Anda di halaman 1dari 28

HALAMAN PENGESAHAN

Nama Mahasiswa : Melinda Oktafiani

No. Pokok Mhs : 1114111034

Fakultas : Pertanian

Judul Praktikum : Penghitungan Jumlah Bekteri

Tempat : Laboratorium Budidaya Perairan

Waktu Praktikum : Selasa, 23 Oktober 2012

Kelompok : 3 (Tiga)

Bandar Lampung, 30 Oktober 2012

----------------------------------------------

Catatan Nilai
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI AIR (BDI 206)

PENGHITUNGAN JUMLAH BAKTERI

Disusun Oleh :
Melinda Oktafiani (NPM. 1114111034)

Jurusan Budidaya Perairan/Perikanan


Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
2012

Abstrak

Sebuah praktikum tentang penghitungan jumlah bakteri telah dilakukan di


Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada
tanggal 23 Oktober 2012. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui berbagai
cara menghitung jumlah sel dari biakan suatu bakteri. Cara yang digunakan
adalah metode standar plate count dan analisa spektrofotometer (turbidimeter).
Metode plate count standar terdiri dari pengenceran sampel dengan PBS
(phosphate buffer saline) steril. Pada metode turbidimetri digunakan
spektrofotometer dengan mentransmisikan menurun sejumlah cahaya ketika
populasi sel meningkat. Cahaya yang ditransmisikan akan diubah menjadi energi
listrik dan kemudian diindikasikan pada sebuah galvanometer. Pembacaan
menggunakan metode spektrofotometer ini lebih cepat daripada standar plate
count tetapi terbatas karena tingkat sensitifitasnya dibatasi untuk suspensi
bakteri 107 sel atau lebih. Hasil dari praktikum ini tidak bisa dihitung karena
jumlah bakteri yang tumbuh lebih banyak dibanding jumlah yang dapat dihitung.
Jumlah koloni yang dapat dihitung berkisar 30-300 koloni, namun hasil
menunjukkan bakteri yang tumbuh jauh lebih banyak dan terlalu dekat sehingga
sulit untuk dibedakan sebagai coloni-forming unit (CFU). Hal ini dapat terjadi
karena miscalculation dalam proses pengenceran.

Kata kunci : spektrofotometer, CFU, PBS, standar plate count, suspense

A. PENDAHULUAN

Pertumbuhan mikroorganisme yang membentuk koloni dapat dianggap bahwa


setiap koloni yang tumbuh berasal dari satu sel, maka dengan menghitung
jumlah koloni dapat diketahui penyebaran bakteri yang ada pada bahan. Jumlah
mikroba pada suatu bahan dapat dihitung dengan berbagai macam cara,
tergantung pada bahan dan jenis mikrobanya. Ada 2 macam cara perhitungan
jumlah mikroba/bakteri, yaitu perhitungan secara langsung dan tidak langsung.

Perhitungan jumlah mikroba secara langsung yaitu jumlah mikroba dihitung


secara keseluruhan, baik yang mati atau yang hidup sedangkan perhitungan
jumlah miroba secara tidak langsung yaitu jumlah mikroba dihitung secara
keseluruhan baik yang mati atau yang hidup atau hanya untuk menentukan
jumlah mikroba yang hidup saja, ini tergantung cara-cara yang digunakan. Untuk
menentukan jumlah miroba yang hidup dapat dilakukan setelah larutan bahan
atau biakan mikroba diencerkan dengan faktor pengenceran tertentu dan
ditumbuhkan dalam media dengan cara-cara tertentu tergantung dari macam dan
sifat-sifat mikroba.

Banyak metode yang digunakan dalam menaksir secara kuantitatif dari suatu
populasi bakteri. Namun, ada dua metode yang paling sering digunakan yaitu
metode hitung koloni di cawan petri (standard/viable plate count method) dan
analisa spektrofotometer (turbidimeter). Meskipun kedua metode tersebut kadang
akan menghasilkan hasil perhitungan yang mirip, tetapi keduanya memiliki
perbedaan prinsip. Untuk metode plate count merupakan metode penaksiran
jumlah kepadatan bakteri secara tidak langsung dan informasi yang didapatkan
hanya bakteri yang hidup (viable) saja, bakteri yang mati tidak ikut terhitung.
Sedangkan prinsip analisa spektrofotometer didasarkan pada kekeruhan dan
menghitung seluruh sel bakteri baik yang hidup maupun yang mati (Setyawan
dan Harpeni, 2012).

B. TINJAUAN PUSTAKA

Perhitungan bakteri adalah suatu cara yang digunakan untuk menghitung jumlah
koloni bakteri yang tumbuh pada suatu media pembiakan. Secara mendasar ada
dua cara penghitungan bakteri, yaitu secara langsung dan secara tidak langsung.
Ada beberapa cara perhitungan secara langsung, antara lain adalah dengan
membuat preparat dari suatu bahan (preparat sedrhana diwarnai atau tidak
diwarnai) dan penggunaan ruang hitung (counting chamber). Sedangkan
perhitungan secara tidak langsung hanya mengetahui jumlah mikroorganisme
pada suatu bahan yang masih hidup saja (viable count). Dalam pelaksanaannya
ada beberapa cara yaitu:
1. Perhitungan pada cawan petri (total plate count / TPC
2. Perhitungan melalui pegenceran
3. Perhitungan jumlah terkecil atau terdekat (MPN methode)
4. Calorimeter (cara kekeruhan atau turbidimetri).

Metode standar/viable plate count didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel
mikroorganisme hidup dalam suspensi akan tumbuh menjadi satu koloni setelah
ditumbuhkan dalam media pertumbuhan dan lingkungan yang sesuai. Setelah
diinkubasi, jumlah koloni yang tumbuh dihitung dan merupakan perkiraan atau
dugaan dari jumlah mikroorganisme dalam suspensi tersebut (Anonim, 2012).

Metode hitungan cawan menggunakan anggapan bahwa setiap sel akan hidup
berkembang menjadi satu koloni. Jumlah koloni yang muncul menjadi indeks
bagi jumlah oganisme yang terkandung di dalam sampel. Teknik pengitungan ini
membutuhkan kemampuan melakukan pengenceran dan mencawankan hasil
pengenceran. Cawan-cawan tersebut kemudian diinkubasi dan kemudian
dihitung jumlah koloni yang terbentuk. Cawan yang dipilih untuk penghitungan
koloni, sesuai dengan kaidah statistik adalah cawan yang berisi 30-300 koloni.
Jumlah organisme yang terdapat dalam sampel asal dihitung dengan cara
mengalikan jumlah koloni yang terbentuk dengan faktor pengenceran pada
cawan bersangkutan.

Gambar : Pengerjaan Perhitungan Koloni dengan Total Plate Count (TPC)

Turbidimetri merupakan metode yang cepat untuk menghitung jumlah


bakteri dalam suatu larutan menggunakan spektrofotometer. Bakteri menyerap
cahaya sebanding dengan volume total sel (ditentukan oleh ukuran dan
jumlah). Ketika mikroba bertambah jumlahnya atau semakin besar ukurannya
dalam biakan cair, terjadi peningkatan kekeruhan dalam biakan. Kekeruhan
dapat disebut optical density (absorbsi cahaya, biasanya diukur pada panjang
gelombang 520 nm – 700 nm). Untuk mikroba tertentu, kurva standar dapat
memperlihatkan jumlah organisme/ml (ditentukan dengan metode hitungan
cawan) hingga pengukuran optical density (ditentukan dengan spektrofotometer)
(Anonim, 2012).

Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara


menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Contohnya
suatu sampel pada suatu suspensi yang berupa campuran bermacam-macam
sppesies diencerkan dalam suatu taung tersendiri. Enceran ini kemudian diambil
barang 1 ml untuk diencerkan lagi ke tabung yang berisi pelarut. Enceran yang
kedua ini diambil 1 ml untuk diencerkan lebih lanjut (Dwidjoseputro, 1994).
Jumlah terbaik yang digunakan untuk perhitungan mikroba antara 30-300 koloni.
Pengenceran biasanya dilakukan secara desimal (Purwoko, 2007).

C. MATERI DAN METODE

Praktikum ini dilakukan pada pukul 11.30 WIB di Laboratorium Budidaya Perairan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tanggal 23 Oktober 2012. Alat dan
bahan yang digunakan untuk praktikum ini adalah sampel bakteri yang telah
dibiakkan pada media, Plate Count Agar (PCA) dalam tabung reaksi, petri dish,
Phospate Buffer Saline (PBS), larutan standard Mc. Farland, spektrofotometer,
mikro pipet, Bunsen, alcohol, kertas label, tabung reaksi, penangas air, kertas
pembungkus dan kalkulator Casio.

Praktikum ini melalui beberapa tahap yaitu Sandar Plate Count dan Metode
Turbidimetri. Adapun prosedur kerja praktikum ini sebagai berikut:

1. Standar Plate Count


Pada penghitungan menggunakan Standar Plate Count, langkah pertama
ialah mengencerkan tabung PCA dalam air mendidih. Kemudian
mendinginkan agar dalam penangas air (500C) selama 5 - 10 menit. Lalu
menuangkan air ke dalam petridish dan dibiarkan membeku (10 - 15
menit). Kemudian menandai petri dengan nama dan tingkat pengenceran.
Selanjutnya, membuat seri pengenceran 10-1 - 10-3 dari sampel bakteri.
Dengan menggunakan mikro pipet, mengambil 0,1 cairan dari masing-
masing pengenceran ke dalam petridish yang sesuai. Gunakan spreader
untuk meratakan suspense di atas permukaan lempengan agar.
Kemudian membungkus petridish dengan kertas pembungkus dam
memasukkan ke dalam incubator 350C dalam posisi terbalik,
menginkubasi selama 24-48 jam. Langkah selanjutnya adalah
menghitung koloni pada petri yang mempunyai kisaran 30 – 300 koloni.
Menghitung jumlah bakteri hidup dengan cara mengalikan faktor
pengenceran yang digunakan denan 10 (karena volume suspense bakteri
yang dimasukkan ke dalam petri hanya 0,1 ml). Hasil akhir pengalian
merupakan jumlah bakteri yang hidup dalam satuan colony-forming
unit/ml (CFU/ml).

2. Metode Turbidimetri
Pada pelaksanaan penghitungan jumlah bakteri menggunakan metode
turbidimetri, langkah pertama adalah membuat larutan standar Mc.
Farland. Kemudian menyalakan alat spektrofotometer (dengan mengikuti
panduan penggunaan alat). Lalu mengukur absorbansi dari masing-
masing larutan Mc. Farland pada panjang gelombang 550 – 600 nm.
Selanjutnya membuat kurve regresi dimana Y = kepadatan bakteri
(sel/ml) dan X = Absorbansi (menggunakan kalkulator Casio). Setelah itu
mengukur suspense bakteri pada panjang gelombang 550 – 600 nm.
Terakhir memasukkan hasil absorbansi suspense bakteri ke dalam rumus
regresi, hasilnya adalah jumlah kepadatan semua sel bakteri dalam
suspense dengan satuan sel/ml.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut hasil yang didapat dari praktikum penghitungan jumlah bakteri:

No Nama Sampel Pengenceran Jumlah Bakteri (CFU/ml)


10-1 TBH (Tidak bisa dihitung)
1 Air Laut 10-2 TBH (Tidak bisa dihitung)
10-3 TBH (Tidak bisa dihitung)
10-1 TBH (Tidak bisa dihitung)
2 Air PDAM
-2
10 TBH (Tidak bisa dihitung)
10-3 TBH (Tidak bisa dihitung)
10-1 TBH (Tidak bisa dihitung)
3 Air Sumur 10-2 TBH (Tidak bisa dihitung)
10-3 TBH (Tidak bisa dihitung)
10-1 TBH (Tidak bisa dihitung)
4 Air Kolam 10-2 TBH (Tidak bisa dihitung)
10-3 TBH (Tidak bisa dihitung)
10-1 TBH (Tidak bisa dihitung)
-2
5 Air Tambak Udang 10 TBH (Tidak bisa dihitung)
10-3 TBH (Tidak bisa dihitung)
10-1 TBH (Tidak bisa dihitung)
6 Air kolam Lele 10-2 TBH (Tidak bisa dihitung)
10-3 TBH (Tidak bisa dihitung)
10-1 TBH (Tidak bisa dihitung)
7 Akuarium Air Tawar 10-2 TBH (Tidak bisa dihitung)
-3
10 TBH (Tidak bisa dihitung)

Pada praktikum ini didapatkan hasil biakan yang terlalu banyak sehingga tidak
dapat dihitung. Hal ini terjadi karena miscalculation dalam volume pengenceran
Plate Count Agar (PCA). Dalam pengenceran hanya menggunakan seri
pengenceran 10-1 – 10-3 , seharusnya masih dapat dilakukan pengenceran
sampai 10-6 sehingga diperoleh biakan yang tidak terlau rapat dan banyak.
Seharusnya dalam satu petridish, jumlah koloni yang dapat dihitung berkisar 30-
300 koloni. Jika kurang dari 30 koloni maka tidak dapat diterima untuk alasan
statistik dan jika lebih dari 300 koloni pada cawan petri maka ada kemingkinan
ada koloni yang tetrlau dekat satu dengan lainnya untuk dibedakan sebagai
colony-forming unit (CFU). Karena terlalu banyak koloni yang tumbuh maka hasil
tidak bisa dihitung.

Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara


menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar.
Pengenceran bertujuan untuk mengurangi konsentrasi atau kekentalan dari suatu
bahan agar setelah masa inkubasi koloni mikroba yang tumbuh jumlahnya dapat
dihitung dengan mudah. Jumlah koloni yang muncul setelah masa inkubasi
paling baik yaitu antara 30-300 koloni (Dwidjoseputro, 1993). Perbandingan
dalam melakukan pengenceran yang dilakukan adalah 10-1, 10-2 dan 10-3.
Larutan yang digunakan untuk melakukan pengenceran adalah Phosphate buffer
saline (PBS). Pengenceran pada sampel dapat dilakukan beberapa kali agar
biakan yang didapatkan tidak terlalu padat atau memenuhi cawan (biakan terlalu
padat akan mengganggu pengamatan). Sekitar 0,5 ml suspensi dituang ke dalam
cawan petri steril, dilanjutkan dengan menuangkan media agar steril hangat
dengan suhu antara 40 – 50°C, kemudian ditutup rapat dan diletakkan dalam
inkubator bersuhu 37°C selama 1 – 2 hari dengan posisi terbalik (Megamii,
2009).

Cara perhitungan kuantitas/densitas sel bakteri pada kultur cair yang paling
umum adalah dengan menggunakan nilai kekeruhan suspensi sel yang
didapatkan dengan pengukuran menggunakan spektrofotometer.
Sel bakteri dihitung dengan panjang gelombang 600 nm dan nilai absorbansi
yang muncul kemudian dikonversi untuk mendapatkan nilai densitas sel bakteri
dalam kultur.

Gambar : Skema kerja Spektrofotometer

Cara perhitungan menggunakan spektrofotometer dimulai dengan membuat


larutan Mc. Farland kemudian memasukkan larutan ke dalam spektrofotometer.
Dengan menggunakan spektrofotometer, sejumlah cahaya yang ditransmisikan
menurun ketika populasi sel meningkat. Cahaya yang ditransmisikan akan
diubah menjadi energy listrik, dan kemudian diindikasikan pada sebuah
galvanometer. Pembacaan secara tidak langsung mencerminkan jumlah bakteri.
Kemudian dihitung dengan persamaan MC. Farland:

Y = 2,62 x 109 µ - 6,39 x 107


Dengan y = kepadatan (CFU/ml) dan µ = adsorbs (Å)

1 1
CFU/ml = jumlah koloni x 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 x 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛

Pada hasil akhir penghitungan bakteri pada cawan digunakan satuan


CFU’s/volume atau berat. CFU’s adalah singkatan dari Coloni Forming Unit’s
yang artinya unit-unit atau satuan pembentuk koloni. Yang dimaksud satuan
pembentuk koloni adalah sel tunggal atau sekumpulan sel yang jika ditumbuhkan
dalam cawan akan membentuk satu koloni tunggal yang mempunyai cirri khas
masing-masing. Pada dasarnya sel tersebar homogen pada sampel, tetapi ada
jenis bakteri yang memang pembelahan selnya dapat terpisah baik sehingga
tersebar merata tiap sel dan ada pula bakteri yang setelah membelah sel anakan
masih menempel pada induknya, seperti halnya yang terjadi pada streptococcus,
diplococcus, sarcin sehingga penyebarannya berkelompok-kelompok. Pada jenis
yang seperti ini jika tersebar merata dalam kelompok-kelompok sel maka
pertumbuhan menjadi koloni tunggal bukan berasal dari satu sel saja melainkan
dari beberapa sel.

Pada praktikum penghitungan jumlah bakteri ini semua hasil pengenceran bakteri
tidak bisa dihitung karena dalam proses pengenceran ternyata larutan masih
terlalu pekat sehingga bakteri yang dihasilkan melebihi batas yang bisa dihitung.
Dalam pengenceran menggunakan pengenceran sampel 10-1, 10-2, 10-3,
seharusnya pengenceran yang dilakukan dapat mencapai 10-6, dengan begitu
bakteri yang dihasilkan tidak terlalu banyak. Larutan berisi bakteri yang dibiakkan
dengan kepadatan yang cukup tinggi akan menghasilkan biakan bakteri yang
lebh banyak. Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal maka
sebaiknya seri pengenceran lebih kecil.

E. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik keksimpulan sebagai


berikut:

 Metode yang dapat digunakan untuk menghitung bakteri antara lain


metode standard plate count dan metode spektrofotometer (turbidimetri).
 Metode standard plate count terdiri dari pengenceran sampel dengan
PBS (phosphate buffer saline) steril hingga bakteri cukup untuk dihitun
secara akurat.
 Metode turbidimeter menggunakan alat yaitu spektrofotometer yang
didasarkan pada kekeruhan larutan.
 Terjadi kesalahan dalam proses pengenceran sehingga jumlah biakan
yang dihasilkan terlalu banyak dan tidak dapat dihitung.
 Diperlukan ketelitian dan perhitungan yang akurat sebelum melakukan
penegenceran dan saat akan melakukan perhitungan bakteri.

Adapun saran yang dapat disampaikan untuk praktikum kali ini adalah agar
praktikan lebih teliti dalam melakukan pengenceran dan sebaiknya sebelum
praktikum telah diadakan percobaan terlebih dahulu agar mendapatkan hasil
yang lebih optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Tes Jurnal Praktikum Mikrobiologi.


http://artikelteknikkimia.blogspot.com. Diakses tanggal 27 Oktober 2012.

Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.

Megamii. 2009. Pemeriksaan Bakteri Secara Makroskopis.


http://megamii.wordpress.com. Diakses tanggal 27 Oktober 2012.

Purwoko, T. 2007. Fisiologi Mikroba. Jakarta: Bumi Aksara.


HALAMAN PENGESAHAN

Nama Mahasiswa : Widi Indra Kesuma

No. Pokok Mhs : 11141110058

Program Studi : Budidaya Perairan/Perikanan

Fakultas : Pertanian

Judul Praktikum : Perhitungan Bakteri

Tempat : Laboratorium Budidaya Perairan

Waktu Praktikum : Selasa, 23 Oktober 2012

Kelompok : 3 (tiga)

Bandar Lampung, 30 Oktober 2012

----------------------------------------------
Npm.

Catatan Nilai
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI AIR (BDI 206)

PERHITUNGAN BAKTERI

Disusun Oleh :

Widi Indra Kesuma ( NPM. 1114111058)

Jurusan Budidaya Periaran/Perikanan


Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
2012

Abstrak

Sebuah praktikum telah selesai dilakukan di Laboratorium Perikanan Unila.


Tujuann praktikum ini adalah agar mahasiswa perikanan UNILA yang mengikuti
matakuliah mikrobiologi air mengetahui berbagai cara menghitung jumlah sel dari
biakan suatu Bakteri. Koloni bakteri adalah sekumpulan dari bakteri-bakteri yang
sejenis yang mengelompok menjadi satu dan membentuk suatu koloni-koloni.
Untuk mengetahui pertumbuhan suatu bakteri dapat dilakukan dengan
menghitung jumlah koloni bakteri. Penghitungan suatu koloni dapat dilakukan
dengan metode plate count(hitung cawan). Untuk mempermudah penghitungan
jumlah koloni bakteri digunakan alat yang biasa disebut spektrofotometer. Pada
alat tersebut, penghitungan jumlah koloni bakteri dipermudah dengan adanya
pembacaan melalui cahaya yang diserap. Dengan adanya alat tersebut
mempermudah penghitungan. Prinsip alat tersebut yaitu menghitung tingkat
kekeruhan pada suatu. Penghitungan suatu koloni dengan metode pour plate
masih memungkinkan terjadinya kesalahan dikarenakan faktor human error
akibat bentuk koloni yang relatif kecil dan banyaknya koloni yang akan dihitung.
Dalam praktikum ini juga dilakukan pengenceran Bakteri untuk biasa menghitung
jumlah kolonin Bakteri dan tidak terlau banyak. Hasil dari praktikum ini adalah
sebagian besar kateri dapat dihitung menggunakan spektrofotometer.

Kata kunci : Bakteri, spektrofotometer, plate count, penghitungan, kekeruhan.


A. PENDAHULUAN

Organisme mikroskopis adalah organisme yang hanya bisa dilihat dengan


menggunakan mikroskop. Salah satunya adalah bakteri yang merupakan
organisme mikroskopis. Keadaan bakteri di alam ini ada yang bersifat
menguntungkan dan ada yang bersifat merugikan bagi kepentingan manusia.
Bakteri yang menguntungkan dan merugikan bagi kepentingan organisme
akuatik perlu dipelajari supaya bakteri yang menguntungkan, keberadaannya
(kapasitas jumlahnya) dapat diperbanyak sedangkan untuk bakteri yang
merugikan (patogen) jumlah populasinya dapat ditekan dan dapat dilakukan
tindakan pencegahan atau antisipasi infeksi bakteri tersebut (Umam, 2008).

Setelah kita mempelajari bagaimana menumbuhkan suatu koloni bakteri, tentu


harus mengatahui kuantitas dan kualitas dari bakteri tersebut. Dalam hal ini yang
akan dibahas adalah bagaimana mengetahui kuantitas dari suatu bakteri. Ada
berbagai cara untuk menghitung jumlah sel bakteri, antara lain hitungan langsung
dengan menggunakan mikroskop, dan hitungan tidak langsung dengan metode
hitung cawan baik dengan metode cawan tuang maupun metode cawan sebar.

Pengukuran kuntitatif populasi mikroba dari suatu sampel dilakukan untuk


mengetahui kualitas bahan atau tujuan lain berdasarkan jumlah mikroba yang
ada dalam sampel tersebut. Sehingga dengan kita dapat mengetahui apakah
mikroba tersebut berbahaya atau bahkan baik bagi lingkungan dalam jumlah
tertentu.

Untuk mengetahui perkembangan suatu bakteri membutuhkan pembuatan media


dengan metode perhitungan bakteri yang ada dalam media. Ada banyaknya
metode yang digunakan dalam menghitung jumlah bakteri secara kuantitatif dari
suatu populasi bakteri. Proses penghitungan sel bakteri dapat dilakukan dengan
beberapa metode baik secara langsung maupun tidak langsung, diantaranya
adalah metode hitung pada cawan petri (standard plate count), metode
pengamatan langsung dengan kaca objek atau metode hitung dengan
menggunakan haemocytometer, metode ukur kekeruhan (turbidimetri)
menggunakan spektrophotometer dan metode jumlah perkitaan terdekat.

Dalam praktikum kali ini menggunakan metode hitung koloni dicawan petri
(standar/viable plate count methond) dan spektrofotometer ( turbidimeter ), kedua
metode ini sering sekali digunakan karena kedua metode ini terhadang
menghasilkan hasil perhitungan yang mirip namun keduanya mempunyai prinsip
yang berbeda.

Adapun tujuan praktikum perhitungan jumlah bakteri kali ini ialah mengetahui
berbagai cara menghitung jumlah sel dari biakan suatu bakteri.

B. TINJAUAN PUSTAKA

1. Perhitungan Bakteri
Perhitungan jumlah suatu bakteri dapat melalui berbagai macam uji seperti uji
kualitatif koliform yang secara lengkap terdiri dari tiga tahap yaitu uji penduga (uji
kuantitatif, bisa dengan metode MPN), uji penguat dan uji pelengkap. Waktu,
mutu sampel, biaya, tujuan analisis merupakan beberapa faktor penentu dalam
uji kualitatif koliform. Bakteri koliform dapat dihitung dengan menggunakan
metode cawan petri (metode perhitungan secara tidak langsung yang didasarkan
pada anggapan bahwa setiap sel yang dapat hidup akan berkembang menjadi
satu koloni yang merupakan suatu indeks bagi jumlah organisme yang dapat
hidup yang terdapat pada sampel) seperti yang dilakukan pada percobaan ini
(Penn, 1991).

2. Metode Standar atau viable plate count


perhitungan cara tidak langsung hanya untuk mengetahui jumlah mikroorganisme
pada suatu bahan yang masih hidup saja (viabel count). Dalam pelaksanaannya,
ada beberapa cara yaitu : perhitungan pada cawan petri (total plate count / TPC),
perhitungan melalui pengenceran, perhitungan jumlah terkecil atau terdekat
(MPN methode), dan kalorimeter (cara kekeruhan atau turbidimetri) (Sutedjo,
1991).
1. Berdasarkan kekeruhannya, Mikroba dalam suatu bahan cair dapat dideteksi
berdasarkan kekeruhannya. Pertumbuhan sel bakteri didalam suatu medium cair
akan meningkatkan kekeruhan media, yang akan mempengaruhi jumlah sinar
yang dapat ditransmisikan menembus medium(Rukmi, MG.I., A.T. Lunggani, A.
Suprihadi, 2008).
2. Berdasarkan jumlah lempeng total (plate count).
Berdasarkan lempeng total, Cara ini adalah cara yang paling umum digunakan
untuk menentukan jumlah mikroba yang masih hidup, berdasarkan jumlah koloni
yang tumbuh. Teknik ini diawali dengan pengenceran sampel secara seri,
dengan kelipatan 1 : 10. Masing-masing suspensi pengenceran ditanam dengan
metode tuang (pour plate) atau sebar (spread plate). Bakteri akan bereproduksi
pada medium agar dan membentuk koloni setelah 18-24 jam inkubasi. Untuk
menghitung jumlah koloni dalam cawan petri dapat digunakan alat ’colony
counter’ yang biasanya dilengkapi dengan pencatat elektronik. (Rukmi, MG.I.,
A.T. Lunggani, A. Suprihadi, 2008).

3. Metode analisa spektrofotometer


Beer dan lambert menemukan hukum yang menerangkan interaksi bahan kimia
dengan gelombang cahaya (elektromagnetik), yang disimpulkan dalam hukum
Beer-Lambert menyebabkan berkembangnya analisis kimia dengan
menggunakan alat instrumentasi yakni spektrofotometer (P Tipler 1991). Suatu
spektrofotometer standar terdiri atas spektrofotometer untuk menghasilkan
cahaya dengan panjang gelombang terseleksi yaitu bersifat monokromatik serta
suatu fotometer yaitu suatu piranti untuk mengukur intensitas berkas
monokromati, penggabungan bersama dinamakan sespektrofotometer.
Penggabungan alat optik ini merupakan elektronika sifat kimia dan fisiknya dan
detektor yang digunakan secara langsung mengukur intensitas dari cahaya yang
dipancarkan (It) dan secara tidak lansung cahaya yang diabsorbsi (Ia).
Kemampuan ini bergantung pada spektrum elektromagnetik yang diabsorb
(serap) oleh benda.
Fungsi alat spektrofotometer dalam laboratorium adalah mengukur transmitans
atau absorbans suatu contoh yang dinyatakan dalam fungsi panjang gelombang.
Prinsip kerja spektrofotometer adalah bila cahaya (monokromatik maupun
campuran) jatuh pada suatu medium homogen, sebagian dari sinar masuk akan
dipantulkan, sebagian di serap dalam medium itu, dan sisanya diteruskan. Nilai
yang keluar dari cahaya yang diteruskan dinyatakan dalam nilai absorbansi
karena memiliki hubungan dengan konsentrasi sampel. Studi spektrofotometri
dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual yang lebih mendalam dari
absorbsi energi. Hukum Beer menyatakan absorbansi cahaya berbanding lurus
dengan dengankonsentrasi dan ketebalan bahan/medium.

Secara garis besar spektrofotometer terdiri dari 4 bagian penting yaitu :


a. Sumber Cahaya
Sebagai sumber cahaya pada spektrofotometer, haruslah memiliki pancaran
radiasi yang stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber energi cahaya yang biasa
untuk daerah tampak, ultraviolet dekat, dan inframerah dekat adalah sebuah
lampu pijar dengan kawat rambut terbuat dari wolfram (tungsten). Lampu ini mirip
dengan bola lampu pijar biasa, daerah panjang gelombang (l ) adalah 350 – 20
nanometer (nm).
b. Monokromator
Monokromator adalah alat yang berfungsi untuk menguraikan cahaya
polikromatis menjadi beberapa komponen panjang gelombang tertentu
(monokromatis) yang bebeda (terdispersi).
c. Cuvet
Cuvet spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan sebagai tempat contoh
atau cuplikan yang akan dianalisis. Cuvet biasanya terbuat dari kwars,
plexigalass, kaca, plastic dengan bentuk tabung empat persegi panjang 1 x 1 cm
dan tinggi 5 cm. Pada pengukuran di daerah UV dipakai cuvet kwarsa atau
plexiglass, sedangkan cuvet dari kaca tidak dapat dipakai sebab kaca
mengabsorbsi sinar UV. Semua macam cuvet dapat dipakai untuk pengukuran di
daerah sinar tampak (visible).
d. Detektor
Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada
berbagai panjang gelombang. Detektor akan mengubah cahaya menjadi sinyal
listrik yang selanjutnya akan ditampilkan oleh penampil data dalam bentuk jarum
penunjuk atau angka digital.
Dengan mengukur transmitans larutan sampel, dimungkinkan untuk menentukan
konsentrasinya dengan menggunakan hukum Lambert-Beer. Spektrofotometer
akan mengukur intensitas cahaya melewati sampel (I), dan membandingkan ke
intensitas cahaya sebelum melewati sampel (Io). Rasio disebut transmittance,
dan biasanya dinyatakan dalam persentase (% T) sehingga bisa dihitung besar
absorban (A) dengan rumus A = -log %T
Spektrofotometer dibagi menjadi dua jenis yaitu spektrofotometer single-beam
dan spektrofotometer double-beam. Perbedaan kedua jenis spektrofotometer
tersebut hanya pada pemberian cahaya, dimana pada single-beam, cahaya
hanya melewati satu arah sehingga nilai yang diperoleh hanya nilai absorbansi
dari larutan yang dimasukan. Berbeda dengan single-beam, pada
spektrofotometer double-beam, nilai blanko dapat langsung diukur bersamaan
dengan larutan yang diinginkan dalam satu kali proses yang sama. Prinsipnya
adalah dengan adanya chopper yang akan membagi sinar menjadi dua, dimana
salah satu melewati blanko (disebut juga reference beam) dan yang lainnya
melewati larutan (disebut juga sample beam). Dari kedua jenis spektrofotometer
tersebut, spektrofotometer double-beam memiliki keunggulan lebih dibanding
single-beam, karena nilai absorbansi larutannya telah mengalami pengurangan
terhadap nilai absorbansi blanko. Selain itu, pada single-beam, ditemukan juga
beberapa kelemahan seperti perubahan intensitas cahaya akibat fluktuasi voltase
(anonim, 2011).

4. Pengenceran bakteri
Dalam perhitungan jumlah mikroorganisme ini seringkali digunakan
pengenceran. Di dalam laboratorium, pengenceran di lakukan dengan botol
pengenceran seperti lazimnya pada SPC, namun dapat pula menggunakan
tabung reaksi. Pada pengenceran dengan menggunakan botol cairan terlebih
dahulu dikocok dengan baik sehingga kelompok sel dapat terpisah. Pengenceran
sel dapat membantu untuk memperoleh perhitungan jumlah mikroorganisme
yang benar. Namun pengenceran yang terlalu tinggi akan menghasilkan
lempengan agar dengan jumlah koloni yang umumnya relatif rendah
(Hadioetomo, !996).
Pada metode perhitungan cawan dilakukan pengenceran yang bertingkat yang
mana ditujukan untuk membentuk konsentrasi dari suatu suspensi bakteri.
Sampel yang telah di encerkan ini di hitung ke dalam cawan baru kemudian di
tuang ke mediumnya (metode tuang). Kemudian setelah diinkubasi selama 24-
48 jam, amati koloni yang tumbuh dan koloni yanng diamati hanyalah koloni yang
berjumlah 30- 300 koloni (Gobel, 2008).
Tingkat pengenceran yang diperlukan didasarkan pada pendugaan populasi
bakteri yang ada dalam contoh. Hasil yang baik adalah jika pada pengenceran
yang lebih rendah contoh yang diduga lebih banyak menunjukkan hasil uji positif
(adanya pertumbuhan bakteri) dan pada pengenceran lebih tinggi contoh yang
diduga lebih sedikit menunjukkan hasil uji negatif (tidak ada pertumbuhan
bakteri). Oleh karena itu jumlah populasi bakteri yang ada dalam contoh diduga
tinggi maka contoh harus diencerkan sampai diperoleh tingkat pengenceran yang
lebih tinggi sehingga nilai maksimum dapat dihitung. Metoda pengenceran yang
paling mudah dengan melakukan pengenceran 10 kali lipat dengan
menggunakan 3 atau 5 tabung pengenceran sekali gus ( Fridaz, Srikandi, 1992 ).
Beberapa cara penghitungan jumlah mikrobia yaitu cara penghitungan pada
lempeng pembiakan, cara menghitung langsung (metode kaca objek), metode
ukur kekeruhan, metode turbidimetri dan nefelometri serta dengan jumlah
perkiraan terdekat (JPT). Cara penghitungan pada lempeng pembiaakan disebut
juga metode penghitungan bakteri hidup atau metode penghitungan koloni.
Penghitungan koloni dilakukan penyimpanan pada suhu yang sesuai. Oleh
karena itu, suatu bakteri dapat tumbuh menjadi satu koloni yang terhitung
mewakili jumlah bakteri hidup yang terdapat dalam tiap volum pengenceran yang
digunakan. Dalam hal ini pun, bahan pemeriksaan jika perlu harus diencerkan
untuk menghindari jumlah koloni terlalu banyak sehingga tidak dapat dihitung.
Hasil hitungan yang dapat diandalkan adalah antara 30-300 koloni pada tiap
lempeng pembiakan ( Agus, Esti, 2011 ).

C. MATERI DAN METODE

Praktikum ini dilakukan pada pukul 11.30 WIB di laboratorium Budidaya Perairan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tanggal 23 Oktober 2012.
Sedangkan alat yang digunakan pada praktikum ini adalah cawan petri, bunsen,
kertas label, para film, tabung reaksi, kapas penutup, spreader, mikro pipet,
tissue, kuvet, spektrophotometer, dan sprayer. Sedangkan bahan yang
digunakan adalah : sampel bakteri, alkohol 70%, Plate Count Agar (PCA) dalam
tabung reaksi 10 ml atau TSB, PBS (phosphate buffer saline), larutan standar Mc
Farland.

Praktikum ini melalui beberapa tahap yaitu metode standar plate count dan
metode turbidimetri. Adapun prosedur kerja praktikum ini sebagai berikut :

1. Prosedur menggunakan standar plant count:

 Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan.


 Mengencerkan 3 tabung PCA dalam air mendidih.
 Mendinginkan agar antara 5-10 menit.
 Menuangkan agar ke cawan petri dan biarkan membeku.
 Menyiapkan TSB biakan bakteri untuk pengenceran yang diletakan pada
tabung reaksi sebanyak 5 ml.
 Menyiapkan 3 tabung TSB murni 5ml untuk seri pengenceran lalu masing-
masing dibuang 0,5 ml atau 500 µl hingga menjadi 4,5 ml
 Pada pengenceran pertama ambil 0,5 ml dari TSB yang berisi 5 ml biakan
bakteri, kemudian homogenkan
 Pada pengenceran ke dua ambil 0,5 ml pada pengenceran pertama
kemudian dihomogenkan.
 Pada pengenceran ke tiga ambil 0,5 ml pada pengenceran ke dua kemudian
dihomogenkan, beri label pada masing-masing seri tabung pengenceran.
 Kemudian pindahkan larutan dari pengenceran pertama banyak 25µl ke
PCA.
 Kemudian pindahkan larutan dari pengenceran kedua banyak 25µl ke PCA.
 Kemudian pindahkan larutan dari pengenceran ketiga banyak 25µl ke PCA.
 Cawan petri di beri label sesuai pengencerannya dan dilekatkan dengan
para filem
 Inkubasi selama 18-24 jam
 Setelah diinkubasi lakukan pengamatan. Menghitung cawan yang tumbuh
bakteri 30-300 saja.
 Membersikan dan membereskan alat dan bahan yang digunakan

2. Prosedur menggunakan metode spectrophotometer:

 Menyiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan.


 Memastikan alat dalam kondisi baik, nyalakan mesin dengan menekan
tombol ‘power’ di bagian belakang mesin.
 Menekan tombol A/T/C, pilih absorbance (A).
 Membersihkan cuvet dengan aquades, keringkan dengan tisu.
 Mengukur absorbansi blanko dengan memasukkan larutan blanko (TSB) ke
dalam cuvet (volume minimal hingga ¾ dari tinggi cuvet). Bersihkan bagian
luar cuvet yang transparan menggunakan tissue.
 Memasukkan cuvet ke dalam cell holder pada sample chamber. Cuvet harus
diletakkan hingga sampai dasar cell. Tutup sample chamber.
 Tekan tombol ABS 100%T untuk mengatur blanko pada konsentrasi 0
 Pilih panjang gelombang yang akan digunakan untuk mengukur sampel 550-
600 nm.
 Mebersikan cuvet dan menyiapkan sampel yang akan diukur, pastikan
sampel homogen sebelum memasukkan ke dalam cuvet.
 Memasukkan sampel ke dalam cuvet hingga volume minimal ¾ dari tinggi
cuvet. Pastikan bagian luar cuvet besih. Memasukkan cuvet ke dalam cell
holder, tutup sample chamber.
 Membaca absorbansi-nya lalu mencatat datanya setelah selesai ambil kuvet
dan membersihkan semua alat dan bahan yang digunakan.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. metode standar plate count

Tabel 2. metode turbidimetri.

Dari hasil pengamatan diatas dapat diketahui bahwa Bakteri dapat dihitung
menggunakan spektrofotometer yang prinsip kerjanya adalah membaca tingkat
kekeruhan dalam media Bakteri. Cara kerja yang dilakukan yaitu pertama
menyiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan, Kemudian memastikan
alat dalam kondisi baik, lalu nyalakan mesin dengan menekan tombol ‘power’ di
bagian belakang mesin. Setelah itu, menekan tombol A/T/C,dan pilih
absorbance (A). Selain lain itu juga membersihkan cuvet dengan aquades, dan
keringkan dengan tisu. Kemudian mengukur absorbansi blanko dengan
memasukkan larutan blanko (TSB) ke dalam cuvet (volume minimal hingga ¾
dari tinggi cuvet). Lalu bersihkan bagian luar cuvet yang transparan
menggunakan tissue, selanjutnya memasukkan cuvet ke dalam cell holder pada
sample chamber dan cuvet harus diletakkan hingga sampai dasar cell. Lalu tutup
sample chamber. Dan tekan tombol ABS 100%T untuk mengatur blanko pada
konsentrasi 0 Pilih panjang gelombang yang akan digunakan untuk mengukur
sampel 550-600 nm. Lalu mebersikan cuvet dan menyiapkan sampel yang akan
diukur, pastikan sampel homogen sebelum memasukkan ke dalam cuvet.
Kemudian memasukkan sampel ke dalam cuvet hingga volume minimal ¾ dari
tinggi cuvet. Dan pastikan bagian luar cuvet besih. Stelah itu memasukkan cuvet
ke dalam cell holder, lalu tutup sample chamber. Selanjutnya membaca
absorbansi-nya lalu mencatat datanya setelah selesai ambil kuvet dan
membersihkan semua alat dan bahan yang digunakan.

Metode spektrofotometer yang menggunakan prinsip dasar sejumlah cahaya


yang ditransmisikan menurun ketika populasi sel muningkat. Cahaya yang
ditransmisikan akan diubah menjadi energi listrik dan kemudian diindikasi pada
sebuah galvanometer. Spektrofotometer didasarkan pada kekeruhan dan
menghitung seluruh sel bakteri yang hidup dan yang mati jadi semua suspensi
yang ada dalam larutan kuvet terbaca semua. Setiap metode yang pastilah
mempunyai sesuatu keuntungan yang berbeda-beda, metode spektrofotometer
tidak membutuhkan waktu yang lama, kepekaan lebih tinggi, lebih mudah
digunakan namun relatif mahal karena bahan dan alat yang mahal, hanya dapat
menggunakan larutan yang konsentrasinya rendah, menggunakan larutan yang
cukup banyak, dan bakteri yang mati serta yang bukan bakteri ikut terhitung

Dan yang kedua adalah metode standar plate count. Cara kerja metode ini yaitu
pertama menyiapkan alat dan bahan yang digunakan. Setelah itu, mengencerkan
3 tabung PCA dalam air mendidih.kemudian mendinginkan agar antara 5-10
menit.selanjutnya, menuangkan agar ke cawan petri dan biarkan membeku.lalu,
menyiapkan TSB biakan bakteri untuk pengenceran yang diletakan pada tabung
reaksi sebanyak 5 ml.setelah tiu, menyiapkan 3 tabung TSB murni 5ml untuk seri
pengenceran lalu masing-masing dibuang 0,5 ml atau 500 µl hingga menjadi 4,5
ml. Pada pengenceran pertama ambil 0,5 ml dari TSB yang berisi 5 ml biakan
bakteri, kemudian homogenkan. Pada pengenceran ke dua ambil 0,5 ml pada
pengenceran pertama kemudian dihomogenkan.Pada pengenceran ke tiga ambil
0,5 ml pada pengenceran ke dua kemudian dihomogenkan, lalu beri label pada
masing-masing seri tabung pengenceran. Kemudian pindahkan larutan dari
pengenceran pertama banyak 25µl ke PCA. Kemudian pindahkan larutan dari
pengenceran kedua banyak 25µl ke PCA. Kemudian pindahkan larutan dari
pengenceran ketiga banyak 25µl ke PCA.selanjutnya ,cawan petri di beri label
sesuai pengencerannya dan dilekatkan dengan para filemInkubasi selama 18-24
jam.Setelah diinkubasi lakukan pengamatan. Kemudian, menghitung cawan yang
tumbuh bakteri 30-300 saja. Lalu, membersikan dan membereskan alat dan
bahan yang digunakan

Metode cawan petri / plate count metode dengan penaksiran jumlah kepadatan
bakteri secara tidak langsung dan penghitungan bakterinya hanya yang hidup
saja yang mati tidak. Dalam metode ini dilakukan pengenceran yang berseri 101-
1010 agar populasi dapat terbaca, pengenceran yang menghasilkan 30-300
bakteri saja yang dapat dibaca dan dikatakan berhasil karena bila kuarang dari
30 untuk alasan statistic tidak dapat diterima bila lebih dari 300 kemungkinan ada
koloni yang terlalu padat, terlalu dekat satu dengan yang lainya. Kelebihan
metode ini perhitungan lebih meyakinkan karena yang dihitung bakteri yang
hidup saja, dapat menghitung jasad renik lain sekaligus serta mengidentifikasi
dan mengisolasi jasad renik mengetahui pertumbuhan jasad renik tersebut
namun kekurangannya butuh waktu yang lama, media serta kondisi inkubasi
yang berbeda menghasilkan data yang berbeda, membutuhkan media yang
padat kering agar metode berhasil, dan terkadang hasil perhitungan tidak
menunjukan hasil sebenarnya karena sel mungkin membuat koloni lain.

Dengan menggunakan kedua metode ini perhitungan bakteri bias dilakukan, hasil
dari kedua metode ini hamper menghasilkan perhitungan yang mirip, dapat
diperkuat dari data diatas dengan spektro perhitungan bakteri amad banayak
dan dicawan begitu banyak sehingga tak dapat dihitung dengan biasa.

Praktikum kali ini mengalamin kegagalan karena pada metode cawan petri tidak
dapat terbaca melebihi toleransi pembacaan 30-300 koloni, populasi bakteri yang
begitu banyak tak dapat dihitung karena waktu inkubasi yang terlalu lama
sehingga baktri berkembang terlalu banyak mungkin seharusnya 18 jam sudah
dapat dibaca namun ini 24 jam, dan saat melakukan spread pada media tidak
kering masih ada air seharusnya sampai kering spread selama 5 menit serta
pengenceran seri yang kurang cuma sampai 103 mungkin bias sampai 106 seri
pengenceranya.

Dalam mikrobiologi , pembentuk koloni Unit (CFU) adalah perkiraan yang layak
bakteri atau jamur angka. Tidak seperti langsung mikroskopis jumlah mana
semua sel, mati dan hidup, dihitung, CFU memperkirakan sel layak. Munculnya
koloni terlihat membutuhkan pertumbuhan yang signifikan dari sel awal berlapis -
pada saat menghitung koloni itu tidak mungkin untuk menentukan apakah koloni
muncul dari satu sel atau 1.000 sel. Oleh karena itu, hasilnya diberikan sebagai
CFU / mL (unit pembentuk koloni per mililiter) untuk cairan, dan CFU / g (unit
pembentuk koloni per gram) untuk padatan untuk mencerminkan ketidakpastian
ini (bukan sel / mL atau sel / g ). (Wikipedia, 2012).

E. KESIMPULAN DAN SARAN

Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah penghitungan bakteri dengan


metoda hitungan cawan dilakukan karena mempunyai kelebihan yakni mudah
dan efektif dalam proses penghitungan mikroba dan juga bakteri yang dihitung
adalah bakteri yang tumbuh saja. Sedangkan kekurangannya yakni bahan yang
digunakan relatif lebih banyak. Hasil pengenceran bakteri dapat dikatakan
berhasil karena semakin besar pengencerannya maka jumlah koloni bakteri yang
tumbuh akan semakin kecil terkait konsentrasi bakteri yang semakin kecil pula,
namun jumlah bakteri yang tumbuh semakin besar karena dikalikan dengan
faktor pengencernya.

Sedangkan saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Pengguanaan waktu yang lebih efisien lagi


2. Dalam pelaksanaan praktikum dilakukan dengan lebih teliti lagi agar tebaca.
3. Penganan seperti spread media, pengenceran lebih teliti.
4. Saat penggunaan spektrofotometer harap lebih jelaskan lagi spesifikasi
spektrofotometer cara kerja, system dan bila dapat diizinkan praktikan boleh
menggunakan secara langsung namun dalam pengawasan.
5. Serta peningkatan tanggung jawab yang lebih baik lagi dari semua segi
aspek, agar mutu pengajaran dan pembelajaran semakin menikat.
DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar dasar mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.

Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Gramedia: Jakarta.

Gobel, Risco, B., dkk., 2008. Mikrobiologi Umum Dalam Prakte. Universitas
Hasanuddin: Makassar.

Hadioetomo, R. 1990. Mikrobiologi Dasar-Dasar Dalam Praktek. Gramedia:


Jakarta.

Hildan. 2011. http://hildan09.student.ipb.ac.id/2011/03/26/spektrofotometer-


ipbbiokimia/. Diakses pada Oktober 2012.

Pelczar, Michael, J. 1986. Dasar- Dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia:


Jakarta.

Penn, C. 1991. Handling laboratory microorganism. Open university: Milton


Keynes.

Sutedjo, M. 1991. Mikrobiologi tanah. Renika cipta: Jakarta.


A. PENDAHULUAN
Mikroorganisme adalah makhluk yang sangat kecil dan hanya dapat dilihat
dibawah mikroskop. Salah satu jenis mikroorganisme adalah bakteri. Bakteri
merupakan organisme uniselular yang tumbuh dengan cara pembelahan biner
yaitu satu sel membelah secara simetris. Koloni bakteri adalah sekumpulan dari
bakteri-bakteri yang sejenis yang mengelompok menjadi satu dan membentuk
suatu koloni-koloni (Volk, 1993).

Pertumbuhan mikroorganisme yang membentuk koloni dapat dianggap bahwa


setiap koloni yang tumbuh berasal dari satu sel, maka dengan menghitung
jumlah koloni dapat diketahui penyebaran bakteri yang ada pada bahan. Jumlah
mikroba pada suatu bahan dapat dihitung dengan berbagai macam
cara,tergantung pada bahan dan jenis mikrobanya (Dwidjoseputro, 2005).

Dalam analisa mikrobiologi, menghitung jasad renik mikroorganisme suatu


sediaan, harus diperhitungkan sifat-sifat dari bahan yang akan diperiksa,
terutama: kelarutan, kemungkinan adanya zat anti mikroba, dan derajat
kontaminasi yang dperkirakan. Untuk mempermudah penghitungan koloni
diperlukan pengetahuan mengenai morfologi bakteri tersebut sehingga media
pertumbuhan yang akan digunakan sesuai dengan sifat bakteri tersebut.

Ada 2 macam cara perhitungan jumlah mikroba/bakteri, yaitu perhitungan secara


langsung dan tidak langsung. Perhitungan jumlah mikroba secara langsung yaitu
jumlah mikroba dihitung secara keseluruhan, baik yang mati atau yang hidup
sedangkan perhitungan jumlah miroba secara tidak langsung yaitu jumlah
mikroba dihitung secara keseluruhan baik yang mati atau yang hidup atau hanya
untuk menentukan jumlah mikroba yang hidup saja (Volk, 1993).

B. TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan dapat didefinisikan secara umum yaitu sebagai pertambahan


secara teratur semua komponen di dalam sel hidup. Pada organisme
multiseluler, (ber sel satu), pertumbuhan adalah pertambahan jumlah sel, yang
juga berarti penambahan jumlah organisme yang membentuk populasi atau satu
biakan. Pada organisme seonostik (aseluler), selama pertumbuhan ukuran sel
menjadi besar, tetapi tidak terjadi pembelahan sel (Dwidjoseputro, 2005).
Untuk mengetahui perkembangan atau pertumbuhan suatu bakteri membutuhkan
pembuatan media dengan metode perhitungan bakteri yang ada dalam media.
Ada banyaknya metode yang digunakan dalam menghitung jumlah bakteri
secara kuantitatif dari suatu populasi bakteri.

Penentuan jumlah angka mikroorganisme sangat penting dilakukan untuk


menetapkan keamanan suatu sediaan farmasi dan makanan. Berbagai metode
telah dikembangkan untuk menghitung jumlah mikroorganisme. Metode tersebut
menghitung jumlah sel, massa sel, atau isi sel yang sesuai dengan jumlah sel
(Volk, 1993).

Koloni adalah kumpulan dari mikrobia yang memilki kesamaan sifat-sifat seperti
bentuk, susunan, permukaan, dan sebagainya. Sifat-sifat yang perlu diperhatikan
pada koloni yang tumbuh di permukaan medium adalah (Dwidjoseputro, 2005) :

1. Besar kecilnya koloni. Ada koloni yang hanya serupa suatu titik, namun ada
pula yang melebar sampai menutup permukaan medium.
2. Bentuk. Ada koloni yang bulat, ada yang memanjang. Ada yang tepinya rata,
ada yang tidak rata.
3. Kenaikan permukaan. Ada koloni yang rata saja dengan permukaan
medium, ada pula yang timbul yaitu menjulang tebal di atas permukaan
medium.
4. Halus kasarnya permukaan. Ada koloni yang permukaannya halus, ada yang
permukaannya kasar dan tidak rata.
5. Wajah permukaan. Ada koloni yang permukaannya mengkilat, ada yang
permukaannya suram.
6. Warna. Kebanyakan koloni bakteri berwarna keputihan atau kekuningan.
7. Kepekatan. Ada koloni yang lunak seperti lendir, ada yang keras dan kering.

Koloni yang tumbuh pada media agar dapat dilihat secara visual dan dihitung.
Secara kuantitatif koloni bakteri dapat dihitung dengan cara menghitung
populasinya secara umum atau dengan kata lain menghitung seluruh sel bakteri
yang ada dalam media termasuk sel yang mati, dan menghitung sel bakteri hidup
dengan menggunakan teori pendekatan.

Menurut Jutono, dkk (1980) ada 2 cara perhitungan jumlah mikrobia yaitu
perhitungan secara langsung (direct method) dan secara tidak lengsung (indirect
method).
1. Perhitungan secara langsung

Perhitungan jumlah mikrobia secara langsung, dipakai untuk menentukan jumlah


mikrobia keseluruhan baik yang mati maupun yang hidup Berbagai cara
perhitungan mikroba secara langsung menggunakan (Dwidjoseputro, 2005) :

a. Menggunakan cara pengecatan dan pengamatan mikrospis


Pada cara ini mula-mula dibuat preparat mikroskopik pada gelas benda, suspensi
bahan atau biakan mikroba yang telah diketahui volumenya diratakan diatas
gelas benda pada suatu luas tertentu. Setelah itu preparat dicat dan dihitung
jumlah rata-rata sel mikroba tiap bidang pemandangan mikroskopik. Luas bidang
pemandangan mikroskopik dihitung dengan mengukur garis tengahnya.

b. Menggunakan filter membrane (miliphore filter)


Suspensi bahan mula-mula disaring sejumlah volume tertentu kemudian disaring
dengan filter membrane yang telah disterilkan terlebih dahulu. Dengan
menghitung jumlah sel rata-rata tiap kesatuan luas pada filter membran dapat
dihitung jumlah sel dari volume suspensi yang disaring (Jutono dkk, 1980).
c. Menggunakan counting chamber

Dasar perhitungannya ialah dengan menempatkan satu tetes suspense bahan


atau biakanmikroba pada alat tersebut ditutup dengan gelas penutup kemudian
diamati dengan mikroskop yang perbesarannya tergantung pada besar kecilnya
mikroba. Perhitungan ini dapat menggunakan hemositometer. Peteroff Hauser
Bacteria Counter atau alat-alat lain yang sejenis.

2. Perhitungan secara tidak langsung

Jumlah mikroba dihitung secara keseluruhan baik yang mati atau yang hidup
atau hanya untuk menentukan jumlah mikroba yang hidup saja, ini tergantung
cara-cara yang digunakan. Untuk menentukan jumlah miroba yang hidup dapat
dilakukan setelah larutan bahan atau biakan mikroba diencerkan dengan factor
pengenceran tertentu dan ditumbuhkan dalam media dengan cara-cara tertentu
tergantung dari macam dan sifat-sifat mikroba.

Menurut Hadietomo (1990) menyatakan bahwa perhitungan secara tidak


langsung dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
a. Penentuan volume total
Cara ini adalah semacam modifikasi penentuan hematokrit pada pengukuran
volume total butir-butir darah, misalnya 10 ml biakan dimasukkan ke dalam
tabung reaksi khusus (tabung hopklins) yang bagian bawahnya berupa silinder
dan bergaris ukuran.

b. Metode turbidometri
Teknik ini sudah dipakai sebagai cara mengukur keker han suspensi atas dasar
penyerapan dan pemencaran cahaya yang dilintaskan, sehingga yang
mengandung lebih dari 107-108 sel/ml, tampak lebih keruh oleh mata telanjang.
Suatu volume biakan yang telah ditakar ditempatkan dalam tabung khusus yang
jernih dengan diameter tertentu.

Perhitungan jumlah bakteri secara tidak langsung memiliki kelebihan dan


kekurangan. Kelebihannya adalah dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi
bakteri, bakteri yang dihitung adalah bakteri yang hidup. Sedangkan
kekurangannya adalah perhitungannya kurang akurat karena ada kemungkinan
beberapa sel bertumpuk, ada kemungkinan terjadi spreader, waktu yang
dibutuhkan cukup lama, bahan yang digunakan relatif banyak.

Anda mungkin juga menyukai