakukan untuk melakukan pemeriksaan terhadap suatu sampel air.

I.2.

Tujuan Percobaan
1. Mampu menghitung jumlah koloni dalam air.
2. Mampu membandingkan radius perkembangan mikroba dengan desinfektan berbeda.

I.3.

Manfaat Percobaan
1. Mahasiswa mampu mengetahui jumlah koloni dalam air.
2. Mahasiswa mampu membandingkan radius perkembangan mikroba dengan
desinfektan berbeda.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Mikroorganisme Air
Air merupakan komponen esensial bagi kehidupan jasad hidup. Akan tetapi dapat juga
merupakan suatu substansi yang membawa malapetaka, karena air dapat membawa
mikroorganisme patogen dan zat-zat kimia yang bersifat racun. Dalam air baik yang kita anggap
jernih, sampai terhadap air yang keadaannya sudah kotor atau tercemar, di dalamnya akan
terkandung sejumlah kehidupan, yaitu misalnya yang berasal dari sumur biasa, sumur pompa,
sumber mata air dan sebagainya, di dalamnya terdiri dari bakteri, yaitu :
1. Kelompok bakteri besi (misalnya Crenothrix dan Sphaerotilus) yang mampu
mengoksidasi senyawa ferro menjadi ferri. Akibat kehadirannya, air sering berubah
warna kalau disimpan lama yaitu warna kehitam-hitaman, kecoklat-coklatan, dan
sebagainya.
2. Kelompok bakteri belerang (antara lain Chromatium dan Thiobacillus) yang mampu
mereduksi senyawa sulfat menjadi H2S. Akibatnya kalau air disimpan lama akan tercium
bau busuk seperti bau telur busuk.
3. Kelompok mikroalge (misalnya yang termasuk mikroalga hijau, biru dan kersik),
sehingga kalau air disimpan lama di dalamnya akan nampak jasad-jasad yang berwarna
hijau, biru atau pun kekuning-kuningan, tergantung kepada dominasi jasad-jasad tersebut
serta lingkungan yang mempengaruhinya.
Mikroorganisme di perairan berdasarkan sifat tropiknya meliputi :
1. Mikroba autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis
makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan
energi seperti matahari dan kimia. Contohnya : Thiobacillus, Nitrosomonas,
Nitrobacter.
2. Mikroba heterotrof adalah organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik
sebagai makanannya dan bahan tersebut disediakan oleh organisme lain.
Contohnya antara lain : Saprolegnia sp., Candida albicans, Trichopnyton rubrum.
Bakteri yang hidup di perairan umumnya uniseluler, tidak memiliki klorofil, berkembang
biak dengan pembelahan sel secara transversal atau biner, sebagian besar ( 80%) berbentuk
batang, gram negatif, bergerak secara aktif. Secara umum hidupnya saprofitik pada sisa buangan

hewan atau tanaman yang sudah mati, ada juga yang bersifat parasitik pada hewan, manusia dan
tanaman yang dapat menyebabkan penyakit. Contoh bakteri yang banyak dijumpai di laut :
Pseudomonas, Vibrio, Flavobacterium, Achromobacter dan Bacterium.
(Singleton,1992)
II.2 Persayaratan Standar Kualitas Air
Persyaratan standardisasi kualitas air minum menurut peraturan menteri Kesehatan
Republik Indonesia nomor : 492/menkes/Per/IV/2010 yang mencakup 4 kualitas, yaitu:
1. Kualitas Fisik
- Air layak minum tidak boleh terlihat kasat mata yang menyebabkan air menjadi
keruh. Batas maksimum kekeruhan air adalah 5 NTU (Nepherumerik Turbidity
-

Units)
Air tidak boleh mengandung bahan kimia (klorin, kalsium karbonat, dan lain-lain)
dan mikroorganisme (plankton maupun bakteri) yang menyebabkan warna

berubah. Batas maksimum yang diperbolehkan adalah 15 TCU (True Color Units)
Air tidak berbau dan berasa karena air murni tidak berbau jika dicium dan tidak
memiiki rasa. Jika air berbau dan berasa maka air tersebut mengandung
mikroorganisme, bahan mineral, gas terlarut seperti CO 2, H2S, NH3 dan bahan

organiklainnya seperti limbah rumah tangga (minyak, lemak, sisa makanan)


Temperatur air tidak boleh mempunyai deviasi suhu lebih dari 3oC dari suhu

udara.
2. Kualitas Kimia
- Air tidak boleh memiliki pH diluar batas 6,8 8,5
- Tingkat kesadahan yang diperbolehkan dibawah 500 ppm
- Tak mengandung desinfektan dan hasil sampingnya, seperti dichlorometane,
kadar yang diperbolehkan 2 mg/lt
3. Kualitas Biologi
- Bakteri E. Colli dan Fecal colli tidak boleh ada dalam air minum, kadar
maksimumnya adalah 0 dalam 100 ml air mnum,
4. Radioaktivitas
- kadar maksimum gross alpha activitynya adalah 0,1 Ba/lt
- kadar maksimum gross beta activitynya adalah 0,1 Ba/lt
II.3 Sifat Koloni

Koloni merupakan sekumpulan dari bakteri-bakteri yang sejenis yang mengelompok


menjadi satu dan membentuk suatu koloni-koloni. Sifat-sifat koloni terbagi menjadi 2, yakni sifat
secara umum dan khusus. Masing-masing sifat umum dan khusus koloni diantaranya :
1. Sifat Umum Koloni
Sifat-sifat umum pada koloni ialah :
a. Bentuk : ada koloni yang bulat, ada yang memanjang, ada yang tepinya rata, ada yang
tepinya tidak rata.
b. Besar-kecilnya koloni : ada koloni yang melebar sampai menutup permukaan
medium.Ada pula koloni yang hanya serupa suatu titik.
c. Kenaikan permukaan : ada koloni yang rata saja dengan permukaan medium, ada pula
yang timbul, yaitu menjulang tebal di atas permukaan medium.
d. Warna : kebanyakan koloni bakteri itu berwarna keputihan atau kekuning-kuningan,
akan tetapi ada juga koloni yang kemerah-merahan, coklat, jingga, biru, hijau, ungu.
e. Kepekatan : ada koloni yang lunak seperti lendir, ada yang lunak seperti mentega, ada
yang keras dan kering.
2. Sifat Khusus Koloni
Sifat-sifat umum pada koloni ialah :
a. Dalam medium padat
Sifat koloni pada agar-agar lempengan bentuknya titik bulat, terbentang tidak teratur
seperti akar, kumparan. Permukaan koloni dapat datar, timbul teratur, cembung
melengkung, membukit kebawah, yang utuh dan berombak juga ada.
b. Dalam medium cair
Medium cair diperoleh dengan tidak mencampurkan agar-agar gelatin kepadanya.
Dalam medium cair, bakteri akan berbeda-beda. Permukaan medium dapat
memperlihatkan adanya serabut selaput.
(Dwidjoseputro, 2012)
II.4 Faktor yang Mempengaruhi Mikroorganisme
Mikroorganisme tidak dapat beradaptasi di berbagai tempat, mikroorganisme hanya dapat
berkembang pada keadaan tertentu, diantaranya :
1. Temperatur
Temperatur optimum merupakan temperatur terbaik pada pertumbuhan
mikroorganisme. Pada temperatur yang sangat tinggi akan terjadi denaturasi protein
sedangkan pada temperatur yang sangat rendah aktivitas enzim akan berhenti.
Temperatur optimum pada mikroorganisme biasanya 26- 27 oC.
2. Medium

Medium yang digunakan harus memiliki zat yang dibutuhkan, yaitu protein,
lemak, karbohidrat, vitamin, dll. Media yang cocok untuk bakteri adalah yang
isotonik terhadap isi sel bakteri. Jika larutan hipertonik maka akan mengalami
plasmolisis. Medium yang cocok untuk bakteri salah satunya adalah mediaAgar
Kentang Dektrosa (PDA). PDA merupakan media tumbuh mikrobiologi yang terbuat
dari potato infusion dan dextrosa dan paling banyak digunakan untuk tumbuh jamur
dan bakteri yang mana menyerang atau membusukkan tanaman hidup.
3. Pengaruh Sinar
Kebanyakan bakteri tidak akan berfotosintesis tapi sinar dengan panjang
gelombang lebih pendek seperti sinar UV dan sinar X sangat berbahaya dan dapat
membunuh bakteri.
4. Pengaruh mekanik
Untuk mematikan bakteri dibutuhkan tekanan 6000 atm dan untuk
menghentikan bakteri dibutuhkan 600 atm.
5. Faktor kimia
Penggunaan desinfektan bakterisida dapat membunuh bakteri. Biasanya
kerusakan akibat proses oksidasi, koagulasi, dispersi dan tegangan muka.
6. pH
Umumnya bakteri tidak suka hidup di pH yang terlalu basa dan mereka
cenderung untuk hidup di pH netral (pH= 7) atau sedikit basa (pH = 7,4)
(Fadhli, 2013)

II.5 Metode Perhitungan Jumlah koloni


Jumlah koloni dapat diketahui dengan menggunakan perhitungan jumlah koloni,
hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak jumlah koloni dalam satu aliran air.
Metode perhitungan koloni terdapat 2 metode, diantaranya:
1. Perhitungan dengan SPC
Standart Plate Count (SPC) digunakan untuk menentukan kepadatan bakteri
heterotrof fakultatif aerob. Dalam percobaanini pengukuran secara empiris karena bakteri
dapat membentuk koloni rantai kelompok. Dasar SPC adalah membuat suatu seri
pengenceran bahan dengan kelipatan 10. Setelah inkubasi, dilihat jumlah koloni tiap

periode dapat digunakan coloni encounter yang dilengkapi dengan register. Perhitungan
dan pencatatan koloni pada plate sesegera mungkin setelah periode ini sampai selesai.
Bila perhitungan ditunda, plate harus disimpan pada suhu 5-10oC dan tak boleh lebih dari
21 jam.
2. Perhitungan Manual
Perhitungan koloni secara manual dilakukan dengan menghitung jumlah koloni
terbanyak dan tersedikit. Sampel diencerkan hingga 2x pengenceran, setelah waktu
inkubasi, jumlah koloni dihitung secara manual (biasanya dihitung) jumlah koloni
terbanyak dan tersedikit, kemudian dicari rata-ratanya.
Jumlah koloni dalam petridish = rata-rata jumlah koloni x luas petridish x fp
Keterangan : luas petridish = 63,585 cm2
fp = 10 2
Dengan rumus diatas dapat diketahui jumlah koloni dalam petridish.
II.6 Desinfektan
Desinfektan dapat diartikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan
untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga
untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Bahan
desinfektan dapat digunakan untuk proses desinfeksi tangan, lantai, ruangan, peralatan dan
pakaian. Beberapa contoh desinfektan yakni :
1. Daun Siri
Sirih (Familia Piperaceae) merupakan salah satu tanaman yang diketahui
berkhasiat sebagai antiseptik dan desinfektan.Bagian yang dipakai pada sirih adalah
daunnya. Daun sirih (Familia Piperaceae) memiliki aroma yang khas yaitu rasa pedas,
sengak, dan tajam. Rasa dan aroma yang khas tersebut diakibatkan oleh kavikol dan
bethelphenol yang terkandung dalam minyak atsiri. Faktor lain yang menentukan aroma
dan rasa sirih (Familia Piperaceae) adalah jenis sirih itu sendiri, umur sirih, jumlah sinar
matahari yang sampai ke bagian daun, dan kondisi dedaunan bagian atas tumbuhan
(Ernawati,2012).
2. Jeruk Nipis
Jeruk nipis adalah air buahnya sangat masam rasanya, tetapi harum. Jeruk nipis
mengandung minyak atsiri . Minyak atsiri adalah sejenis minyak yang mudah sekali
menguap pada suhu kamar dan baunya sesuai dengan tanaman penghasilnya. Minyak

atsiri digunakan sebagai campuran pewangi, pencegah timbulnya jamur dan bakteri,
desinfektan, dan antibiotik.
Disamping itu jeruk nipis juga mengandung asam sitrat. Asam sitrat digunakan
sebagai pencegah timbulnya jamur dan bakteri, sebagai pengawet, dan desinfektan.
Kebanyakan bakteri inaktif dan terbunuh pada pH 2-3, meskipun hanya sebentar , dan
jeruk

nipis

mampu

memberikan

keadaan

sehingga

mencapai

pH

tersebut.

Mikroorganisme yang terdapat pada bahan dengan pH asam dapat dibunuh dengan suhu
yang lebih rendah dan dalam waktu yang lebih singkat (Pelczar, 2005).
3. Chitosan
Chitosan digunakan sebagai desinfektan/antibakteri dikarenakan beberapa sifat
yang dimiliki yaitu kemampuannya dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme
perusak dan kemampuannya dalam memberikan pelapisan terhadap produk sehingga
meminimalkan interaksi antara produk dan lingkungannya. Berbagai hipotesa yang
sampai saat ini masih berkembang mengenai mekanisme kerja chitosan sebagai pengawet
adalah afinitas yang dimiliki oleh chitosan yang sangat kuat dengan DNA mikroba
sehingga dapat berikatan dengan DNA yang kemudian mengganggu mRNA dan sintesa
protein (Hadwiger dan Loschke 1978 diacu dalam Hardjito 2006).

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN
-

III.1 Bahan dan Alat yang Digunakan

- III.1.1 Bahan

Sampel Air
Aquadest
PDA
Desinfektan

- III.1.2 Alat

Beaker glass

Petri dish

Erlenmeyer

Tabung reaksi

Pipet

Pengaduk

Kompor listrik
-

III.2

Gambar Alat

Beaker glass

Petridish

Erlenmeyer

Pengaduk

Kompor Listrik

Tabung Reaksi
-

Pipet Tetes

III.3

Variabel Operasi

1. Uji Koloni
- Air Sungai Tembalang, dengan lokasi pengambilan:
Daerah Universitas Pandanaran
Depan Universitas Diponegoro
Waduk Universitas Diponegoro
2. Uji Desinfektan ( basis 75%V 10mL)
Jeruk Nipis
Jeruk Lemon
Jeruk Manis
-

III.4

Cara Kerja

Langkah-langkah pendahuluan:

1. Menyiapkan petridish yang sudah disterilisasi.


2. Mengencerkan contoh (2x faktor pengenceran): mengambil 10 ml contoh
kemudian diencerkan 100 ml. Dan dari 100 ml itu diambil 10 ml lalu
diencerkan lagi menjadi 100 ml.
3. Menyiapkan media: mengambil 3,9 gr PDA kemudian masukkan ke dalam
90 ml aquadest kemudian dipanaskan hingga mendidih.
4. Membagi media ke dalam petridish reaksi secara merata.
-

Langkah-langkah percobaan PA:

1. Uji Koloni
Biarkan media dalam petridish sampai setengah padat kemudian taburi
dengan contoh yang sudah diencerkan secara merata ke permukaan

media menggunakan pipet tetes yang sudah disterilisasi.


Simpan dalam ruang inkubasi dengan cara dibalik peletakannya selama

waktu inkubasi yang ditentukan. (biasanya 2 hari)


Menghitung jumlah koloni terbanyak dan tersedikit (dihitung biasa),
kemudian dicari:
rata-rata jumlah koloni =

(terbanyak + tersedikit)
2

jumlah koloni dalam petridish = rata-rata jumlah koloni x luas petridish x fp

Keterangan: luas petridish = 63,585 cm2


-

fp = 102

2. Uji Desinfektan
Biarkan media dalam petridish memadat kemudian buat lubang kecil
pada tengah-tengah media tersebut. Kemudian teteskan contoh

desinfektan ke dalam lubang tersebut menggunakan pipet tetes.


Simpan dalam ruang inkubasi selama waktu yang ditentukan (biasanya

2 hari).
Mencatat radius pertumbuhan diukur dari lubang yang dibuat (radius
terjauh, terdekat, dan rata-rata).
-

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D.1978. Dasar-Dasar Bioteknologi .Djambatan


: Jakarta
Ernawati.2012.Efektivitas Jeruk Nipis (Citrus atirantifolia)
dalam Meminimalisasi Bakteri Patogen di Lantai Rumah Sakit

Sufina Aziz Medan. USU


-

Fadhli. 2013. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan


Mikroorganisme.IPB

Hardjito L. 2006. Aplikasi kitosan sebagai bahan tambahan


makanan dan pengawet. [Prosiding Seminar Nasional]. Bogor :
Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Singleton, P. 1992. Introduction to Bacteria for Student of


Biology Biotecnology and Medicine. New york: Academyc
Press. Inc.

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Mikroba merupakan organisme yang berukuran sangat kecil sehingga

untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan seperti mikroskop. Saat ini beberapa
materi telah memanfaatkan perkembangbiakan mikroba maka dari itu keberadaannya
sangat dibutuhkan sebagai biokatalis. Tetapi disisi lain bakteri ada yang bersifat
pathogen. Supaya mikroba tersebut tidak menggangu dalam proses industri maka
perlu disterilkan. Mikroba yang menguntungkan dalam industri kimia pada saat ini
sudah mulai dikembangkan dalam media piaraan, sehingga kebutuhan bakteri yang
berkatalisator dapat terpenuhi.
-

I.2

Tujuan Percobaan

1. Dapat menguasai teknik pemindahan bakteri dari suatu wadah ke wadah lain.
2. Memahami berbagai macam proses sterilisasi.
3. Dapat membandingkan media yang terbaik dan pH optimum pada perpindahan
bakteri.
-

I.3

Manfaat Percobaan

1. Mahasiswa mampu menguasai teknik pemindahan bakteri.


2. Mahasiswa mampu memahami berbagai macam proses sterilisasi.
3. Mahasiswa mampu membandingkan media terbaik dan pH optimum
-

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
-

II.1 Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses bebas kuman, virus, spora, dan jamur.

Keadaan steril dapat dicapai dengan cara alami maupun kimia. Secara alami
dapat dilakukan dengan cara memanaskan dengan air mendidih pada suhu
1100C selama 15 menit untuk meamtikan kuman, virus, spora, dan jamur
Metode
sterilisasi
bermacammacam,
diantaranya :
1. Sterilisasi panas dengan tekanan atau sterilisasi uap (autoclave).
- Pada saat melakukan sterilisasi uap, kita

sebenarnya

memapakan uap jenuh pada tekanan tertentu selama waktu dan


suhu tertentu pada suatu objek, sehingga terjadi pelepasan
energi laten uap yang mengakibatkan denaturasi atau koagulasi
protein sel.
2. Sterilisasi panas kering (Oven)
- Proses sterilisasi panas kering terjadi melalui mekanisme
konduksi panas. Panas akan diabsorpsi oleh permukaan luar
alat

yang

disterilkan,

lalu

merambat

dalam permukaan sampai akhirnya suhu untuk


tercapai. Sterilisasi panas

ke

bagian
sterilisasi
kering

biasanya digunakan untuk alat-alat atau bahan dengan uap tidak


dapat penetrasi secaramudah atau untuk peralatan yang terbuat
dari kaca.
3. Sterilisasi Tyndallisasi
Metode ini dilakukan dengan cara mendidihkan medium dengan uap
beberapa menitsaja. Setelah didiamkan satu hari, spora-spora tumbuh
menjadi bakteri vegetatif. Maka medium tersebut dididihkan lagi selama
beberapa menit. Akhirnya pada hari ketiga,medium tersebut dididihkan
sekali lagi.
4. Sterilisasi dengan penyaringan (Filtrasi)
- Medium disaring dengan saringan porselin atau dengan tanah
diatom. Dengan jalan ini, maka zat-zat organik tidak akan
mengalami penguraian sama sekali.
5. Sterilisasi radiasi ultraviolet
- Ultraviolet merupakan gelombang elektromagnetik dengan
panjang gelombang 100-400 mm dengan efek optimal pada 254
nm. Sumbernya adalah lampu uap merkuri dengandaya tembus

hanya 0,01-0,2 mm. ultraviolet digunakan untuk sterilisasi


ruangan pada penggunaan aseptik.

(Dwidjoseputro,1978)

II.2 Aspergillus nigger

Klasifikasi jamur Aspergillus niger adalah sebagai berikut:

Domain : Eukariot
Kingdom : Fungi
Subfilum : Ascomycota
Class : Pezizomycota
Ordo : Eurotides
Family : Trichoco macaeae
Genus : Aspergillus Spesies : Aspergillus niger
-

Aspergillus niger merupakan jamur muliseluler (mempunyai inti lebih

dari satu) yang membentuk benang, benang hifa/ filamen. Secara mikroskopik (pada
media SG A+ antibiotik) jamur yang berbentuk mold membentuk koloni yang
berserabut/ granuler koloninya tampak kasar (rough) .
-

Aspergillus niger termasuk ke dalam jamur jenis kapang. Aspergillus

niger mempunyai tubuh yang terdiri dari benang yang bercabang-cabang disebut hifa,
kumpulannya disebut misselium, tidak mempunyai klorofil dan hidup heterotrof.
Aspergillus niger memiliki bulu dasar berwarna putih hitam. Kepala konidia berwarna
hitam, bulat, cenderung memisah menjadi bagian-bagian yang lebih longgar dengan
bertambahnya umur. Konidiospora memiliki dinding yang halus, hialin juga memiliki
warna coklat. Aspergillus niger dan spora-spora dibentuk dalam askus atau kotak
spora.
-

(Jong dan Gantt, 1987)

II.3 Aplikasi Aspergillus nigger

Sejarah penggunaan yang aman untuk A. niger terutama berasal dari

penggunaannya dalam industri makanan untuk produksi banyak enzim seperti


aamylase, amiloglukosidase, selulase, laktase, invertase, pectinases, dan protease
asam. Selain itu, produksi tahunan asam sitrat secara fermentasi sekarang sekitar
350.000 ton, baik menggunakan A. niger atau ragi Candida sebagai organisme
memproduksi. Fermentasi asam sitrat dengan menggunakan A. niger dilakukan secara

komersial di kedua budaya permukaan dan dalam proses terendam.


-

A. niger memiliki beberapa kegunaan sebagai organisme itu sendiri,

selain produk fermentasi. Misalnya, karena kemudahan visualisasi dan resistensi


terhadap agen antijamur beberapa, A. niger digunakan untuk menguji kemanjuran
pengobatan pengawet (Jong dan Gantt, 1987). Selain itu, A. niger telah terbukti sangat
peka terhadap defisiensi mikronutrien mendorong penggunaan strain A. niger untuk
pengujian tanah . Ada juga minat menggunakan jamur ini untuk reaksi enzimatik
performcertain yang sangat sulit untuk dicapai dengan ketat cara kimia, seperti
penambahan khusus untuk steroid dan cincin kompleks lainnya (Jong dan Gantt,
1987).
-

II.4 Jeruk manis (Citrus aurantium sub spesies sinensis)

Jeruk manis mempunyai nama ilmiah Citrus aurantium sub


spesies sinensis. Jeruk manis ini termasuk di dalam klasifikasi
berikut ini :

1. Kingdom : Plantae
2. Subkingdom : Tracheobionta
3. Divisi : Magnoliophyta
4. Subdivisi : Angiospermae
5. Kelas : Magnoliopsida
6. Subkelas : Rosidae
7. Ordo : Rutales
8. Famili : Rutaceae
9. Ordo : Rutales
10. Genus : Citrus
11. Spesies : Citrus aurantium sub spesies sinensis

Secara umum uraian makroskopik kulit jeruk manis antara lain:

1. Kepingan berbentuk spiral dan ada pula yang bentuknya panjang.


2. Permukaan luar berwarna coklat agak kekuning-kuningan sampai coklat
jingga, tebal 3 mm, keras dan rapuh.
3. Permukaan dalam rata, berwarna coklat jingga.
4. Terdapat sedikit jaringan bunga karang, apabila kulit ini dipatahkan akan
tampak dengan jelas rongga-rongga minyaknya yang bergaris tengah sekitar 1
mm.
-

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

(Wati,2010)

III.1 Alat dan Bahan

- III.1.1 Bahan
1.
2.

Aspergillus niger
Jeruk busuk

- III.1.2 Alat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Tabung reaksi
Inokulum
Beaker glass
Pipet tetes
Gelas ukur
Kompor listrik
Cawan petri
Mikroskop
-

III.2 Gambar Alat

Tabung Reaksi

Beaker Glass

Pipet tetes

Gelas ukur

Kompor listrik

Cawan peri

Mikroskop
-

III.3

Variabel Operasi

1. Aspergillus niger
2. Jeruk busuk
-

pH= 1, 3, dan 8
pH= 1, 3, dan 8

III.4

Cara Kerja

Langkah-langkah percobaan PSA:

1. Biarkan media dalam tabung reaksi memadat (untuk media miring,


sebelum memadat kedudukan tabung reaksi dibuat miring di bawah 45,
kemudian dibiarkan sampai memadat).
2. Menyiapkan kawat osse, bunsen, dan HCl.
3. Mensterilkan kawat osse: panaskan kawat osse menggunakan bunsen
kemudian memasukkan ke larutan HCl kemudian panaskan kawat osse
lagi.
4. Memindahkan

mikroorganisme

dari

biakan

murni

yang

tersedia

menggunakan kawat osse yang sudah disterilisasi ke tabung media.


5. Simpan di dalam ruang inkubasi selama waktu inkubasi yang ditentukan.
6. Mengamati kenampakannya setelah waktu inkubasi.
-

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D.1978. Dasar-Dasar Bioteknologi .Djambatan


: Jakarta
Jong, S.C. and M.J. Gantt, (eds.) 1987. Catalogue of fungi and
yeasts, 17th edition. American Type Culture Collection,
Rockville, MD.

Wati, Fatna Andika.2010. Pengaruh Air Perasan Kulit Jeruk


Manis (Citrus Aurantium Sub Spesies Sinensis) Terhadap
Tingkat Kematian Larva Aedes Aegypti Instar Iii In Vitro.Uns

Anda mungkin juga menyukai