Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI

MODUL F
PEMERIKSAAN KUALITAS AIR

TANGGAL PRAKTIKUM
MINGGU, 16 AGUSTUS 2020

Disusun Oleh :
Mega Indah
1141820024

KELOMPOK VI
Naharuddin
Nana Indri Yani
Nova Dewi Herawati
Rizki Romadhon Akbar
Debora Firiyana S.

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA
TANGERANG SELATAN
2020
I. TUJUAN
Tujuan pada praktikum ini adalah :

1) Mengetahui kualitas air secara mikrobiologis dengan menggunakan metode membran filter.

2) Menghitung jumlah bakteri pada sampel air secara Total Plate Count.

II. DASAR TEORI

Air mempunyai peranan penting bagi kehidupan. Kualitas air ditentukan oleh
berbagai factor antara lain factor fisik, kimia dan mikrobiologi. Kualitas fisik meliputi warna,
bau, rasa dan kekeruhan, sedangkan kualitas kimia meliputi kadar oksigen terlarut dan
berbagai senyawa kimia lain seperti nitrit, nitrat dan fosfat. Kualitas mikrobiologi air
ditentukan oleh jumlah total bakteri atau Total Plate Count (TPC), kandungan bakteri
coliform dan Escherichia coli serta kandungan bakteri pathogen seperti Salmonella, Shigella,
dan Vibrio (Ratna, 2013).
Air merupakan kebutuhan yang paling dibutuhkan di dalam kehidupan manusia. Air
yang ada di alam bukanlah didapat sebagai air murni, melainkan sebagai air yang
mengandung bermacam-macam zat, baik yang terlarut ataupun tersuspensi. Jenis dan jumlah
zat tersebut tergantung dari kondisi lingkungan sekitar sumbernya. Pemeriksaan air secara
mikrobiologi sangat penting dilakukan karena air merupakan substansi yang sangat penting
dalam menunjang kehidupan mikroorganisme yang meliputi pemeriksaan secara
mikrobiologi baik secara kualitatif maupun kuantitatif dapat dipakai sebagai pengukuran
derajat pencemaran (Fardiaz, 2002).
Bakteri coliform merupakan golongan mikroorganisme yang lazim digunakan sebagai
indikator, dimana bakteri ini dapat menjadi sinyal untuk menentukan suatu sumber air telah
terkontaminasi oleh patogen atau tidak. Berdasarkan penelitian, bakteri coliform ini
menghasilkan zat etionin yang dapat menyebabkan kanker. Selain itu, bakteri pembusuk ini
juga memproduksi bermacam-macam racun seperti indol dan skatol yang dapat
menimbulkan penyakit bila jumlahnya berlebih di dalam tubuh. Bakteri coliform dapat
digunakan sebagai indikator karena densitasnya berbanding lurus dengan tingkat pencemaran
air. Bakteri ini dapat mendeteksi patogen pada air seperti virus, protozoa, dan parasit. Selain
itu, bakteri ini juga memiliki daya tahan yang lebih tinggi daripada patogen serta lebih
mudah diisolasi dan ditumbuhkan (Adam, 2001).
Berdasarkan dari penjelasan yang telah dijelaskan sebelumnya maka praktikum ini
penting dilakukan agar mahasiswa mampu mengetahui kualitas air secara mikrobiologis
dengan menggunakan metode membran filter.
Istilah mikroorganisme indikator (bioindikator) yang digunakan dalam analisis air
mengacu pada sejenis mikroorganisme yang kehadirannya di dalam air merupakan bukti
bahwa air tersebut terpolusi oleh bahan tinja dari manusia atau hewan berdarah panas, artinya
terdapat peluang bagi berbagai macam mikroorganisme patogen yang secara berkala terdapat
di dalam saluran pencernaan, untuk masuk ke dalam air tersebut (Pelczar & Chan 1988:873).
Walaupun sejumlah besar penyakit tersebut dapat dideteksi, namun pada umumnya,
seorang ahli mikrobiologi lingkungan menggunakan mikroorganisme indikator sebagai
indeks kontaminasi air oleh patogen. Para peneliti masih mencari indikator yang ideal, yang
digunakan untuk mikrobiologi sanitasi. Kriteria yang harus dimiliki oleh mikroorganisme
indikator antara lain :

1) Mikroorganisme indikator terdapat dalam air yang terpolusi, tetapi tidak ada
pada air yang dapat diminum.

2) Mikroorganisme indikator harus sesuai untuk analisis dari segala jenis air, seperti
: air sungai, limbah, air keran dan air laut.

3) Mikroorganisme indikator ada jika patogen enteric juga ada.

4) Mikroorganisme indikator harus memiliki kemampuan hidup yang lebih lama


daripada mikroorganisme patogen.

5) Mikroorganisme indikator tidak berbahaya bagi manusia dan tidak menimbulkan


suatu patogenitas.

6) Mikroorganisme indikator memiliki sifat yang seragam dan stabil.

7) Jumlah mikroorganisme mudai dideteksi dengan metode pengujian yang


sederhana.

8) Prosedur pengujian mikroorganisme indikator memiliki spesifisitas yang besar,


dengan kata lain, mikroorganisme-mikroorganisme yang lain tidak memberikan
hasil yang positif. Prosedur tersebut memiliki sensitivitas yang tinggi dan dapat
mendeteksi mikroorganisme indikator dalam kadar yang rendah.

(Prescott, dkk. 1999:876).


Tipe bakteri utama yang terdapat dalam air terpolusi adalah bakteri coliform, termasuk
di dalamnya bakteri gram negatif yang tidak mempunyai spora berbentuk basil (batang), yang
biasanya ditemukan di dalam usus. Bakteri tersebut melakukan fermentasi terhadap laktosa
menjadi asam dan gas ketika diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu 32oC. Bakteri yang
termasuk ke dalam grup tersebut adalah E. coli dan spesies-spesies dari Enterobacter. Bakteri
dengan bentuk bukan coli (non coliform bacteria) yang juga ditemukan pada air tercemar
adalah Streptococcus, Proteus, dan Pseudomonas (Alcamo 1984: 755).

Coliform, termasuk Escherichia coli, adalah anggota-anggota dari kelompok


Enterobacteriaceae. Bakteri coliform terdapat sekitar 10% pada usus manusia dan hewan, serta
ditemukan sebagai mikroorganisme indikator yang tersebar luas. Bakteri tersebut kehilangan
viabilitasnya pada perairan tawar pada tingkat yang lebih rendah jika dibandingkan dengan
bakteri patogen yang hidup di saluran pencernaan. Jika bakteri enteric tersebut tidak ditemukan
pada volume air yang spesifik (100 ml), hal itu menunjukkan bahwa air bersifat potable, atau
dapat dipakai untuk konsumsi manusia (Prescott dkk. 1999: 876).

Bakteri-bakteri yang termasuk ke dalam kelompok coliform antara lain adalah


Escherichia coli, Enterobacter aerogenes, dan Klebsiella pneumoniae. Ciri-ciri bakteri coliform
adalah gram negatif, berbentuk batang, tidak membentuk spora bersifat aerob atau anaerob
fakultatif, dan dapat menfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam 48 jam
pada suhu 35oC. Salmonella dan Shigella juga bersifat coliform, tetapi bersifat patogen dan
tidak menfermentasi laktosa (Prescott dkk. 1999: 876).
Eschericia coli merupakan anggota Coliform yang dapat dibedakan dari bakteri Coliform
lain karena kemampuannya memfermentasikan laktosa pada suhu 44°C (pada JPT hal ini
dilakukan pada tahap terakhir atau saat uji kelengkapan). Pengidentifikasian dapat dilihat dari
pertumbuhan dan reaksi yang memberikan warna berbeda pada media kultur khusus. Saat
dikultur pada media EMB, hasil positif E. coli adalah koloni berwarna hijau metalik. Tidak
seperti golongan Coliform pada umumnya, E. coli merupakan bakteri yang berasal dari feses
dan kehadirannya efektif mengkonfirmasi adanya kontaminasi fekal pada badan air.

III. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1) Cawan petri steril
2) Beaker glass
3) Pipet ukur steril
4) Pembakar spirtus
5) Filter paper
6) Pinset
7) Vakum
8) Tabung reaksi
9) Rak tabung rekasi
10) Korek api
Bahan yang digunakan dalam pratikum ini adalah :
1) Alkohol 70%
2) Media endo agar
3) Sample air
4) Aquadest

IV. CARA KERJA

1) Dibersihkan pompa vakum dengan alkohol


2) Dipasang kertas saring steril secara asepti
3) Dimasukkan air sampel sebanyak 100 ml
4) Dipompa hingga semua air turun ke penampung
5) Ditambahkan aquades steril sebanyak 100 ml
6) Dimpompa hingga semua air turun
7) Kertas saring diambil dengan hati-hati secara aseptis dengan pinset
8) Kertas saring diletakkan diatas media Endo Agar
9) Perlakuan dari poin1-8 dilakukan duplo, dengan 1 cawan petri diinkubasi pada suhu
35ᵒC dan satu lainnya diinkubasipada suhu 45ᵒC selama 48 jam

V. DATA PENGAMATAN

Gambar Keterangan
Sampel air Suhu 45.5̊C (E. Coli)
0 CFU/100 ml
Sampel air Suhu 35̊C (Coliform)
24 CFU/100 ml

VI. PEMBAHASAN

Praktikum pengujian air secara mikrobiologi ini dilakukan untuk mengetahui kualitas
air untuk menentukan layak/tidaknya digunakan sebagai air minum atau air untuk keperluan
sehari-hari. Bakteri yang biasa terdapat didalam air diantaranya adalah bakteri dari kelompok
Coliform seperti E. coli, Enterrobacter arogenes, dan Citrobacter fruendii Keberadaan
bakteri jenis ini dalam air juga menunjukkan adanya bakteri pathogen lain misalnya Shigella,
bakteri penyebab diare hingga muntaber (Lim, 1998).
Pada praktikum pengujian air ini, dilakukan dengan cara filtrasi dengan
menggunakan membran filter yang memiliki ukuran pori yang sesuai dengan besar bakteri
yang ingin di analisa. Dimana partikel-partikel ataupun bakteri dalam air akan tertahan jika
melewat membran tersebut. Pori-pori membran filter mempunyai prioritas yang berbeda,
yaitu 0.22 um, 0.45 um dan 0.8 um.
Pompa vakum disteriklan terlebih dahulu dengan alkohol 70%. kemudian kertas
saring yang masih steril diletakkan di bagian atas filter holder dengan menggunakan
pinset secara aseptis. Lalu sampel dimasukkan ke dalam filter sebanyak 100 ml, setelah itu
ditambahkan 100 ml aquades steril dan dipompa agar turun dan mealui kertas saring.
Penambahan aquades ini dilakukan untuk mencegah pertumbuhan bakteri yang tumpang
tindih atau menumpunknya bakteri yang tumbuh pada permukaan membran filter. Kertas
saring yang sudah tidak ada air, dituangkan media endo-agar secara aseptis. Setelah larutan
sampel disaring, aquades steril juga dimasukan ke dalam larutan yang sama, tujuannya
adalah sebagai pengenceran, agar koloni bakteri dapat tumbuh dengan rapi tidak bertumpuk.
Media endo agar merupakan media selektif dan diferensial yang digunakan untuk
mengisolasi bakteri gram negatif berdasarkan kemampuan bakteri memfermentasi laktosa
atau tidak. Media endo agar biasanya digunakan dalam pemeriksaan Coliform.
Setelah diinkubasi pada suhu 35oC dan 45.50C selama 48 jam, didapatkan hasil pada
suhu 35oC dan 45.50C, kedua media ditumbuhi bakteri. Pada suhu 35oC terdapat 24 CFU/100
ml koloni. Lalu pada suhu 45.50C terdapat sebanyak 0 CFU/100 ml koloni. Inkubasi yang
dilakukan pada suhu 35oC merupakan inkubasi yang dilakukan untuk mengetahui adanya
Coliform, karena pada suhu 35oC sampai 370C bakteri Coliform dapat memfermentasi
laktosa untuk menghasilkan asam dan gas. Sedangkan inkubasi E.coli pada suhu 45.50C,
untuk mengetahui ada tidaknya bakteri E.coli. Karena bakteri E.coli pada suhu 45.50C dapat
memfermentasi laktosa untuk menghasilkan asam dan gas.
Persyaratan air minum yang masuk ke dalam tubuh manusia selain harus cukup
jumlahnya juga harus memenuhi persyaratan sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No.
492/MENKES/PER/IV/2010, Persyaratan mikrobiologi air minum tidak boleh mengandung
mikroorganisme yang nantinya menjadi infiltran tubuh manusia. Persyaratan ini sangat
ditentukan oleh kontaminasi bakteri Escherichia coli dan Total Bakteri Coliform, karena
bakteri tersebut merupakan bakteri indikator tercemarnya air oleh tinja. Kandungan
Eschericia coli dan bakteri Coliform dalam air minum harus 0 dalam 100 mL sampel. Secara
umum mikroorganisme yang dapat mencemari air dibagi menjadi empat kelompok, yaitu:

1) Bakteri (kuman tipus dan disentri)


2) Jamur
3) Parasit (amoeba dan telur cacing)
4) Virus (virus hepatitis dan virus diare)

Dalam praktikum mikrobiologi, teknik aseptik merupakan aspek yang sangat


diperhatikan. Oleh karena itu, sebelum memulai praktikum, alat dan bahan serta area kerja
harus dipastikan steril agar tidak ada kontaminasi pada hasil akhir. Area kerja di sterilkan
dengan menggunakan alkohol dan penggunaan pembakar spirtus. Alat dan bahan yang
digunakan disterilkan dengan melakukan sterilisasi kering atau sterilisasi basah sesuai
dengan kebutuhan. Selain pada saat persiapan, saat proses praktikum juga harus dilakukan
dengan teknik aseptik. Ketika membuka atau menutup tabung reaksi atau cawan petri harus
dilewatkan ke pembakar spirtus, dan menggunakan APD yang memadai seperti masker,
sarung tangan, dll untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kontaminasi.

VII. KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil praktikum yang telah dilakukan untuk mengetahui kualitas air
dengan menggunakan uji mikrobiologi dengan metode membran filter menunjukkan bahwa
sampel air yang didapatkan merupakan sampel air yang layak dikonsumsi berdasarkan
(Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/MENKES/PER/IV/2010), karena tidak terdapat
bakteri E.coli.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Thayib, Soeminarti dkk. 1997. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Umum. Serpong :


Fakultas Teknologi Pertanian Institut Teknologi Indonesia

Schlegel, H.G. dan Schmidt, K.1994. Mikrobiologi Umum. Gadjah Mada University
Press: Yogyakarta. Wilda. 2009. Mengenai berbagai Jenis Media.

Arra, Zahra. 2014.”Laporan Mikrobiologi Fix (I)”.i Fix (1)”.


https://www.academia.edu/8836209/Laporan-Mikrobiologi Fix-1
IX. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai