MODUL IV
PPEMERIKSAAN AIR
I. Tujuan
Melihat tingkat pencemaran di lingkungan perairan outlet Danau Puspa oleh kotoran (feses)
dengan mengecek bakteri koliform (Escherichia coli) yang ada di dalamnya menggunakan uji
penduga, uji penguat, uji pelengkap dan dengan metode Most Probable Number (MPN).
2. Alga Biru-Hijau
Alga ini memiliki ciri-ciri tidak punya akar, batang dan daun yang mempunyai fungsi
seperti tumbuhan darat pada umunya, memiliki bentuk uniseluler filament yang
mengelilingi tubuhnya banyak diselimuti dengan lendir. Selain itu, wujud alga terdiri dari
batang yang disebut thallus dan umumnya hidup secara bebas di air atau bersimbiosis
dengan jasad lain. Contohnya: Nostocales dan Stigonematales.
Gambar 2. Alga Biru-Hijau Nostocales
Sumber: protist.i.hosei.ac.jp
3. Fungi
Mikroorganisme jenis ini hidup tersebar luas dengan memiliki ciri-ciri berbentuk
uniseluler, umumnya berbentuk filament atau serat yang disebut miselia atau hifa.
Contohnya: Saprolegnia sp.
4. Mikroalgae
Mikroalgae adalah alga berukuran mikro yang biasa dijumpai di air tawar dan air
laut. Mikroalgae merupakan spesies uniseluler. Contoh dari mikroalgae yaitu salah satu
spesies dari Cyanobacterium dan Dinoflagellata.
5. Virus
Virus memiliki beberapa bentuk seperti bentuk batang pendek, batang panjang, bulat,
serta berbentuk polihedral. Ukuran virus lebih kecil daripada bakteri dan hanya memiliki
satu jenis asam nukleat. Contoh: virus Coli-flag
6. Protozoa
Protoza merupakan Protista unisel, mikroskopis, berukuran yang bervariasi antara 10-
500 mikron, hidup sebagai satu individu serta ada pula yang berkoloni. Contohnya:
Cryptocaryon irritans.
2.3.2 Fungsi
Bioindikator organisme atau bisa disebut juga indikator biologi organisme
digunakan untuk menilai secara makro perubahan keseimbangan ekologi, khususnya
ekosistem akibat pegnaruh limbah. Jika dibandingakn dengan penggunakan
parameter fisika maupun kimia, indikator biologi ini dapat memantau secara kontinyu
karena komunitas biota perairan menghabiskan seluruh hidupnya di lingkungan
tersebut, jika terjadi pencemaran akan bersifat akumulatif. Disamping itu bioindikator
merupakan petunjuk yang mudah untuk memantau terjadinya pencemaran.
Mikroorganisme merupakan bioindikator pencemaran air dan salah satunya untuk
menentukan kualitas suatu perairan dan mikroba yang biasa digunakan adalah bakteri
koliform. Fungsi bioindikator dinilai sangat penting untuk mengecek
kualitaslingkungan sehingga dapat dijadikan acuan untuk pengolahan dan perbaikan
lingkungan.
2.3.3 Prasyarat
Syarat pengujian dari beberapa bioindikator pencemaran air antara lain;
- Dapat digunakan untuk berbagai jenis air
- Tidak ada air yang terpolusi
- Mudah diisolasi, mudah diidentifikasi dan mudah dihitung
- Merespon suatu perlakuan serta kondisi lingkungan sekitar
- Kepadatan bioindikator harus berkaitan langsung dengan derajat polusi
- Tersebar secara kosmopolit
- Jumlah dan keberadaannya terpengaruh oleh zat pencemar dan/atau patogen
- Mudah dibudidayakan di laboratorium
- Mempunyai nilai ekonomis
- Mudah dijadikan sebagai sampel
- Mudah menghimpun bahan pencemar
- Mempunyai keberagaman jenis yang sedikit
2.3.4 Contoh
Kali ini pembahasan lebih lanjut pada beberapa contoh bioindikator pencemaran
air sebagai berikut:
1. Bakteri coli
Kehadiran bakteri coli dalam sampel air identik dengan adanya bakteri
patogen. Secara umum kelompok bakteri coli ada dua macam, yaitu pertama
bakteri Escherichia coli merupakan salah satu bakteri yang tergolong koliform
yang hidup normal di dalam kotoran manusia dan hewan sehingga disebut juga
sebagai faecal coliform. Fecal koliform adalah anggotan dari coliform yang
mampu memfermantasi laktosa pada suhu 44,50C dan merupakan bagian yang
paling dominan (97%) pada tinja manusia dan hewan (Effendi, 2003). Kualitas
sanitasi air dan kegunaannya sebagai sumber air minum serta untuk aktivitas
rekreasi, seperti berenang, berperahu, dan memancing ikan dapat dievaluasi
berdasarkan kandungan bakteri coliform tinja (Mau dan Pope 1999). Kedua,
bakteri coli nonfekal (Aerobacterdan Klebsiella).
2. Makrozoobentos
Makrozoobentos sebagai bioindikator kualitas lingkungan air tawar. Ketika
diversitas dan kelimpahannya cukup tinggi dalam suatu perairan tawar, maka
dapat disimpulkan bahwa perairan tawar tersebut belum tercemar. Terdiri dari:
Larva Insceta, Crustacea, Mollusca, Oligochaeta, dan Arachnidae.
Gambar 9. Makrozoobenthos
Sumber: slideplayer.cz
3. Insecta (Capung)
Jumlah capung dewasa yang banyak di sekitar perairan atau komunitas
tertentu menunjukkan bahwa lingkungan tersebut masih alami dan belum
tercemar.
5. Terumbu Karang
Terumbu karang sebagai bioindikator perairan laut yang bersih karena
terumbu karang adalah tempat berindung banyak biota laut. Selain itu, dengan
adanya terumbu karang artinya di laut tersebut keragaman biota laut masih tinggi.
Manfaat terumbu karang adalah sebagai penghasil oksigen sehingga dapat
dipastikan keberadaan terumbu karang akan membuat kehidupan laut bersih dan
sehat.
6. Alga
Alga merupakan indikator pencemaran air yang baik karena berbagai jenis
alga mampu tumbuh pada habitat yang tercemar, mudah diambil sebagai sampel,
dan mudah diidentifikasi. Alga juga bersifat spesifik terhadap bahan pencemar
yang ada di dalam air tersebut.
Pada pemeriksaan air, media pertumbuhan yang digunakan adalah jenis selective media
yang berfungsi untuk mengidentifikasi keberadaan bakteri fekal koliform yang menjadi
bioindikator keberadaan bakteri patogen. Metode pemeriksaan air yang digunakan adalah
metode MPN (Most Probable Number) yang memiliki tiga langkah pengujian dengan
beberapa media kultur mikroorganisme yang beragam. Pada pengujian pertama yaitu
presumptive test yang menggunakan media selektif Lactose Broth (LB). Padapengujian kedua
yaitu confirmed test yang menggunakan media selektif Brillianr Green Lactose Bile Broth
(BGLB). Pada pengujian terakhir yaitu completed test menggunakan tiga media kultur
sebagai vairasi data yaitu Endo Agar (EA), Eosin Methylene Blue Agar (EMBA), dan
Nutrient Agar (NA). Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing media pemeriksaan
air yang digunakan dalam percobaan dengan metode MPN, sebagai berikut:
1. Lactose Broth (LB)
Lactose Broth digunakan sebagai media untuk mendeteksi kehadiran koliform dalam
air, makanan, dan produk susu. Lactose Broth dibuat dengan komposisi 0,3% ekstrak
daging, 0,5% pepton, dan 0,5% laktosa. Kegunaan dari pepton dan ekstrak daging
sebagai sumber nutrisi esensial untuk metabolisme bakteri. Sedangkan fungsi dari laktosa
yaitu sumber karbohidrat untuk bakteri melakukan fermentasi. Jika terbentuk gas, maka
proses fermentasi telah terjadi.
3. Metode tuang
Isolasi menggunakan media cair dengan cara pengenceran. Dasar melakukan
pengenceran adalah penurunan jumlah mikroorganisme sehingga pada suatu saat hanya
ditemukan satu sel di dalam tabung (Winarni, 1997).
Penuangan dilakukan secara aseptik atau dalam kondisi steril agar tidak terjdi
kontaminasi atau tumbuh atau masuknya organisme yang tidak diinginkan (di
laboratorium, kontaminasi biasanya terjadi akibat tumbuhnya kapang, seperti Penicilium
dalam biakan). Media yang dituang hendaknya tidak terlalu panas, karena selain
mengganggu proses penuangan (media panas sebabkan tangan jadi panas juga), media
panas masih mengeluarkan uap yang akan menempel pada cawan penutup, sehingga
mengganggu proses pengamatan. pada metode ini, koloni akan tumbuh di dalam media
agar. Kultur diletakkan terbalik, dimasukkan di dalam plastik dengan diikat kuat
kemudian diletakkan dalam inkubator.
4. Metode tusuk
Metode tusuk yaitu dengan dengan cara meneteskan atau menusukan ujung jarum ose
yang didalamnya terdapat inokolum, kemudian dimasukkan ke dalam media. Metode
Tusuk ini termasuk kedalam media agar tegak dan media cair. (Winarni, 1997).
2.6 Baku Mutu Air
Baku mutu lingkungan hidup didefinisikan sebagai ukuran batas atau kadar mahluk
hidup, zat energi atau komponen yang ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup
(Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2009), sedangkan baku mutu air adalah ukuran
batas atau kadar mahluk hidup, zat energi atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau
unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air.
Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas air
yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjaga agar kualitas air tetap dalam kondisi
alamiahnya. Pengendalian pencemaran air dilakukan untuk menjamin kualitas agar sesuai
dengan baku mutu air melalui upaya pencegahan penanggulangan pencemaran air serta
pemulihan kualitas air (Pemerintah Republik Indonesia, 2001).
KELAS
PARAMETER SATUAN KETERANGAN
I II III IV
FISIKA
Deviasi
0 temperature dari
Temperatur C deviasi 3 deviasi 3 deviasi 3 deviasi 5
keadaan
alamiahnya
KIMIA ANORGANIK
BOD mg/L 2 3 6 12
Angka batas
DO mg/L 6 4 3 0
minimum
Bagi perikanan,
NH3N mg/L 0,5 (-) (-) (-) kandungan
ammonia bebas
untuk ikan yang
peka 0,02 mg/L
sebagai NH3
Boron mg/L 1 1 1 1
Bagi pengolahan
air minum secara
Tembaga mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2
konvensional, Cu
1 mg/L
Bagi pengolahan
air minum secara
Besi mg/L 0,3 (-) (-) (-)
konvensional, Fe
5 mg/L
Bagi pengolahan
air minum secara
Timbal mg/L 0,03 0,03 0,03 1
konvensional, Pb
0,1 mg/L
Bagi pengolahan
air minum secara
Seng mg/L 0,05 0,05 0,05 2
konvensional, Zn
5 mg/L
Bagi pengolahan
air minum secara
Nitrit sbg N mg/L 0,06 0,06 0,06 (-)
konvensional,
NO2N 1 mg/L
Bagi pengolahan
air minum secara
Belerang sbg H2S mg/L 0,002 0,002 0,002 (-) konvensional, S
sbg H2S 0,1
mg/L
MIKROBIOLOGI
RADIOAKTIVITAS
Gross-B Bq/L 1 1 1 1
KIMIA ORGANIK
DDT ug/L 2 2 2 2
Heptachlor dan
ug/L 18 (-) (-) (-)
heptachlor epoxide
Sumber: Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air
2.7 Aplikasi
Kualitas mikroorganisme dalam air yang diolah maupun air baku dalam alam bervariasi,
untuk air yang memiliki peruntukkan sebagai air minum tidak boleh mengandung
mikroorganisme patogen apaun dan harus bebas dari mikroorganisme yang memberi indikasi
pencemaran dari tinja/faeces (Darpito, 1993). Dalam bidang teknik lingkungan, aplikasi dari
percobaan pemeriksaan air ini terdiri dari pemeriksaan air dengan kegunaan sebagai air
minnum, air bersih, serta pemeriksaan air limbah dengan tujuan untuk menghitung jumlah
dari keberadaan koloni mikroorganisme yang terdapat pada air pada suatu perairan yang
diujikan. Selain itu, pemeriksaan air ini melakukan pengujian dengna target mikroorganisme
yang spesifik menjadi pencemar dalam air, dengan contoh yaitu jumlah dari bakteri E.coli
sebagai bioindikator pencemaran air. Selin bakteri E.coli, terdapat beberapa bioindikator
pencemaran air yang lain juga seperti yang dijelaskan pada subbab teori dasar pada
bioindikator pencemaran air.
Dalam hal ini, metode yang dilakukan pada percobaan ini menggunakan metode MPN
(Most Probable Number) dengan memiliki 3 pengujian hingga didapatkan jumlah fecal
koliform sehingga dapat dibandingkan dengan kriteria mutu air berdasarkan kelas pada
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air. Pada aplikasinya pada infrastruktur teknik lingkungan menggunakan
metode pemeriksaan air yang efektif dan efisien sesuai dengan tujuan infrastruktur yang
dibangun, contohnya pada Instalasi Pengolahan Air Bersih melakukan pengecekan total
koliform biasanya dilakukan dari sampel air baku yang digunakan yang kemudian jika air
baku yang digunakan tidak memenuhi standar mutu air baku maka sistem pengolahan
tersebut dapat bekerja dalam mengolah sampel air tersebut. Tingkat pencemaran air pada
suatu perairan merupakan parameter penting yang digunakan sebagai dasar dalam
perancangan suatu unit pengolahan.
Aliran pada seluruh danau ini bermula dari inlet danau Kenanga dan berakhir
pada outlet danau Ulin. Danau-danau KAMPUS ini merupakan danau pembersih yang
difungsikan untuk memperluas area tangkapan hujan di Universitas Indonesia. Selain itu
danau KAMPUS ini berguna sebagai oxygen sink yang dapat melakukan proses self
purification dimana proses ini merupakan sistem pembersihan air secara alami terjadi
karena faktor alam dan komponen alam. Selain itu, pembersihan air secara alami
merupakan sistem natural yang kompleks dan melibatkan proses fisik, kimiawi, dan
biologis secara bersamaan. Badan air buatan ini didesain untuk menjadi self purification
sehingga akan ideal fungsinya jika seiring semakin hilir aliran danau, semakin rendah
tingkat pencemarannya.
1. Botol Sampel
6. Pembakar Spirtus
7. Inkubator
2. Sampel air
1. Jarum Ose
6. Inkubator
1. Alkohol
2. Pembakar spirtus
1. Alkohol
IV. Cara Kerja
4.1 Sampling
Menyimpan
didalam kulkas
Menyemprot meja kerja dan Menyiapkan sampel dan Memberikan nama pada
tangan dengan alkohol menghomogenkannya setiap tabung reaksi berisi
LB ganda dan tunggal
Mengulang percobaan
yang sama untuk 4 tabung
reaksi lainnya yang berisi
LB Tunggal I dan tabung
durham
Mengulang percobaan
yang sama untuk 4
tabung reaksi lainnya
yang berisi LB Tunggal
II dan tabung durham
Langkah I
Presumtive Test
Mengecek dan
Mencatat hasil menentukan tabung
pengamatan positif
Langkah I
Presumtive Test
V. Data Pengamatan
5.1 Presumtive test dan Confirmed Test
Jam pengamatan Presumtive Test : 08.14 WIB (Rabu, 9 November 2016)
Jam pengamatan Confirmed Test : 09.13 WIB (Kamis, 10 November 2016)
Tabel x. Hasil Deret MPN Pada Percobaan Presumtive Test dan Comfirmed Test
Deret MPN Jumlah Bakteri per 100 ml
Danau Lokasi
LB BGLB Total Coli Fecal Coli
5.2 Gambar bentuk pengamatan di media Endo Agar dan EMB Agar
(a)
(b)
Gambar 24. (a) Tabel Nilai MPN G.1; (b) Tabel Nilai MPN G.1 (Cont.)
Sumber: Appendixes
Gambar 25. Perbandingan Jumlah Fecal Coliform di Danau KAMPUS UI dan Danau
Resapannya
VII. Analisis
7.1 Analisis Percobaan
Pada praktikum kali ini yang berjudul Pemeriksaan Air memiliki tujuan melihat tingkat
pencemaran dilingkungan perairan outlet Danau Puspa oleh kotoran (feses) dengan mengecek
bakteri koliform (Escherichia coli) yang ada didalamnya menggunakan uji penduga, uji penguat, uji
pelengkap dan dengan metode Most Probable Number (MPN). Percobaan kali ini dilakukan pada
titik inlet, tengah, dan outlet di Danau KAMPUS (Kenanga, Agathis, Mahoni, Puspa, Ulin, dan
Salam) UI dengan kelompok yang berbeda-beda tiap titik pengambilan. Halini bertujuan agar dapat
membandingkan hasil yang didapatkan dari setiap kelompok dari berbagai titik pada sampel yang
diambil. Kelompok kami mendapatkan bagian pengambilan sampel di outlet Danau Puspa UI.
Pengambilan sampel dilakukan pada hari Jumat, 4 November 2016 pukul 10.44 WIB dengan
menggunakan botol sampel dan tali rafia yang sebelumnya sudah diambil di laboratorium. Botol
sampel yang digunakan untuk mengambil sampel sebelumnya dijenuhkan terlebih dahulu dengan
cara mengambil sedikit air dari permukaan danau tersebut kemudian menghomogenkannya dan
membuang airnya ke titik lain. Hal ini bertujuan agar memastikan bahwa material lain yang
sebelumnya terdapat dalam botol sampel tidak tercampur dengan sampel yang akan digunakan
untuk pengujian. Kemudian bantuan lainnya untuk mengambil sampel menggunakan tali rafia
karena pada outlet Danau Puspa yang tidak dapat dijangkau menggunakan tangan praktikan
sehingga membutuhkan tali rafia yang diikat pada botol sampel untuk pengambilan sampelnya.
Kemudian, praktikan mengambil sampel dengan membenamkan botol hingga kedalaman 10-20 cm
dari permukaan air. Setelah air sudah terpenuhi dalam botol hingga gelembung udara dari
permukaan air keluar, maka praktikan menutup botol sampel yang sudah penuh hingga tertutup
sempurna. Hal yang harus diperhatikan saat menutup botol sampel yang dilakukan dengan cara
menutupnya saat botol sampel masih berada di bawah permukaan air dan botol sampel tidak boleh
diangkat ke atas permukaan sebelum air memenuhi botol. Hal ini bertujuan agar volume air dalam
botol dapat terisi penuh dan tidak ada ruang untuk udara sehingga tidak ada kontaminasi oleh
material lain yang ikut tercampur dalam sampel yang akan digunakan. Dalam hal ini, praktikan
tidak menutup botol sampel di bawah permukaan air dan hal ini akan dijelaskan pada analisis
kesalahan. Setelah itu, melakukan proses pemindahan sampel ke tempat penyimpanan dengan
syarat botol sampel harus terhindar dari cahaya matahari langsung sehingga dibutuhkan plastik
pelindung atau wadah untuk memindahkan botol sampel tersebut dari tempat pengambilan menuju
tempat penyimpanan. Hal ini bertujuan agar mikroorganisme dalam botol sampel tidak kontak
langsung dengan matahari sehingga mikroorganisme tersebut tidak dapat bereaksi dengan cahaya
matahari.
Percobaan ini menggunakan metode MPN (Most Probable Number) yang memiliki tiga kali
pengujian sampel yaitu uji penduga (Presumtive test), uji penguat (Confirmed Test), dan uji
pelengkap (Completed Test). Uji pertama yang dilakukan yaitu uji penduga (Presumtive Test) yang
bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri koliform yang terdapat pada sampel menggunakan larutan
Lactose Broth dan tabung durham. Hal pertama yang harus dilakukan sebelum memasuki
laboratorium, praktikan harus menggunakan jas laboratorium, alas kaki sandal beserta kaus kaki,
dan masker. Hal ini dilakukan untuk memathui peraturan umum yang harus dilakukan oleh semua
praktikan yang akan melakukan percobaan di laboratorium. Fungsi dari penggunaan masker dan jas
laboratorium adalah untuk melindungi pakaian dan tubuh agar tidak berkontak langsung dengan
bahan kimia atau bahan lainnya selama melakukan praktikum. Sedangkan fungsi dari penggunaan
kaus kaki dan sandal agar menutupi jari-jari kaki sehingga melindungi dari tumpahan atau ceceran
bahan berbahaya. Kemudian praktikan menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan, lalu praktikan
menyemprot meja laboratorium dan tangan praktikan menggunakan alkohol. Hal ini bertujuan agar
saat percobaan berlangsung, tidak terjadinya kontaminasi oleh mikroorganisme yang berada di
lingkungan sekitar karena dapat mempengaruhi data percobaan yang dihasilkan. Selanjutnya
praktikan menyiapkan sampel yang akan digunakan dan menghomogenkannya. Hal ini dilakukan
agar semua mikroorganisme dalam botol sampel dapat tercampur dan tidak ada yang mengendap
setelah didiamkan selama 3 hari di tempat penyimpanan. Kemudian praktikan menyalakan spiritus
menggunakan korek api. Pembakar spiritus digunakan untuk mensterilisasikan alat-alat seperti
tabung reaksi dan cawan petri serta menciptakan kondisi steril pada laboratorium. Sebelum
mengambil sampel, praktikan memberikan nama pada 15 tabung reaksi yang sudah disiapkan
sebelumnya dengan 5 tabungnya berisi media kultur Lactose Broth Ganda dan tabung durham serta
10 tabung lainnya berisi media kultur Lactose Broth Tunggal dan tabung durham dengan
menggunakan label nama sehingga tidak tertukar dengan kelompok lain. Variasi dalam penggunaan
media kultur berfungsi untuk mengetahui hubungan faktor pengenceran dengan jumlah bakteri yang
dibiakkan. Sedangakan tabung durham yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi bertujuan untuk
menangkap gelembung udara yang terbentuk saat sampel diinkubasi. Kemudian dari 15 tabung
reaksi setiap 5 tabungnya diberikan nama yang sesuai dengan tiga variasi volume sampel yang
diberikan yaitu 5 mL sampel untuk 5 tabung reaksi dengan media kultur Lactose Broth Ganda, 0,5
mL sampel untuk 5 tabung reaksi dengan media kultur Lactose Broth Tunggal pertama dan 0,05
mL sampel untuk tabung reaksi dengan media kultur Lactose Broth Tunggal kedua. Variasi volume
sampel yang dimasukkan menunjukkan variasi tingkat pengenceran yang diberikan sehingga
meningkatkan probabilitas jumlah mikroorganisme target yang akan dihitung. Setelah itu, praktikan
mengambil sampel sebanyak volume pertama yang digunakan yaitu sebesar 0,5 mL dari botol
sampel menggunakan pipet 5 mL yang sebelumnya sudah dipasang pipet tipnya. Kemudian
praktikan mengambil tabung reaksi berisi Lactose Broth Ganda dan tabung durham lalu membuka
kapasnya dan memanaskan mulut tabung reaksi sebeum dimasukkan sampel, hal ini bertujuan agar
menghindari kontaminasi oleh mikroorganisme yang berada di lingkungan sekitar. Kemudian
praktikan memasukkan sampel ke dalam tabung reaksi. Selama pengerjaan semua tabung reaksi
harus didekatkan pada api ntuk memastikan percobaan dalam kondisi steril sehingga tidak terjadi
kontaminasi. Lalu memanaskan mulut tabung kembali dan menutup tabung dengan kapas dengan
tujuan yang sama serta menghomogenkan tabung dengan menepuk bagian bawah tabung reaksi ke
telapak tangan praktikan. Penghomogenan sampel berfungsi agar sampel yang berisi
mikroorganisme dapat tercampur sempurna dalam media kultur. Kemudian, melakukan langkah
pengerjaan yang sama dengan sebelumnya untuk 4 tabung reaksi lainnya yang berisi media kultur
Lactose Broth Ganda serta pada 10 tabung reaksi sisanya yang berisi media kultur Lactose Broth
Tunggal hanya dengan perbedaan pada volume sampel sebanyak 0,5 mL pada media kultur LB
Tunggal pertama dan volume sampel sebanyak 0,05 mL pada media kultur LB Tunggal kedua. Lalu
menginkubasi seluruh tabung reaksi tersebut ke dalam inkubator pada suhu 370C selama 48 jam.
Pengamatan dalam penentuan tabung positif ini dilakukan setelah kurang lebih 48 jam pada suhu
370C dikarenakan banyaknya coliform dapat memfermentasi laktosa dengan membentuk gas dalam
waktu dan suhu tersebut.
Setelah kurang lebih 48 jam, praktikan mengambil seluruh tabung reaksi dan mengamati
perubahan yang terjasi serta menentukan tabung positif . Terdapat tiga hal yang harus diamati pada
tabung reaksi tersebut yaitu pertumbuhan bakteri, pembentukan asam dan pembentukan gas.
Pertumbuhan bakteri dapat diamati dari perubahan warna dari media kultur yang sudah tercampur
dengan mikroorganisme dalam sampel pada percobaan uji penduga. Pada pembentukan asam sama
halnya dengan pertumbuhan bakteri dengan mengamati perubahan warna yang terjadi pada media
kultur dalam tabung reaksi. Tabung positif dapat dilihat dari perubahan warna yang menjadi lebih
keruh dibandingkan dengan tabung lainnya. Kemudian, untuk pembentukan gas dapat diamati dari
tabung durham yang berada didalam tabung reaksi dan untuk menentukan tabung positif dengan
cara melihat terdapat gelembung udara dalam tabung durham yang artinya terdapat gas yang
terperangkap dalam tabung durham. Selain itu, ciri-ciri tabung positif lainnya pada tabung durham
sedikit naik dan tidak tenggelam dalam media seakan terdapat tekanan gas dari bawah yang
mengangkat tabung durham. Setelah diamati, praktikan mendapatkan jumlah tabung positif dengan
ciri-ciri diatas yaitu seluruh tabung reaksi berjumlah 15 dengan 3 variasi media kultur merupakan
tabung positif.
Selanjutnya semua tabung positif tersebut digunakan untuk pengujian kedua yaitu uji penguat
(Confirmed Test). Seperti pada percobaan sebelumnya, praktikan menyiapkan alat dan bahan yang
diperlukan, lalu praktikan menyemprot meja laboratorium dan tangan praktikan menggunakan
alcohol dan menyalakan pembakar spiritus. Hal ini bertujuan agar saat percobaan berlangsung,
tidak terjadinya kontaminasi oleh mikroorganisme yang berada dilingkungan sekitar karena dapat
mempengaruhi data percobaan yang dihasilkan. Kemudian praktikan memberikan nama pada
tabung berisi kultur media BGLB (Brilliant Green Lactose Bile Broth) dan tabung durham
sebanyak jumlah tabung positif yang ada. Pada pengujian kali ini, kultur media yang digunakan
adalah BGLB karena kultur media ini merupakan selective media yang dengan spesifik
membiakkan bakteri fecal koliform. BGLB disebut sebagai media yang selektif karena
mengandung bahan-bahan tertentu seperti empedu yang akan menignkatkan pertumbuhan bakteri
fecal koliform dan menghambat pertumbuhan mikroba lain yang tidak diinginkan dalam suatu
spesimen. Lalu praktikan membakar jarum ose hingga membara, kemudian mencelupkannya ke
dalam alkohol dan mengeringkan jarum ose dekat api. Hal ini bertujuan untuk sterilisasi jarum ose
agar tidak adanya mikroorganisme lain pada jarum ose saat digunakan. Kemudian praktikan
mengambil tabung positif yang sudah diamati sebelumnya dan membuka kapasnya serta
memanaskan mulut tabung terlebih dahulu agar tidak terkontaminasi oleh mikroorganisme yang
berada dilingkungan sekitar. Lalu mengambil 1 ose dari tabung positif hingga terdapat gelembung
pada ujung ose yang berbentuk bulat kemudian memanaskan kembali tabung positif sebelum
ditutup dengan kapas. Setelah itu, mengambil tabung berisi media BGLB diambil dan membuka
kapasnya serta memanaskan mulut tabung dengan tujuan yang sama. Kemudian memasukkan 1 ose
ke tabung berisi media BGLB tersebut. Lalu memanaskan tabung berisi media BGLB dan
menutupnya dengan kapas serta menghomogenkannya dengan cara menepuk bagian bawah tabung
ke telapak tangan praktikan. Pengerjaan dilakukan didekat api agar menciptakan kondisi steril.
Penghomogenan pada tabung bertujuan agar sampel yang dimasukkan dapat tercampur sempurna
dengan media BGLB tersebut. Setelah itu, praktikan melakukan langkah pengerjaan yang sama
untuk setiap tabung positif yang tersisa. Kemudian menginkubasi seluruh tabung yang sudah
diberikan 1 ose sampel ke media BGLB ke dalam inkubator pada suhu 370C selama 24 jam. Setelah
24 jam, praktikan mengambil tabung reaksi dalam inkubator untuk mengamati dan menentukan
tabung positif kembali.
Sampel yang telah diinkubasi dari uji penguat tersebut diamati kembali 3 hal seperti uji penduga
sebelumnya yaitu pertumbuhan bakteri, pembentukan asam dan pembentukan gas dengan syarat
penentuan tabung positif yang sama dengan uji penduga. Setelah itu didapatkan tabung positif yang
dihasilkan dari uji penguat adalah 4 tabung positif dengan media kultur LB Ganda, 5 tabung positif
dengan media kultur LB Tunggal pertama, dan 5 tabung positif dengan media kultur Tunggal
kedua. Setelah itu dari ke-14 tabung positif yang dihasilkan pada uji penguat, praktikan mengambil
1 tabung paling positif dengan ciri-ciri tabung positif yang paling menonjol seperti memiliki
perubahan warna yang paling keruh yang artinya pembentukan bakteri yang lebih banyak dari yang
lainnya dan pembentukan asam yang paling asam dibandingkan dengan yang lainnya serta memiliki
gelembung udara yang paling besar dan pada tabung durhamnya sedikit naik yang artinya
pembentukkan gas yang besar. Maka dari itu, praktikan memilih tabung positif dari media LB
Ganda yang paling positif. Kemudian seperti pada percobaan sebelumnya, praktikan menyiapkan
alat dan bahan yang diperlukan, lalu praktikan menyemprot meja laboratorium dan tangan praktikan
menggunakan alcohol dan menyalakan pembakar spiritus. Hal ini bertujuan agar saat percobaan
berlangsung, tidak terjadinya kontaminasi oleh mikroorganisme yang berada dilingkungan sekitar
karena dapat mempengaruhi data percobaan yang dihasilkan. Lalu praktikan membakar jarum ose
hingga membara dan mencelupkannya ke dalam alkohol serta mengeringkannya dekat api. Hal ini
bertujuan sama dengan sebelumnya yaitu untuk sterilisasi jarum ose tersebut. Setelah itu, praktikan
mengambil tabung paling positif dan membuka kapasnya serta memanaskan mulu tabung dengan
tujuan yang sama dengan sebelumnya. Kemudian praktikan mengambil 1 ose dari tabung paling
positif hingga terdapat gelembung pada ujung ose yang berbentuk bulat, lalu memanaskan kembali
tabung paling positif dan menutupnya dengan kapas. Kemudian praktikan mengambil cawan petri
berisi media Endo Agar lalu memanaskan pinggir cawan petri dekat api dan membukanya perlahan.
Selanjutnya praktikan memulai menginokulasi 1 ose sampel pada media Endo Agar dengan cara
yang sudah dijelaskan sebelumnya dalam menginokulasi ke media. Cara penyebaran sampel pada
media yaitu dengan 5 kali men-streak media menggunakan jarum ose secara memutar dan sebelum
memulai streak, cawan petri diberikan label nama untuk pembagian setiap streak-nya. Streak
pertama dilakukan pada 1 ose sampel dengan men-streak yang rapat dan penuh pada pada bagian
atas cawan petri sekitar sepertiga bagian cawan petri. Kemudian dilanjutkan dengan mensterilkan
jarum ose terlebih dahulu dengan membakar jarum ose hingga membara dan mencelupkannya ke
dalam alkohol serta mengeringkannya dekat api. Selanjutnya streak kedua dilakukan dengan
menarik pada bagian atas kanan sampel dari streak pertama ke arah bawah sebanyak 4 kali.
Kemudian mensterilkan kembali jarum ose dengan cara yang sama dengan sebelumnya dan
memulai streak ketiga dengan menarik pada bagian bawah sampel dari streak kedua ke arah kiri
sebanyak 3 kali. Kemudian mensterilkan kembali jarum ose dengan cara yang sama dengan
sebelumnya dan memulai streak keempat dengan menarik bagian bawah kiri sampel dari streak
ketiga ke arah atas sebanyak 2 kali serta memperhatikan saat streak ini tidak mengenai streak
pertama pada bagian atas sampel. Terakhir, mensterilkan kembali jarum ose dengan cara yang sama
dengan sebelumnya dan men-streak terakhir dengan menarik bagian atas dari streak keempat ke
tengah media sebanyak 1 kali. Proses men-streak ini bertujuan untuk mendapatkan sampel
mikroorganisme yang berkoloni tunggal sehingga dapat diambil untuk uji selanjutnya yaitu uji
pelengkap. Selain media Endo Agar, praktikan juga menggunakan media EMB Agar. Kedua media
ini merupakan media kultur yang berfungsi sebagai selective media yang berperan dalam
mengidentifikasi keberadaan Escherichia coli. Pengerjaan pada cawan petri berisi media EMB
Agar sama dengan pengerjaan untuk cawan petri berisi media Endo Agar. Selanjutnya, kedua
cawan petri berisi media EA dan EMBA dilapisi dengan plastik pengerat pada pinggirnya agar
tidak terkontaminasi dengan mikroorganisme lain di lingkungan sekitar kemudian diinkubasi pada
suhu 370C selama 24 jam.
Setelah dinkubasi, praktikan mengamati cawan petri yang berisi EMBA akan mengalami
perubahan warna menjadi hijau metalik sedangkan pada cawan petri yang berisi Endo Agar akan
mengalami perubahan warna menjadi pink metalik. Perubahan warna ini menunjukkan bahwa
sampel yang digunakan positif mengandung bakteri fecal koliform yaitu Escherichia coli.
Kemudian dilanjutkan dengan pengujian terakhir yaitu uji pelengkap. Seperti pada percobaan
sebelumnya, praktikan menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan, lalu praktikan menyemprot
meja laboratorium dan tangan praktikan menggunakan alcohol dan menyalakan pembakar spiritus.
Hal ini bertujuan agar saat percobaan berlangsung, tidak terjadinya kontaminasi oleh
mikroorganisme yang berada dilingkungan sekitar karena dapat mempengaruhi data percobaan
yang dihasilkan. Sampel yang didapatkan dari cawan petri berisi media EMBA dan EA kemudian
diambil 1 ose mikroorganisme yang berkoloni tunggal dengan warna yang sesuai dengan masing-
masing media. Setelah itu, mengambil tabung reaksi berisi NA miring dan memanaskan mulut
tabung terlebih dahulu kemudian menginokulasi ke dalam tabung reaksi berisi NA miring dengan
cara menyebarkan 1 ose sampel secara zigzag dimulai pada bagian bawah dan berakhir dengan
tarikan lurus ke atas. Lalu memanaskan kembali mulut tabung dan menutupnya dengan kapas.
Kedua tabung reaksi diberikan label nama untuk menandakan sammpel yang digunakan pada media
EA dan EMBA yang di-streak. Setelah kedua sampe selesai di-streak, kemudian menginkubasi ke
dalam inkubator pada suhu 44,50C selama kurang lebih 48 jam. Hal yang harus diperhatikan dari
seluruh pengujian mulai dari pengujian pertama hingga yang ketiga adalah mengerjakan didekat api
untuk mencegah kotaminasi pada sampel yang sedang diuji. Setelah diinkubasi, sampel dari media
NA miring ini akan digunakan untuk percobaan selajutnya dengan tujuan yang berbeda yaitu
percobaan berjudul Pewarnaan Gram.
VIII. Kesimpulan
Percobaan ini memiliki beberapa kesimpulan dianataranya sebagai berikut:
Percobaan yang bertujuan untuk melihat tingkat pemcemaran suatu perairan menggunakan
metode Most Probable Number (MPN) dengan 3 langkah pengujian yaitu uji penduga, uji
penguat, dan uji pelengkap berhasil dilaksanakan
Jumlah MPN total koliform pada outlet Danau Puspa adalah sebesar 1600 / 100 ml atau 16 / ml.
Jumlah MPN fecal koliform pada outlet Danau Puspa adalah sebesar 81 / 100 ml atau 0,81 / ml.
Perbandingan jumlah total koliform pada percobaan dengan kriteria mutu air berdasarkan kelas
pada Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, dapat disimpulkan bahwa total koliform di outlet Danau Puspa
termasuk kelas II dengan peruntukkan perairan sebagai rekreasi air, bubidaya ikan tawar,
peternakan serta mengairi tanaman.
Perbandingan jumlah fecal koliform pada percobaan dengan kriteria mutu air berdasarkan kelas
pada Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, dapat disimpulkan bahwa fecal koliform di outlet Danau Puspa
termasuk kelas I dengan peruntukkan perairan sebagai air baku air minum.
Kenyataannya, pada outlet Danau Puspa tidak sama sekali diperuntukkan untuk air minum
maka dari itu percobaan ini masih harus ditindaklanjuti dengan melakukan pemeriksaan air
dengan metode lain atau mengecek parameter lain yang digunakan dalam pengelolaan kualitas
air.
Kesimpulan dari semua data praktikan yang menggunakan sampel pada danau KAMPUS UI
dan danau resapannya adalah nilai fecal koliform tertinggi terhitung pada inlet Danau Kenanga
yang merupakan aliran awal danau KAMPUS UI dan outlet Danau Aghatis dengan jumlah
fekal koliform sebesar 1600 / ml, sedangkan nilai terendah terhitung pada outlet Danau Ulin
yang merupakan berakhirnya aliran danau KAMPUS UI berada pada outlet Danau Ulin ini
dengan jumlah fecal koliform sebesar 4 / 100ml, sehingga fungsi dari danau KAMPUS UI yang
secara alami dapat menjadi self purification masih berjalan dengan baik hingga saat ini.
IX. Saran
1. Penggunaan jas laboratorium, alas kaki sandal dan kaus kaki, serta masker untuk praktikan
didalam ruang laboratorium pada saat melakukan praktikum.
2. Membawa tissue, lap, dan label ke dalam ruang laboratorium untuk antisipasi dalam penandaan
alat ataupun pembersihan alat yang digunakan saat percobaan selesai.
3. Selalu perhatikan dan berhati-hati pada saat menekan pipet untuk mengambil dan memasukkan
sampel atau larutan agar terhindar dari kesalahan dalam percobaan.
4. Pengambilan sampel di suatu perairan dilakukan secara hati-hati agar tidak menimbulkan hal-
hal yang tidak diinginkan serta memperhatikan langkah pengerjaan pada saat sampling.
5. Jika tempat pengambilan sampel tidak dapat menggunakan tangan praktikan, maka gunakan tali
pengikat botol sampel serta gunakan beban apapun jika botol sampel memiliki berat yang
cukup ringan sehingga tidak dapat masuk ke bawah permukaan air dan harus diberikan
pemberat.
6. Pengambilan 1 ose pada media dilakukan secara hati-hati dan perlahan karena jika tidak hati-
hati dan perlahan maka gelembung dalam ose akan pecah dan hilang sehingga harus dilakukan
pengulangan pengambilan 1 ose pada media.
X. Daftar Pustaka
Aditha, Lasinrang. 2014. Laporan Lengkap Praktikum Mikrobiologi (Uji Biokimia IMVIC).
file:///C:/Users/windows%208/Downloads/Laporan_Praktikum_Mikrobiologi_Uji_Bioki.pdf
(Diakses pada Rabu, 16 November 2016 pukul 16.16 WIB)
Anonim. 2016. Jenis Media Agar yang Digunakan Dalam Analisa Coliform.
http://www.pintarbiologi.com/2016/03/jenis-media-agar-yang-digunakan-dalam-analisa-
coliform.html (Diakses pada Selasa, 15 November 2016 pukul 3.14 WIB)
Atmojo, Andi Tri. 20. Media Endo Agar. http://medlab.id/media-endo-agar/ (Diakses pada Selasa,
15 November 2016 pukul 3.46 WIB)
Dipa. 2008. Penelitian Keberadaan Bakteri Patogen di Kawasan Tambak Teluk Payau Kabupaten
Banyuasin Sumatera Selatan.
https://unsri.ac.id/upload/arsip/DIPA%20Penelitian%20(Rozirwan%20edit).rtf (Diakses pada
Rabu, 16 November 2016 pukul 16.17 WIB)
Gusniani, Irma. Dkk. 2009. Modul Praktikum Mikrobiologi Lingkungan (ENV31006). Depok:
Laboratorium Teknik Penyehatan dan Lingkungan Program Studi Teknik Lingkungan
Universitas Indonesia.
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air.
Sunardi. 2014. Karya Tulis Ilmiah Pemeriksaan MPN Bakteri Coliform dan Coli Tinja pada Jamu
Gendong yang Dijual di Pasar Besar Kota Palangkaraya.
http://www.umpalangkaraya.ac.id/perpustakaan/digilib/files/disk1/7/123-dfadf-sunardinpm-
328-1-ktisuna-1.pdf (Diakses pada Selasa, 15 November 2016 pukul 1.55 WIB)
XI. Lampiran
Satu lembar bagan salah
Satu lembar bagan benar (lembar praktikum)