Anda di halaman 1dari 16

Laporan Praktikum Uji Air dengan Membran Filter

1. Judul : Uji Air dengan Membran Filter

2. Tujuan Praktikum :
1) Untuk mengetahui kualitas air yang diuji
2) Untuk mengetahui jenis mikroba yang ada pada air yang diuji

3. Tempat dan Waktu : laboratorium Biologi UNIMED, 21-22 Oktober 2019

4. Tinjauan Pustaka
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran
sangat kecil sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan.
Mikroorganisme disebut juga organisme mikroskopik. Mikroorganisme
seringkali bersel tunggal (uniseluler) maupun bersel banyak (multiseluler).
Namun, beberapa protista bersel tunggal masih terlihat oleh mata telanjang
dan ada beberapa spesies multisel tidak terlihat mata telanjang. Virus juga
termasuk ke dalam mikroorganisme meskipun tidak bersifat seluler.
Mikroorganisme merupakan suatu kelompok organisme yang tidak dapat
dilihat dengan menggunakan mata telanjang, sehingga diperlukan alat bantu
untuk dapat melihatnya seperti mikroskop, lup, dan lain-lain. Cakupan dunia
mikroorganisme sangat luas, terdiri dari berbagai kelompok dan jenis,
sehingga diperlukan pengidentifikasian. Banyak bakteri dibawah mikroskop
menunjukan bentuk morfologi yang sama, tetapi sifat-sifat fisiologi mereka
berlainan sama sekali. Ada beberapa golongan bakteri yang sama bentuknya,
tetapi yang satu dapat mencernakan asam amino tertentu. Sedangkan yang
lainnya tidak. Ada pula suatu golongan yang dapat menyebabkan suatu
penyakit, sedang golonganyang lain tidak. Maka jelaslah bahwa kesukaran
kita untuk menetapkan spesies berdasarkan sifat-sifat morfologis saja.. Dalam
pengidentifikasian mikroorganisme haruslah diketahui terlebih dahulu
karakteristik atau ciri-ciri mikroorganisme (Basuni, 2017).
Mikroba pada umumnya sangat kecil : ukurannya dinyatakan dalam
mikrometer (1 m = 0,001 mm ). Oleh karena ukurannya yang kecil diperlukan
mikroskop untuk melihat mikroba. Mikroskop yang digunakan tergantung
pada kecermatan yang diinginkan oleh peneliti. Sel mikroba terdiri dari
berbagai bahan kimia. Bila sel mikroba diberi perlakuan kimiawi, maka sel ini
memperlihatkan susunan kimiawi yang spesifik. Sebagai contoh, bakteri Gram
negatif memiliki lipopolisakarida dalam dinding selnya, Sedangkan bakteri
Gram positif tidak. Sebaliknya pada banyak bakteri Gram positif terdapat
asam teikoat. Bahan kimia ini tidak ditemukan pada gram negatif. Dinding sel
fungsi dan algae berbeda dari bakteri. Habitat merupakan sifat yang
mencirikan mikroorganisme. Mikroorganisme yang hidup di lautan berbeda
dengan air tawar. Mikroorganisme yang terdapat dalam rongga mulut berbeda
dengan saluran pencernaan (Basuni, 2017).
Mikroba yang memiliki habitat yang berbeda juga memiliki peran
yang berbeda. Ada mikroba yang meyebabkan patogen maupun sebaliknya
dan ada mikroba yang bersimbiosis dengan organisme lainnya. Mikroba yang
hidup diperairan dapat dijadikan sebagai parameter mikrobiologi. Parameter
mikrobiologi sebagai bioindikator pencemar perairan adalah merupakan salah
satu bahan pencemar biologis berupa mikroorganisme yang berasal dari
buangan domestik, industri pengolahan limbah, sampah dan limbah
peternakan.
Pentingnya sebagai parameter mikorbiologi pada air karena air
adalah materi esensial di dalam kehidupan, tidak ada satu pun makhluk hidup
di dunia ini yang tidak membutuhkan air. Baik tumbuh-tumbuhan maupun
hewan, sebagian besar tersusun oleh air, lebih dari 75% isi sel tumbuh-
tumbuhan atau lebih dari 67% isi sel hewan tersusun atas air. Wardhana
(2004) dalam Zega dna Hasruddin (2018) menjelaskan bahwa air merupakan
kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi ini. Dewasa ini, air menjadi
masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama dan cermat. Untuk
mendapatkan air yang baik sesuai standart tertentu, saat ini menjadi barang
yang mahal. Dalam penggunaan air tersebut, air kadang tercemar oleh
bermacam-macam pencemar seperti bahan kimia, biologi dan juga polusi
secara fisik.
Secara khusus pencemaran biologik adalah adanya bahan pencemar
seperti mikroorganisme yang masuk ke dalam perairan. Mikroorganisme yang
masuk ke dalam perairan dapat berasal dari limbah manusia. Salah satu
mikroorganisme cemaraan air minum adalah materi fekal. Kehadiran materi
fekal (dari tinja) di dalam air minum sangat tidak diharapkan, baik ditinjau
dari segi estetika maupun sanitasi. Escherichia coli sebagai salah satu contoh
jenis bakteri Coli, pada keadaan tertentu dapat mengalahkan mekanisme
pertahanan tubuh. Dari sejumlah tinja yang setiap hari dihasilkan oleh manusia
antara 100-150 gram, ternyata di dalamnya terkandung sekitar 3x1011 (300
milyar) sel bakteri Coli sehingga keberadaan mikroorganisme ini dalam air
minum dapat digunakan sebagai jasad-parameter/indikator alami terhadap
kontaminasi fekal. Golongan Escherichia coli merupakan mikroba oportunis
yang banyak ditemukan di dalam usus besar manusia sebagai flora normal.
Sifatnya unik karena dapat menyebabkan infeksi primer pada usus misalnya
diare pada anak dan juga kemampuannya menimbulkan infeksi pada jaringan
tubuh lain di luar usus (Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2008:3).
Kebutuhan akan air bersih semakin lama semakin meningkat, hal ini
sesuai dengan keperluan dan taraf kehidupan penduduk. Pencemaran air yang
semakin meningkat menyebabkan masyarakan beralih menggunakan air
minum dalam kemasan dan isi ulang sebagai alternatif untuk sumber air bersih
layak minum. Air minum isi ulang merupakan air yang mengalami proses
pemurnian baik secara penyinaran ultraviolet, ozonisasi, ataupun keduanya
melalui berbagai tahap filtrasi untuk mendapatkan air bersih yang dapat
digunakan untuk berbagai keperluan (Zega dan Hasruddin, 2018).
Cemaran mikroba merupakan mikroba yang keberadaannya dalam
pangan pada batas tertentu dapat menimbulkan risiko terhadap kesehatan
Terdapatnya mikroba di dalam bahan pangan yang dianggap sebagai cemaran
ialah apabila mikroba tersebut dapat mengakibatkan menurunnya mutu
makanan/minuman, rusaknya bahan dan mengakibatkan gangguan pada
kesehatan manusia.
Batas maksimal cemaran mikroba yang diizinkan dalam Kualitas air
minum menurut PerMenKes No.492/ Menkes /Per/IV/2010 berdasarkan
kualitas mikrobiologisnya yaitu: Total bakteri Escherichia coli maksimal 0
koloni/g (per 100 ml sampel) dan Total bakteri Coiliform maksimal 0 koloni/g
(per 100 ml sampel) (Rahayu, 2017).
Bakteri koliform merupakan golongan mikroorganisme yang lazim
digunakan sebagai indikator pencemar perairan untuk menentukan air/
perairan telah terkontaminasi oleh patogen atau tidak. Bakteri koliform
menghasilkan zat etionin yang dapat menyebabkan kanker. Selain itu, bakteri
pembusuk ini juga memproduksi bermacam-macam racun seperti indol dan
skatol yang dapat menimbulkan penyakit bila jumlahnya berlebih di dalam
tubuh. Bakteri koliform memiliki daya tahan yang lebih tinggi daripada
bakteri patogen lain serta lebih mudah diisolasi dan ditumbuhkan. Ciri-ciri
bakteri koliform antara lain dapat memfermentasi laktosa untuk menghasilkan
asam dan gas pada suhu 35 ⁰C-37 ⁰C. Contoh bakteri coliform antara lain
Escherichia coli, Salmonella spp., Citrobacter spp., Enterobacter spp.,
Klebsiella spp. Bakteri koliform tidak termasuk dalam taksonomi bakteri
namun hanya istilah untuk menyebutkan kelompok mikroorganisme yang
berada di air. Bakteri koliform memiliki enzim tambahan yaitu sitokrom
oksidase dan beta-galaktosidase (Sutiknowati, 2018).
Salah satu metode yang dapat mengidentifikasi suatu bakteri ialah
Pewarnaan Gram dan uji biokimia bakteri. Pewarnaan Gram dan uji biokimia
bakteri merupakan suatu cara atau perlakuan yang dilakukan untuk
mengidentifikasi dan mendeterminasi suatu biakan murni bakteri hasil isolasi
melalui sifat-sifat fisiologinya. Proses biokimia erat kaitannya dengan
metabolisme sel, yakni selama reaksi kimiawi yang dilakukan oleh sel yang
menghasilkan energi maupun yang menggunakan energi untuk sintesis
komponen-komponen sel dan untuk kegiatan seluler, seperti pergerakan
(Rahayu, 2017).
Pada uji air lainnya untuk mengidentifikasi dengan menggunakan
membran filter sebagai pendugaan apakah ada mikroba yang terkandung
dalam air. Ciri morfologis mikroba dilihat dari warna koloni mikroba.
Pertumbuhan bakteri terlihat berupa koloni berwarna merah (koliform). Selain
itu terdapat bakteri autotrofik yaitu bakteri sulfur (berwarna ungu dan non
ungu) yang merupakan agen pendegradasi bahan organik menjadi bahan
anorganik dengan melakukan fotosintesa sulfur. Selama proses degradasi,
bakteri ungu mengabsorbsi racun H2S dan mengubahnya menjadi bahan tidak
beracun. Bakteri menjadi berwarna ungu disebabkan adanya pigmen ungu
dalam membrane sel yang terdiri dari karotenoid dan bakteriokhlorofil. Warna
ungu terjadi selama proses fotosintesa anoksigen dan kebutuhan belerang
(sulfur) untuk bakteri berasal dari senyawa sulfur organic (Sutiknowati, 2018).
Salah satu uji air dengan membran filter akan dilakukan untuk menguji apakah
air di sumber air di kota medan layak di pakai untuk konsumsi dan keperluan
lainnya seperti mandi.

5. Alat dan Bahan :


Alat
1) Autoklaf
2) Tabung Ukur
3) Pinset
4) Corong
5) Cawan Petri
6) Laminar air flow cabinet
7) Membran Filter 0,45 μm
8) Spritus
9) Tissu
10) Botol tempat sampel
11) Kertas pembungkus

Bahan
1) Sampel air kemasan
2) Sampel air sumur
3) Sampel air isi ulang
4) Sampel air PAM
5) Media Agar

6. Prosedur Praktikum :
1) Alat-alat praktikum tabung ukur, pinset, corong, cawan petri, botol
tempat sampel di bungkus dengan kertas pembungkus.
2) Media agar yang dibuat di dalam tabung ukur di bungkus dengan kertas
pembungkus.
3) Kemudian di sterilisasi di Autoklaf sampai mencapai suhu 1210 𝐶
4) Setelah disterilisasi, alat-alat praktikum di dinginkan dalam suhu
ruangan
5) Setelah dingin botol untuk sampel siap digunakan dalam pengambilan
sampel.
6) Media agar dibuat kedalam cawan petri secukupnya. Dengan
penggunaan spritus untuk sterilisasi daerah penuangan bahan media.
7) Penuangan media agar di buat di laminar air flow cabinet.
8) Kemudian didinginkan sekitar setengah jam.
9) Alat-alat praktikum lainnya dan media agar di tempatkan di tempat
pendingin (kulkas).
10) Sampel diambil di daerah medan dengan empat jenis sumber air yaitu;
air kemasan, air sumur, air PAM dan air isi ulang.
11) Sampel air diambil masing-masing sebanyak 200 ml.
12) Cara pengambilan sampelnya adalah sampel dari air keran maka
sebelumya keran dialirkan dulu beberapa saat dan mulut kran
disterilisasi.

Pengambilan sampel dari air kran


13) Kemudian air tersebut di tutup dan dibungkus dengan kertas pembungkus.
14) Sampel di bawa ke laboratorium Biologi UNIMED
15) Alat-alat dan bahan praktikum yang ada dalam kulkas di keluarkan dari
kulkas kemudian di biarkan di suhu kamar sekitar setengah jam.
16) Alat dan bahan di letakkan di laminar air flow cabinet
17) Spritus dinyalakan untuk sterilisasi di daerah peletakkan bahan praktikum
18) Tabung ukur disiapkan kemudian di sambungkan dengan corong sebagai
tempat mengalir air yang akan disaring dengan membran filter.
19) Corong di sterilisasi dengan api spritus setiap penyaringan sampel air.
20) Sampel air kemasan di saring dengan membran filter kemudian diambil
membran filter tersebut dan di letakkan di cawan petri berisi media agar.
Kemudian ditandai diatas tutupnya sebagai sampel air sumur.
21) Sampel air kemasan, air PAM dan air isi ulang dilakukan perlakuan yang
sama seperti sampel air sumur.
22) Kemudian sampel yang di cawan petri ditutup dan dibungkus dengan
kertas pembungkus.
23) Kemudian diinkubasi selama 24 jam.
24) Setelah 24 jam maka diamati sampel tersebut, apa yang terjadi.

7. Hasil Praktikum

Gambar 1. Air Kemasan

Jumlah koloni mikroba: tidak ada


Warna koloni mikroba: tidak ada
Gambar 2. Air PAM

Jumlah koloni mikroba: tidak ada


Warna koloni mikroba: tidak ada

Gambar. Sampel Air sumur

Jumlah koloni mikroba: 3


Warna koloni mikroba: merah
Air isi ulang

Jumlah koloni mikroba: 4


Warna koloni mikroba: 2 warna merah dan 2 warna ungu

8. Pembahasan

Uji air yang dilakukan pada empat jenis sumber air. Yaitu; air
kemasan, air PAM, air sumur dan air isi ulang. Pada pengujian yang dilakukan
di laboratorium Biologi UNIMED pada tanggal 21-22 Oktober 2019.
Menunjukkan hasil praktikum yang dapat dilihat pada bagian hasil
pengamatan pada gambar. Sampel air kemasan menunjukkan bahwa tidak ada
koloni yang terlihat. Sampel kedua yaitu air PAM menunjukkan bahwa tidak
ada koloni pada membran filter tersebut. dari sampel 1 dan 2 disimpulkan
bahwa air kemasan dan air PAM tidak mengandung mikroba.
Hal tersebut menunjukkan bahwa penyulingan dan penyaringan air
kemasan dan air PAM sangat baik. Pada air kemasan layak dikonsumsi akan
tetapi air PAM belum tentu layak dikonsumsi karena volume air PAM untuk
sampel belum tentu mewakilinya. Karena volume air PAM besar
dibandingkan air kemasan yang sudah di kemas dengan volume 220 ml. Oleh
karena itu air PAM dilakukan penelitian selanjutnya dengan sampel yang lebih
memadai.
Alasan lainnya sampel air PAM tidak mengandung koloni mikroba
adalah penggunaan kaporit pada air PAM. Kaporit adalah
Kaporit dengan rumus kimia Ca(OCl)2 merupakan disinfektan yang sering
digunakan dalam disinfeksi karena cukup efektif dan terjangkau dari segi ekonomi,
bersifat stabil serta dapat disimpan lebih lama. Agar air sumur tersebut layak
diminum diperlukan pembubuhan disinfektan, sehingga kandungan E.coli dapat
dihilangkan. Untuk itu diperlukan disinfektan yang murah, mudah diperoleh dan
stabil dalam penggunaannya. Percobaan Syadikin menggunakan sinar matahari
sebagai disinfektan dapat mengurangi jumlah bakteri menjadi 1.110 sel/ml (64,71%)
pada air tanah kawasan Purus dan 185 sel/ml (75,97%) untuk kawasan Tabing.
Jumlah bakteri tersebut masih belum memenuhi batas baku mutu air minum.
Disinfeksi dengan sinar matahari ini memiliki kelemahan karena bergantung pada
intensitas penyinaran matahari dan keadaan cuaca. Disinfektan dapat membunuh
bakteri dengan menghambat sintesis protein, asam nukleat, sintesis dinding
sel, menghancurkan membran plasma, serta menghentikan metabolisme. Hal
ini mengakibatkan bakteri mati atau musnah (Komala dan Ajeng, 2014).
Pencampuran kaporit di dalam air akan dijumpai dalam air minum
adanya senyawa Trihalomethane atau disingkat THMs sebagai akibat hasil
samping dari proses disinfeksi dengan gas khlor atau senyawa hipoklorit.
Senyawa haloform dalam air minum dengan konsentrasi yang cukup tinggi
ditemukan segera setelah proses klorinasi. Berbagai factor yang
mempengaruhi terbentunya senyawa trihalomethane dalam air minum akibat
reaksi antara senyawa khlorine dengan senyawa natural seperti ‘ Humic
substance “ yang ada dalam air baku. Senyawa Trihalomethane dengan doses
yang cukup tinggi dapat menyebakan kanker hal ini diukapkan oleh Nasional
Cancer Institute tahun 1975 (Mulyono, 2018).
Air limbah yang masuk kebadan air mengalami pula proses
penguraian secara alami oleh mikro organisme yang ada di dalam air hal ini
dikenal dengan proses pemurnian sendiri (Self purification) dari sungai itu
sendiri. Dengan demikian jumlah mikroba semakin bertambah banyak dan
sebagai akibatnya senyawa humus yang ada semakin bertambah besar pula.
Senyawa – senyawa ini akan terbawa oleh aliran sungai menuju kedaerah hilir.
Jadi jelaslah bahwa senyawa precursor Trihalomethanes dapat terbentuk
akibat proses alami, maupun proses kegiatan manusia. Air yang sudah
mengandung precursor Trihalomethane ini didaerah hilir di jadikan air minum,
yang dalam pengolahanya akan diberikan khlor untuk disinfeksi yang
akibatnya akan terjadi reaksi samping antara ion CLO-dengan senyawa
senyawa organik membentuk Trihalomethane dan senyawa halogen organic
lainya. Disamping itu dengan semakin besarnya kandungan amoniak dalam air
akan membutuhakan jumalh khlor yang semakin banyak pula hal ini dikenal
dengan Break Point khlorinasi
NH3 +HOCl NH2 Cl + H2O
NH3 + 2HOCl NH Cl2 +2 H2O
NH2CL +NHCl2 N 2+ 3HCl

2NH3 + 3HOCl N2 + 3HCl +3HO


Pada pembubuhan awal maka khlor akan bereaksi dengan NH3
membentuk NH2Cl penambahan khlor berikutnya akan bereaksi dengan NH3
membentuk NHCl2 selanjutnya NHCl2 dan NHCl bereaksi membentuk gas
N2 dan gas HCl oleh karena itu penambahan dosis khlor selanjutnya tidak
akan menaikan kelebihan klor dalam air minum (Mulyono, 2018).
Oleh karena itu air PAM tidak terlalu baik digunakan untuk air
minum meskipun tidak mengandung koloni mikroba. Alasannya telah
dijelaskan diatas. Kemudian pada sampel 3 air sumur dan sampel 4 air isi
ulang terdeteksi mengandung mikroba. Pada sampel 3 air sumur terlihat 3
koloni mikroba berwarna merah. Kemudian pada sampel 4 air isi ulang terlihat
koloni mikroba sebanyak 4 koloni mikroba dengan 2 koloni mikroba berwarna
merah dan 2 koloni mikroba berwarna ungu. Warna-warna yang ditunjukkan
mikroba koloni dapat diidentifikasi jenis mikorba yang terkandung pada air
tersebut.
Koloni mikroba yang berwarna merah dan ungu menunjukan bahwa
jenis koloni mikroba adalah bakteri coliform. Karena bakteri coliform
menunjukkan warna merah-biru sampai ungu. Bakteri coliform yang berwarna
merah menunjukkan bahwa jenis ini adalah bakteri gram positif yaitu
Escherichia coli. Warna merah tersebut terjadi karena dinding sel bakteri gran
negatif mengandung sedikit lapisan peptidoglikannya dan lapisan
lipopolisakaridanyanya yang mudah rusak dengan zat yang mengandung
alcohol.
Sedangkan pada bakteri Coliform yang berwarna ungu adalah bakteri
gram positif. Warna ungu disebabkan karena pada dinding sel bakteri
mengandung lebih banyak peptidoglikan yang kokoh sehingga media tersebut
tidak dapat mencuci dinding bakteri tersebut. Maka jenis koloni mikroba
berwarna ungu adalah jenis Coliform sp. Bakteri gram positif.
Coliform (Fekal/Escherichia colidan non-fecal) merupakan bakteri
yang lazim digunakan sebagai indikator adanya polusi kotoran dan kondisi
yang tidak baik terhadap air, di mana bakteri ini dapat menjadi sinyal untuk
menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi oleh patogen atau tidak,
karena densitasnya berbanding lurus dengan tingkat pencemaran air, artinya
makin sedikit kandungan Coliform, artinya kualitas air semakin baik. Bakteri
E. coli merupakan bakteri Gram negatif yang menyebabkan infeksi pada
traktus urinarius dan gangguan pencernaan seperti diare. Hasil penelitian
menemukan bahwa bakteri coliform ini menghasilkan zat etionin yang dapat
menyebabkan kanker. Selain itu, bakteri pembusuk ini juga memproduksi
bermacam-macam racun seperti indol dan skatol yang dapat menimbulkan
penyakit bila jumlahnya berlebih di dalam tubuh (Alang, 2015).
Menurut PERMENKES Republik Indonesia No.416/Menkes/Per/IX/
1990 tentang pengawasan dan syarat-syarat kualitas air disebut sebagai air
bersih adalah air yang memenuhi syarat kesehatan, yang harus dimasak
terlebih dahulu sebelum diminum. Kehadiran bakteri E. coli besar
pengaruhnya terhadap kehidupan manusia, terbukti dengan kualitas air secara
bakteriologis tingkatannya ditentukan oleh kehadiran bakteri tersebut (Alang,
2015).
Menurut(Tim Redaksi dalam Alang, 2015) kriteria baku mutu
mikrobiologi yaitu PPRI No 82 Tahun 2001 menyatakan bahwa baku mutu E.
coli dan Coliform non Fecal adalah Coliform adalah 1000/100 ml. Hal ini
berarti berdasarkan kriteria baku mutu mikrobiologi yaitu PPRI No. 82 Tahun
2001 bahwa jumlah kontaminasi Escherichia coli yang ditemukan pada
sampel air sumur masih dalam batas normal.
Air isi ulang yang mengandung Escherichia coli dan Coliform sp.
Menunjukkan bahwa air isi ulang tidak layak untuk dikonsumsi karena
menurut persyaratan batas cemaran bakteri dalam air minum tercantum pada
Surat Keputusan Badan POM No. 037267 tahun 1989 (7) dan persyaratan
batas cemaran bakteri air minum dalam kemasan pada Standar Nasional
Indonesia (SNI) No. 01-3553 Tahun 2006 (2) hanya mencantumkan bahwa
bakteri Salmonella, Pseudomonas aeruginos, Escherichia coli, dan
Clostridium perfringens yang tidak boleh ada di dalam air minum dalam
kemasan (Radji et al.,2008).
Adanya kontaminasi bakteri Escherichia coli dan Coliform sp.tidak
hanya disebabkan karena tingginya kandungan cemaran mikroba yang bersal
dari air baku yang digunakan, akan tetapi juga disebabkan oleh kurang
memadainya penampungan/penyimpanan bahan baku, proses filtrasi
(penyaringan), proses desinfeksi, dan sanitasi tempat pengolahan air minum
atau sistem distribusi pada pipa penyalur air minum, serta kondisi peralatan
yang digunakan pada proses tersebut. mesi untuk depot air isi ulang memiliki
sistem kerja yaitu prefilter, karbon filter, filter dan desinfektan (Ozonisasi dan
UV). Penggunaan mesin sangat mempengaruhi kualitas air karena mesin
berhubungan langsung dengan air yang diproduksi. Mesin dan peralatan yang
berhubungan langsung dengan bahan baku ataupun produk akhir harus
dibersihkan dan dikenakan tindak sanitasi secara teratur, sehingga tidak
menimbulkan pencemaran terhadap produk akhir. Mesin dan peralatan yang
digunakan oleh Depot Air Minum harus dirawat secara berkala dan apabila
sudah habis umur pakai harus diganti sesuai dengan ketentuan teknisnya (Zega
dan Hasruddin, 2018).

9. Kesimpulan
Uji air yang dilakukan pada empat jenis air yaitu air kemasan, air
PAM, air sumur dan air isi ulang dengan menggunakan membran filter dapat
menunjukkan koloni mikorba pada air. Pada air kemasan dan air PAM tidak
terdeteksi (tidak ada) koloni mikrobanya. Sedangkan pada air sumur dan air isi
ulang terdapat koloni mikroba yang menunjukkan bahwa air sumur
terkontaminasi cemaran bakteri Escherichia coli. Dan air isi ulang
terkontaminasi bakteri Escherichia coli dan Coliform sp.

Daftar Pustaka

Alang, H. 2015. Deteksi Coliform Air PDAM di Beberapa Kecamatan Kota


Makasar. Prosiding Seminar Nasional Mikrobiologi Kesehatan dan
Lingkungan. Makasar: Alaudin.
Basuni, R. 2017. Modul Keahlian Ganda Kesehatan Hewan,Mikroorganisme dan
Vaksinasi. Cianjur: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependididkan Pertanian.
BPOM. 2008. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Badan Pengawasan
Nasional Obat dan Makanan RI: Jakarta.
Komala, P. S. dan Ajeng Y. 2014. Inaktivasi Bakteri Escherichia coli Air Sumur
Menggunakan Disinfektan Kaporit. Jurnal Teknik Lingkungan UNAND.
Vol. 11, No. 1. Hlm. 34-47.
Radji, M. et al. 2008. Pemeriksaan Bakteriologis Air Minum Isi Ulang Beberapa
Depot Air Minum Isi Ulang di Daerah Lenteng Agung dan Srengseng
Sawah Jakarta Selatan. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol. 5, No. 2. Hlm.
101-109.
Mulyono, ST. 2018. Penggunaan Kaporit pada Pengolahan Air Bersih dapat
Menyebabkan Penyakit Kanker. Forum Iptek. Vol. 13, No. 3. Hlm. 49-
53.
Rahayu, S. A. et al. 2017. Uji Cemaran Air Minum Masyarakat Sekitar
Margahayu Raya Bandung dengan Identifikasi Bakteri Escherichia
Coli. IJPST. Vol. 4, No. 2. Hlm. 50-56.
Sutiknowati, L. I. 2018. Keragaman Bakteri pada Perairan Sabang, Provinsi Aceh.
Majalah Ilmiah Biologi Biosfera : A Scientific Journal. Vol. 35, No. 2.
Hlm. 54-62.
Purnama, W. P. 2013. Aktivitas Antibakteri Glukosa terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Bacillus subtilis, dan
Escherichia coli. Naskah Publikasi. Surakarta: Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Zega, F. dan Hasruddin. 2018. Uji coliform dan Escherichia coli pada Depot Air
Minum Isi Ulang di Kecamatan Medan Deli. Jurnal Biosains Vol. 4,
No. 1. Hlm. 10-16.

Anda mungkin juga menyukai