Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI

ACARA PRAKTIKUM KE : VII

ENUMERASI MIKROBA

Nama : Mahatma Narendra Niti

NIM : 24020119140145

Kelompok :8

Hari, tanggal : Rabu, 28 Oktober 2020

Asisten : Irfan Rivaldi Armando

LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2020
ACARA VII

ENUMERASI MIKROBA

I. TUJUAN

1.1 Mampu memahami dan menjelaskan teknik perhitungan (enumerasi)

mikroba dengan metode Total Plate Count (TPC).

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Enumerasi Mikroba

Enumerasi adalah metode penghitungan jumlah koloni bakteri

per satuan berat atau volume. Jumlah perhitungan koloni bakteri yang

tumbuh pada media cawan petri dapat dinyatakan valid apabila

berjumlah 30-300 koloni. Apabila bakteri di dalam cawan petri lebih

dari 300 koloni, perhitungan jumlah bakteri akan dinilai kurang valid.

Hal ini karena jarak antara koloni bakteri yang saling berhimpitan akan

menyebabkan gangguan pada saat perhitungan. Metode enumerasi dapat

dilakukan dengan berbagai cara, antara lain adalah metode

penghitungan langsung di dalam ruang hitung, metode membrane filter,

metode berat kering dan volume sel, metode Most Probable Number

(MPN), dan metode pengenceran dengan Spread Plate atau Pour plate.

Jumlah koloni bakteri yang didapatkan dinyatakan dalam satuan CFU

(Colony Forming Unit) per 1 mL atau 1 gram koloni (Damayanti, 2019).

2.1.1 Perhitungan Secara Langsung (Direct Method)

Perhitungan secara langsung dilakukan untuk

mengetahui beberapa jumlah mikroorganisme pada suatu bahan.


Perhitungan secara langsung dilakukan pada saat tertentu tanpa

memberikan perlakuan terlebih dahulu. Sedangkan jumlah

orgnisme yang diketahui dari cara tidak langsung terlebih dahulu

harus memberikan perlakuan tertentu sebelum dilakukan

perhitungan. Perhitungan secara langsung dapat dilakukan

dengan beberapa cara antara lain, adalah dengan membuat

preparat dari suatu bahan (preparat sederhana diwarnai atau tidak

diwarnai) dan penggunaan ruang hitung (counting chamber).

Sampel cairan atau larutan yang akan diperiksa dimasukkan ke

dalam ruang hitung yang telah diketahui volumenya (Ramona,

dkk, 2016).

2.1.2 Perhitungan Secara Tidak Langsung (Indirect Method)

Perhitungan cara tidak langsung hanya untuk

mengetahui jumlah mikroorganisme pada suatu bahan yang

masih hidup saja (viable count). Pada pelaksanaannya, ada

beberapa cara yaitu perhitungan pada cawan petri (Total Plate

Count/TPC), perhitungan melalui pengenceran, perhitungan

jumlah terkecil atau terdekat (MPN methode), dan kalori meter

(cara kekeruhan atau turbidimetri). Keuntungan menggunakan

metode enumerasi mikroorganisme secara tidak langsung

adalah perhitungan hanya kepada mikroba yang masih hidup

sehingga hasilnya lebih akurat. Kekurangan dalam metode

perhitungan tidak langsung adalah membutuhkan waktu


inkubasi yang lama sehingga hasilnya tidak didapat dengan

waktu yang cepat. Perhitungan mikroba secara tidak langsung

memiliki sensitifitas yang tinggi sehingga metode tersebut

cocok digunakan untuk deteksi sensitif dari kontaminasi

mikroba pada makanan dan materi yang lain (Madigan dkk.

2011).

2.2 Total Plate Count (TPC)

Metode Viable Count atau disebut dengan metode TPC (Total

Plate Count) merupakan kultur yang diencerkan sampai batas yang

diinginkan. Kultur encer ditumbuhkan kembali pada media, sehingga

diharapkan setiap sel tumbuh menjadi satu koloni, biasanya 4-12 jam.

Namun, cara ini memiliki keterbatasan yaitu jumlah sel terhitung

biasanya lebih kecil dari sebenarnya dan tidak dapat diaplikasikan pada

bakteri yang tumbuh lambat. Faktor yang mempengaruhi perhitungan

bakteri dengan metode ini adalah jumlah sel bakteri harus mendekati

kelipatan 10 pada setiap pengencerannya. Jika tidak, maka perhitungan

dianggap gagal (Sibarani, 2011).


2.3 Sampel Uji

Sampel uji merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti.

Sampel akan dipandang sebagai suatu pendugaan terhadap populasi,

namun bukan populasi itu sendiri. Sampel dianggap sebagai perwakilan

dari populasi yang hasilnya mewakili keseluruhan gejala yang diamati.

Ukuran dan keragaman sampel menjadi penentu baik tidaknya sampel

yang diambil. Sampel yang baik akan saat dilakukannya pengujian akan

sangat menentukan keberhasilan data sebagai hasil penelitian yang

valid (Ningrum, 2018).

2.3.1 Air Sungai

Kualitas air sungai dipengaruhi oleh kualitas pasokan

air yang berasal dari daerah tangkapan. Sedangkan kualitas

pasokan air dari daerah tangkapan berkaitan dengan aktivitas

manusia yang ada di dalamnya. Perubahan kondisi kualitas air

pada aliran sungai merupakan dampak dari buangan dari

penggunaan lahan yang ada. Perubahan pola pemanfaatan lahan

menjadi lahan pertanian, tegalan dan permukiman serta

meningkatnya aktivitas industri akan memberikan dampak

terhadap kondisi hidrologis dalam suatu Daerah Aliran Sungai

(DAS). Selain itu, berbagai aktivitas manusia dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya yang berasal dari kegiatan industri, rumah

tangga, dan pertanian akan menghasilkan limbah yang memberi


sumbangan pada penurunan kualitas air sungai (Agustiningsih,

dkk, 2012).

2.3.2 Air Sumur

Air tanah dapat berupa air sumur dalam maupun air

sumur dangkal. Sumur gali adalah satu konstruksi sumur yang

paling umum dan meluas dipergunakan untuk mengambil air

tanah bagi masyarakat kecil dan rumah-rumah perorangan

sebagai air minum dengan kedalaman 7–10 meter dari

permukaan tanah. Sumur gali menyediakan air yang berasal dari

lapisan tanah yang relatif dekat dari permukaan tanah, oleh

karena itu dengan mudah terkena kontaminasi. Sumur bor

(pompa) merupakan lapisan air tanah yang dilakukan

pengeboran lebih dalam. Sumur bor dapat dilakukan

pengeboran dengan kondisi lapisan tanah yang jauh dari tanah

permukaan dapat dicapai sehingga sedikit dipengaruhi

kontaminasi (Ningrum, 2018).

2.3.3 Air Mineral

Minuman dalam botol plastik memang memberikan

kesan praktis dan mudah dibawa kemana saja. Namun, menurut

Environmental Protection Agency (EPA) di Amerika. Air dalam

kemasan juga tetap bisa terkontaminasi. Di berbagai negara air

minum dalam kemasan terbagi menjadi dua. Air mineral yang

berasal dari air dalam kota, dan mata air alami. Air yang lebih
patut diwaspadai adalah air yang berasal dari dalam kota sendiri.

Air itu diambil dari pemasok dalam kota ke sebuah pabrik,

dibersihkan, lalu dikemas. Lazimnya, air berasal dari saluran

terbuka, waduk, lelehan salju, atau sumber di permukaan tanah.

Sejauh ini, belum ada kasus karena kontaminasi air alami. Salah

satu zat kimia yang terkandung pada air minum dalam kemasan

berupa ion fluorida atau flouride. Keberadaan flourida dalam air

secara alami berasal dari degradasi mineral persenyawaan

fluorida dan ada dalam air tanah (Gafur, dkk, 2017).


III. METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

1. Buku penuntun praktikum

2. Laptop/ Computer

3. Alat tulis

4. Pipet steril

5. Cawan petri steril

6. Lampu spiritus

7. Ose bulat

8. Spreader

9. Tabung reaksi

10. Colony counter

11. Erlenmeyer

12. Inkubator

3.1.2 Bahan

1. Kultur bakteri B. subtilis dalam medium NB berumur 24 jam

2. Akuades steril

3. Medium Nutrient Agar

4. Alkohol 70%

5. Mikrotip

6. Sampel air sumur


7. Sampel air sungai

8. Sampel air mineral kemasan

3.2 Cara Kerja

1. Alat dan bahan disiapkan.

2. Suspensi bakteri diencerkan secara bertingkat dimana 1 mL

suspensi bakteri dipindahkan ke tabung reaksi dan dilakukan

pengenceran dengan aquades 9 mL pada pengenceran 10-1 dan

dihomogenkan.

3. Selanjutnya diambil 1 mL suspensi bakteri dari pengenceran 10-1

dan ditambahkan 9 mL aquades pada tabung reaksi selanjunya yaitu

pengenceran 10-2.

4. Hal tersebut dilakukan hingga 4-5 kali pengenceran.

5. Ose dipanaskan diatas nyala lampu spirtus.

6. Suspensi diambil dari pengenceran terakhir kemudian diletakkan

dipermukaan nutrien agar dan dilakukan metode spread plate

dengan spreader.

7. Kemudian cawan petri diinkubasikan selama 24 jam dalam suhu

30˚C.

8. Hasil inkubasi diamati koloninya kemudian dihitung dengan

menggunakan rumus N x 1/10x x 1/S, dimana N adalah jumlah

koloni yang terhitung, X adalah tingkat pengenceran (-1; -2; -3;


dst.), dan S adalah jumlah suspensi yang diinokulasikan (0.1; 1,0 ml

atau yang lain).


IV. HASIL PENGAMATAN
4.1 Sampel Air Sungai

Pengulangan Jumlah Koloni per Jumlah Jumlah Mo dalam


pengenceran suspensi yang sampel
diinokulasikan
10-5 10-6 10-7 10-8

1. 328 214 98 55
6,4(>2)
0,1 ml 3,1 x 108
2.
298 187 114 83 CFU/ml

4.2 Sampel Air Sumur

Pengulangan Jumlah Koloni per Jumlah Jumlah Mo


pengenceran suspensi yang dalam sampel
10-3 10-4 10-5 10-6 diinokulasikan

1. 305 171 96 87
5,7 (>2)
0,5 ml 5,8 x 105
2. 275 158 76 50 CFU/ml

4.3 Sampel Air Mineral Kemasan

Pengulangan Jumlah Koloni per Jumlah Jumlah Mo dalam


pengenceran suspensi yang sampel
10-3 10-4 10-5 10-6 diinokulasikan

1. 15 10 5 1
< 3 x 102
1 ml
(1,3 x 102)
2. 11 7 0 0 CFU/ml
V. PEMBAHASAN
Praktikum Mikrobiologi acara VII yang berjudul “Enumerasi

Mikroba” dilaksanakan pada hari Rabu, 28 Oktober 2020 pada pukul 13.00-

15.50 WIB secara daring via Microsoft teams. Praktikum ini bertujuan agar

mampu memahami dan menjelaskan teknik perhitungan (enumerasi)

mikroba dengan metode Total Plate Count (TPC). Alat yang digunakan

dalam praktikum ini meliputi alat tulis, computer/laptop, buku penuntun

praktikum, alat tulis, pipet steril, cawan petri steril dan lampu spiritus.

Sedangkan bahan yang dibutuhkan antara lain kultur bakteri B. subtilis

dalam medium NB berumur 24 jam, akuades steril, medium Nutrient Agar,

alkohol 70 persen, mikrotip, sampel air sumur, sampel air sungai, dan

sampel air mineral kemasan. Cara kerja yang dilakukan adalah sebagai

berikut. Pertama, alat dan bahan disiapkan. Kedua, suspensi bakteri

diencerkan secara bertingkat dimana 1 mL suspensi bakteri dipindahkan ke

tabung reaksi dan dilakukan pengenceran dengan aquades 9 mL pada

pengenceran 10-1 dan dihomogenkan. Ketiga, diambil 1 mL suspensi

bakteri dari pengenceran 10-1 dan ditambahkan 9 mL aquades pada tabung

reaksi selanjunya yaitu pengenceran 10-2. Hal tersebut dilakukan hingga 4-

5 kali pengenceran. Kelima, ose dipanaskan diatas nyala lampu spirtus.

Keenam, suspensi diambil dari pengenceran terakhir kemudian diletakkan

dipermukaan nutrien agar dan dilakukan metode spread plate dengan

spreader. Ketujuh, cawan petri diinkubasikan selama 24 jam dalam suhu

30˚C. Kedelapan, hasil inkubasi diamati koloninya kemudian dihitung

dengan menggunakan rumus N x 1/10x x 1/S, dimana N adalah jumlah


koloni yang terhitung, X adalah tingkat pengenceran (-1; -2; -3; dst.), dan S

adalah jumlah suspensi yang diinokulasikan (0.1; 1,0 ml atau yang lain).

Berdasarkan percobaan dapat diketahui penjabaran data berikut.

5.1 Pengertian Enumerasi


Enumerasi merupakan suatu teknik perhitungan yang

fungsinya adalah untuk mengetahui jumlah mikroba di dalam suatu

media tanpa memperhatikan spesies mikrobanya. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Dwidjoseputro (2010) yang menyatakan bahwa enumerasi

adalah teknik perhitungan jumlah mikroba dalam suatu media tanpa

memperhatikan jenis mikroba tersebut (bakteri, jamur, dan yeast).

Enumerasi memiliki tujuan untuk mengetahui jumlah mikroba pada

suatu media. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa tujuan enumerasi

adalah untuk mengetahui jumlah bakteri yang mungkin ada pada suatu

bahan yang disimpan dengan waktu tertentu. Enumerasi mikroba

menggunakan metode spread plate atau pour plate ketika melakukan

pengenceran. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dwidjoseputro (2010)

yang menyatakan bahwa dapat dilakukan menggunakan metode spread

plate ataupun serangkaian pengenceran. Fungsi dari pengenceran adalah

untuk mengurangi populasi bakteri sehingga lebih mudah dihitung.

Enumerasi dapat dilakukan melalui dua cara meliputi

enumerasi langsung dan tidak langsung. Enumerasi langsung dapat

dilakukan melalui metode kamar hitung (counting chamber) ataupun

menggunakan preparat olesan (smear count). Hal ini sesuai dengan


pernyataan Irianto (2016) yang menyatakan bahwa enumerasi

mikroorganisme bisa dilakukan secara langsung maupun tidak

langsung. Contoh enumerasi langsung adalah metode kamar hitung

(counting chamber) dan preparat olesan (smear count) .Enumerasi tidak

langsung bisa dilakukan melalui metode Total Plate Count (TPC).

Metode enumerasi secara tak langsung akan memberikan hasil yang

lebih akurat. Kekurangan dari metode ini adalah membutuhkan waktu

yang lebih lama. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yunita (2015) yang

menyatakan bahwa Total Plate Count (TPC) termasuk ke dalam metode

enumerasi tidak langsung. Kelebihan dari metode ini adalah perhitungan

hanya kepada mikroba yang masih hidup sehingga hasilnya lebih akurat,

sedangkan kekurangannya adalah membutuhkan waktu inkubasi yang

lama sehingga hasilnya tidak didapat dengan waktu yang cepat.

Enumerasi mikroba bisa juga dilakukan melalui metode secara

langsung. Artinya, semua mikroba yang masih hidup ataupun yang

sudah mati tetap akan dihitung. Metode ini memiliki kelebihan berupa

semua bakteri dapat teramati. Kelebihan lainya adalah durasi yang

diperlukan lebih sedikit. Metode ini juga memiliki kekurangan berupa

sel bakteri dalam keadaan mati juga tetap dihitung dan membutuhkan

konsentrasi yang memadai agar penghitungan bisa dilakukan. Selain itu,

mikroba yang mati lebih sulit untuk dihitung. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Alfiyanti (2020) yang menyatakan bahwa enumerasi


mikroba tidak langsung memiliki keuntungan karena membutuhkan

waktu yang lebih cepat karena menghitung semua sel bakteri.

Kekuranganya adalah tidak bisa membedakan bakteri yang masih hidup

dan bakteri yang sudah mati.

Enumerasi memiliki faktor-faktor sebagai berikut. Tingkat

pengenceran mempengaruhi enumerasi mikroba dikarenakan semakin

tinggi suatu suspensi maka jumlah bakteri yang dikandungnya akan

semakin sedikit. Metode inokulasi juga akan memperngaruhi enumerasi

mikroba. Hal ini disebabkan inokulasi menggunakan metode cawan

sebar lebih banyak jumlah mikrobanya dibandingkan dengan metode

cawan tabur. Nutrisi juga berpengaruh terhadap enumerasi mikroba

karena mikroba membutuhkan nutrisi yang cocok agar bisa bertahan

berkembangbiak. Nilai pH juga berpengaruh terhadap enumerasi

mikroba karena setiap mikroorgansime memiliki derajat pH yang

spesifik agar bisa hidup. Pengaruh suhu pada enumerasi mikroba adalah

karena apabila suhu terlalu tinggi akan menyebabkan kematian bakteri.

Sementara, apabila suhu terlalu rendah maka mikroba akan memasuki

fase dorman. Terakhir, oksigen memiliki pengaruh terhadap enumerasi

mikroba karena terdapat mikroba aerob dan mikroba anerob. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Tyas (2018) yang menyatakan bahwa faktor-

faktor ketika melakukan enumerasi mikroba adalah tingkat

pengenceran, metode inokulasi, suhu, nutrisi, pH, dan oksigen. Tingkat


pengenceran akan mempengaruhi konsentrasi bakteri pada suspensinya.

Pengaruh metode inokulasi terlihat bahwa metode spread plate lebih

banyak menghasilkan mikroba dibandingkan dengan metode pour plate.

Suhu berperan penting sebagai faktor enumerasi mikroba karena

masing-masing mikroorganisme memiliki temperatur ideal untuk hidup

dan memperbanyak diri. Mikroba juga perlu jenis dan jumlah nutrisi

yang sesuai agar tetap tumbuh dan tidak mengalami kematian. Setiap

jenis mikroorganisme memerlukan pH yang sesuai karena

mikroorganisme sendiri ada yang menyukai lingkungan asam, basa,

ataupun normal. Berdasarkan kebutuhan oksigenya, bakteri dapat dibagi

menjadi bakteri aerob yang memerlukan oksigen dan bakteri anaerob

yang tidak memerlukan oksigen.

Ketika melakukan enumerasi mikroba, terdapat dua istilah

umum yang bernama TBUD dan TSUD. TBUD adalah singkatan dari

Terlalu Sedikit Untuk Dihitung. Maksud dari TSUD adalah jumlah

terkecil dari hasil koloni yang didapatkan kurang dari 30 koloni. Hal ini

dapat diartikan bahwa koloni dalam media tidak memenuhi syarat

penghitungan jumlah mikroba. TBUD adalah kepanjangan dari Terlalu

Banyak Untuk Dihitung. TBUD terjadi apabila hasil koloni yang

didapatkan kurang dari 300 koloni. Hal ini dapat diartikan bahwa koloni

pada media memenuhi syarat dalam penghitungan jumlah mikroba. Hal

ini sesuai dengan pernyataan Yudhabuntara (2010) yang menyatakan


bahwa Terlalu Sedikit Untuk Dihitung (TSUD) terjadi apabila jumlah

mikroba di dalam media berada di angka <30. Lalu, Terlalu Banyak

Untuk Dihitung (TBUD) terjadi apabila jumlah mikroba di dalam media

berada di angka >300.

Pehitungan mikroba bisa dilakukan asalkan memenuhi syarat

tertentu sebagai berikut. Syarat yang dimaksud pada perhitungan

mikroba yaitu sekurang-kurangnya memiliki 30 koloni dan tidak boleh

lebih dari 30 koloni. Apabila koloni kurang dari 30 maka akan

perhitungan yang dilakukan akan kurang teliti jika ditinjau dari sisi

statistik. Kemudian, apabila jumla koloni 300 maka akan muncul lapisan

putih yang menyulitkan penghitungan. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Kiramang (2016) yang menyatakan bahwa dalam melakukan

perhitungan jumlah mikroba, jumlah mikroba yang dihitung memiliki

syarat tertentu. Batasan yang digunakan pada metode ini untuk

menghitung jumlah mikroba yaitu lebih dari 30 koloni dan tidak lebih

dari 300 koloni. Hal ini disebabkan karena jika mikroba dibawah

30 akan menghasilkan penghitungan yang kurang teliti secara

statistik dan apabila diatas 300 maka akan ada lapisan putih yang

menutupi permukaan media di cawan petri dan sulit untuk menghitung

jumlahnya.

5.2 Pengertian TPC


TPC atau Total Plate Count merupakan teknik menghitung

mikroba yang dilakukan secara tidak langsung dan melalui proses

pengenceran. Pengenceran dari TPC sendiri menggunakan dengan

kelipatan 10 dan dilakukan secara seri. Lalu, hasil suspensi pengenceran

diinkubasikan di dalam medium dengan durasi 18-24 jam agar

berkembangbiak dan membentuk koloni. Setiap satu sel bakteri

diasumsikan dari setiap satu koloni yang masing-masing tumbuh

terpisah. Adaupun satuan yang digunakan untuk menghitung jumlah

mikorba yang didasarkan pada jumlah koloni adalah Colony Forming

Unit (CFU). Setiap 1 CFU dapat diartikan sebagai satu koloni mikroba

dalam keadaan hidup. Colony counter dilengkapi electronic register

sehingga dapat digunakan untuk menghitung jumlah koloni mikroba di

dalam medium. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yunita (2015) yang

menyatakan bahwa TPC adalah suatu metode yang didasarkan dari

banyaknya koloni yang tumbuh pada petri dish dan lebih dikenal

sebagai CFU (Colony Forming Unit). CFU sendiri adalah unit yang

digunakan untuk memperkirakan jumlah sel mikroorganisme. TPC

memiliki prinsip berupa mengencerkan mikroba terlebih dahulu

sebelum diinokulasikan ke dalam cawan petri. Pengenceran ini

dilakukan agar populasi bakteri tidak terlalu banyak sehingga lebih

mudah diamati. Setelah itu, mikroba hidup diinokulasikan ke dalam

cawan petri dan menggunakan media padat. Kemudian, cawan petri

dibagi menjadi empat kuadran dan mikroba diinkubasi sampai


melakukan perkembangbiakan dan muncul koloni baru yang warnanya

putih serta dapat dilihat secara langsung tanpa perlu menggunakan alat

bantu seperti mikroskop.

Metode TPC memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan

dari metode ini adalah mudah dilakukan dan pelaksanaaanya tidak

membutuhkan alat bantu seperti mikroskop. Kekurangan dari metode

TPC adalah hasil penghitunganya kadang-kadang tidak

mempresentasikan jumlah sel mikroorgansime yang sebenarnya. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Karimela (2019) yang menyatakan bahwa

terdapat kekurangan maupun kelebihan pada metode TPC. Kelebihan

yang dimiliki metode TPC adalah mudah dilakukan pengerjaanya

karena tidak membutuhkan adanya alat bantu. Kekurangan dari metode

ini adalah adalah hasil perhitunganya tidak menujukkan jumlah sel yang

sebenarnya karena menggunakan mata telanjang saat melakukan

prosedur pengamatan.

TPC yang menggunakan metode tuang memiliki cara kerja

sebagai berikut. Pertama, media agar didinginkan dan digoyangkan.

Kedua, sampel mikroorganisme dimasukkan menuju cawan petri.

Ketiga, media agar ditambahkan sebagai nutrisi bagi mikoorganisme.

Kemudian, metode permukaan memiliki cara sebagai berikut. Pertama,

media agar dibuat untuk nutrisi mikroorganisme. Kedua, sampel


mikroorganisme diencerkan dan diberikan menuju permukaan agar

dengan merata. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soesetyaningsih

(2020) yang menyatakan bahwa metode TPC yang menggunakan

metode tuang dapat dilakukan dengan cara mengambil sampel mirkoba

dan dituangkan ke dalam cawan petri. Kemudian dimasukkan pula

media agar ke dalam cawan petri tersebut. Media agar diratakan dengan

cara menggoyangkan cawan petri dan dan diinkubasikan selama 24-48

jam. Metode TPC yang menggunakan metode permukaan dilakukan

dengan menginokulasikan sampel pada semua seri pengenceran pada

media agar yang telah dituangkan pada cawan petri. Setelah itu

diratakan dengan menggunakan kaca bengkok. Kemudian cawan petri

diinkubasikan selama 24-48 jam.

Metode TPC memiliki rumus perhitungan berupa N= ∑C: [(1x

n1] + (0,1x n20] (xd). Keterangan dari rumus tersebut adalah sebagai

berikut. N artinya adalah jumlah koloni dalam suatu produk yang

mempunyai satuan ml. Lalu, ∑C adalah jumlah seluruh koloni dari

setiap cawan yang dihitung. Kemudian, n1 adalah jumlah cawan

pengenceran pertama yang dihitung. Sementara, n2 adalah jumlah

cawan pengenceran kedua yang dihitung. Terakhir, d adalah

perhitungan pengenceran mula-mula. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Ulfiana (2012) yang menyatakan bahwa rumus perhitungan dari metode

TPC adalah N= ∑C: [(1x n1] + (0,1x n20] (xd). Adaupun keterangan
dari rumus tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, N adalah Jumlah

koloni produk, dinyatakan dalam koloni per ml. Kedua, ∑C adalah

Jumlah koloni pada semua cawan yang dihitung. Ketiga, n1 adalah

Jumlah cawan pada pengenceran pertama yang dihitung. Keempat n2

merupakan Jumlah cawan pada pengenceran kedua yang dihitung.

Kelima, d adalah pengenceran pertama yang dihitung.

5.3 Hasil Data


Setelah dilakukan penghitungan, jumlah mikroba pada sampel

air sungai adalah >3,0x108 (3.1x108) CFU/ml. Jumlah tersebut didapat

dengan cara melakukan perbandingan pengenceran 10-5 dan 10-6 yang

notabene merupakan pengenceran paling kecil. Hasil dari kedua

perbandingan tersebut adalah lebih kecil dari dua. Artinya, rata-rata

kedua pengenceran tesebut digunakan untuk menghitung jumlah MO

dalam sampel. Lalu, jumlah koloni juga akan dihitung menggunakan

rumus dengan cara jumlah koloni dikalikan dengan satu per sepuluh

pangkat pengenceran dan dikalikan lagi dengan satu per jumlah suspensi

setelah dilakukan inokulasi menggunakan satuan ml. Karena terdapat

data duplo pada keseluruhan tabel hasil pengamatan dan nilai rata-rata

dari setaip pengenceran harus diambil maka digunakanlah cara

penghitungan seperti di atas. Hal ini sesuai dengan pernyataan Radji

(2018) yang menyatakan bahwa rata-rata dari dua buah cawan yang

pengenceranya paling rendah harus dilaporkan apabila masing-masing

pengenceranya secara berurutan paling rendah ke tinggi dan memiliki


kuantitas koloni yang berkisar 30-300 serta nilai rata-rata pembagian

hasil jumlah koloni pengenceran yang paling tinggi dan paling rendah

kurang dari dua.

Setelah dilakukan penghitungan dengan cara membandingkan

hasil dari rata-rata dua pengenceran terkecil (10-3 dan 10-4), jumlah

mikroba pada sampel yang berisi air sumur adalah >3,0x105 (5.8x105)

CFU/ml. Lalu, hasil rata-rata dari dua buah pengenceran tersebut akan

dipakai sebagai koloni yang digunakan untuk mencari jumlah MO. Hal

ini disebabkan nilai perbandingan rata-rata dua buah pengencaran

terkecil adalah <2. Proses penghitungan jumlah MO dilakukan dengan

cara rata-rata dua buah pengenceran dan jumlah koloni dikalikan dengan

satu per sepuluh pangkat pengenceran. Lalu dikalikan lagi dengan satu

per sepuluh pangkat tingkat pengenceran, setelah itu, dilalikan lagi

dengan satu per jumlah suspensi yang diinokulasikan menggunakan

satuan ml. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mubarak (2016) yang

menyatakan bahwa digunakan semua data dari dua buah cawan apabila

pengulangan dilakukan dua kali pengulangan (duplo) pada sampel.

Kedua cawan tetap digunakan untuk melakukan perhitungan walaupun

jumlah koloninya diatas 300 ataupun dibawah 30. Sehingga kedua

cawan duplo dicari dan dilaporkan rata-ratanya. Namun, apabila kedua

buah cawan mempunyai koloni yang berkisar 30-300, maka koloni dan

pengenceran tertinggi akan dibagi dengan pengenceran yang paling


rendah. Pengenceran paling tinggi dipakai apabila koloni berjumlah

300. Apabila pembagian dari kedua pengenceran kurang atau sama

dengan dua, maka hasil rata-rata kedua data ajab digunakan untuk

sebagai SPC. Apabila hasil bagi pengenceran lebih tinggi banyak dari

dua, maka hasil pengenceran terendah yang dipakai.

Setelah dilakukan penghitungan, jummlah mikroba yang

terkandung dalam sampel air mineral adalah <3x102 (1.3x102) CFU/ml.

Jumlah tersebut diperoleh setelah saat tingkat pengenceran terawal

sebsar 10-1 digunakan untuk menghitung MO. Tingkat pengenceran

paling awal digunakan karena data total mikroba diambil dari

pengenceran nilai terkecil akibat koloni berjumlah kurang dari 30

koloni. Nantinya, jumlah koloni akan dimasukkan ke dalam rumus dan

dikalikan dengan satu persepuluh pangkat tingkat pengenceran dan satu

per jumlah suspensi yang diinokulasikan dalam satuan ml. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Putri (2018) yang menyakan bahwa dilakukan

pehitungan jumlah koloni dengan hasil pengenceranya paling rendah

apabila jumlah koloni yang didapatkan kurang dari 30 buah. Jumlah

hasil perhitungan harus ditulis walaupun diberikan tanda kurung.

Kemudian, hasil perhitungan dilaporkan lebih kecil dari 30 dan

dikalikan dengan nilai pengenceran.


VI. KESIMPULAN
Pengertian dari enumerasi mikroba adalah suatu teknik untuk

menghitung jumlah mikroba tanpa melakukan pengelompokkan

berdasarkan jenis karena karakteristiknya tidak diperhatikan. Enumerasi

mikroba dilakukan dengan dua cara, yaitu enumerasi langsung dan

enumerasi tidak langsung. Contoh dari enumerasi adalah metode Total Plate

Count (TPC). Metode TPC memiliki prinsip kerja berupa suspensi bakteri

diencerkan dan diinokulasikan melalui tahapan yang memiliki

perbandingan kelipatan sebesar 10. Apabila muncul satu koloni bakteri

maka akan dianggap sebagai satu sel bakteri. Sel bakteri harus memiliki

jumlah berkisar 30-300 agar bisa dihitung menggunakan satuan CFU.

Metode TPC memiliki rumus perhitungan berupa N= ∑C: [(1x n1] + (0,1x

n20] (xd). Keterangan dari rumus tersebut adalah sebagai berikut. N artinya

adalah jumlah koloni dalam suatu produk yang mempunyai satuan ml. Lalu,

∑C adalah jumlah seluruh koloni dari setiap cawan yang dihitung.

Kemudian, n1 adalah jumlah cawan pengenceran pertama yang dihitung.

Sementara, n2 adalah jumlah cawan pengenceran kedua yang dihitung.

Terakhir, d adalah perhitungan pengenceran mula-mula. Setelah dilakukan

penghitungan, jumlah mikroba pada sampel air sungai, air sumur, dan air

mineral berturut-turut adalah >3,0x108 (3.1x108) CFU/ml, >3,0x105

(5.8x105) CFU/ml, dan <3x102 (1.3x102) CFU/ml.


DAFTAR PUSTAKA

Agustiningsih, Dyah., dkk. 2012. Analisis Kualitas Air dan Strategi Pengendalian
Pencemaran Air Sungai Blukar Kabupaten Kendal. Jurnal Presipitasi. Vol
(9) 2 : 64-71.

Alfiyanti, Elsa, Dwi Hilda Putir. 2020. Precision of Enumeration Technique for
Count of the Number of Bacterial Cells With the Spread Plate Method.
Serambi Biologi. Vol 3(1): 7-10.

Damayanti. 2019. Enumerasi dan Isolasi. Bali: Universitas Udayana.

Dwidjoseputro. 2010. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.

Gafur, Abd., dkk. 2017. Studi Kualitas Fisik Kimia dan Biologis pada Air Minum
Dalam Kemasan Berbagai Merek yang Beredar di Kota Makassar Tahun
2016. Higiene, (3)1 : 37-46.

Irianto. 2016. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 2.


Jakarta: Yrama Widya.

Kiramang, Khaerani, Muhammad Nur Hidayat, dan Ardiansyah. 2016.


Pertumbuhan Salmonella Sp. dengan Variasi Konsentrasi Bawang Putih
(Alium sativum) Pada Telur Asin. Jurnal Ilmu dan Industri Peternakan. Vol
3(1): 1-16.

Madigan, M. T., J. M. Martinko, D. A. Stahl, D. P. Clark. 2011. Brock biology of


microorganisms, 13th ed.

Mubarak, Zaki, Santi Chrimirina, dan Hafizah Humaira Daulay. 2016. Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Propolis Alami dari Sarang Lebah Terhadap
Pertumbuhan Enterococcus faecalis.

Ningrum, Susanti Oktavia. 2018. Analisis Kualitas Badan Air dan Kualitas Air
Sumur di Sekitar Pabrik Gula Reja Agung Baru Kota Madiun. Jurnal
Kesehatan Lingkungan, (10)1 : 1-12.

Putri, Aprilia Mustikaning Putri, dan Pramudya Kurnia. 2018. Identifikasi


Keberadaan Bakteri Coliform dan Total Mikroba dalam Es Dung-Dung di
Sekitar Kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta. Media Gizi
Indonesia. Vol 13(1): 41-48.
Radji, Maksum, Heria Oktavia dan Herman Suryadi. 2018. Air Minum Isi Ulang di
Beberapa Depo Air Minum Isi Ulang di Daerah Lenteng Agung dan
Srengseng Sawah Jakarta Selatan. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol 5(2):
101-109.

Ramona,Yan., R. Kawuri dan I.B.G. Darmayasa. 2016. Mikrobiologi Umum untuk


Program Studi Farmasi. Bali: Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana.

Sibarani, F. 2011. Evaluasi Penerapan Teknik Pemotongan Ayam Ditinjau dari


Keamanan Pangan dan Kehalalan di Tempat Pemotongan Ayam (TPA) di
Empat Kecamatan, Kabupaten Bogor[. Tesis. Jurusan Pertanian. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Soesetyaningsih, Endang dan Azizah. 2020. Akurasi Perhitungan Bakteri pada


Daging Sapi Menggunakan Metode Hitung Cawan. Berkala Saintek. Vol
8(3): 75-79.

Tyas, Diani Estining, Niniek Widyorini, Anhar Solichin. 2018. Perbedaan Jumlah
Bakteri dalam Sedimen pada Kawasan Bermangrove dan Tidak
Bermangrove di Perairan Desa Bedono, Demak. Maquares. Vol 7(2): 189-
196.

Ulfiana, Riris, Gunanti Mahasri dan Hari Suprapto. 2012. Tingkat Kejadian
Aeromonasis pada Ikan Koi (Cyprinus carpio carpio) yang Terinfeksi
Myxobolus Koi pada Derajat Infeksi yang Berbeda. Jurnal Ilmiah Perikanan
dan Kelautan. Vol 4(2): 169-174.

Yudhabuntara. 2010. Mikroba dalam Bahan Pangan. Bogor: Universitas Djuanda.

Yunita, Merisa. 2015. Analisis Kuantitatif Mikrobiologi Pada Makanan


Penerbangan (Aerofood ACS) Garuda Indonesia Berdasarkan TPC (Total
Plate Count) dengan Metode Pour Plate. Jurnal Keteknikan Pertanian
Tropis dan Biosistem. Vol 3 (3): 237-248.
LEMBAR PENGESAHAN

Mengetahui, Bandar Lampung, 18 November 2020


Asisten Praktikan

Mahatma Narendra Niti


24020119140145

Irfan Rivaldi Armando


24020117140087
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai