Fakultas : Pertanian
Kelompok : 3 (Tiga)
----------------------------------------------
Catatan Nilai
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI AIR (BDI 206)
Disusun Oleh :
Melinda Oktafiani (NPM. 1114111034)
Abstrak
A. PENDAHULUAN
Banyak metode yang digunakan dalam menaksir secara kuantitatif dari suatu
populasi bakteri. Namun, ada dua metode yang paling sering digunakan yaitu
metode hitung koloni di cawan petri (standard/viable plate count method) dan
analisa spektrofotometer (turbidimeter). Meskipun kedua metode tersebut kadang
akan menghasilkan hasil perhitungan yang mirip, tetapi keduanya memiliki
perbedaan prinsip. Untuk metode plate count merupakan metode penaksiran
jumlah kepadatan bakteri secara tidak langsung dan informasi yang didapatkan
hanya bakteri yang hidup (viable) saja, bakteri yang mati tidak ikut terhitung.
Sedangkan prinsip analisa spektrofotometer didasarkan pada kekeruhan dan
menghitung seluruh sel bakteri baik yang hidup maupun yang mati (Setyawan
dan Harpeni, 2012).
B. TINJAUAN PUSTAKA
Perhitungan bakteri adalah suatu cara yang digunakan untuk menghitung jumlah
koloni bakteri yang tumbuh pada suatu media pembiakan. Secara mendasar ada
dua cara penghitungan bakteri, yaitu secara langsung dan secara tidak langsung.
Ada beberapa cara perhitungan secara langsung, antara lain adalah dengan
membuat preparat dari suatu bahan (preparat sedrhana diwarnai atau tidak
diwarnai) dan penggunaan ruang hitung (counting chamber). Sedangkan
perhitungan secara tidak langsung hanya mengetahui jumlah mikroorganisme
pada suatu bahan yang masih hidup saja (viable count). Dalam pelaksanaannya
ada beberapa cara yaitu:
1. Perhitungan pada cawan petri (total plate count / TPC
2. Perhitungan melalui pegenceran
3. Perhitungan jumlah terkecil atau terdekat (MPN methode)
4. Calorimeter (cara kekeruhan atau turbidimetri).
Metode standar/viable plate count didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel
mikroorganisme hidup dalam suspensi akan tumbuh menjadi satu koloni setelah
ditumbuhkan dalam media pertumbuhan dan lingkungan yang sesuai. Setelah
diinkubasi, jumlah koloni yang tumbuh dihitung dan merupakan perkiraan atau
dugaan dari jumlah mikroorganisme dalam suspensi tersebut (Anonim, 2012).
Metode hitungan cawan menggunakan anggapan bahwa setiap sel akan hidup
berkembang menjadi satu koloni. Jumlah koloni yang muncul menjadi indeks
bagi jumlah oganisme yang terkandung di dalam sampel. Teknik pengitungan ini
membutuhkan kemampuan melakukan pengenceran dan mencawankan hasil
pengenceran. Cawan-cawan tersebut kemudian diinkubasi dan kemudian
dihitung jumlah koloni yang terbentuk. Cawan yang dipilih untuk penghitungan
koloni, sesuai dengan kaidah statistik adalah cawan yang berisi 30-300 koloni.
Jumlah organisme yang terdapat dalam sampel asal dihitung dengan cara
mengalikan jumlah koloni yang terbentuk dengan faktor pengenceran pada
cawan bersangkutan.
Praktikum ini dilakukan pada pukul 11.30 WIB di Laboratorium Budidaya Perairan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tanggal 23 Oktober 2012. Alat dan
bahan yang digunakan untuk praktikum ini adalah sampel bakteri yang telah
dibiakkan pada media, Plate Count Agar (PCA) dalam tabung reaksi, petri dish,
Phospate Buffer Saline (PBS), larutan standard Mc. Farland, spektrofotometer,
mikro pipet, Bunsen, alcohol, kertas label, tabung reaksi, penangas air, kertas
pembungkus dan kalkulator Casio.
Praktikum ini melalui beberapa tahap yaitu Sandar Plate Count dan Metode
Turbidimetri. Adapun prosedur kerja praktikum ini sebagai berikut:
2. Metode Turbidimetri
Pada pelaksanaan penghitungan jumlah bakteri menggunakan metode
turbidimetri, langkah pertama adalah membuat larutan standar Mc.
Farland. Kemudian menyalakan alat spektrofotometer (dengan mengikuti
panduan penggunaan alat). Lalu mengukur absorbansi dari masing-
masing larutan Mc. Farland pada panjang gelombang 550 – 600 nm.
Selanjutnya membuat kurve regresi dimana Y = kepadatan bakteri
(sel/ml) dan X = Absorbansi (menggunakan kalkulator Casio). Setelah itu
mengukur suspense bakteri pada panjang gelombang 550 – 600 nm.
Terakhir memasukkan hasil absorbansi suspense bakteri ke dalam rumus
regresi, hasilnya adalah jumlah kepadatan semua sel bakteri dalam
suspense dengan satuan sel/ml.
Pada praktikum ini didapatkan hasil biakan yang terlalu banyak sehingga tidak
dapat dihitung. Hal ini terjadi karena miscalculation dalam volume pengenceran
Plate Count Agar (PCA). Dalam pengenceran hanya menggunakan seri
pengenceran 10-1 – 10-3 , seharusnya masih dapat dilakukan pengenceran
sampai 10-6 sehingga diperoleh biakan yang tidak terlau rapat dan banyak.
Seharusnya dalam satu petridish, jumlah koloni yang dapat dihitung berkisar 30-
300 koloni. Jika kurang dari 30 koloni maka tidak dapat diterima untuk alasan
statistik dan jika lebih dari 300 koloni pada cawan petri maka ada kemingkinan
ada koloni yang tetrlau dekat satu dengan lainnya untuk dibedakan sebagai
colony-forming unit (CFU). Karena terlalu banyak koloni yang tumbuh maka hasil
tidak bisa dihitung.
Cara perhitungan kuantitas/densitas sel bakteri pada kultur cair yang paling
umum adalah dengan menggunakan nilai kekeruhan suspensi sel yang
didapatkan dengan pengukuran menggunakan spektrofotometer.
Sel bakteri dihitung dengan panjang gelombang 600 nm dan nilai absorbansi
yang muncul kemudian dikonversi untuk mendapatkan nilai densitas sel bakteri
dalam kultur.
1 1
CFU/ml = jumlah koloni x 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 x 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛
Pada praktikum penghitungan jumlah bakteri ini semua hasil pengenceran bakteri
tidak bisa dihitung karena dalam proses pengenceran ternyata larutan masih
terlalu pekat sehingga bakteri yang dihasilkan melebihi batas yang bisa dihitung.
Dalam pengenceran menggunakan pengenceran sampel 10-1, 10-2, 10-3,
seharusnya pengenceran yang dilakukan dapat mencapai 10-6, dengan begitu
bakteri yang dihasilkan tidak terlalu banyak. Larutan berisi bakteri yang dibiakkan
dengan kepadatan yang cukup tinggi akan menghasilkan biakan bakteri yang
lebh banyak. Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal maka
sebaiknya seri pengenceran lebih kecil.
Adapun saran yang dapat disampaikan untuk praktikum kali ini adalah agar
praktikan lebih teliti dalam melakukan pengenceran dan sebaiknya sebelum
praktikum telah diadakan percobaan terlebih dahulu agar mendapatkan hasil
yang lebih optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Fakultas : Pertanian
Kelompok : 3 (tiga)
----------------------------------------------
Npm.
Catatan Nilai
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI AIR (BDI 206)
PERHITUNGAN BAKTERI
Disusun Oleh :
Abstrak
Dalam praktikum kali ini menggunakan metode hitung koloni dicawan petri
(standar/viable plate count methond) dan spektrofotometer ( turbidimeter ), kedua
metode ini sering sekali digunakan karena kedua metode ini terhadang
menghasilkan hasil perhitungan yang mirip namun keduanya mempunyai prinsip
yang berbeda.
Adapun tujuan praktikum perhitungan jumlah bakteri kali ini ialah mengetahui
berbagai cara menghitung jumlah sel dari biakan suatu bakteri.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Perhitungan Bakteri
Perhitungan jumlah suatu bakteri dapat melalui berbagai macam uji seperti uji
kualitatif koliform yang secara lengkap terdiri dari tiga tahap yaitu uji penduga (uji
kuantitatif, bisa dengan metode MPN), uji penguat dan uji pelengkap. Waktu,
mutu sampel, biaya, tujuan analisis merupakan beberapa faktor penentu dalam
uji kualitatif koliform. Bakteri koliform dapat dihitung dengan menggunakan
metode cawan petri (metode perhitungan secara tidak langsung yang didasarkan
pada anggapan bahwa setiap sel yang dapat hidup akan berkembang menjadi
satu koloni yang merupakan suatu indeks bagi jumlah organisme yang dapat
hidup yang terdapat pada sampel) seperti yang dilakukan pada percobaan ini
(Penn, 1991).
4. Pengenceran bakteri
Dalam perhitungan jumlah mikroorganisme ini seringkali digunakan
pengenceran. Di dalam laboratorium, pengenceran di lakukan dengan botol
pengenceran seperti lazimnya pada SPC, namun dapat pula menggunakan
tabung reaksi. Pada pengenceran dengan menggunakan botol cairan terlebih
dahulu dikocok dengan baik sehingga kelompok sel dapat terpisah. Pengenceran
sel dapat membantu untuk memperoleh perhitungan jumlah mikroorganisme
yang benar. Namun pengenceran yang terlalu tinggi akan menghasilkan
lempengan agar dengan jumlah koloni yang umumnya relatif rendah
(Hadioetomo, !996).
Pada metode perhitungan cawan dilakukan pengenceran yang bertingkat yang
mana ditujukan untuk membentuk konsentrasi dari suatu suspensi bakteri.
Sampel yang telah di encerkan ini di hitung ke dalam cawan baru kemudian di
tuang ke mediumnya (metode tuang). Kemudian setelah diinkubasi selama 24-
48 jam, amati koloni yang tumbuh dan koloni yanng diamati hanyalah koloni yang
berjumlah 30- 300 koloni (Gobel, 2008).
Tingkat pengenceran yang diperlukan didasarkan pada pendugaan populasi
bakteri yang ada dalam contoh. Hasil yang baik adalah jika pada pengenceran
yang lebih rendah contoh yang diduga lebih banyak menunjukkan hasil uji positif
(adanya pertumbuhan bakteri) dan pada pengenceran lebih tinggi contoh yang
diduga lebih sedikit menunjukkan hasil uji negatif (tidak ada pertumbuhan
bakteri). Oleh karena itu jumlah populasi bakteri yang ada dalam contoh diduga
tinggi maka contoh harus diencerkan sampai diperoleh tingkat pengenceran yang
lebih tinggi sehingga nilai maksimum dapat dihitung. Metoda pengenceran yang
paling mudah dengan melakukan pengenceran 10 kali lipat dengan
menggunakan 3 atau 5 tabung pengenceran sekali gus ( Fridaz, Srikandi, 1992 ).
Beberapa cara penghitungan jumlah mikrobia yaitu cara penghitungan pada
lempeng pembiakan, cara menghitung langsung (metode kaca objek), metode
ukur kekeruhan, metode turbidimetri dan nefelometri serta dengan jumlah
perkiraan terdekat (JPT). Cara penghitungan pada lempeng pembiaakan disebut
juga metode penghitungan bakteri hidup atau metode penghitungan koloni.
Penghitungan koloni dilakukan penyimpanan pada suhu yang sesuai. Oleh
karena itu, suatu bakteri dapat tumbuh menjadi satu koloni yang terhitung
mewakili jumlah bakteri hidup yang terdapat dalam tiap volum pengenceran yang
digunakan. Dalam hal ini pun, bahan pemeriksaan jika perlu harus diencerkan
untuk menghindari jumlah koloni terlalu banyak sehingga tidak dapat dihitung.
Hasil hitungan yang dapat diandalkan adalah antara 30-300 koloni pada tiap
lempeng pembiakan ( Agus, Esti, 2011 ).
Praktikum ini dilakukan pada pukul 11.30 WIB di laboratorium Budidaya Perairan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tanggal 23 Oktober 2012.
Sedangkan alat yang digunakan pada praktikum ini adalah cawan petri, bunsen,
kertas label, para film, tabung reaksi, kapas penutup, spreader, mikro pipet,
tissue, kuvet, spektrophotometer, dan sprayer. Sedangkan bahan yang
digunakan adalah : sampel bakteri, alkohol 70%, Plate Count Agar (PCA) dalam
tabung reaksi 10 ml atau TSB, PBS (phosphate buffer saline), larutan standar Mc
Farland.
Praktikum ini melalui beberapa tahap yaitu metode standar plate count dan
metode turbidimetri. Adapun prosedur kerja praktikum ini sebagai berikut :
Dari hasil pengamatan diatas dapat diketahui bahwa Bakteri dapat dihitung
menggunakan spektrofotometer yang prinsip kerjanya adalah membaca tingkat
kekeruhan dalam media Bakteri. Cara kerja yang dilakukan yaitu pertama
menyiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan, Kemudian memastikan
alat dalam kondisi baik, lalu nyalakan mesin dengan menekan tombol ‘power’ di
bagian belakang mesin. Setelah itu, menekan tombol A/T/C,dan pilih
absorbance (A). Selain lain itu juga membersihkan cuvet dengan aquades, dan
keringkan dengan tisu. Kemudian mengukur absorbansi blanko dengan
memasukkan larutan blanko (TSB) ke dalam cuvet (volume minimal hingga ¾
dari tinggi cuvet). Lalu bersihkan bagian luar cuvet yang transparan
menggunakan tissue, selanjutnya memasukkan cuvet ke dalam cell holder pada
sample chamber dan cuvet harus diletakkan hingga sampai dasar cell. Lalu tutup
sample chamber. Dan tekan tombol ABS 100%T untuk mengatur blanko pada
konsentrasi 0 Pilih panjang gelombang yang akan digunakan untuk mengukur
sampel 550-600 nm. Lalu mebersikan cuvet dan menyiapkan sampel yang akan
diukur, pastikan sampel homogen sebelum memasukkan ke dalam cuvet.
Kemudian memasukkan sampel ke dalam cuvet hingga volume minimal ¾ dari
tinggi cuvet. Dan pastikan bagian luar cuvet besih. Stelah itu memasukkan cuvet
ke dalam cell holder, lalu tutup sample chamber. Selanjutnya membaca
absorbansi-nya lalu mencatat datanya setelah selesai ambil kuvet dan
membersihkan semua alat dan bahan yang digunakan.
Dan yang kedua adalah metode standar plate count. Cara kerja metode ini yaitu
pertama menyiapkan alat dan bahan yang digunakan. Setelah itu, mengencerkan
3 tabung PCA dalam air mendidih.kemudian mendinginkan agar antara 5-10
menit.selanjutnya, menuangkan agar ke cawan petri dan biarkan membeku.lalu,
menyiapkan TSB biakan bakteri untuk pengenceran yang diletakan pada tabung
reaksi sebanyak 5 ml.setelah tiu, menyiapkan 3 tabung TSB murni 5ml untuk seri
pengenceran lalu masing-masing dibuang 0,5 ml atau 500 µl hingga menjadi 4,5
ml. Pada pengenceran pertama ambil 0,5 ml dari TSB yang berisi 5 ml biakan
bakteri, kemudian homogenkan. Pada pengenceran ke dua ambil 0,5 ml pada
pengenceran pertama kemudian dihomogenkan.Pada pengenceran ke tiga ambil
0,5 ml pada pengenceran ke dua kemudian dihomogenkan, lalu beri label pada
masing-masing seri tabung pengenceran. Kemudian pindahkan larutan dari
pengenceran pertama banyak 25µl ke PCA. Kemudian pindahkan larutan dari
pengenceran kedua banyak 25µl ke PCA. Kemudian pindahkan larutan dari
pengenceran ketiga banyak 25µl ke PCA.selanjutnya ,cawan petri di beri label
sesuai pengencerannya dan dilekatkan dengan para filemInkubasi selama 18-24
jam.Setelah diinkubasi lakukan pengamatan. Kemudian, menghitung cawan yang
tumbuh bakteri 30-300 saja. Lalu, membersikan dan membereskan alat dan
bahan yang digunakan
Metode cawan petri / plate count metode dengan penaksiran jumlah kepadatan
bakteri secara tidak langsung dan penghitungan bakterinya hanya yang hidup
saja yang mati tidak. Dalam metode ini dilakukan pengenceran yang berseri 101-
1010 agar populasi dapat terbaca, pengenceran yang menghasilkan 30-300
bakteri saja yang dapat dibaca dan dikatakan berhasil karena bila kuarang dari
30 untuk alasan statistic tidak dapat diterima bila lebih dari 300 kemungkinan ada
koloni yang terlalu padat, terlalu dekat satu dengan yang lainya. Kelebihan
metode ini perhitungan lebih meyakinkan karena yang dihitung bakteri yang
hidup saja, dapat menghitung jasad renik lain sekaligus serta mengidentifikasi
dan mengisolasi jasad renik mengetahui pertumbuhan jasad renik tersebut
namun kekurangannya butuh waktu yang lama, media serta kondisi inkubasi
yang berbeda menghasilkan data yang berbeda, membutuhkan media yang
padat kering agar metode berhasil, dan terkadang hasil perhitungan tidak
menunjukan hasil sebenarnya karena sel mungkin membuat koloni lain.
Dengan menggunakan kedua metode ini perhitungan bakteri bias dilakukan, hasil
dari kedua metode ini hamper menghasilkan perhitungan yang mirip, dapat
diperkuat dari data diatas dengan spektro perhitungan bakteri amad banayak
dan dicawan begitu banyak sehingga tak dapat dihitung dengan biasa.
Praktikum kali ini mengalamin kegagalan karena pada metode cawan petri tidak
dapat terbaca melebihi toleransi pembacaan 30-300 koloni, populasi bakteri yang
begitu banyak tak dapat dihitung karena waktu inkubasi yang terlalu lama
sehingga baktri berkembang terlalu banyak mungkin seharusnya 18 jam sudah
dapat dibaca namun ini 24 jam, dan saat melakukan spread pada media tidak
kering masih ada air seharusnya sampai kering spread selama 5 menit serta
pengenceran seri yang kurang cuma sampai 103 mungkin bias sampai 106 seri
pengenceranya.
Dalam mikrobiologi , pembentuk koloni Unit (CFU) adalah perkiraan yang layak
bakteri atau jamur angka. Tidak seperti langsung mikroskopis jumlah mana
semua sel, mati dan hidup, dihitung, CFU memperkirakan sel layak. Munculnya
koloni terlihat membutuhkan pertumbuhan yang signifikan dari sel awal berlapis -
pada saat menghitung koloni itu tidak mungkin untuk menentukan apakah koloni
muncul dari satu sel atau 1.000 sel. Oleh karena itu, hasilnya diberikan sebagai
CFU / mL (unit pembentuk koloni per mililiter) untuk cairan, dan CFU / g (unit
pembentuk koloni per gram) untuk padatan untuk mencerminkan ketidakpastian
ini (bukan sel / mL atau sel / g ). (Wikipedia, 2012).
Gobel, Risco, B., dkk., 2008. Mikrobiologi Umum Dalam Prakte. Universitas
Hasanuddin: Makassar.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Koloni adalah kumpulan dari mikrobia yang memilki kesamaan sifat-sifat seperti
bentuk, susunan, permukaan, dan sebagainya. Sifat-sifat yang perlu diperhatikan
pada koloni yang tumbuh di permukaan medium adalah (Dwidjoseputro, 2005) :
1. Besar kecilnya koloni. Ada koloni yang hanya serupa suatu titik, namun ada
pula yang melebar sampai menutup permukaan medium.
2. Bentuk. Ada koloni yang bulat, ada yang memanjang. Ada yang tepinya rata,
ada yang tidak rata.
3. Kenaikan permukaan. Ada koloni yang rata saja dengan permukaan
medium, ada pula yang timbul yaitu menjulang tebal di atas permukaan
medium.
4. Halus kasarnya permukaan. Ada koloni yang permukaannya halus, ada yang
permukaannya kasar dan tidak rata.
5. Wajah permukaan. Ada koloni yang permukaannya mengkilat, ada yang
permukaannya suram.
6. Warna. Kebanyakan koloni bakteri berwarna keputihan atau kekuningan.
7. Kepekatan. Ada koloni yang lunak seperti lendir, ada yang keras dan kering.
Koloni yang tumbuh pada media agar dapat dilihat secara visual dan dihitung.
Secara kuantitatif koloni bakteri dapat dihitung dengan cara menghitung
populasinya secara umum atau dengan kata lain menghitung seluruh sel bakteri
yang ada dalam media termasuk sel yang mati, dan menghitung sel bakteri hidup
dengan menggunakan teori pendekatan.
Menurut Jutono, dkk (1980) ada 2 cara perhitungan jumlah mikrobia yaitu
perhitungan secara langsung (direct method) dan secara tidak lengsung (indirect
method).
1. Perhitungan secara langsung
Jumlah mikroba dihitung secara keseluruhan baik yang mati atau yang hidup
atau hanya untuk menentukan jumlah mikroba yang hidup saja, ini tergantung
cara-cara yang digunakan. Untuk menentukan jumlah miroba yang hidup dapat
dilakukan setelah larutan bahan atau biakan mikroba diencerkan dengan factor
pengenceran tertentu dan ditumbuhkan dalam media dengan cara-cara tertentu
tergantung dari macam dan sifat-sifat mikroba.
b. Metode turbidometri
Teknik ini sudah dipakai sebagai cara mengukur keker han suspensi atas dasar
penyerapan dan pemencaran cahaya yang dilintaskan, sehingga yang
mengandung lebih dari 107-108 sel/ml, tampak lebih keruh oleh mata telanjang.
Suatu volume biakan yang telah ditakar ditempatkan dalam tabung khusus yang
jernih dengan diameter tertentu.