Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN

MODUL IV
PPEMERIKSAAN AIR

Nurannisa Shaleha (1406532236)


Yudi Hadisaputra (1406571161)

Asisten Modul : Urip Riyadi


Tanggal Praktikum : 7, 9, 10, 11 12 November 2016
Tanggal Disetujui :
Nilai Laporan :
Paraf Asisten :

LABORATORIUM TEKNIK PENYEHATAN LINGKUNGAN


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2016
MODUL IV
PEMERIKSAAN AIR

I. Tujuan
Melihat tingkat pencemaran di lingkungan perairan outlet Danau Puspa oleh kotoran (feses)
dengan mengecek bakteri koliform (Escherichia coli) yang ada di dalamnya menggunakan uji
penduga, uji penguat, uji pelengkap dan dengan metode Most Probable Number (MPN).

II. Teori Dasar

2.1 Mikroorganisme Di Perairan


Lingkungan di perairan termasuk air laut, air payau (peralihan air tawar ke air laut), dan
air tawar dengan memiliki populasi mikroorganisme yan grelatif lebih rendah, di lingkungan
pantai populasi mikroorganisme terdapat lebih banyak, hal ini dikarenakan lingkungan pantai
kaya akan nutrient yang berasal dari daratan (Juaini Anggraini, 2013). Pada lingkungan
perairan terdapat mikroorganisme yang terdiri dari beberapa kelompok berdasarkan sifat
tropiknya, yaitu sebagai berikut:
1. Bakteri
Bakteri yang hidup di perairan umunya memiliki ciri-ciri uniseluler, tidak memiliki
klorofil, berkembangbiak dengan pembelahan sel secara transversal atau biner, sebagian
besar (kurang lebih 80%) berbentuk batang, Gram negatif, dan bergerak secara aktif.
Hidup bakteri dalam perairan bersifat saprofitik pada sisa buangan hewan atau tanaman
yang sudah mati, selain itu ada juga yang bersifat parasitik pada manusia, hewan, dan
tanaman yang dapat menyebabkan penyakit. Contohnya: Pseudomonas, Bacterium, dan
Vibrio.

Gambar 1. Bakteri Pseudomonas


Sumber: v2.pseudomonas.com

2. Alga Biru-Hijau
Alga ini memiliki ciri-ciri tidak punya akar, batang dan daun yang mempunyai fungsi
seperti tumbuhan darat pada umunya, memiliki bentuk uniseluler filament yang
mengelilingi tubuhnya banyak diselimuti dengan lendir. Selain itu, wujud alga terdiri dari
batang yang disebut thallus dan umumnya hidup secara bebas di air atau bersimbiosis
dengan jasad lain. Contohnya: Nostocales dan Stigonematales.
Gambar 2. Alga Biru-Hijau Nostocales
Sumber: protist.i.hosei.ac.jp

3. Fungi
Mikroorganisme jenis ini hidup tersebar luas dengan memiliki ciri-ciri berbentuk
uniseluler, umumnya berbentuk filament atau serat yang disebut miselia atau hifa.
Contohnya: Saprolegnia sp.

Gambar 3. Saprolegnia sp.


Sumber: protist.i.hosei.ac.jp

4. Mikroalgae
Mikroalgae adalah alga berukuran mikro yang biasa dijumpai di air tawar dan air
laut. Mikroalgae merupakan spesies uniseluler. Contoh dari mikroalgae yaitu salah satu
spesies dari Cyanobacterium dan Dinoflagellata.

Gambar 4. Mikroalgae jenis Dinoflagellata


Sumber: protist.i.hosei.ac.jp

5. Virus
Virus memiliki beberapa bentuk seperti bentuk batang pendek, batang panjang, bulat,
serta berbentuk polihedral. Ukuran virus lebih kecil daripada bakteri dan hanya memiliki
satu jenis asam nukleat. Contoh: virus Coli-flag
6. Protozoa
Protoza merupakan Protista unisel, mikroskopis, berukuran yang bervariasi antara 10-
500 mikron, hidup sebagai satu individu serta ada pula yang berkoloni. Contohnya:
Cryptocaryon irritans.

Gambar 5. Cryptocaryon Irritans


Sumber: wetwebmedia.com

2.2 Metode Pemeriksaan Air


1. Mede MPN (Most Probable Number)
MPN adalah suatu metode perhitungan mikroorganisme berdasarkan data kualitatif
hasil pertumbuhan mikrooganisme pada medium cair sepsifik dalam seri tabung untuk
memperoleh kisaran data kuantitatif jumlah mikrooganisme tersebut. MPN merupakan
suatu metode uji pengenceran bertingkat (serial dilution) untuk mengukur konsentrasi
mikroorganisme target dengan perkiraan.
Metode MPN (Most Probable Number) umumnya digunakan untuk menghitung
jumlah bakteri khususnya untuk mendeteksi adanya bakteri koliform yang merupakan
kontaminan. Ciri-ciri utamanya yaitu bakteri gram negatif, batang pendek, tidak
membentuk spora, memfermentasi laktosa menjadi asam dan gas yang dideteksi dalam
waktu 24 jam inkubasi pada 37C. Penentuan fekal koliform menjadi indikator
pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan
bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi koliform jauh lebih murah, cepat, dan sederhana
dari pada mendeteksi bakteri patogenik lain. Contoh bakteri fecal koliform adalah E.Coli
(Arthur dalam Isti, 2010). Uji fekal koliform secara lengkap meliputi uji penduga, uji
penguat, dan uji pelengkap. Ada dua cara yang dapat digunakan untuk menghitung
koliform MPN (Most Probable Number) secara sensitif didalam minuman yaitu metode 7
tabung dan 15 tabung (Imam et all, 1999).

Gambar 6. Langkah Pengerjaan Metode Pengenceran Bertingkat


Sumber: www.umpalangkaraya.ac.id
Selain itu, pada metode ini yang diperhitungkan adalah nilai MPN yang didapatkan
dari tabel yang disertakan pada bagian pengolahan data serta mengamati pertumbuhan
bakteri, pembentukan asam, dan pembentukan gas melalui tiga pengujian tersebut.
2. Metode IMVIC (Indol, Methyl Red, Voges Proskauer, and Citrate)
Penjelasan dari masing-masing uji pada metode IMViC adalah sebagai berikut;
(Hadietomo, 1993)
1. Uji indol
Uji indol ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam proses pertumbuhannya
bakteri dapat membentuk indol dari asam amino esensial triptofan (Lay, 1994). Uji
indol ini memiliki langkah pengerjaan singkat yaitu mengisolasi bakteri yang sudah
diinokulasi ke dalam medium nutrient gelatin pada tabung reaksi secara aspetik,
kemudian diinkubasi pada suhu 370C selama 24-48 jam. Setelah diinkubasi, menetesi
dengan 10 tetes reagen Kovacs dan uji bernilai positif merupakan indikasi bahwa
bakteri mampu memecah asam amino tryptopan dengan pembentukan warna merah
pada permukaan medium.
2. Uji Methyl Red
Methyl Red adalah indikator asam-basa yang berubah menjadi merah dalam
medium yang sedikit asam. Uji ini memiliki langkah pengerjaan yaitu pertama
mengisolai bakteri diinokulasi pada medium MR-VP, kemudian diinkubasi pada suhu
37oC selama 24-48 jam, tiap-tiap tabung ditambahkan 3-4 tetes indikator metil
merah. Bila warna medium berubah menjadi merah, artinya terbentuk asam.
Escherichia coli membentuk banyak asam dan adalah positif terhadap metil merah.
Metil merah adalah suatu indikator yang akan menunjukan warna merah bila pH ada
di bawah 4. Hasil test positif ditandai dengan terbentuknya warna merah, sedangkan
warna kuning menunjukan hasil negatif. Pada uji ini sebelumnya ditambahkan reagen
MR (0,4% dalam alkohol 96%) kedalamnya untuk dapat mengetahui reaksi warna
(Sahdan, 2010).
3. Uji Voges Proskauer
Uji ini memiliki langkah pengerjaan yaitu biakan ditanam pada medium MR-VP,
kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 24-48 jam, masing-masing tabung
ditambahkan 10 tetes barrit A dan barrit B. Tabung dikocok selama 20-30 detik. Uji
akan bernila positif jika terbantuk warna merah muda yang merupakan indikasi
bahwa bakteri mampu memfermentasikan glukosa dan membentuk asam hingga pH
media menjadi 5 atau lebih rendah. Jika selama 20-30 detik medium belum berubah
warna, maka hasil pengamatan dilakukan selama 15 menit.
4. Uji Sitrat
Uji ini memiliki langkah pengerjaan yaitu mengisolai diinokulasi pada medium
Simmons Citrate Agar dalam tabung reaksi secara vertikal, kemudian diinkubasi
pada suhu 37oC selama 24-48 jam dan diamati perubahan yang terjadi. Uji bernilai
positif bila terjadi perubahan warna medium dari hijau menjadi biru yang merupakan
indikasi bahwa bakteri mampu menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber
energi.
Gambar 7. Contoh Hasil Uji IMViC
Sumber: slideplayer.info

2.3 Bioindikator Pencemaran Air


2.3.1 Definisi
Pencemaran air dapat terjadi akibat masuknya atau dimasukkannya bahan
pencemar dari berbagai kegiatan, seperti rumah tangga, pertanian, industri Akibat
pencemaran tersebut kualitas air dapat menurun hingga tidak memenuhi persyaratan
peruntukan yang ditetapkan. Penurunan kualitas air akibat pencemaran, seperti yang
terjadi di sungai-sungai dapat mengubah struktur komunitas organisme akuatik yang
hidup. Jika lingkungan berada di bawah suatu tekanan maka keanekaan jenis akan
menurun pada suatu komunitas. Pencemaran kualitas air dapat diketahui dari kondisi
komunitas biota akuatik di dalam badan perairan tersebut. Hal ini berarti biota
akuatik dapat dijadikan sebagai indikator biologi, karena memiliki sifat sensitif
terhadap keadaan pencemaran tertentu sehingga dapat digunakan sebagai alat untuk
menganalisis pencemaran air.
Penilaian kualitas suatu lingkungan yang dapat dilakukan dengan memanfaatkan
organisme yang hidup di dalamnya. Keberadaan mikroorganisme tertentu dapat
dijadikan sebagai parameter kualitas lingkungan serta penentu tingkat
perusakan/pencemaran yang terjadi di suatu perairan. Lingkungan perairan mudah
tercemar oleh mikroorganisme pathogen (berbahaya) yang masuk dari berbagai
sumber seperti pemukiman, pertanian, dan peternakan. Beberapa indikator kualitas
air yang disarankan untuk dianalisis sehubungan pemanfaatan sumber daya air untuk
berbagai keperluan, antara lain parameter fisika, kimia, dan biologi (Effendi, 2003).
Parameter biologi tersebut juga disebut dengan bioindikator pencemaran air yang
memiliki arti adalah organisme yang dijadikan sebagai parameter untuk menunjukkan
adanya pencemaran air maupun adanya keberadaan pencemar pada suatu sumber air
atau perairan.

2.3.2 Fungsi
Bioindikator organisme atau bisa disebut juga indikator biologi organisme
digunakan untuk menilai secara makro perubahan keseimbangan ekologi, khususnya
ekosistem akibat pegnaruh limbah. Jika dibandingakn dengan penggunakan
parameter fisika maupun kimia, indikator biologi ini dapat memantau secara kontinyu
karena komunitas biota perairan menghabiskan seluruh hidupnya di lingkungan
tersebut, jika terjadi pencemaran akan bersifat akumulatif. Disamping itu bioindikator
merupakan petunjuk yang mudah untuk memantau terjadinya pencemaran.
Mikroorganisme merupakan bioindikator pencemaran air dan salah satunya untuk
menentukan kualitas suatu perairan dan mikroba yang biasa digunakan adalah bakteri
koliform. Fungsi bioindikator dinilai sangat penting untuk mengecek
kualitaslingkungan sehingga dapat dijadikan acuan untuk pengolahan dan perbaikan
lingkungan.
2.3.3 Prasyarat
Syarat pengujian dari beberapa bioindikator pencemaran air antara lain;
- Dapat digunakan untuk berbagai jenis air
- Tidak ada air yang terpolusi
- Mudah diisolasi, mudah diidentifikasi dan mudah dihitung
- Merespon suatu perlakuan serta kondisi lingkungan sekitar
- Kepadatan bioindikator harus berkaitan langsung dengan derajat polusi
- Tersebar secara kosmopolit
- Jumlah dan keberadaannya terpengaruh oleh zat pencemar dan/atau patogen
- Mudah dibudidayakan di laboratorium
- Mempunyai nilai ekonomis
- Mudah dijadikan sebagai sampel
- Mudah menghimpun bahan pencemar
- Mempunyai keberagaman jenis yang sedikit

2.3.4 Contoh
Kali ini pembahasan lebih lanjut pada beberapa contoh bioindikator pencemaran
air sebagai berikut:
1. Bakteri coli
Kehadiran bakteri coli dalam sampel air identik dengan adanya bakteri
patogen. Secara umum kelompok bakteri coli ada dua macam, yaitu pertama
bakteri Escherichia coli merupakan salah satu bakteri yang tergolong koliform
yang hidup normal di dalam kotoran manusia dan hewan sehingga disebut juga
sebagai faecal coliform. Fecal koliform adalah anggotan dari coliform yang
mampu memfermantasi laktosa pada suhu 44,50C dan merupakan bagian yang
paling dominan (97%) pada tinja manusia dan hewan (Effendi, 2003). Kualitas
sanitasi air dan kegunaannya sebagai sumber air minum serta untuk aktivitas
rekreasi, seperti berenang, berperahu, dan memancing ikan dapat dievaluasi
berdasarkan kandungan bakteri coliform tinja (Mau dan Pope 1999). Kedua,
bakteri coli nonfekal (Aerobacterdan Klebsiella).

Gambar 8. Bakteri E.coli


Sumber: www.imfaceplate.com

2. Makrozoobentos
Makrozoobentos sebagai bioindikator kualitas lingkungan air tawar. Ketika
diversitas dan kelimpahannya cukup tinggi dalam suatu perairan tawar, maka
dapat disimpulkan bahwa perairan tawar tersebut belum tercemar. Terdiri dari:
Larva Insceta, Crustacea, Mollusca, Oligochaeta, dan Arachnidae.
Gambar 9. Makrozoobenthos
Sumber: slideplayer.cz

3. Insecta (Capung)
Jumlah capung dewasa yang banyak di sekitar perairan atau komunitas
tertentu menunjukkan bahwa lingkungan tersebut masih alami dan belum
tercemar.

Gambar 10. Hewan Capung


Sumber: soraouji.com

4. Dugong (Ikan Duyung)


Dugong sebagai bioindikator air laut yang masih bersih. Makanan utama
dugong adalah rumput laut (lamun), sehingga dapat disimpulkan tempat dimana
dugong berada adalah tempat padang lamun berada.

Gambar 11. Dugong


Sumber: toonts.com

5. Terumbu Karang
Terumbu karang sebagai bioindikator perairan laut yang bersih karena
terumbu karang adalah tempat berindung banyak biota laut. Selain itu, dengan
adanya terumbu karang artinya di laut tersebut keragaman biota laut masih tinggi.
Manfaat terumbu karang adalah sebagai penghasil oksigen sehingga dapat
dipastikan keberadaan terumbu karang akan membuat kehidupan laut bersih dan
sehat.

Gambar 12. Terumbu karang


Sumber: blogs.uajy.ac.id

6. Alga
Alga merupakan indikator pencemaran air yang baik karena berbagai jenis
alga mampu tumbuh pada habitat yang tercemar, mudah diambil sebagai sampel,
dan mudah diidentifikasi. Alga juga bersifat spesifik terhadap bahan pencemar
yang ada di dalam air tersebut.

Gambar 13. Contoh alga hijau


Sumber: rivistainnovare.com

2.4 Media Pemeriksaan Air

Pada pemeriksaan air, media pertumbuhan yang digunakan adalah jenis selective media
yang berfungsi untuk mengidentifikasi keberadaan bakteri fekal koliform yang menjadi
bioindikator keberadaan bakteri patogen. Metode pemeriksaan air yang digunakan adalah
metode MPN (Most Probable Number) yang memiliki tiga langkah pengujian dengan
beberapa media kultur mikroorganisme yang beragam. Pada pengujian pertama yaitu
presumptive test yang menggunakan media selektif Lactose Broth (LB). Padapengujian kedua
yaitu confirmed test yang menggunakan media selektif Brillianr Green Lactose Bile Broth
(BGLB). Pada pengujian terakhir yaitu completed test menggunakan tiga media kultur
sebagai vairasi data yaitu Endo Agar (EA), Eosin Methylene Blue Agar (EMBA), dan
Nutrient Agar (NA). Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing media pemeriksaan
air yang digunakan dalam percobaan dengan metode MPN, sebagai berikut:
1. Lactose Broth (LB)
Lactose Broth digunakan sebagai media untuk mendeteksi kehadiran koliform dalam
air, makanan, dan produk susu. Lactose Broth dibuat dengan komposisi 0,3% ekstrak
daging, 0,5% pepton, dan 0,5% laktosa. Kegunaan dari pepton dan ekstrak daging
sebagai sumber nutrisi esensial untuk metabolisme bakteri. Sedangkan fungsi dari laktosa
yaitu sumber karbohidrat untuk bakteri melakukan fermentasi. Jika terbentuk gas, maka
proses fermentasi telah terjadi.

Gambar 14. Media Lactose Broth dalam tabung reaksi


Sumber: web.cn.edu

2. Brilliant Green Lactose Bile Broth (BGLB)


Media Brilliant Green Lactose Bile Broth (BGLB) digunakan dengan maksud untuk
media penyubur bagi bakteri koliform sekaligus sebagai media selektif bagi bakteri
koliform. Komposisi media yang mengandung laktosa dan garam empedu dapat
mengizinkan dan mendorong bakteri-bakteri koliform untuk tumbuh secara optimal.
Komponen utama BGLB adalah laktosa, garam, dan brilliant green. Keunikan dari media
ini terdapat pada keseimbangan penghambatan brilliant green dan garam. Brilliant green
dan garam sangat sempurna menghambat pertumbuhan organisme clostridia yang
mendegradasi laktosa seperti Clostridium perfingers. Bakteri ini sering menyebabkan
kesalahan hasil positif pada tabung durhman, akrena dapat memfermentasi laktosa dan
menghasilkan gas.

Gambar 15. Media Brilliant Green Lactose Bile Broth


Sumber: hyserve.com

3. Endo Agar (EA)


Media Endo Agar adalah media media selektif dan media diferensial yang digunakan
untuk mengisolasi bakteri batang gram negatif berdasarkan kemampuan bakteri
memfermentasi laktosa atau tidak. Media ini pada awalnya dibuat untuk mengisolasi
bakteri batang penyebab tifus (typhoid) kemudian berkembang menjadi media
diferensial terutama untuk konfirmasi pemeriksaan bakteri coliform. Komposisi media
Endo Agar adalah 10 gram pepton, 10 gram laktosa, 3,5 gram dipotassium phosphate, 2,5
gram sodium sulphite, 10 gram agar, dan 1 liter distilled water. Media ini mengandung
natrium sulfit dan basic fuchsin yang dapat mengahmbat pertumbuhan bakteri Gram
positif. Asam yang dihasilkan dari perombakan laktosa dapat dideteksi dengan
asetaldehida dan natrium sulfit. Hasil media ini pada bakteri yang tidak dapat
memfermentasi laktosa (contoh : Salmonella sp., Shigella sp.) koloni dan media akan
berwarna transparan atau tidak berwarna karena bakteri tidak memfermentasi laktosa.
Pada bakteri yang dapat memfermentasi laktosa (contoh : Escherichia coli, Klebsiella sp.)
koloni dan media akan berwarna merah atau merah muda, karena memfermentasi laktosa.

Gambar 16. Media Endo Agar


Sumber: quizlet.com

4. Eosin Methylene Blue Agar (EMBA)


Eosin Methylene Blue Agar (EMBA) merupakan salah satu media selektif yang
digunakan untuk isolasi dan identifikasi bakteri gram negative. Eosin dan pewarna biru
metilen berfungsi untuk menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan mendukung
pertumbuhan bakteri gram negative. Media ini mengandung laktosa dan sukrosa.
Mikroba yang dapat memfermentasi laktosa akan menghasilkan koloni dengan inti
berwarna gelap dan kilap logam, sedangkan mikroba yang tidak dapat memfermentas
laktosa, koloninya tidak berwarna. Adanya eosin dan metilen blue membantu
mempertajam perbedaan tersebut. Media ini cocok untuk mengkonfirmasi bahwa
kontaminasi tersebut adalah E.coli. Pada media ini, E.coli yang tumbuh akan memberikan
warna khas kemilau hijau metalik.
Gambar 17. Bakteri E.coli pada media EMBA
Sumber: http://www.microbelibrary.org/

5. Nutrient Agar (NA)


Nutrient Agar adalah medium umum untuk uji air dan produk dairy. NA juga
digunakan untum pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif, dalam
artian mikroorganisme heterotroph. Komposisi dari media ini yaitu 10 gram ekstrak
daging, 10 gram pepton, 5 gram NaCl, 1000 ml air desitilat, dan 15 gram agar/liter.
Dalam identifikasi E.coli media ini berperan sebagai media utuk menumbuhkan kultur
murni dari E.coli dan berbentuk miring.

Gambar 18. Media NA miring


Sumber: http://documents.tips/documents/teknologi-fermentasi-non-
alkoholikdocx.html

2.5 Metode Inokulasi


Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengisolasi biakan murni mikroorganisme
yaitu :
1. Metode gores
Teknik ini lebih menguntungkan jika ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu, tetapi
memerlukan ketrampilan-ketrampilan yang diperoleh dengan latihan. Penggoresan yang
sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Inokulum digoreskan di permukaan
media agar nutrien dalam cawaan petri dengan jarum pindah (lup inokulasi). Di antara
garis-garis goresan akan terdapat sel-sel yang cukup terpisah sehingga dapat tumbuh
menjadi koloni.
Cara penggarisan dilakukan pada medium pembiakan padat bentuk lempeng. Bila
dilakukan dengan baik teknik inilah yang paling praktis. Dalam pengerjaannya terkadang
berbeda pada masing-masing laboratorium tapi tujuannya sama yaiitu untuk membuat
goresan sebanyak mungkin pada lempeng medium pembiakan.
Kesulitan dari metode ini, yaitu proses penggoresan yang cukup lama dan sulit,
sehingga memudahkan terjadinya kontaminasi dan kegagalan. Prinsip metode ini, yaitu
mendapatkan koloni yang benar-benar terpisah dari koloni yang lain, sehingga
mempermudah proses isolasi. Cara ini dilakukan dengan membagi cawan petri menjadi
3-4 bagian. Ose steril yang telah disiapkan dilekatkan pada sumber isolat, kemudian
menggoreskan ose tersebut pada cawan berisi media steril.
Goresan dapat dilakukan 3-4 kali membentuk garis horisontal di satu sisi cawan. Ose
disterilkan lagi dengan api bunsen, setelah kering ose tersebut digunakan untuk
menggores goresan sebelumnya pada sisi cawan kedua. Langkah ini dilanjutkan hingga
keempat sisi cawan tergores.
Pada metode ini, goresan di sisi pertama diharapkan koloni tumbuh padat dan
berhimpitan, sedangkan pada goresan sisi kedua, koloni mulai tampak jarang dan begitu
pula selanjutnya, sehingga didapatkan koloni yang tampak tumbuh terpisah dengan
koloni lain. Seluruh tahap hendaknya dilakukan secara aseptik agar tak terjadi
kontaminasi.
Ada beberapa teknik dalam metode goresan, yakni :
- Goresan T
- Goresan Kuadran
- Goresan Radian
- Goresan Sinambung

Gambar 19. Teknik dalam Metode Goresan


Sumber: slideshare.net
2. Metode sebar
Pada metode cawan sebar, 0.1 ml suspensi bakteri yang telah diencerkan disebar pada
media penyubur steril yang telah disiapkan. Selanjutnya, suspensi dalam cawan diratakan
dengan batang drygalski agar koloni tumbuh merata pada media dalam cawan tersebut,
kemudian diletakkan dalam inkubator (370C) selama 1-2 hari.
Metode ini cukup sulit terutama saat meratakan suspensi dengan batang drygalski.
Alih-alih koloni tumbuh merata, biakan justru terkontaminasi. Oleh karena itu, batang
drygalski harus benar-benar steril, yaitu dengan mencelupkannya terlebih dahulu dalam
alkohol kemudian dipanaskan dengan api bunsen. Perlu diingat, batang drygalski, yang
masih panas akibat pemanasan dengan api bunsen, dapat merusak media agar, sehingga
harus didinginkan terlebih dahulu dengan meletakkannya di sekitar api bunsen (15 cm).
Dengan metode ini, satu sel bakteri akan tumbuh dan berkembang menjadi satu
koloni bakteri. Satu koloni bakteri yang terpisah dengan koloni lainnya dapat diamati tipe
pertumbuhan pada masing-masing media, diantaranya dilakukan terhadap konsistensi,
bentuk koloni, warna koloni dan permukaan koloni.
Koloni yang tumbuh terpisah ditumbuhkan kembali untuk mendapatkan isolat murni.
Isolasi murni dilakukan dengan mengoleskan ose steril pada koloni dalam kultur
campuran yang benar-benar terpisah satu sama lain. Olesan tersebut digores pada media
padat agar miring dalam tabung reaksi.

3. Metode tuang
Isolasi menggunakan media cair dengan cara pengenceran. Dasar melakukan
pengenceran adalah penurunan jumlah mikroorganisme sehingga pada suatu saat hanya
ditemukan satu sel di dalam tabung (Winarni, 1997).
Penuangan dilakukan secara aseptik atau dalam kondisi steril agar tidak terjdi
kontaminasi atau tumbuh atau masuknya organisme yang tidak diinginkan (di
laboratorium, kontaminasi biasanya terjadi akibat tumbuhnya kapang, seperti Penicilium
dalam biakan). Media yang dituang hendaknya tidak terlalu panas, karena selain
mengganggu proses penuangan (media panas sebabkan tangan jadi panas juga), media
panas masih mengeluarkan uap yang akan menempel pada cawan penutup, sehingga
mengganggu proses pengamatan. pada metode ini, koloni akan tumbuh di dalam media
agar. Kultur diletakkan terbalik, dimasukkan di dalam plastik dengan diikat kuat
kemudian diletakkan dalam inkubator.

Gambar 20. Metode tuang


Sumber: pintarbiologi.com

4. Metode tusuk
Metode tusuk yaitu dengan dengan cara meneteskan atau menusukan ujung jarum ose
yang didalamnya terdapat inokolum, kemudian dimasukkan ke dalam media. Metode
Tusuk ini termasuk kedalam media agar tegak dan media cair. (Winarni, 1997).
2.6 Baku Mutu Air

Baku mutu lingkungan hidup didefinisikan sebagai ukuran batas atau kadar mahluk
hidup, zat energi atau komponen yang ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup
(Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2009), sedangkan baku mutu air adalah ukuran
batas atau kadar mahluk hidup, zat energi atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau
unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air.
Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas air
yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjaga agar kualitas air tetap dalam kondisi
alamiahnya. Pengendalian pencemaran air dilakukan untuk menjamin kualitas agar sesuai
dengan baku mutu air melalui upaya pencegahan penanggulangan pencemaran air serta
pemulihan kualitas air (Pemerintah Republik Indonesia, 2001).

Tabel 1. Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas

KELAS
PARAMETER SATUAN KETERANGAN
I II III IV

FISIKA

Deviasi
0 temperature dari
Temperatur C deviasi 3 deviasi 3 deviasi 3 deviasi 5
keadaan
alamiahnya

Residu Terlarut mg/L 1000 1000 1000 2000

Residu Tersuspensi mg/L 50 50 400 400

KIMIA ANORGANIK

pH 6-9 6-9 6-9 5-9

BOD mg/L 2 3 6 12

COD mg/L 10 25 50 100

Angka batas
DO mg/L 6 4 3 0
minimum

Total Fosfat sbd P mg/L 0,2 0,2 1 5

NO3 sbg N mg/L 10 10 20 20

Bagi perikanan,
NH3N mg/L 0,5 (-) (-) (-) kandungan
ammonia bebas
untuk ikan yang
peka 0,02 mg/L
sebagai NH3

Arsen mg/L 0,05 1 1 1

Kobalt mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2

Barium mg/L 1 (-) (-) (-)

Boron mg/L 1 1 1 1

Selenium mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05

Kadmium mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01

Khrom (VI) mg/L 0,05 0,05 0,05 0,01

Bagi pengolahan
air minum secara
Tembaga mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2
konvensional, Cu
1 mg/L

Bagi pengolahan
air minum secara
Besi mg/L 0,3 (-) (-) (-)
konvensional, Fe
5 mg/L

Bagi pengolahan
air minum secara
Timbal mg/L 0,03 0,03 0,03 1
konvensional, Pb
0,1 mg/L

Mangan mg/L 0,1 (-) (-) (-)

Air Raksa mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005

Bagi pengolahan
air minum secara
Seng mg/L 0,05 0,05 0,05 2
konvensional, Zn
5 mg/L

Khlorida mg/L 600 (-) (-) (-)

Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 (-)

Flourida mg/L 0,5 1,5 1,5 (-)

Bagi pengolahan
air minum secara
Nitrit sbg N mg/L 0,06 0,06 0,06 (-)
konvensional,
NO2N 1 mg/L

Sulfat mg/L 400 (-) (-) (-)


Bagi ABAM
Khlorin bebas mg/L 0,03 0,03 0,03 (-) tidak
dipersyaratkan

Bagi pengolahan
air minum secara
Belerang sbg H2S mg/L 0,002 0,002 0,002 (-) konvensional, S
sbg H2S 0,1
mg/L

MIKROBIOLOGI

Fecal coliform Jml/100 ml 100 1000 2000 2000 Bagi pengolahan


air minum secara
konvensional,
fecal coliform
Total coliform Jml/100 ml 1000 5000 10000 10000 2000 jml/100 ml
dan total coliform
10000 jml/100
ml

RADIOAKTIVITAS

Gross-A Bq/L 0,1 0,1 0,1 0,1

Gross-B Bq/L 1 1 1 1

KIMIA ORGANIK

Minyak dan Lemak ug/L 1000 1000 1000 (-)

Detergen sbg MBAS ug/L 200 200 200 (-)

Senyawa Fenol sbg


ug/L 1 1 1 (-)
Fenol

BHC ug/L 210 210 210 (-)

Aldrin / Dieldrin ug/L 17 (-) (-) (-)

Chlordane ug/L 3 (-) (-) (-)

DDT ug/L 2 2 2 2

Heptachlor dan
ug/L 18 (-) (-) (-)
heptachlor epoxide

Lindane ug/L 56 (-) (-) (-)

Methoxyclor ug/L 35 (-) (-) (-)

Endrin ug/L 1 4 4 (-)


Toxaphan ug/L 5 (-) (-) (-)

Sumber: Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air

2.7 Aplikasi
Kualitas mikroorganisme dalam air yang diolah maupun air baku dalam alam bervariasi,
untuk air yang memiliki peruntukkan sebagai air minum tidak boleh mengandung
mikroorganisme patogen apaun dan harus bebas dari mikroorganisme yang memberi indikasi
pencemaran dari tinja/faeces (Darpito, 1993). Dalam bidang teknik lingkungan, aplikasi dari
percobaan pemeriksaan air ini terdiri dari pemeriksaan air dengan kegunaan sebagai air
minnum, air bersih, serta pemeriksaan air limbah dengan tujuan untuk menghitung jumlah
dari keberadaan koloni mikroorganisme yang terdapat pada air pada suatu perairan yang
diujikan. Selain itu, pemeriksaan air ini melakukan pengujian dengna target mikroorganisme
yang spesifik menjadi pencemar dalam air, dengan contoh yaitu jumlah dari bakteri E.coli
sebagai bioindikator pencemaran air. Selin bakteri E.coli, terdapat beberapa bioindikator
pencemaran air yang lain juga seperti yang dijelaskan pada subbab teori dasar pada
bioindikator pencemaran air.
Dalam hal ini, metode yang dilakukan pada percobaan ini menggunakan metode MPN
(Most Probable Number) dengan memiliki 3 pengujian hingga didapatkan jumlah fecal
koliform sehingga dapat dibandingkan dengan kriteria mutu air berdasarkan kelas pada
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air. Pada aplikasinya pada infrastruktur teknik lingkungan menggunakan
metode pemeriksaan air yang efektif dan efisien sesuai dengan tujuan infrastruktur yang
dibangun, contohnya pada Instalasi Pengolahan Air Bersih melakukan pengecekan total
koliform biasanya dilakukan dari sampel air baku yang digunakan yang kemudian jika air
baku yang digunakan tidak memenuhi standar mutu air baku maka sistem pengolahan
tersebut dapat bekerja dalam mengolah sampel air tersebut. Tingkat pencemaran air pada
suatu perairan merupakan parameter penting yang digunakan sebagai dasar dalam
perancangan suatu unit pengolahan.

2.8 Gambaran Umum Danau KAMPUS UI


Universitas Indonesia Depok memiliki beberapa danau yang berfungsi sebagai daerah
resapan air. Terdapat 6 danau di Universitas Indonesia yang memiliki singkatan yaitu Danau
KAMPUS, antara lain:
1. Danau Kenanga
Lokasi danau ini berada diantara Geung Rektorat UI, Balairung, dan Masjid UI. Danau
ini dibangun tahun 1992 dengna luas 28.000 m2.
2. Danau Aghatis
Lokasi danau ini berada diantara Fakultas MIPA dan Politeknik Negeri Jakarta. Danau ini
dibangun tahun 1995 dengan luas 20.000 m2.
3. Danau Mahoni
Lokasi danau ini terletak disebelah Utara dan Selatan kampus dan dibatasi oleh jalan
utama lingkar selatan (sebelah timur FIB dan FPsi serta sebelah barat FE). Danau ini
dibangun pada tahun 1996 dengan luas 45.000 m2.
4. Danau Puspa
Lokasi danau ini berada diantara Danau Ulin dan Danau Mahoni. Danau ini dibangun
pada tahun 1995 dengan luas 20.000 m2.
5. Danau Ulin
Lokasi danau ini berada diantara Danau Puspa dan Danau Salam. Danau ini dibangun
pada tahun 1998 dengan luas 72.000 m2.
6. Danau Salam
Lokasi danau ini bersejajar sesuai aliran dari selatan ke utara sebagai bagian rangkaian
Danau Ulin dan Danau Puspa. Danau ini dibangun pada tahun 1998 dengan luas 42.000
m2.

Aliran pada seluruh danau ini bermula dari inlet danau Kenanga dan berakhir
pada outlet danau Ulin. Danau-danau KAMPUS ini merupakan danau pembersih yang
difungsikan untuk memperluas area tangkapan hujan di Universitas Indonesia. Selain itu
danau KAMPUS ini berguna sebagai oxygen sink yang dapat melakukan proses self
purification dimana proses ini merupakan sistem pembersihan air secara alami terjadi
karena faktor alam dan komponen alam. Selain itu, pembersihan air secara alami
merupakan sistem natural yang kompleks dan melibatkan proses fisik, kimiawi, dan
biologis secara bersamaan. Badan air buatan ini didesain untuk menjadi self purification
sehingga akan ideal fungsinya jika seiring semakin hilir aliran danau, semakin rendah
tingkat pencemarannya.

III. Alat dan Bahan


3.1 Alat dan Bahan Sampling
No. Alat Gambar Alat

1. Botol Sampel

No. Bahan Gambar Bahan

1. Air outlet Danau Puspa


3.2 Alat dan Bahan Presumtive Test
No. Alat Gambar Alat

5 tabung reaksi berisi 5 mL medium


1.
LB Ganda dan tabung durham

10 tabung reaksi berisi 5 mL medium


2.
LB Tunggal dan tabung durham

3. Pipet ukur 5 ml + pipet tip


4. Pipet ukur 0,05 ml + pipet tip

5. Pipet ukur 0,5 ml + pipet tip

6. Pembakar Spirtus

7. Inkubator

No. Bahan Gambar Bahan


1. Alkohol 70%

2. Sampel air

3.3 Alat dan Bahan Confirmed Test


No. Alat Gambar Alat

1. Jarum Ose

2. Cawan petri dengan medium EA

3. Cawan petri dengan medium EMBA


4. Pembakar spirtus

5. 15 buah tabung reaksi berisi BGLG

6. Inkubator

No. Bahan Gambar Bahan

1. Alkohol

3.4 Alat dan Bahan Completed Test


No. Alat Gambar Alat
1. Jarum ose

2. Pembakar spirtus

Tabung reaksi berisi media NA


3.
miring

No. Bahan Gambar Bahan

1. Alkohol
IV. Cara Kerja
4.1 Sampling

Menyimpan
didalam kulkas

Mengambil sedikit air Menghomogenkan Mengambil air hingga


dari permukaan danau dan membuang penuh dan menutup
airnya ke titik lain didalam

4.2 Presumtive Test

Menyemprot meja kerja dan Menyiapkan sampel dan Memberikan nama pada
tangan dengan alkohol menghomogenkannya setiap tabung reaksi berisi
LB ganda dan tunggal

Mengambil tabung reaksi berisi Mengambil 0,5 ml Memasang pipet tip


LB Tunggal I dan tabung durham sampel 0,5 ml pada pipet
kemudian membuka kapasnya otomatis
Memanaskan Memasukkan ke dalam Memanaskan
mulut tabung tabung reaksi berisi LB mulut tabung
Tunggal 1 dan tabung durham

Mengulang percobaan
yang sama untuk 4 tabung
reaksi lainnya yang berisi
LB Tunggal I dan tabung
durham

Memasang pipet tip Menutup tabung reaksi


0,05 ml pada pipet dengan kapas dan
otomatis menghomogenkannya

Mengambil Mengambil tabung reaksi berisi Memanaskan


0,05 ml sampel LB Tunggal II dan tabung durham mulut tabung
kemudian membuka kapasnya
Menutup tabung reaksi Memanaskan Memasukkan sampel ke
dengan kapas dan mulut tabung dalam tabung reaksi berisi LB
menghomogenkannya Tunggal II dan tabung durham

Mengulang percobaan
yang sama untuk 4
tabung reaksi lainnya
yang berisi LB Tunggal
II dan tabung durham

Memasang pipet tip Mengambil 5 ml


5 ml pada pipet sampel
otomatis

Memasukkan sampel ke Memanaskan Mengambil tabung reaksi berisi


dalam tabung reaksi berisi LB mulut tabung LB Ganda dan tabung durham
Ganda dan tabung durham kemudian membuka kapasnya
Mengulang percobaan
yang sama untuk 4
tabung reaksi lainnya
yang berisi LB Tunggal
II dan tabung durham

Memanaskan Menutup tabung reaksi


mulut tabung dengan kapas dan
menghomogenkannya

Mengamati dan Mengambil semua tabung Memasukkan semua


menentukan tabung reaksi di dalam inkubator tabung reaksi ke dalam
positif serta mencatatnya inkubator pada suhu
370C selama 24 jam

4.3 Confirmed Test

Langkah I
Presumtive Test

Membakar jarum Mencelupkan


ose hingga membara ke alkohol
Memanaskan Mengambil tabung positif Mengeringkan dan
mulut tabung dan membuka kapasnya mendinginkan jarum
ose dekat api

Mengambil 1 ose Memanaskan Menutup tabung


dari tabung positif mulut tabung reaksi dengan kapas

Memanaskan Memasukkan 1 Mengambil tabung reaksi


mulut tabung ose ke tabung BGLB dan memanaskan
reaksi berisi BGLB mulut tabung
Mengulang percobaan
yang sama untuk tabung
positif lainnya ke setiap
tabung berisi BGLB

Menutup tabung Menginkubasi


dengan kapas dan semua tabung BGLB
menghomogenkannya selama 24 jam

Mengecek dan
Mencatat hasil menentukan tabung
pengamatan positif

Memilih satu tabung


yang paling positif

Membakar jarum Mencelupkan Mengeringkan dan


ose hingga membara ke alkohol mendinginkan jarum
ose dekat api
Memanaskan Mengambil 1 ose dari Mengambil tabung reaksi
mulut tabung tabung paling positif BGLB dan memanaskan
mulut tabung

Menutup tabung Memanaskan pinggir Melakukan inokulasi 1


reaksi paling positif cawan petri berisi ose ke medium EMBA
dengan kapas medium EA dan EMBA

Menginkubasi cawan Memberikan plastik pengerat Melakukan inokulasi 1 ose


petri selama 24 jam pada ke pinggir cawan petri berisi ke medium EA
suhu kurang lebih 44,50C medium EA dan EMBA
4.4 Completed Test

Langkah I
Presumtive Test

Mengamati cawan petri yang berwarna pink metalik


(media EA) dan hijau metalik (media EMBA)

Mengeringkan dan Mencelupkan Membakar jarum


mendinginkan jarum ke alkohol ose hingga membara
ose dekat api

Mengambil 1 ose pada ujung Menginokulasi ke


sampel bakteri (koloni tunggal) media NA miring
dari media EA dan EMBA
Menginkubasi pada suhu
44,50C selama 24 jam

V. Data Pengamatan
5.1 Presumtive test dan Confirmed Test
Jam pengamatan Presumtive Test : 08.14 WIB (Rabu, 9 November 2016)
Jam pengamatan Confirmed Test : 09.13 WIB (Kamis, 10 November 2016)

Tabel x. Hasil Deret MPN Pada Percobaan Presumtive Test dan Comfirmed Test
Deret MPN Jumlah Bakteri per 100 ml
Danau Lokasi
LB BGLB Total Coli Fecal Coli

Inlet 5-5-4 5-5-4 1600 1600

Kenanga Tengah 4-5-3 4-5-1 64 48

Outlet 5-5-3 5-5-0 920 240

Inlet 5-5-5 4-5-5 >1600 81

Aghatis Tengah 5-5-5 2-2-1 >1600 12

Outlet 5-5-5 5-5-5 >1600 >1600

Inlet 5-5-5 5-4-3 >1600 280

Mahoni Tengah 5-5-5 5-5-2 >1600 540

Outlet 4-5-5 5-4-2 430 220

Inlet 5-5-5 5-5-3 >1600 920

Puspa Tengah 5-2-5 3-0-0 180 7,8

Outlet 5-5-5 4-5-5 >1600 81

Ulin Inlet 4-5-5 3-4-3 81 32


Tengah 4-4-5 4-4-4 69 62

Outlet 4-2-3 1-0-1 38 4

Inlet 5-5-3 3-3-0 920 17

Salam Tengah 5-3-5 5-1-4 250 110

Outlet 5-4-5 5-3-0 430 79

Inlet 5-5-2 3-3-1 540 21

Resapan Tengah 5-5-0 5-5-0 240 240

Outlet 5-4-1 5-4-1 170 170

Sumber: Percobaan di Laboratorium Tahun 2016

5.2 Gambar bentuk pengamatan di media Endo Agar dan EMB Agar

Gambar 21. Pengamatan Gambar 22. Pengamatan


dalam media Endo Agar dalam media EMB Agar

Sumber: Percobaan di Laboratorium Teknik Penyehatan Lingkungan UI, 2016


5.3 Gambar bentuk biakkan pada pengamatan di media Nutrient Agar

Gambar 23. Hasil Pengamatan biakkan di media NA miring


Sumber: Percobaan di Laboratorium Teknik Penyehatan Lingkungan UI, 2016

VI. Pengolahan Data

(a)
(b)

Gambar 24. (a) Tabel Nilai MPN G.1; (b) Tabel Nilai MPN G.1 (Cont.)

Sumber: Appendixes

Jumlah MPN Total Koliform pada sampel air

Deret MPN = 5-5-5


1600
Jumlah MPN = 100 ml = 16/ml

Jumlah MPN Fecal Koliform pada sampel air

Deret MPN = 4-5-5


81
Jumlah MPN = 100 ml = 0,81/ml
Grafik Jumlah Fecal Coliform
di Danau KAMPUS UI
1800
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
Kenanga Agathis Mahoni Puspa Ulin Salam Resapan

Inlet Tengah Outlet

Gambar 25. Perbandingan Jumlah Fecal Coliform di Danau KAMPUS UI dan Danau
Resapannya

Sumber: Percobaan di Laboratorium Tahun 2016

VII. Analisis
7.1 Analisis Percobaan
Pada praktikum kali ini yang berjudul Pemeriksaan Air memiliki tujuan melihat tingkat
pencemaran dilingkungan perairan outlet Danau Puspa oleh kotoran (feses) dengan mengecek
bakteri koliform (Escherichia coli) yang ada didalamnya menggunakan uji penduga, uji penguat, uji
pelengkap dan dengan metode Most Probable Number (MPN). Percobaan kali ini dilakukan pada
titik inlet, tengah, dan outlet di Danau KAMPUS (Kenanga, Agathis, Mahoni, Puspa, Ulin, dan
Salam) UI dengan kelompok yang berbeda-beda tiap titik pengambilan. Halini bertujuan agar dapat
membandingkan hasil yang didapatkan dari setiap kelompok dari berbagai titik pada sampel yang
diambil. Kelompok kami mendapatkan bagian pengambilan sampel di outlet Danau Puspa UI.
Pengambilan sampel dilakukan pada hari Jumat, 4 November 2016 pukul 10.44 WIB dengan
menggunakan botol sampel dan tali rafia yang sebelumnya sudah diambil di laboratorium. Botol
sampel yang digunakan untuk mengambil sampel sebelumnya dijenuhkan terlebih dahulu dengan
cara mengambil sedikit air dari permukaan danau tersebut kemudian menghomogenkannya dan
membuang airnya ke titik lain. Hal ini bertujuan agar memastikan bahwa material lain yang
sebelumnya terdapat dalam botol sampel tidak tercampur dengan sampel yang akan digunakan
untuk pengujian. Kemudian bantuan lainnya untuk mengambil sampel menggunakan tali rafia
karena pada outlet Danau Puspa yang tidak dapat dijangkau menggunakan tangan praktikan
sehingga membutuhkan tali rafia yang diikat pada botol sampel untuk pengambilan sampelnya.
Kemudian, praktikan mengambil sampel dengan membenamkan botol hingga kedalaman 10-20 cm
dari permukaan air. Setelah air sudah terpenuhi dalam botol hingga gelembung udara dari
permukaan air keluar, maka praktikan menutup botol sampel yang sudah penuh hingga tertutup
sempurna. Hal yang harus diperhatikan saat menutup botol sampel yang dilakukan dengan cara
menutupnya saat botol sampel masih berada di bawah permukaan air dan botol sampel tidak boleh
diangkat ke atas permukaan sebelum air memenuhi botol. Hal ini bertujuan agar volume air dalam
botol dapat terisi penuh dan tidak ada ruang untuk udara sehingga tidak ada kontaminasi oleh
material lain yang ikut tercampur dalam sampel yang akan digunakan. Dalam hal ini, praktikan
tidak menutup botol sampel di bawah permukaan air dan hal ini akan dijelaskan pada analisis
kesalahan. Setelah itu, melakukan proses pemindahan sampel ke tempat penyimpanan dengan
syarat botol sampel harus terhindar dari cahaya matahari langsung sehingga dibutuhkan plastik
pelindung atau wadah untuk memindahkan botol sampel tersebut dari tempat pengambilan menuju
tempat penyimpanan. Hal ini bertujuan agar mikroorganisme dalam botol sampel tidak kontak
langsung dengan matahari sehingga mikroorganisme tersebut tidak dapat bereaksi dengan cahaya
matahari.
Percobaan ini menggunakan metode MPN (Most Probable Number) yang memiliki tiga kali
pengujian sampel yaitu uji penduga (Presumtive test), uji penguat (Confirmed Test), dan uji
pelengkap (Completed Test). Uji pertama yang dilakukan yaitu uji penduga (Presumtive Test) yang
bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri koliform yang terdapat pada sampel menggunakan larutan
Lactose Broth dan tabung durham. Hal pertama yang harus dilakukan sebelum memasuki
laboratorium, praktikan harus menggunakan jas laboratorium, alas kaki sandal beserta kaus kaki,
dan masker. Hal ini dilakukan untuk memathui peraturan umum yang harus dilakukan oleh semua
praktikan yang akan melakukan percobaan di laboratorium. Fungsi dari penggunaan masker dan jas
laboratorium adalah untuk melindungi pakaian dan tubuh agar tidak berkontak langsung dengan
bahan kimia atau bahan lainnya selama melakukan praktikum. Sedangkan fungsi dari penggunaan
kaus kaki dan sandal agar menutupi jari-jari kaki sehingga melindungi dari tumpahan atau ceceran
bahan berbahaya. Kemudian praktikan menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan, lalu praktikan
menyemprot meja laboratorium dan tangan praktikan menggunakan alkohol. Hal ini bertujuan agar
saat percobaan berlangsung, tidak terjadinya kontaminasi oleh mikroorganisme yang berada di
lingkungan sekitar karena dapat mempengaruhi data percobaan yang dihasilkan. Selanjutnya
praktikan menyiapkan sampel yang akan digunakan dan menghomogenkannya. Hal ini dilakukan
agar semua mikroorganisme dalam botol sampel dapat tercampur dan tidak ada yang mengendap
setelah didiamkan selama 3 hari di tempat penyimpanan. Kemudian praktikan menyalakan spiritus
menggunakan korek api. Pembakar spiritus digunakan untuk mensterilisasikan alat-alat seperti
tabung reaksi dan cawan petri serta menciptakan kondisi steril pada laboratorium. Sebelum
mengambil sampel, praktikan memberikan nama pada 15 tabung reaksi yang sudah disiapkan
sebelumnya dengan 5 tabungnya berisi media kultur Lactose Broth Ganda dan tabung durham serta
10 tabung lainnya berisi media kultur Lactose Broth Tunggal dan tabung durham dengan
menggunakan label nama sehingga tidak tertukar dengan kelompok lain. Variasi dalam penggunaan
media kultur berfungsi untuk mengetahui hubungan faktor pengenceran dengan jumlah bakteri yang
dibiakkan. Sedangakan tabung durham yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi bertujuan untuk
menangkap gelembung udara yang terbentuk saat sampel diinkubasi. Kemudian dari 15 tabung
reaksi setiap 5 tabungnya diberikan nama yang sesuai dengan tiga variasi volume sampel yang
diberikan yaitu 5 mL sampel untuk 5 tabung reaksi dengan media kultur Lactose Broth Ganda, 0,5
mL sampel untuk 5 tabung reaksi dengan media kultur Lactose Broth Tunggal pertama dan 0,05
mL sampel untuk tabung reaksi dengan media kultur Lactose Broth Tunggal kedua. Variasi volume
sampel yang dimasukkan menunjukkan variasi tingkat pengenceran yang diberikan sehingga
meningkatkan probabilitas jumlah mikroorganisme target yang akan dihitung. Setelah itu, praktikan
mengambil sampel sebanyak volume pertama yang digunakan yaitu sebesar 0,5 mL dari botol
sampel menggunakan pipet 5 mL yang sebelumnya sudah dipasang pipet tipnya. Kemudian
praktikan mengambil tabung reaksi berisi Lactose Broth Ganda dan tabung durham lalu membuka
kapasnya dan memanaskan mulut tabung reaksi sebeum dimasukkan sampel, hal ini bertujuan agar
menghindari kontaminasi oleh mikroorganisme yang berada di lingkungan sekitar. Kemudian
praktikan memasukkan sampel ke dalam tabung reaksi. Selama pengerjaan semua tabung reaksi
harus didekatkan pada api ntuk memastikan percobaan dalam kondisi steril sehingga tidak terjadi
kontaminasi. Lalu memanaskan mulut tabung kembali dan menutup tabung dengan kapas dengan
tujuan yang sama serta menghomogenkan tabung dengan menepuk bagian bawah tabung reaksi ke
telapak tangan praktikan. Penghomogenan sampel berfungsi agar sampel yang berisi
mikroorganisme dapat tercampur sempurna dalam media kultur. Kemudian, melakukan langkah
pengerjaan yang sama dengan sebelumnya untuk 4 tabung reaksi lainnya yang berisi media kultur
Lactose Broth Ganda serta pada 10 tabung reaksi sisanya yang berisi media kultur Lactose Broth
Tunggal hanya dengan perbedaan pada volume sampel sebanyak 0,5 mL pada media kultur LB
Tunggal pertama dan volume sampel sebanyak 0,05 mL pada media kultur LB Tunggal kedua. Lalu
menginkubasi seluruh tabung reaksi tersebut ke dalam inkubator pada suhu 370C selama 48 jam.
Pengamatan dalam penentuan tabung positif ini dilakukan setelah kurang lebih 48 jam pada suhu
370C dikarenakan banyaknya coliform dapat memfermentasi laktosa dengan membentuk gas dalam
waktu dan suhu tersebut.
Setelah kurang lebih 48 jam, praktikan mengambil seluruh tabung reaksi dan mengamati
perubahan yang terjasi serta menentukan tabung positif . Terdapat tiga hal yang harus diamati pada
tabung reaksi tersebut yaitu pertumbuhan bakteri, pembentukan asam dan pembentukan gas.
Pertumbuhan bakteri dapat diamati dari perubahan warna dari media kultur yang sudah tercampur
dengan mikroorganisme dalam sampel pada percobaan uji penduga. Pada pembentukan asam sama
halnya dengan pertumbuhan bakteri dengan mengamati perubahan warna yang terjadi pada media
kultur dalam tabung reaksi. Tabung positif dapat dilihat dari perubahan warna yang menjadi lebih
keruh dibandingkan dengan tabung lainnya. Kemudian, untuk pembentukan gas dapat diamati dari
tabung durham yang berada didalam tabung reaksi dan untuk menentukan tabung positif dengan
cara melihat terdapat gelembung udara dalam tabung durham yang artinya terdapat gas yang
terperangkap dalam tabung durham. Selain itu, ciri-ciri tabung positif lainnya pada tabung durham
sedikit naik dan tidak tenggelam dalam media seakan terdapat tekanan gas dari bawah yang
mengangkat tabung durham. Setelah diamati, praktikan mendapatkan jumlah tabung positif dengan
ciri-ciri diatas yaitu seluruh tabung reaksi berjumlah 15 dengan 3 variasi media kultur merupakan
tabung positif.
Selanjutnya semua tabung positif tersebut digunakan untuk pengujian kedua yaitu uji penguat
(Confirmed Test). Seperti pada percobaan sebelumnya, praktikan menyiapkan alat dan bahan yang
diperlukan, lalu praktikan menyemprot meja laboratorium dan tangan praktikan menggunakan
alcohol dan menyalakan pembakar spiritus. Hal ini bertujuan agar saat percobaan berlangsung,
tidak terjadinya kontaminasi oleh mikroorganisme yang berada dilingkungan sekitar karena dapat
mempengaruhi data percobaan yang dihasilkan. Kemudian praktikan memberikan nama pada
tabung berisi kultur media BGLB (Brilliant Green Lactose Bile Broth) dan tabung durham
sebanyak jumlah tabung positif yang ada. Pada pengujian kali ini, kultur media yang digunakan
adalah BGLB karena kultur media ini merupakan selective media yang dengan spesifik
membiakkan bakteri fecal koliform. BGLB disebut sebagai media yang selektif karena
mengandung bahan-bahan tertentu seperti empedu yang akan menignkatkan pertumbuhan bakteri
fecal koliform dan menghambat pertumbuhan mikroba lain yang tidak diinginkan dalam suatu
spesimen. Lalu praktikan membakar jarum ose hingga membara, kemudian mencelupkannya ke
dalam alkohol dan mengeringkan jarum ose dekat api. Hal ini bertujuan untuk sterilisasi jarum ose
agar tidak adanya mikroorganisme lain pada jarum ose saat digunakan. Kemudian praktikan
mengambil tabung positif yang sudah diamati sebelumnya dan membuka kapasnya serta
memanaskan mulut tabung terlebih dahulu agar tidak terkontaminasi oleh mikroorganisme yang
berada dilingkungan sekitar. Lalu mengambil 1 ose dari tabung positif hingga terdapat gelembung
pada ujung ose yang berbentuk bulat kemudian memanaskan kembali tabung positif sebelum
ditutup dengan kapas. Setelah itu, mengambil tabung berisi media BGLB diambil dan membuka
kapasnya serta memanaskan mulut tabung dengan tujuan yang sama. Kemudian memasukkan 1 ose
ke tabung berisi media BGLB tersebut. Lalu memanaskan tabung berisi media BGLB dan
menutupnya dengan kapas serta menghomogenkannya dengan cara menepuk bagian bawah tabung
ke telapak tangan praktikan. Pengerjaan dilakukan didekat api agar menciptakan kondisi steril.
Penghomogenan pada tabung bertujuan agar sampel yang dimasukkan dapat tercampur sempurna
dengan media BGLB tersebut. Setelah itu, praktikan melakukan langkah pengerjaan yang sama
untuk setiap tabung positif yang tersisa. Kemudian menginkubasi seluruh tabung yang sudah
diberikan 1 ose sampel ke media BGLB ke dalam inkubator pada suhu 370C selama 24 jam. Setelah
24 jam, praktikan mengambil tabung reaksi dalam inkubator untuk mengamati dan menentukan
tabung positif kembali.
Sampel yang telah diinkubasi dari uji penguat tersebut diamati kembali 3 hal seperti uji penduga
sebelumnya yaitu pertumbuhan bakteri, pembentukan asam dan pembentukan gas dengan syarat
penentuan tabung positif yang sama dengan uji penduga. Setelah itu didapatkan tabung positif yang
dihasilkan dari uji penguat adalah 4 tabung positif dengan media kultur LB Ganda, 5 tabung positif
dengan media kultur LB Tunggal pertama, dan 5 tabung positif dengan media kultur Tunggal
kedua. Setelah itu dari ke-14 tabung positif yang dihasilkan pada uji penguat, praktikan mengambil
1 tabung paling positif dengan ciri-ciri tabung positif yang paling menonjol seperti memiliki
perubahan warna yang paling keruh yang artinya pembentukan bakteri yang lebih banyak dari yang
lainnya dan pembentukan asam yang paling asam dibandingkan dengan yang lainnya serta memiliki
gelembung udara yang paling besar dan pada tabung durhamnya sedikit naik yang artinya
pembentukkan gas yang besar. Maka dari itu, praktikan memilih tabung positif dari media LB
Ganda yang paling positif. Kemudian seperti pada percobaan sebelumnya, praktikan menyiapkan
alat dan bahan yang diperlukan, lalu praktikan menyemprot meja laboratorium dan tangan praktikan
menggunakan alcohol dan menyalakan pembakar spiritus. Hal ini bertujuan agar saat percobaan
berlangsung, tidak terjadinya kontaminasi oleh mikroorganisme yang berada dilingkungan sekitar
karena dapat mempengaruhi data percobaan yang dihasilkan. Lalu praktikan membakar jarum ose
hingga membara dan mencelupkannya ke dalam alkohol serta mengeringkannya dekat api. Hal ini
bertujuan sama dengan sebelumnya yaitu untuk sterilisasi jarum ose tersebut. Setelah itu, praktikan
mengambil tabung paling positif dan membuka kapasnya serta memanaskan mulu tabung dengan
tujuan yang sama dengan sebelumnya. Kemudian praktikan mengambil 1 ose dari tabung paling
positif hingga terdapat gelembung pada ujung ose yang berbentuk bulat, lalu memanaskan kembali
tabung paling positif dan menutupnya dengan kapas. Kemudian praktikan mengambil cawan petri
berisi media Endo Agar lalu memanaskan pinggir cawan petri dekat api dan membukanya perlahan.
Selanjutnya praktikan memulai menginokulasi 1 ose sampel pada media Endo Agar dengan cara
yang sudah dijelaskan sebelumnya dalam menginokulasi ke media. Cara penyebaran sampel pada
media yaitu dengan 5 kali men-streak media menggunakan jarum ose secara memutar dan sebelum
memulai streak, cawan petri diberikan label nama untuk pembagian setiap streak-nya. Streak
pertama dilakukan pada 1 ose sampel dengan men-streak yang rapat dan penuh pada pada bagian
atas cawan petri sekitar sepertiga bagian cawan petri. Kemudian dilanjutkan dengan mensterilkan
jarum ose terlebih dahulu dengan membakar jarum ose hingga membara dan mencelupkannya ke
dalam alkohol serta mengeringkannya dekat api. Selanjutnya streak kedua dilakukan dengan
menarik pada bagian atas kanan sampel dari streak pertama ke arah bawah sebanyak 4 kali.
Kemudian mensterilkan kembali jarum ose dengan cara yang sama dengan sebelumnya dan
memulai streak ketiga dengan menarik pada bagian bawah sampel dari streak kedua ke arah kiri
sebanyak 3 kali. Kemudian mensterilkan kembali jarum ose dengan cara yang sama dengan
sebelumnya dan memulai streak keempat dengan menarik bagian bawah kiri sampel dari streak
ketiga ke arah atas sebanyak 2 kali serta memperhatikan saat streak ini tidak mengenai streak
pertama pada bagian atas sampel. Terakhir, mensterilkan kembali jarum ose dengan cara yang sama
dengan sebelumnya dan men-streak terakhir dengan menarik bagian atas dari streak keempat ke
tengah media sebanyak 1 kali. Proses men-streak ini bertujuan untuk mendapatkan sampel
mikroorganisme yang berkoloni tunggal sehingga dapat diambil untuk uji selanjutnya yaitu uji
pelengkap. Selain media Endo Agar, praktikan juga menggunakan media EMB Agar. Kedua media
ini merupakan media kultur yang berfungsi sebagai selective media yang berperan dalam
mengidentifikasi keberadaan Escherichia coli. Pengerjaan pada cawan petri berisi media EMB
Agar sama dengan pengerjaan untuk cawan petri berisi media Endo Agar. Selanjutnya, kedua
cawan petri berisi media EA dan EMBA dilapisi dengan plastik pengerat pada pinggirnya agar
tidak terkontaminasi dengan mikroorganisme lain di lingkungan sekitar kemudian diinkubasi pada
suhu 370C selama 24 jam.
Setelah dinkubasi, praktikan mengamati cawan petri yang berisi EMBA akan mengalami
perubahan warna menjadi hijau metalik sedangkan pada cawan petri yang berisi Endo Agar akan
mengalami perubahan warna menjadi pink metalik. Perubahan warna ini menunjukkan bahwa
sampel yang digunakan positif mengandung bakteri fecal koliform yaitu Escherichia coli.
Kemudian dilanjutkan dengan pengujian terakhir yaitu uji pelengkap. Seperti pada percobaan
sebelumnya, praktikan menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan, lalu praktikan menyemprot
meja laboratorium dan tangan praktikan menggunakan alcohol dan menyalakan pembakar spiritus.
Hal ini bertujuan agar saat percobaan berlangsung, tidak terjadinya kontaminasi oleh
mikroorganisme yang berada dilingkungan sekitar karena dapat mempengaruhi data percobaan
yang dihasilkan. Sampel yang didapatkan dari cawan petri berisi media EMBA dan EA kemudian
diambil 1 ose mikroorganisme yang berkoloni tunggal dengan warna yang sesuai dengan masing-
masing media. Setelah itu, mengambil tabung reaksi berisi NA miring dan memanaskan mulut
tabung terlebih dahulu kemudian menginokulasi ke dalam tabung reaksi berisi NA miring dengan
cara menyebarkan 1 ose sampel secara zigzag dimulai pada bagian bawah dan berakhir dengan
tarikan lurus ke atas. Lalu memanaskan kembali mulut tabung dan menutupnya dengan kapas.
Kedua tabung reaksi diberikan label nama untuk menandakan sammpel yang digunakan pada media
EA dan EMBA yang di-streak. Setelah kedua sampe selesai di-streak, kemudian menginkubasi ke
dalam inkubator pada suhu 44,50C selama kurang lebih 48 jam. Hal yang harus diperhatikan dari
seluruh pengujian mulai dari pengujian pertama hingga yang ketiga adalah mengerjakan didekat api
untuk mencegah kotaminasi pada sampel yang sedang diuji. Setelah diinkubasi, sampel dari media
NA miring ini akan digunakan untuk percobaan selajutnya dengan tujuan yang berbeda yaitu
percobaan berjudul Pewarnaan Gram.

7.2 Analisis Data dan Hasil


Pada percobaan yang dilakukan didapatkan hasil pengamatan berupa banyaknya tabung positif
dari uji penduga dan uji penguat serta perubahan warna yang terjadi pada media EA dan EMBA.
Pada uji penduga didapatkan hasil pengamatan berupa perubahan warna pada media Lactose Broth
Ganda maupun Tunggal didalam tabung reaksi dan adanya pembentukan gas didalam tabung
durham dalam tabung reaksi dengan ciri-ciri terdapat gelembung udara yang terperangkap dalam
tabung durham. Tabung positif yang didapatkan dari uji penduga dengan menggunakan media LB
Ganda dan Tunggal setelah diamati yaitu semua tabung reaksi yang diujikan dengan deret MPN
sebesar 5-5-5 yang artinya semua tabung reaksi tersebut positif mengandung bakteri koliform.
Kemudian didapatkan nilai probabilitas yang didapat dari deret hasil tabung positif pada uji
penduga sebesar 1600 / 100 ml atau 16 / ml total koliform. Nilai ini jika dibandingkan dengan
kriteria mutu air berdasarkan kelas pada Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, nilai probabilitas yang didapatkan
pada percobaan sebesar 1600 jml / 100 ml memenuhi persyaratan air kelas II dengan pengertian
bahwa dalam kelas ini merupakan tingkat kedua setelah kelas I dalam baiknya mutu air yang
peruntukkannya dapat digunakan untuk prasarana atau sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air
tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Selanjutnya pada uji penguat didapatkan hasil pengamatan berupa perubahan warna pada media
BGLB (Brilliant Green Lactose Bile Borth) didalam tabung reaksi dan adanya pembentukan gas
didalam tabung durham dalam tabung reaksi dengan ciri-ciri terdapat gelembung udara yang
terperangkap dalam tabung durham. Tabung positif yang didapatkan dari uji penguat dengan
menggunakan media BGLB setelah diamati yaitu semua tabung reaksi yang diujikan dengan deret
MPN sebesar 4-5-5 yang artinya semua tabung reaksi tersebut positif mengandung bakteri fecal
koliform. Hal ini dapat terjadi karena pada uji penduga mendapatkan hasil bakteri berupa total
koliform, sedangkan pada uji penguat mendapatkan hasil bakteri berupa fecal koliform yang
merupakan bagian dari koliform sehingga jumlah tabung positif yang didapatkan berbeda pada
kedua uji tersebut. Kemudian didapatkan nilai probabilitas yang didapat dari deret hasil tabung
positif pada uji penduga sebesar 81 / 100 ml atau 0,81 / ml fecal koliform. Nilai ini jika
dibandingkan dengan kriteria mutu air berdasarkan kelas pada Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, nilai probabilitas yang
didapatkan pada percobaan sebesar 81 jml / 100 ml memenuhi persyaratan air kelas I dengan
pengertian bahwa baiknya mutu air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dana tau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
Pada nilai probabilitas yang didapatkan dari uji penduga dan uji penguat dapat disimpulkan
bahwa air outlet Danau Puspa UI memiliki nilai total koliform dan fecal koliform yang dihasilkan
dari percobaan masih relatif rendah karena pengambilan sampel air dilakukan di outlet Danau yang
seharusnya air tersebut sudah tercampur dengan mikroorganisme lainnya di badan air. Hasil
percobaan ini harus dilakukan pengecekan kembali dengan melakukan percobaan pemeriksaan air
dengan metode yang lain atau menggunakan parameter lain yang dapat dijadikan sebuah
kesimpulan yang akurat sehingga kualitas air pada suatu badan air dapat diketahui fungsinya serta
kelemahannya. Selain itu, dalam percobaan ini praktikan juga memiliki banyak kesalahan dalam
melakukan percobaan yang akan dijelaskan lebih pada analisis kesalahan sehingga menyebabkan
nilai probabilitas yang rendah.
Pada tabel hasil pengamatan untuk seluruh danau yang ada di Universitas Indonesia ditambah
dengan danau resapan UI, maka dapat disimpulkan bahwa nilai deret yang paling tinggi berada
pada outlet danau Aghatis dengan deret MPN untuk uji penguat sebesar 5-5-5 yaitu 1600 / 100 ml.
Nilai deret tertinggi kedua yaitu pada inlet Danau Kenanga dengan deret MPN sebesar 5-5-4 yaitu
1600 / ml. Sedangkan untuk nilai deret MPN terendah yaitu pada outlet danau Ulin sebesar 1-0-1
dengan nilai MPN sebesar 4 / 100 ml. Nilai tertinggi dari kedua danau faktanya memiliki lokasi
yang cukup jauh alirannya sehingga dapat disimpulkan danau KAMPUS UI (Kenanga, Aghatis,
Mahoni, Puspa, Ulin, dan Salam) serta danau resapan UI sudah tercemar oleh bakteri fekal koliform
secara keseluruhan. Aliran danau KAMPUS UI ini merupakan danau pembersih yang difungsikan
untuk memperluas area tangkapan hujan di kawasan Universitas Indonesia dan berperan sebagai
oxygen sink yang dapat melakukan proses self purification secara alami dengan aliran awal yaitu
inlet danau Kenanga dengan jumlah fekal koliform tertinggi dan berakhir pada outlet danau Ulin
dengan jumlah fekal koliform terendah pada percobaan ini. Hal ini menunjukkan bahwa danau
KAMPUS UI dari awal aliran memang sudah tercemar oleh fekal koliform yang tinggi tetapi
tempat berakhirnya aliran justru memiliki jumlah fekal koliform yang terhitung paling rendah dan
hal ini menunjukkan bahwa danau KAMPUS UI ini masih dapat melakukan proses self purification
secara alami. Meskipun begitu, masih banyak tingkat pencemaran di danau dari aliran awal maupun
aliran tengah sehingga masih diperlukan proses pengolahan air bersih yang terpadu dan terencana
dengan baik agar dapat mengurangi tingkat pencemaran pada danau KAMPUS dan danau
resapannya di Universitas Indonesia.
7.3 Analisis Kesalahan
Beberapa kesalahan yang terjadi pada saat praktikum sehingga mempengaruhi hasil percobaan
yaitu sebagai berikut:
Pada saat melakukan sampling praktikan cukup sulit dalam pengambilan air outlet danau Puspa
sehingga praktikan hanya mengambil pada kedalaman kurang lebih sekitar 5 cm dibawah
permukaan air. Hal ini tentunya mempengaruhi hasil percobaan yang didapatkan.
Pada saat melakukan sampling praktikan tidak menutup botol sampel dibawah permukaan air
sehingga sampel yang diambil tidak penuh dalam botol dan masih terdapat udara dari
lingkungan sekitar yang mempengaruhi hasil yang didapatkan.
Pada saat memindahkan botol sampel menuju tempat penyimpanan memerlukan waktu yang
cukup lama sekitar 15 menit dalam perjalanan dari danau menuju laboratorium dan praktikan
tidak menggunakan plastik pelindung sehingga botol sampel terkena sedikit cahaya matahari
yang akan mempengaruhi hasil percobaan yang didapatkan.
Pada saat melakukan uji penguat, praktikan mengambil 1 ose dari setiap tabung positif untuk
dimasukkan ke dalam tabung berisi BGLB dan dalam beberapa tabung ada yang gelembung
pada ose-nya sudah pecah sebelum dimasukkan ke dalam tabung berisi BGLB sehingga akan
mempengaruhi pengamatan dan hasil setelah proses inkubasi.
Pada saat menentukan tabung paling positif, praktikan memperkirakan dari dua pilihan tabung
yang akan digunakan sebagai tabung paling positif karena keduanya memiliki ciri-ciri tabung
positif yang hampir sama sehingga mempengaruhi hasil yang didapatkan.
Pada saat streak media dalam cawan petri, praktikan kurang tepat dalam men-streak sampel
dalam media kultur tersebut sehingga mempengaruhi pertumbuhan bakteri target dalam media
kultur.

VIII. Kesimpulan
Percobaan ini memiliki beberapa kesimpulan dianataranya sebagai berikut:
Percobaan yang bertujuan untuk melihat tingkat pemcemaran suatu perairan menggunakan
metode Most Probable Number (MPN) dengan 3 langkah pengujian yaitu uji penduga, uji
penguat, dan uji pelengkap berhasil dilaksanakan
Jumlah MPN total koliform pada outlet Danau Puspa adalah sebesar 1600 / 100 ml atau 16 / ml.
Jumlah MPN fecal koliform pada outlet Danau Puspa adalah sebesar 81 / 100 ml atau 0,81 / ml.
Perbandingan jumlah total koliform pada percobaan dengan kriteria mutu air berdasarkan kelas
pada Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, dapat disimpulkan bahwa total koliform di outlet Danau Puspa
termasuk kelas II dengan peruntukkan perairan sebagai rekreasi air, bubidaya ikan tawar,
peternakan serta mengairi tanaman.
Perbandingan jumlah fecal koliform pada percobaan dengan kriteria mutu air berdasarkan kelas
pada Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, dapat disimpulkan bahwa fecal koliform di outlet Danau Puspa
termasuk kelas I dengan peruntukkan perairan sebagai air baku air minum.
Kenyataannya, pada outlet Danau Puspa tidak sama sekali diperuntukkan untuk air minum
maka dari itu percobaan ini masih harus ditindaklanjuti dengan melakukan pemeriksaan air
dengan metode lain atau mengecek parameter lain yang digunakan dalam pengelolaan kualitas
air.
Kesimpulan dari semua data praktikan yang menggunakan sampel pada danau KAMPUS UI
dan danau resapannya adalah nilai fecal koliform tertinggi terhitung pada inlet Danau Kenanga
yang merupakan aliran awal danau KAMPUS UI dan outlet Danau Aghatis dengan jumlah
fekal koliform sebesar 1600 / ml, sedangkan nilai terendah terhitung pada outlet Danau Ulin
yang merupakan berakhirnya aliran danau KAMPUS UI berada pada outlet Danau Ulin ini
dengan jumlah fecal koliform sebesar 4 / 100ml, sehingga fungsi dari danau KAMPUS UI yang
secara alami dapat menjadi self purification masih berjalan dengan baik hingga saat ini.

IX. Saran
1. Penggunaan jas laboratorium, alas kaki sandal dan kaus kaki, serta masker untuk praktikan
didalam ruang laboratorium pada saat melakukan praktikum.
2. Membawa tissue, lap, dan label ke dalam ruang laboratorium untuk antisipasi dalam penandaan
alat ataupun pembersihan alat yang digunakan saat percobaan selesai.
3. Selalu perhatikan dan berhati-hati pada saat menekan pipet untuk mengambil dan memasukkan
sampel atau larutan agar terhindar dari kesalahan dalam percobaan.
4. Pengambilan sampel di suatu perairan dilakukan secara hati-hati agar tidak menimbulkan hal-
hal yang tidak diinginkan serta memperhatikan langkah pengerjaan pada saat sampling.
5. Jika tempat pengambilan sampel tidak dapat menggunakan tangan praktikan, maka gunakan tali
pengikat botol sampel serta gunakan beban apapun jika botol sampel memiliki berat yang
cukup ringan sehingga tidak dapat masuk ke bawah permukaan air dan harus diberikan
pemberat.
6. Pengambilan 1 ose pada media dilakukan secara hati-hati dan perlahan karena jika tidak hati-
hati dan perlahan maka gelembung dalam ose akan pecah dan hilang sehingga harus dilakukan
pengulangan pengambilan 1 ose pada media.

X. Daftar Pustaka
Aditha, Lasinrang. 2014. Laporan Lengkap Praktikum Mikrobiologi (Uji Biokimia IMVIC).
file:///C:/Users/windows%208/Downloads/Laporan_Praktikum_Mikrobiologi_Uji_Bioki.pdf
(Diakses pada Rabu, 16 November 2016 pukul 16.16 WIB)

Ahmad Baihaqi. 2014. Organisme Indikator. https://artikelbermutu.com/2014/04/organisme-


indikator.html# (Diakses pada Selasa, 15 November 2016 pukul 1.34 WIB)

Anggraini, Juaini. 2013. Jenis-Jenis Mikroba. https://www.academia.edu/9145691/jenis-


jenis_mikroba (Diakses pada Selasa, 15 November 00.32 WIB)

Anonim. 2016. Green Campus. https://penerimaan.ui.ac.id/en/page/campus/green-campus (Diakses


pada Minggu, 13 November 2016 pukul 9.51 WIB)

Anonim. 2016. Indikator biologi kualitas air.


file:///C:/Users/windows%208/Downloads/Indikator.pdf (Diakses pada Selasa, 15 November
2016 pukul 1.40 WIB)

Anonim. 2016. Jenis Media Agar yang Digunakan Dalam Analisa Coliform.
http://www.pintarbiologi.com/2016/03/jenis-media-agar-yang-digunakan-dalam-analisa-
coliform.html (Diakses pada Selasa, 15 November 2016 pukul 3.14 WIB)

Atmojo, Andi Tri. 20. Media Endo Agar. http://medlab.id/media-endo-agar/ (Diakses pada Selasa,
15 November 2016 pukul 3.46 WIB)

Dipa. 2008. Penelitian Keberadaan Bakteri Patogen di Kawasan Tambak Teluk Payau Kabupaten
Banyuasin Sumatera Selatan.
https://unsri.ac.id/upload/arsip/DIPA%20Penelitian%20(Rozirwan%20edit).rtf (Diakses pada
Rabu, 16 November 2016 pukul 16.17 WIB)

Gusniani, Irma. Dkk. 2009. Modul Praktikum Mikrobiologi Lingkungan (ENV31006). Depok:
Laboratorium Teknik Penyehatan dan Lingkungan Program Studi Teknik Lingkungan
Universitas Indonesia.

Liberti. 2015. Uji MPN sesuai SNI. file:///C:/Users/windows%208/Downloads/dokumen.tips_uji-


mpn-sesuai-snipdf.pdf (Diakses pada Selasa, 15 November 2016 pukul 2.10 WIB)

Masriah. 2014. Bioindikator. http://www.slideshare.net/Masriahmasriah/ppt-bioindikator (Diakses


pada Selasa, 15 November 2016 pukul 00.22 WIB)
Munif. 2012. Bioindikator Pencemaran Lingkungan Pada Habitat Perairan.
http://helpingpeopleideas.com/publichealth/bio-indikator-pencemaran-lingkungan-pada-
habitat-perairan/ (Diakses pada Selasa, 15 November 2016 pukul 1.34 WIB)

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air.

Sunardi. 2014. Karya Tulis Ilmiah Pemeriksaan MPN Bakteri Coliform dan Coli Tinja pada Jamu
Gendong yang Dijual di Pasar Besar Kota Palangkaraya.
http://www.umpalangkaraya.ac.id/perpustakaan/digilib/files/disk1/7/123-dfadf-sunardinpm-
328-1-ktisuna-1.pdf (Diakses pada Selasa, 15 November 2016 pukul 1.55 WIB)

Wahyuni, Dewi, Dkk. 2014. Pengenalan Media. http://www.slideshare.net/siskhakuroba/media-


bglb (Diakses pada Selasa, 15 November 2016 pukul 2.54 WIB)

XI. Lampiran
Satu lembar bagan salah
Satu lembar bagan benar (lembar praktikum)

Anda mungkin juga menyukai