Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN

MODUL II

PEMERIKSAAN AIR

Agha Hifzi Putra Achsan 2106730721

Asisten : Kautsar Muhammad Iqbal

Tanggal Praktikum : 23 November 2022

Nilai Laporan :

Paraf Asisten :

LABORATORIUM TEKNIK PENYEHATAN LINGKUNGAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

2022
1

1.1 Tujuan Praktikum


Modul II bertujuan untuk mengetahui tingkat pencemaran air pada lingkungan perairan
atau disini kita mengambil di Kolam Engineering Center FTUI oleh kotoran atau feses

1.2 Teori Dasar


1.2.1 Kepentingan Pemeriksaan Air
Air merupakan kebutuhan paling vital bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya.
Tubuh manusia terdiri dari sekitar 65% air mahluk hidup yang kekurangan air cukup banyak
dapat berakibat fatal atau bahkan mengakibatkan kematian. Manusia memerlukan 2,5-3 liter air
untuk minum dan makan kebutuhan air minum setiap orang bervariasi tergantung pada berat
badan dan aktivitasnya dari 2,1 liter hingga 2,8 liter per hari. Air minum harus memenuhi
persyaratan fisik, kimia, maupun bakteriologis (Sutjahyo, 2012).Air yang tercemar oleh bakteri
patogen akan menyebabkan timbulnya penyakit yang biasa disebut dengan waterborne disease.
Waterborne disease menjadi suatu permasalahan yang seringkali terjadi di seluruh dunia dengan
jumlah yang cukup banyak dan mengakibatkan timbulnya korban jiwa (Sweileh, Zyoud, &
Shraim, 2015).
Pengujian pemeriksaan air penting untuk dilakukan guna mengobservasi tingkat
pencemaran yang ada di lingkungan perairan, terutama oleh kotoran atau feses. Pengujian ini
juga dapat berguna untuk mengidentifikasi masalah pencemaran yang terjadi sehingga dapat
memastikan bahwa air dapat digunakan dan aman untuk dikonsumsi. Pengujian pemeriksaan air
dilakukan dengan metode MPN menggunakan parameter bakteri untuk baku mutu air danau dari
Peraturan Pemerintah RI Nomor 22 Tahun 2021.
1.2.2 Bakteri Coliform, Fecal Coliform, dan Escherichia Coli
Bakteri patogen merupakan bakteri yang menyebabkan penyakit pada manusia, hewan,
dan juga pada tumbuhan. Beberapa jenis bakteri patogen yang umum menjadi penyebab masalah
kesehatan manusia, yaitu Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Bacillus subtilis,
Bacillus cereus, dan Escherichia coli. Secara mikrobiologi bakteri indikator pencemaran yaitu
bakteri coliform, fecal coli dan fecal steptococcus, diantara ketiga bakteri tersebut yang utama
adalah E. coli. E.coli ditemukan selalu pada badan-badan air seperti danau, sungai dan laut serta
air kebutuhan masyarakat seperti air bak mandi air minum. Bahan ini berasal dari feses manusia
dan hewan berdarah panas serta perairan yang terkontaminasi oleh limbah yang bersifat organik
(Meliala, 2014).
Bakteri koliform merupakan suatu kelompok bakteri yang digunakan sebagai salah satu
indikator kualitas air adanya cemaran mikroba, biasanya bias melalui kotoran yang kondisinya
tidak baik terhadap kualitas air, makanan, maupun minuman. Koliform sebagai suatu kelompok

Universitas Indonesia
2

bakteri dicirikan sebagai bakteri berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora,
aerobik dan anaerobic fakultatif yang memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam yang
ditandai dengan terbentuknya gas pada tabung yang telah diinkubasi pada media yang sesuai
(Waluya, 2012). Untuk mengetahui jumlah bakteri koliform di dalam air digunakan metode
(MPN) Most Probable Number.
1.2.3 Metode Most Probable Number (MPN)
Metode MPN (Most Probable Number) merupakan suatu metode uji kandungan coliform
dalam air. Metode ini terbagi menjadi tiga tahap yaitu uji penduga (presumptive test), uji penguat
(confirmed stage), dan uji pelengkap (completed stage). Uji penduga (presumptive test)
merupakan tahapan pertama dalam metode ini, pada tahap ini medium Lactose Broth Single
Strength (LBSS) dan Lactose Broth Double Strength (LBDS) akan diinokulasikan dengan
volume air sampel yang berbeda dan diinkubasi dalam suhu 35°C selama 24-48 jam, lalu akan
diperoleh adanya tabung positif yang dilihat dari adanya gas pada tabung dirham yang berada di
dalam tabung reaksi. Tabung reaksi positif tersebut akan diinokulasikan kembali dengan
menggunakan medium Briliant Green Lactose Broth (BLGB) pada tahap kedua, yaitu uji
penguat. Kemudian, medium tersebut akan diinkubasikan selama 48 jam pada suhu 45°C.
Setelah itu, terdapat uji pelengkap yang mana keberadaan coliform dapat ditentukan setelah
sampel diinkubasi dengan suhu 30-37°C selama 24-48 jam. kelemahan dari metode ini adalah
diperlukan waktu yang cukup lama dalam menyelesaikan seluruh tahap yang ada dan perlu
dilakukan pengujian kembali secara lebih spesifik untuk membuktikan keberadaan Fecal
Coliform. (Jiwintarum, Agrijanti, & Septiana, 2017)
1.2.4 Medium dalam Uji Pemeriksaan Air
Dalam uji pemeriksaan air modul ini digunakan metode MPn. Dalam metode ini
digunakan beberapa medium seperti Lactose Broth Tunggal (LBT) dan Lactose Broth Ganda
(LBG) serta Briliant Green Lactose Broth (BGLB), Eosin Methylene Blue Agar (EMBA) dan
Nutrient Agar (NA). LBT dan LBG ini digunakan sebagai media untuk mendeteksi kehadiran
coliform dalam kita mengecek sampel air yang kita uji. Media BGLB digunakan untuk
menghambat pertumbuhan flora mikroba yang tidak diinginkan. Media BGLG yang sudah
digunakan akan berwarna hijau metalik saat bereaksi fermentasi antara koloni coliform dengan
BGLB. Warna ini seringkali dihasilkan oleh bakteri E.Coli. EMBA disini digunakan sebagai
media selektif yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri gram negative. Eosin dan pewarna
biru metilen akan menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan membantu pertumbuhan
bakteri gram negative. Media EMBA ini mengandung laktosa dan sukrosa. Mikroorganisme
yang dapat melakukan fermentasi terhadap laktosa akan menghasilkan koloni dengan inti
berwarna gelap dan mengkilap seperti logam. Sedangkan, mikroorganisme yang tidak mampu

Universitas Indonesia
3

melakukan fermentasi terhadap laktosa akan menghasilkan koloni yang tidak berwarna. Berbeda
dengan EMBA, Nutrient Agar disini menjadi media non-selektif sehingga media ini berfungsi
sebagai pertumbuhan dan pengembang biakan bakteri.
1.2.5 Standar Baku Mutu
Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun 2009 tentang
daya tampung beban pencemaran air danau dan/atau waduk, standar baku mutu air adalah tingkat
kondisi mutu air yang menunjukkan kondisi cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air
dalam waktu tertentu dengan membandingkan dengan baku mutu air atau kelas air yang
ditetapkan. Berikut adalah standar baku mutu air danau di Indonesia diambil dari Peraturan
Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021:
Tabel 1. Baku Mutu Air Danau dan Sejenisnya

No Parameter Unit Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV

1. Fecal Coliform MPN/100 100 1000 2000 2000


mL

2. Total Coliform MPN/100 1000 5000 10000 10000


mL
(Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021, 2021)
Untuk Kelas I merupakan air yang digunakan untuk keseharian seperti contoh air
minum, Kelas II dua merupakan air yang dipergunakan untuk sarana/prasarana rekreasi air,
contoh pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, persawahan, Kelas III merupakan air yang
dipergunakan untuk sistem perairan seperti irigasi, untuk kelas IV merupakan air yang
digunakan sesuai baku mutu kelas IV ini.
1.3 Alat dan Bahan
Alat :
• Tabung Reaksi
• Tabung durham
• cawan petri berisi medium EMBA
• Jarum ose
• Mikropipet
• Tip Mikropipet 5 mL, 0,5 mL, dan 0,05 mL
• Parafilm
• Rak Tabung
• Spiritus
• Inkubator

Universitas Indonesia
4

• Korek Api
Bahan :
• Sampel Air Rotunda
• Lactose Broth Ganda
• Lactose Broth Tunggal
• BGLB
• EMBA
• Nutrient Agar
• Larutan Alkohol 70%

1.4 Prosedur Kerja


A. Uji Penduga

No Prosedur Kerja Catatan Gambar

Memasang tip mikropipet • Pasangkan tip


sesuai degan
kebutuhan 5
ml, 0,5 ml,
dan 0,005 ml.
• Tip
mikropipet
dipasang
dengan cara
1 memasang
langsung pada
tempat tip
mikropipet
tanpa
menyentuhnya
untuk
menghindari
kontaminasi

Universitas Indonesia
5

Menyalakan api spirtus


menggunakan korek api

Mendekatkan mulut Untuk mensterilkan


tabung LBG ke api tabung reaksi agar
spiritus tidak terjadinya
kontaminasi dari luar
3

Memasukkan masing- • Mikropipet


digunakan
masing sampel air ke
dengan cara
dalam 5 tabung reaksi menekan
tombol
LBG menggunakan
mikropipet
mikropipet sambil sebelum
memasukanny
mendekatkannya dengan
a ke dalam
4 api spiritus sampel
kemudian
lepaskan
ketika sudah
beradad di
dalam sampel,
lalu tekan
kembali untuk
mengeluarkan
sampel

Universitas Indonesia
6

• Mendekatkan
tabung reaksi
dengan api
spirtus
berfungsi agar
tidak terjadi
kontaminasi
dari luar.

Mensterilkan mulut Agar tidak terjadi


tabung kembali ke api kontaminasi
spiritus dan menutupnya mikroorganisme dari
luar.
5

Memberikan label nama Untuk mengetahui


pada setiap tabung reaksi jenis sampel yang ada
pada tabung reaksi

Melepaskan tip Melepaskan tip


mikropipet dengan cara menekan
7
tombol eject pada
mikropipet

Universitas Indonesia
7

Ulangi langkah 2 sampai


7 untuk sampel 0,5 mL
dan 0,05 mL

Setelah melakukan uji • Waktu 24 jam


merupakan
penduga 5 mL, 0,5 mL,
fase statis
dan 0,05 mL, masukkan mikroorganis
me
tabung reaksi ke dalam
• Suhu 35° C
inkubator pada suhu 35°C
9 merupakan
suhu optimal
untuk
mikroorganis
me hidup dan
berkembang

Mengamati hasil rekasi Reaksi positif ditandai


positif dari inkubasi dengan adanya
gelembung pada
tabung dirham dan
10
terbentuknya asam
yang dilihat dari
kekeruhan sampel

B. Uji Penguat

No Prosedur Kerja Catatan Gambar

Universitas Indonesia
8

1. Menyalakan api spiritus


menggunakan korek api.

2. Mensterilkan jarum ose Agar tidak terjadi


dengan meletakan jarum kontaminasi saat
ose diatas api spirtus mencelupkan jarum
hingga membara, ose ke dalam sampel.
mencelupkannya ke
alkohol, kemudian
melewatkannya di atas
jarum ose

3. Memanaskan mulut Agar tidak terjadinya


tabung LBG dan LBT kontaminasi dari luar
positif tabung

Universitas Indonesia
9

4. Mengambil satu ose


biakan dengan jarum ose
dari tabung reaksi
tersebut dan menutup
tabung reaksi, serta
menghomogenkannya.

5. Memanaskan mulut Agar tidak terjadi


tabung BGLB kontaminasi dari luar
tabung

6. Memasukkan 1 ose
biakan, lalu memanaskan
kembali mulut tabung,
menutupnya, dan
menghomogenkannya

7. Mengulangi langkah 1
sampai 5 pada tabung LB
positif lainnya

Universitas Indonesia
10

8. Menginkubasi tabung Suhu 45,5C


reaksi positif pada suhu merupakan suhu
45,5C selama 24-48 jam dimana bakteri E.Coli
dapat bertahan hidup
sementara bakteri
lainnya mati.

9. Mengamati dan mencatat Reaksi positif


hasil inkubasi positif ditunjukkan dengan
adanya gelembung
pada tabung dirham
dan pembentukan
asam dilihat dari
kekeruhan sampel

C. Uji Pelengkap

No Prosedur Kerja Catatan Gambar

Menyalakan api spiritus.


Mengguanakan korek api

Universitas Indonesia
11

Mensterilkan jarum ose


dengan meletakan jarum
ose diatas api spirtus Agar tidak terjadi
hingga membara, kontaminasi saat
2
mencelupkannya ke mencelupkan jarum
alkohol, kemudian ose ke dalam sampel.
melewatkannya diatas
jarum ose

Reaksi positif
Mengambil satu tabung
ditunjukkan dengan
reaksi BGLB yang
3. adanya gelembung
menunjukkan reaksi
pada tabung dirham
positif.

Mengambil satu ose


biakan dengan jarum ose
Untuk mencegah
4. dari tabung BGLB,
kontaminasi
mensterilkan dan
menutup kembali

Universitas Indonesia
12

• Pensterilan
dilakukan agar
Mensterilkan pinggiran tidak terjadi
kontaminasi
cawan petri dan
dari luar
5. menginokulasikan satu • Inokulasi
dilakukan
ose biakan ke dalam dengan teknik
media EMBA gores kuadran

Dilakukan selama
Mensterilkan jarum ose,
teknik gores untuk
melarutkan dlaam larutan
6. mencegah
alkohol, dan melewatinya
kontaminasi pada
di atas api secara berkala
jarum ose

Parafilm untuk
Menutup pinggiran cawan
7. mencegah
menggunakan parafilm
kontaminasi dari luar

Universitas Indonesia
13

Suhu 33C merupakan


suhu yang optimal
untuk pertumbuhan
bakteri
Menginkubasi cawan • Waktu
24-48 jam
8. petri selama 24 – 48 jam
merupakan
pada suhu 33C waktu dimana
bakteri
mengalami fase
statis

Reaksi positif
ditunjukkan dengan
Dari hasil inkubasi adanya bakteri E.Coli
tersebut amati hasil yang pada cawan petri yang
9.
menunjukkan reaksi dilihat dari
positif terbentuknya warna
hijau metalik pada
cawan

Menyalakan api spirtus


10.
dengan korek api

Universitas Indonesia
14

Mensterilkan jarum ose


dengan memanaskannya
diatas api spirtus, Pensterilan dilakukan
kemudian agar jarum ose
11.
memasukkannya ke terbebas dari
alkohol 70%, lalu kontaminasi
menganginkannya di atas
api spirtus

Pengambilan sampel
Mengambil sampel yang dilakukan didekat api
12. berwarna hijau metalik spirtus untuk
dengan jarum ose menghindari
kontaminasi

Mendekatkan mulut
Untuk menghindari
tabung reaksi berisi
13. adanya kontaminasi
media NA miring ke api
dari luar
spirtus

Universitas Indonesia
15

Menginokulasi sampel ke Teknik zig-zag (streak)


tabung reaksi dengan digunakan agar
14.
jarum ose menggunakan pertumbuhan bakteri
teknik zig-zag (streak) dapat tersebar merata

• Suhu tersebut
merupakan
suhu yang
optimal untuk
Menginkubasi sampel pertumbuhan
bakteri
15. pada suhu 30-35C
• 24-48 jam
selama 24-48 jam merupakan
fase statis
pertumbuhan
bakteri

Mengamati dan mencatat


16.
hasil pengamatan

1.5 Hasil Pengamatan


Dalam perhitungan jumlah MPN dalam sampel air dibutuhkan bantuan tabel MPN/100
mL dengan cara mencocokkannya dengan jumlah tabung LBG dan LBT positif dari masing-
masing tahap uji.

Universitas Indonesia
16

Tabel 3 Hasil Pengamatan


Hasil Sampel Air Kolam EC 
Pengamatan Uji Penduga  Uji Penguat 
5 mL  0,5 mL  0,05 mL  5 mL  0,5 mL  0,05 mL 
Tabung Reaksi
4  5  3  3  2  1 
Positif 
MPN/100mL  64 17
Sumber: (Analisis Penulis, 2022)

1.6 Analisis/Pembahasan
1.6.1 Analisis Percobaan
Praktikum pemeriksaan air ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pencemaran air pada
lingkungan perairan atau disini kita mengambil di Kolam Engineering Center FTUI oleh kotoran
atau feses. Pada percobaan ini terdapat beberapa tahapan pengujian yaitu uji penduga, uji
penguat, dan uji pelengkap yang menghasilkan data jumlah tabung positif.
Sebelum percobaan pemeriksaan air dilakukan, praktikan harus memenuhi standar
keamaan praktikum dengan memakai alat pelindung diri (APD), seperti jas lab, sarung tangan,
masker, dan sepatu tertutup guna menghindari risiko yang dapat terjadi saat berjalannya
praktikum. Selanjutnya praktikan menggunakan larutan alcohol 70% untuk mensterilkan tangan
dan meja, kemudian mengelapnya dengan tisu.

Universitas Indonesia
17

Kemudian praktikan mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum
pemeriksaan air ini. Alat dan bahan yang diperlukan antara lain, tabung reaksi berisi Lactose
Broth, Brilliant Green Lactose Broth, dan Nutrient Agar. Lactose Broth berfungsi sebagai media
pertumbuhan bakteri coliform, dan Brilliant Green Lactose Broth berfungsi sebagai media
pertumbuhan bakteri fecal-coliform.
Langkah pertama dalam praktikum pemeriksaan air adalah dengan melakukan uji
penduga 5 ml. Pertama, praktikan mengambil 5 ml sampel dengan tip 5 ml pada mikropipet
sembari menyalakan api spiritus sebagai tindakan aseptik. Lalu, mensterilkan tabung reaksi yang
berisi media Lactose Broth ganda dengan mendekatkannya pada api spiritus. 5 mL sampel yang
sudah diambil tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi LBG
tersebut.Setelah itu, tabung reaksi disterilkan lagi dengan didekatkan dengan api spiritus dan
ditutup. Uji penduga 5 ml dilakukan sebanyak lima kali untuk lima tabung reaksi berbeda yang
berisi media LBG. Langkah kedua yaitu melakukan uji penduga 0,5 dan 0,05 ml dengan cara
yang sama seperti dengan uji penduga 5 mL. Untuk uji penduga 0,5 ml, sebanyak 0,5 ml air
sampel dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi berisi media Lactose Broth Ganda
(LBT). Sementara untuk uji penduga 0,05 ml, sebanyak 0,05 mL air sampel dimasukkan ke
dalam masing-masing tabung reaksi berisi media Lactose Broth Tunggal (LBT). Setiap uji
penduga dilakukan pada masing- masing lima tabung reaksi berisi media LBT. Setelah itu,
seluruh tabung reaksi dari uji penduga 5 mL, 0,5 mL, dan 0.05 mL dimasukkan ke dalam
inkubator pada suhu 35°C selama 24-48 jam. Suhu dan waktu tersebut disesuaikan agar bakteri
fecal coliform dapat bertumbuh secara optimal. Lalu, hasil dari pengujian ini akan menghasilkan
reaksi positif dan negatif. Reaksi positif ditandai dengan adanya asam, gas, dan sampel menjadi
keruh karena terdapatnya mikroorganisme di sampel.
Setelah melakukan uji penduga, selanjutnya adalah melakukan uji penguat pada semua
tabung yang menunjukkan hasil positif pada uji penduga. Uji penduga memiliki tujuan untuk
mengkonfirmasi adanya total coliform pada tabung yang menunjukkan reaksi positif di uji
penduga. Langkah pertama yaitu dengan melakukan sterilisasi pada meja dan tangan dengan
menyemprotkan larutan alkohol 70%. Kemudian, jarum ose didekatkan pada api spiritus sebagai
tindakan aseptik. Jarum ose juga disterilkan dengan memasukkannya ke alkohol 70% lalu
diangingkan di dekat spiritus. Kemudian, mulut tabung reaksi LBG dan LBT positif didekatkan
dengan api spiritus untuk menghindarkan tabung reaksi dari kontaminan. Lalu, praktikan
mengambil 1 jarum ose dari tabung LBG dan menutup Kembali tabung reaksi. Selanjutnya,
mulut tabung BGLB dipanaskan dekat api spiritus dan dimasukkan satu ose biakan. Tabung
tersebut kemudian disterilkan dan ditutup, lalu dihomogenkan tercampur seluruhnya. Langkah-
langkah tersebut dilakukan berulang pada tabung reaksi LB positif lainnya. Setelah itu, tabung

Universitas Indonesia
18

reaksi tersebut diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu 45,5°C sebagai suhu untuk dapat
melakukan enumerasi total coliform. Setelah proses inkubasi, tabung reaksi tersebut diamati
untuk dilihat pembentukan asam dan gas yang terjadi.
Proses selanjutnya adalah uji pelengkap tahap 1. Uji pelengkap bertujuan untuk
memastikan kembali hasil dari uji penduga. Pertama-tama, jarum ose disterilkan terlebih dahulu
di dekat api spiritus dan dimasukkan ke dalam alkohol 70%. Praktikan mengambil satu tabung
reaksi BLGB yang menunjukkan hasil reaksi positif pada uji penguat. Lalu, praktikan
mengambil satu ose biakan dari tabung reaksi sembari mendekatkannya dengan spiritus, lalu
menutup tabung reaksi tersebut. Langkah selanjutnya adalah mensterilkan pinggiran cawan petri
dan menginokulasikan satu ose biakan tersebut ke dalam media EMBA dengan cara
menggesekkan ose di permukaannya dengan menggunakkan teknik gores kuadran. Kemudian,
jarum ose disterilkan dengan mencelupkannya ke dalam alkohol dan menganginkannya di dekat
api spiritus. Cawan petri yang telah diinokulasikan kemudian diplester dengan parafilm agar saat
penyimpanan, cawan petri dan isinya dapat terhindar dari kontaminasi serta agar udara tidak
dapat masuk sehingga tidak terdapat embun pada cawan petri yang dapat menghalangi
pembacaan. Kemudian, mengulangi langkah-langkah yang sama untuk tabung positif lainnya.
Cawan petri kemudian diinkubasi di inkubator selama 24-48 jam pada suhu 33oC. Setelah itu,
cawan petri kemudian dikeluarkan dari inkubator untuk mengamati koloni berwarna hijau
metalik yang ada pada permukaan media EMBA di cawan petri sebagai indikator adanya bakteri
E.Coli
Terakhir, dilakukan uji pelengkap 2. Pertama-tama, praktikan melakukan Tindakan
aseptik terhadap jarum ose agar terhindar dari kontaminasi dengan cara mendekatkannya ke api
spiritus hingga membara lalu mencelupkannya ke larutan alkohol 70% dan menganginkannya di
dekat api spiritus. Setelah itu, praktikan mengambil koloni berwarna hijau metalik pada medium
EMBA menggunakan ose sembari mendekatkannya ke api spiritus untuk sterilisasi. Lalu,
praktikan menginokulasikan koloni tersebut pada media nutrient agar (NA) miring dengan
Teknik streak atau gores secara zig-zag. Teknik streak dilakukan secara perlahan-lahan dengan
menggoreskan jarum ose ke dasar tabung reaksi letak NA miring. Setelah itu, tabung NA
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 30°-37°C untuk mengkulturkan bakteri yang ada
didalamnya. Setelah itu, tabung dikeluarkan dari inkubator dan melakukan pewarnaan gram.
1.6.2 Analisis Data
Berdasarkan hasil data pengamatan dan perhitungan yang sudah dilakukan, diperoleh
jumlah bakteri coliform dalam 100 mL sampel air dapat dihitung dengan membandingkan antar
jumlah tabung positif pada uji penduga, uji penguat, dan uji pelengkap dengan mengacu kepada
table indeks MPN. Kemudian, didapatkan hasil reaksi positif pada uji penduga sebanyak 4

Universitas Indonesia
19

tabung pada sampel 5 mL, 5 tabung pada sampel 0,5 mL dan 3 tabung pada sampel 0,05 mL.
Hasil pengamatan tersebut dapat ditulis dengan perbandingan 4-5-3 kemudian di cocokan
dengan tabel indeks MPN didapatkan jumlah coliform dari ketiga sampel sebesar 64 MPN/100
mL. Hasil angka tersebut merupakan jumlah total coliform yang ada pada sampel air. Sehingga
dari hasil yang sudah dicocokan dengan tabel tersebut jumlah bakteri total coliform pada sampel
air kolam Engineering Center ada sebanyak 64 MPN/100 mL.
Pada uji penguat didapatkan hasil tabung reaksi positif sebanyak 3 tabung reaksi pada
sampel 5 mL, 2 tabung reaksi pada sampel 0,5 mL dan 1 tabung reaksi pada sampel 0,05 mL.
Hasil pengamatan tersebut dapat ditulis dengan perbandingan 3-2-1. Mengacu pada tabel indeks
MPN didapatkan jumlah bakteri coliform yang ada sebanyak 17 MPN/100 mL. Hasil angka
tersebut merupakan jumlah bakteri fecal coliform yang terkandung pada sampel air kolam
Engineering Center ada sebanyak 17 MPN/100 mL.
Dari hadil kedua uji bisa dilihat pada uji penduga lebih banyak daripada uji penguat,
atau jumlah dari total coliform jumlahnya lebih banyak dari fecal coliform. Hal ini berkaitan
dengan dasar teori bahwa total coliform merupakan gabungan dari fecal coliform dan non-fecal
coliform. Dapat disimpulkan juga bahwa sampel air kolam Engineering Center ini mengandung
bakteri E. Coli dari masih terkandung fecal coliform. Namun, dengan jumlah bakteri fecal
coliform yang masih sedikit, sampel air kolam EC ini bisa dibilang belum tercemar. Faktot yang
bisa menyebabkan muncul nya bakteri fecal coliform pada sampel bisa dari kandungan bakteri
yang dihasilkan oleh ikan yang ada pada kolam EC. Kemudian bisa juga karena faktor
kelembaban udara, temperatur, pencahayaan, nutrien, pH, oksigen dan tekanan osmotik yang
bisa jadi faktor tumbuhnya bakteri fecal coliform pada kandungan sampel air. Dari jumlah
bakteri fecal coliform yang sedikit ini menandakan bahwa badan air belum tercemar.
Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2021 sampel air kolam EC
termasuk dalam kategori air kelas I yang dapat diperuntukan sebagai air minum. Hal ini perlu
diteliti lebih lanjut lagi karena hal ini tidak sesuai dengan penggunaan kolam ec yang digunakan
sekarang yang dipergunakan hanya untuk budidaya ikan air tawar.
1.6 Kesimpulan dan Saran
1.6.1 Kesimpulan
a. Kolam EC mengandung bakteri fecal coliform sebanyak 17 MPN/100 mL.
b. Kolam EC mengandung bakteri total coliform sebanyak 64 MPN/ 100 mL.
c. Mengacu pada PP No. 22 Tahun 2021 mengenai standar baku mutu. Kolam EC masuk
ke dalam kelas I sesuai dengan hasil jumlah total coliform dan total coliform dengan ini
air kolam EC juga dapat digunakan sebagai sumber air minum.
1.6.2 Saran

Universitas Indonesia
20

a. Selama proses praktikum, praktikan harus teliti dan cermat dalam mensterilkan alat yang
digunakan agar terhindar dari kontaminasi mikroorganisme lain.
b. Selama proses praktikum, praktikan harus teliti dan cermat dalam mensterilkan alat yang
digunakan, jika mensterilkannya dengan memanaskan di api spirtus jangan sampai
terlalu panas atau mungkin hanya sebentar saja.
c. Praktikan harus teliti dan cermat dalam mengamati hasil praktikum agar hasil yang
didapatkan dapat sesuai dalam analisis nantinya.
1.7 Daftar Pustaka
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021.
Sweileh, W. M., Zyoud, S. H., & Shraim, N. Y. (2015). Drinking and recreational water-related
diseases: a bibliometric analysis (1980–2015). Annals of Occupational and Environmental
Medicine.

PERTIWI, DEVI PEBRIANI (2016) ANALISIS MIKROBA DAN BAKTERI KOLIFORM PADA
BAKSO BAKAR DI PASAR MINGGU KOTA MALANG SEBAGAI SUMBER BELAJAR
BIOLOGI.

Afif, F., Erly, & Endrinaldi. (2015). Identifikasi Bakteri Escherichia Coli pada Air Minum Isi
Ulang yang Diproduksi Depot Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Padang Selatan.Jurnal
Kesehatan Andalas, 4(2).

Utami, F. T., & Miranti, M. (2020). METODE MOST PROBABLE NUMBER (MPN)
SEBAGAI DASAR UJI KUALITAS AIR SUNGAI RENGGANIS DAN PANTAI TIMUR
PANGANDARAN DARI CEMARAN Coliform dan Escherichia coli. Jurnal Kesehatan Bakti
Tunas Husada : Jurnal Ilmu Ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan Farmasi, 20(1).

1.8 Lampiran

a. Diagram Alir

Universitas Indonesia
21

b. Tes Pendahuluan

Universitas Indonesia
22

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai