Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI

ACARA PRAKTIKUM KE : X

ISOLASI BAKTERI PADA MEDIA SELEKTIF

Nama : Mahatma Narendra Niti

NIM : 24020119140145

Kelompok :8

Hari, tanggal : Rabu, 18 November 2020

Asisten : Irfan Rivaldi Armando

LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2020
ACARA X

ISOLASI BAKTERI PADA MEDIA SELEKTIF

I. TUJUAN
1.1 Menentukan media selektif untuk menjaring mikroba tertentu

1.2 Mengenali sifat bakteri berdasarkan reaksinya pada medium

selektif

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Media Selektif
Media pembiakan selektif mendukung pertumbuhan

mikroorganisme jenis tertentu dan menghambat pertumbuhan flora

campuran lain. Selektifitas ini diperoleh dengan menambahkan

bahan kimia, pewarna, atau antibiotik pada media. Contoh media

ini adalah Grup a Selective Strep Agar dengan 5% darah domba,

media Thiosulfate Citrate Bile Salt Sucrose (TCBS), dan media

Salmonella & Shigella Agar (SSA). Media Thiosulfate Citrate Bile

Salt Sucrose (TCBS) merupakan media selektif untuk bakteri

Vibrio colera. Media Salmonella & Shigella Agar (SSA)

digunakan untuk menyeleksi bakteri Salmonella dan Shigella

(Rachmawaty, 2020).

2.2 Media Selektif Diferensial

Media diferensial adalah media yang mengandung unsur

yang memungkinkan untuk mengidentifikasi mikroorganisme jenis

tertentu dari kultur murni atau campuran. Identifikasi ini biasanya


berdasarkan penampakan dari mikroorganisme, seperti warna

koloni atau adanya presipitat. Contoh media ini adalah media Mac

Conkey, media Klinger Iron Agar (KIA), dan Triple Sugar Iron

Agar (Agar TSI). Media Mac Conkey, pada media ini dapat

dibedakan bakteri yang memfermentasikan laktosa dan yang tidak

memfermentasikan laktosa. Media Klinger Iron Agar (KIA), pada

media ini dapat diketahui bakteri yang memfermentasikan laktosa

dan glukosa serta pembentukan H2S. Triple Sugar Iron Agar (Agar

TSI) yang digunakan untuk mengidentifikasi organisme intestinal

gram negatif berdasarkan kemampuannya untuk

memfermentasikan dektrosa, laktosa, dan sukrosa, serta

menghasilkan sulfida (Rachmawaty, 2020).

2.3 Media yang Diperkaya (Enriched Medium)

Media diperkaya atau media kaya adalah media yang

ditambahkan zat-zat organik yang diperoleh dari makhluk hidup

misal darah, telur dan lain-lain. Media ini dipergunakan untuk

pertumbuhan bakteri yang tidak dapat tumbuh pada media

sederhana misal Gonococcus, Streptococcus dan Pneumococcus

(Rachmawaty, 2020). Media diperkaya (enrichment media)

merupakan media kompleks atau nutrient lengkap antara lain

penambahan darah, fungsi untuk memperbanyak dan mempersubur

microorganism. Contoh dari media diperkaya ini adalah BHI


(Harti, 2015). Media diperkaya merupakan media yang

mengandung bahan dasar untuk pertumbuhan mikroba dan zat-zat

tertentu yang ditambahkan seperti serum, kuning telur, dan lain-

lain. Media ini pada umumnya digunakan untuk menumbuhkan

bakteri Salmonella dari sampel feses penderita. Sebagai contohnya

selenite broth dan tetrathionate broth (Suarjana, 2017).

2.4 Media Pengaya (Enrichment Medium)

Tahapan pengayaan bertujuan untuk memberikan

kesempatan pada jenis bakteri yang jumlah dan populasinya

sedikit di alam, sehingga pada saat isolasi jenis ini dapat

kesempatan hidup lebih banyak. Pengayaan dilakukan pada

medium mineral yang menunjukan bahwa kultur telah tumbuh

pada medium mineral yaitu dengan adanya gelembung yang

menunjukan adanya aktivitas bakteri (Elyza, dkk., 2015).

Medium pengayaan terus berkembang memperbanyak diri

dengan cara membelah pada kondisi nutrisi makanan yang

melimpah serta lingkungan yang cocok. Metode dalam

melakukan pengayaan (enrichment) atau media pengaya ini yaitu

masing-masing sampel SBE sebanyak 5 gr, dimasukkan ke dalam

Erlenmayer yang berisi 45 mL medium Nutrient Broth,

selanjutnya diagitasi dengan rotary shaker kecepatan 150 rpm

selama 7 hari atau sampai menunjukan pertumbuhan yang


dicirikan medium mengeluarkan busa. Perubahan ini diamati

setiap hari (Elyza, dkk., 2015).

III. METODE PENELITIAN


1.1 Alat dan Bahan

1.1.1 Alat

1. Alat tulis

2. Buku penuntun praktikum

3. Autoklaf

4. Cawan petri

5. Oven

6. Inkubator

7. Tabung reaksi

8. Ose tajam

1.1.2 Bahan

1. Media 6,5% Salt Broth

2. Media M-Staphylococcus Broth

3. Media Manitol Salt Agar (MSA)

4. Media Bile Esculin Agar

5. Media Eosin Metilen Blue (EMB)

6. Media Agar MacConkey

7. Media Hektoen enteric Agar

8. Isolat bakteri Enterococcus sp.


9. Isolat bakteri E. coli

10. Isolat bakteri S. aureus

11. Isolat bakteri S. pyogenes

12. Isolat bakteri E. faecalis

13. Isolat bakteri Salmonella sp.

14. Isolat bakteri Shigella sp.

15. Isolat bakteri S. typhimurium

1.2 Cara Kerja

1. Alat dan bahan disiapkan.

2. Spesimen bakteri diinokulasikan pada tabung reaksi atau cawan

petri menggunakan ose tajam secara aseptik.

3. Tabung reaksi atau cawan petri yang digunakan untuk

menginokulasi diisi dengan media-media selektif atau selektif

diferensial yaitu media 6,5% Salt Broth, media M-

Staphylococcus Broth, media Manitol Salt Agar (MSA), media

Bile Esculin Agar, media Eosin Metilen Blue (EMB), media agar

MacConkey, media Hektoen Enteric Agar.

4. Media diinkubasi di dalam ikubator pada suhu 37oC selama 24

jam.

5. Proses pengamatan dilakukan apabila koloni sudah tumbuh


IV. HASIL PENGAMATAN

N Media Gambar dokumentasi Gambar Referensi Keterangan

o. Selektif

1 Media Isolat 1:

6,5% Salt Kontrol

Broth Isolat 2:

Enterococc

us sp.
(Dok. Pribadi, 2020) (Vadhani, 2011)
(positif)

2 M- Isolat 1:

Staphyloco Kontrol

ccus Broth Isolat 2: E.

coli

(Baral et al., 2019) (negatif)


(Dok.Pribadi, 2020)
Isolat 3: S.

aureus

(positif)

3 Manitol Koloni

Salt Agar bakteri

(MSA) Staphyloco

ccus
(Dok.Pribadi, 2020)
(Navaho, 2018)
aureus

dalam
media

Mannitol

Salt Agar

(MSA)

terlihat

berwarna

kuning

emas,

bulat, dan

cembung.

4 Bile Isolat 1:

Esculin Kontrol

Agar Isolat 2: S.

pyogenes

(Dok. Pribadi, 2020) (negatif)


(Henna, 2014)
Isolat 3: E.

faecalis

(positif)

5 Eosin Isolat X:

Metilen koloni

Blue bakteri X

(EMB) transparan
(Dok.Pribadi, 2020)
(Tankeshwar, 2013)
(negatif)
spesies

belum

teridentifik

asi

Isolat Y:

koloni

bakteri Y

terbentuk

warna

hijau

metalik

(positif)

spesies

bakteri

yaitu

Escherichi

a coli

6 Agar Isolasi

MacConke Salmonella

y sp. dan

Shigella

(Tankeshwar, 2013) sp. pada

media Mc
(Dok.Pribadi, 2020) Konkey

diperoleh

pertumbuh

an bakteri

dengan

morfologi

berbentuk

bulat,

bening,

permukaan

cembung,

dan rata.

7 Hektoen M-Staphylococcus Isolat


Broth
Enteric Staphyloco

Agar ccus

aureus dan
(Chessa dkk., 2016)
Staphyloco
(Dokumentasi pribadi,
ccus
2020)
epidermidi

s pada

media M-

Staphyloco

ccus Broth
menghasilk

an zona

berwarna

kekuninga

n di sekitar

koloni (+).

V. PEMBAHASAN

Praktikum mikrobiologi acara X yang berjudul “Isolasi

Bakteri pada Media Selektif” bertujuan untuk menentukan media

selektif untuk menjaring mikroba tertentu dan mengenali sifat bakteri

berdasarkan reaksinya pada medium selektif. Praktikum ini

dilaksanakan pada Rabu, 18 November 2020 pukul 13.00-selesai secara

online. Alat yang digunakan meliputi alat tulis, Handphone/laptop,

buku penuntun praktikum, tabung reaksi, cawan petri, ose tajam,

autoklaf, dan oven. Bahan praktikum yaitu meliputi media 6,5% Salt

Broth, media M-Staphylococcus Broth, media Manitol Salt Agar

(MSA), media Bile Esculin Agar, media Eosin Metilen Blue (EMB),

media agar MacConkey, media Hektoen Enteric Agar, isolat bakteri

Enterococcus sp., E. coli, S. aureus, S. pyogenes, E. faecalis,

Salmonella sp., Sh igella sp., dan S. typhimurium.


Media selektif merupakan media yang mampu mendukung

dan menumbuhkan suatu jenis mikroba tertentu namun akan

menghambat mikroorganisme lainya. Media selektif hanya akan

menumbuhkan mikroba yang spesifik dikarenakan diberikan atau

ditambah dengan zat-zat tertentu. Hal ini sesuai dengan pernyataan J()

yang menyatakan bahwa media selektif adalah media yang berwujud

cair dan bisa menumbuhkan mikroorganisme tertentu yang spesifik dan

menghambat sisa mikroba lainya karena dilakukan penambahan zat

tertentu. Penggunaan dari media ini bertujuan untuk memisahkan suatu

mikroorganisme spesfik yang bercampur dengan berbagai

mikroorganisme lainya. Hal ini sesuai dengan pernyataan K() yang

menyatakan bahwa kegunaan dari media selektif adalah untuk

mendapatkan mikroba tertentu dengan cara mengisolasi dan

menumbuhkanya. Adaupun mikroba yang tidak diinginkan akan

ditekan pertumbuhanya.

Media selektif diferensial adalah media yang berfungsi untuk

menumbuhkan hanya satu jenis bakteri, sedangkan bakteri yang lain

akan terhambat pertumbuhanya. Kegunaan media selektif diferensial

yang lain adalah untuk memperlihatkan karakteristik mikroorganisme

yang berbeda-beda antara satu mikroorganisme dengan

mikroorgansime lainya. Hal ini sesuai dengan pernyataan K() yang

menyatakan bahwa media selektif diferensial merupakan media yang


berfungsi untuk membedakan sifat dari mikroba-mikroba yang diuji

karena ditambah dengan zat penghambat dan senyawa lainya.

5.1 Media 6,5% Salt Broth

Media 6,5 % Salt Broth dikategorikan sebagai media

diferensial, hal ini disebabkan media ini akan menampilkan dua

buah atau lebih mikroorganisme yang berbeda jenis dengan ciri

khasnya masing-masing. Menurut Riski (2017) yang menyatakan

bahwa media 6,5% Salt Broth merupakan media yang digunakan

untuk budidaya dan diferensiasi berdasarkan toleransi garam dari

diferensiasi D enterococcal dari streptokokus grup D non-

enterococcal.

Cara kerja dari pengujian media 6,5 % Salt Broth adalah

sebagai berikut. Pertama, satu ose isolat bakteri diinokulasikan

MRS Broth yang usdah displementasi oleh NaCl. Kedua, media

yang sudah diinokulasi bakteri ke dalam temperatur 37℃ dengan

durasi 24 jam. Hal ini sesuai dengan pernyataan Karimela (2018)

yang menyatakan bahwa prosedur kerja dari media 6,5 % Salt

Broth adalah sebagai berikut. Pertama, MRS Broth

disuplementasikan oleh NaCl dengan konsentarasi 4% dan 6,5%.

Kemudian, media yang sudah disuplementasikan dimasukkan

kultur bakteri sebanyak satu ose. Terakhir, media diinkubasikan

selama 24 jam dengan suhu 37℃.


Setelah diinkubasikan, terjadi pertumbuhan bakteri karena

media terlihat keruh. Adaupun balteri yang tumbuh adalah bakteri

yang berasal dari genus Enterococcus meliputi: Enterococcus

faecalis, Enterococcus durans, Enterococcus faecium, dan

Enterococcus avium. Penyebab bakteri ini bisa tumbuh adalah

karena bakteri ini memiliki tingkat toleransi terhadap salinitas

garam yang tinggi. Selain itu, bakteri ini mudah dibedakan dengan

bakteri lain karena bisa berubah warna jika dilihat dari media. Hasil

dari pengujian menunjukkan bahwa ketika media diinokulasikan

dengan bakteri Enterococcus maka media akan berubha menjadi

keruh. Lalu, media akan berubah warna apabila ditambahkan oleh

bromkersol. Penyebab bakteri bisa merubah warnanya ketika

diberikan bromkersol adalah karena kemampuan bakteri

Enteroccus mampu memproduksi asam dari hasil metabolisme

glukosa dan media akhirnya berubah warna yang tadinya ungu

menjadi kuning. Hal ini sesuai dengan pernyataan Vadhani (2011)

yang menyatakan bahwa bakteri Streptococcus grup D

Enterococcus yang terdiiri dari: Enterococcus faecalis,

Enterococcus faecium, Enterococcus durans dan Enterococcus

avium mudah dibedakan dengan bakteri mon enterococcal seperti

bakteri Streptococcus bovis dan Streptococcus equines. Setelah

dilakukan pengujian natrium klorida 6,5 %, terjadi kekeruhan dan


perubahan warna indikator yang artinya terjadi pertumbuhan

terhadap bakteri. Terjadinya perubahan warna dari ungu menjadi

kuning dikarenakan asam yang dihasilkan dari metabolisme

glukosa. Akhirnya, proses identifikasi Streptokokus grup D

serologis atau serologis atau isolat eskulin empedu mudah

dilakukan sebagai spesies Enterococcus.

5.2 Media M-Staphylococcus Broth

Media M-Staphylococcus Broth adalah suatu media

selektif karena media ini mengandung salinitas garam yang tinggi

sehingga bakteri yang bisa tumbuh hanyalah bakteri yang

mempunyai toleransi kadar garam yang tinggi. Contoh bakteri

yang mempunyai kadar garam yang tinggi adalah bakteri dari

genus Staphylococcus. Hal ini sesuai dengan pernyataan Vadhani

(2011) yang menyatakan bahwa media M-Staphylococcus Broth

adalah selektif yang berfungsi untuk mendeteksi dan mengisolasi

bakteri Staphylococci melalui teknik pengambilan filter.

Pengujian menggunakan media M- Staphylococcus Broth

memiliki cara kerja sebagai berikut. Pertama, isolat bakteri diambil

menggunakan metode gores yang asalnya dari tabung reaksi. Lalu,

bakteri yang sudah diambil diinokulasikan menuju media M-

Staphylococcus Broth . Kemudian, media yang sudah


diinokulasikan diinkubasikan pada temperatur 35-37℃ dengan

durasi 48 jam. Hal ini sesuai dengan pernyataan Aryjal (2020) yang

menyatakan bahwa uji media M- Staphylococcus Broth memiliki

prosedur kerja dengan cara melakukan inokulasi terhadap M-

Staphylococcus Broth, lalu diinokulasikan selama 24 jam pada

suhu 35-37℃.

Hasil dari pengujian adalah terdapat endapan pada media,

hal ini disebabkan bakteri Staphylococcus tumbuh pada media

tersebut karena melakukan aktvitas lipovitellin-lipase dan

fermentasi manitol. Artinya, bakteri yang tumbuh media ini adalah

bakteri dengan kemampuan toleransi garam yang tinggi seperti

bakteri Staphylococcus. Hal ini sesuai dengan pernyataan vadhani

(2011) yang menyatakan bahwa aktivitas dari dari lipovitellin-

lipase dan fermentasi manitol akan membuat media bewarna

kuning bura di sekitar koloni sehingga hasil dari pengujian adalah

positif. Lalu, alasan media hanya ditemukan koloni bakteri

Staphylococcus adalah karena terdapat natrium klorida

berkonsetrasi 7,5 persen yang membuat semua jenis bakteri lain

terhambat pertumbuhanya kecuali bakteri Staphylococcus.

5.3 Manitol Salt Agar (MSA)


Media Manitol Salt Agar (MSA) merupakan media

selektif dan media diferensial. Hal ini disebabkan media ini mampu

menumbuhkan bakteri Staphylococcus, sedangkan bakteri lainya

akan dihambat pertumbuhanya. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Hajar (2018) yang menyatakan bahwa media MSA merupakan

media selekttid dan media diferensial karena media ini akan

menumbuhkan bakteri Staphylococcus dan menghambat bakteri

lain seperti bakteri Streptococcus serta bakteri lainya baik itu dari

golongan gram positif dan negatif. Hal ini disebabkan media MSA

memiliki NaCl sebanyak 7,5 % sehingga bakteri lain tidak bisa

berkembang kecuali bakteri Staphylococcus.

Cara kerja dari pengujian menggunakan MSA adalah

sebagai berikut. Pertama, disiapkan media MSA sebanyak 5,55

gram. Kedua, media MSA dimasukkan ke dalam gelas kimia yang

berukuran 100 mL dan ditambahkan 50 mL akuades. Ketiga, gelas

kimia dipanaskan dan diaduk hingga larut. Keempat, disiapkan

sumbat kapas yang dibungkus dengan kain kasa untuk menutup

lubang erlenmeyer. Kelima, labu erlenmeyer disterilkan ke dalam

autoklaf pada suhu 121℃ dengan durasi 15 menit. Keenam,

larutan yang sudah disterilkan dimasukkan ke dalam cawan petri

sebanyak kurang lebih 15 mL dan ditunggu hingga mendingin.

Ketujuh, biakkan murni bakteri S. aureus diambil dan ditanamkan


pada media MSA serta dilakukan pemberian label pada cawan.

Kedelapan, media diinokulasikan pada suhu 37°C dengan durasi

24 jam. Hal ini sesuai dengan pernyataan Karimela (2018) yang

menyatakan bahwa berikut ini adalah prosedur kerja dari

penggunaan media MSA. Mula-mual dilakukan penimbangan

media MSA sebanyak 5,55 gram. Lalu, digunakan 50 mL akuades

untuk melarutkan media MSA dan kedua bahan tersebut

dimasukkan ke dalam gelas kimia berukuran 100 mL. Setelah itu,

dilakukan pemanasan sampai larut. Kemudian, bungkus sumbat

kapas dengan kain kasa untuk menyumbat lubang erlenmeyer dan

labu erlenmeyer sendiri dibungkus dengan kertas coklat dan

disterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 121 ℃ dengan durasi

15 menit.

Kandungan nutrisi pada media MSA adalah protein

karena media ini dibuat dari bacto ektrak daging sapi dan bacto

pepton, NaCl, bacto phenol red, manitol, dan bacto agar. Fungsi

dari kandungan daging sapi dan pepton adalah agar mikroba yang

diuji mendapatkan suplai protein dan nitrogen. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Suhartati (2018) yang menyatakan bahwa

Media MSA mengandung bacto ekstrak daging, bacto pepton,

NaCl, bacto phenol red, manitol dan bacto agar. Media MSA

mengandung nutrisi atau protein bahan dasar bacto ekstrak daging


dan bacto pepton. Ekstrak daging sapi dan pepton digunakan

sebagai bahan dasar karena merupakan sumber protein, nitrogen,

yang sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme.

Hasil yang diperoleh dari pengujian menggunakan media

MSA adalah media berubah warna yang tadinya merah menjadi

kuning. Hal ini disebabkan bakteri penggunaan manitol oleh

bakteri agar bisa menghasilkan asam dan pemberian larutan

indikator red phenol yang memungkinkan deteksi adanya asam

atau tidak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hajar (2018) yang

menyatakan bahwa perubahan media MSA yang tadinya kuning

menjadi merah dikarenakan bakteri dari genus Staphylococcus

mampu hidup di lingkungan dengan kadar garam yang tinggi

seperti pada media MSA. Nantinya bakteri S. aureus mampu

membentuk koloni dan melakukan fermentasi manitol sehingga

media MSA berubah warna.

5.4 Bile Esculin Agar

Media Bile Esculin Agar merupakan media selektif

diferensial dikarenakn media ini akan mengisolasi dan

mendiferensiasi Lancefield grup D Streptokokus. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Lindell Chuard (2018) yang menyatakan bahwa

media Bile Esculin Agar adalah media yang berfungsi untuk


melakukan isolasi dan diferensiasi Lancefield grup D Streptokokus

sehingga dikategorikan sebagai media selektif dan diferensial.

Cara kerja dari media Bile Esculin Agar (BEA) adalah

sebagai berikut. Media BEA dilarutkan dengan akuades dan

dipanasakan hingga mendidih dan larut. Kemudian, media yang

sudah tercampur rata perlu diinokulasikan dengan bakteri dan

diinokulasikan menggunakan autoklaf. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Lindell (2015) yang menyatakan bahwa berikut ini

adalah prosedur kerja dari pengujian media BEA. Pertama,

ditimbang media sebanyak 64,6 gram dan dicampurkan dengan air

suling sebanyak 1000 ml. Kemudian, media dipanaskan hingga

larut dan mendidih. Setelah itu, media ditunggu hingga mengeras

dan dimiringkan dengan dasar pangkal 2,5 cm, atau bisa juga media

ditempatkan ke dalam cawan petri dan ditunggu hingga memadat.

Setelah itu, bakteri yang diuji diinokulasikan ke dalam media

menggunakan metode gores dan diinkubasikan dalam suasana

tanpa oksigen. Terakhir, dilakukan proses pengamatan terhadap

perubahan warna yang timbul.

Fungsi bahan-bahan yang digunakan pada medium BEA

adalah sebagai berikut. Pertama, fungsi dari natrium azida adalah

untuk menghambat pertumbuhan bakteri gram negatif. Kedua,


fungsi dari empedu sapi adalah agar pertumbuhan bakteri gram

positif terhambat. Ketiga, fungsi eskulin adalah agar bakteri

Streptococcus sp mempunyai bahan untuk dihidrolisis, dengan

begitu maka senyawa yang warnanya hitam akan terbentuk. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Lindell (2015) yang menyatakan bahwa

fungsi dari natrium azida adalah untuk menghambat pertumbuhan

selain dari golongan gram negatif. Lalu, fungsi empedu sapi adalah

untuk menghambat bakteri gram positif tumbuh. Terakhir, eskulin

berfungsi untuk adalah untuk dihirolisis oleh bakteri

Setelah dilakukan pengamatan, media yang mengandung

bakteri E. faecalis mampu melakukan hidrolisi sehingga bewarna

hitam. Sedangkan media yang mengandung bakteri S. pyogenes

tidak ditemukan adanya warna hitam yang artinya bakteri ini tidak

mampu melakukan hidrolisis esculin. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Chuard (2018) yang menyatakan bahwa bakteri

Enterococcus faecalis dan Enterococcus duran mampu melakukan

hidrolisis karena mampu membentuk koloni kecil dengan

lingkaran yang bewarna hitam. Lalu, bakteri Staphylococcus

aureus mampu memberikan hasil positif namun tidak mampu

memunculkan lingkaran yang bewarna hitam. Terakhir,

Streptococcus pyogenes dan Escherichia coli bakteri tidak mampu

berkembang di dalam medi MSA


5.5 Eosin Metilen Blue

Media Eosin Methylene Blue (EMB) meruupakan media

seletif dan diferensial. Hal ini disebabkan media ini mampu

menghambat bakteri gram positif dan membiarkan bakteri gram

negatif tumbuh serta seperti bakteri E. coli. Hal ini sesuai dnegan

pernyataan Ummamie (2017) yang menyatakan bahwa media

EMB dkategorikan sebagai media selektif dan diferensial, hal ini

disebabkan media ini akan menghambat bakteri gram positif dan

mampu mendiferensiasi koloni E.coli yang tumbuh dibandingkan

dengan bakteri gram negatif lainya.

Proses pembuatan dan pemakaian medium EMB adalah

sebagai berikut. Pertama, medium EMB ditakar sebanyak 36 gram

dan ditambah dengan 1 L akuades. Kedua, larutan medium EMB

dihomogenkan dengan cara diaduk dan dipanaskan menggunakan

penangas. Ketiga, mulut labu erlenmeyer disumbat menggunakan

cotton plug agar bia disterilisasi menggunakan autoklaf selama 15-

30 menit dengan suhu 121℃. Keempat, medium dituang ke dalam

cawan petri dan dibiarkan hingga memadat. Kelima, medium

diinokulasikan dengan isolat bakteri. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Lasmini (2020) yang menyatakan bahwa berikut ini

adalah cara pembuatan dan penggunaan media EMB. Pertama,


dicampurkan 36 gram medium EMB dengan akuades sebanyak 1

L. Lalu, larutan yang berada di dalam erlenmeyer dipanaskan

hingga homogen dan diaduk rata. Kemudian, digunakan cotton

plug untuk menyumbat mulut erlenmeyer. Setelah itu, erlenmeyer

disterilisasi di dalam autoklaf selama 15-30 menit dengan suhu

121℃. Kemudian, medium dipindahkan ke dalam cawan petri dan

ditunggu di dalam Biosafety Cabinet (BSC) sampai mengeras.

Setelah itu, barulah isolasi bakteri diinokulasikan ke dalam

mikorba.

Fungsi bahan dalam pengujian menggunakan media EMB

adalah sebagai berikut. Fungsi eosin dan Methyelene Blue adalah

untuk mempertajam perbedaan warna. Nantinya perbedaan warna

akibat pH yang diturunkan oleh bakteri gram negatif. Kemudian,

fungsi laktosa di dalam medium EMB adalah sebagai bahan

fermentasi bagi beberapa bakteri seperti bakteri S. aureus, P.

aeruginosa, dan Salmonella sp. Hal ini sesuai dengan pernyaaan

Rahmawati (2018) yang menyatakan bahwa medium EMB

mengandung eosin dan Methylene blue yang berfungsi agar dapat

memberikan warna hijau-metalik bagi koloni bakteri yang mampu

melakukan fermentasi laktosa. Holderman (2017) juga

menambahkan bahwa fungsi dari pemakaian medium EMB adalah


untuk melihat kemampuan fermentasi laktosa yang dilakuakn oleh

bakteri gram negatif.

Hasil pengujian yang dapatkan bernilai positif. Sebab,

tumbuh sekitar 70 persen koloni bakteri E. coli yang bewarna hijau

metalik. Kemudian, terlihat pula koloni bening bakteri

Pseudomonas aeruginosa yang tidak mampu melakukan

fermentasi laktosa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lasmini

(2020) yang menyatakan bahwa hasil uji dapat dinyatakan positif

apabila terdapat koloni bakteri yang menghasilkan warna hijau

metalik karena mampu memfermentasikan laktosa. Kemudian,

koloni bakteri yang tidak mampu memfermentasikan laktosa

seperti bakteri Pseudomonas sp akan terlihat bening atau tidak

bewarna.

Keunggulan media EMB adalah mampu memisahkan

mikroba berdasarkan kemampuan untuk memfermentasikan

mikrobanya seperti bakteri S. aureus, P. aerugenosa ,dan

Salmonella sp. Nantinya mikroba yang bewarna hijau metalik

menandakan bahwa mikroba tersebut mampu melakukan

fermentasi laktosa. Kemudian, mikroba yang tidak bewarna berarti

tidak memiliki kemampuann untuk melakukan fermentasi laktosa.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Rahmawati (2018) yang


menyatakan bahwa perbedaan bakteri pada medium EMB dapat

dilihat dari warna yang muncul pada medium itu sendiri. Apabila

bakteri yang dapat melakukan fermentasi laktosa maka koloni akan

bewarna hijau metalik. Sementara, bakteri yang bewarna bening

artinya tidak mampu melakukan fermentasi asam laktat.

5.6 MacConkey Agar

Media MacCongkey Agar merupakan media selektif

diferensial karena media ini mampu meningkatkan jumlah bakteri

gram negatif dan bakteri gram positif kecuali bakteri Pasteurella

sp dan Hemophilus sp. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Mangarengi (2019) yang menyatakan bahwa media MacCongkey

Agar termasuk ke dalam media sekeltif dan media diferensial

karena bakteri ini mampu menumbuhkan dan mengisolasikan

bakteri enterik dari bakteri gram negatif. Kandungan dari medium

MacCongkey Agar adalah laktosa dan neutral red sehingga media

MacCongkey Agar mampu mengindikasikan derajat keasaman atau

pH. Lalu, media ini mampu membedakan bakteri coliform laktosa

fermenter dan non laktosa fermenter. Nantinya, bakteri fermentasi

laktosa akan menurunkan pH karena produksi asam yang berakibat

timbulnya warna merah pada neutral red. Media MacConkey Agar

mampu menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan

menumbuhkan bakteri gram negatif. Selain itum bakteri laktosa


fermenter dan non laktosa fermenter mampu dibedakan oleh media

MacCongkey Agar.

Cara kerja dari penggunaan media MacCongkey Agar

adalah sebagai berikut. Pertama, media MacCongkey Agar

dicampurkan dengan akuades agar larut. Kedua, media

MacCongkey Agar dipanaskan menggunakan autoklaf selama 15

menit selama 121℃. Ketiga, media didiamkan hingga suhunya

menurun dan dimasukkan ke dalam cawan petri serta didiamkan

kembali sampai mengeras. Ketiga, sampel disentrifugasi dan

diinokulasikan ke media MacCongkey Agar. Keempat, media

diinkubasikan dengan suhu 37℃ selama 24 jam. Kelima isolat

yang dipilih diwarnai dengan pewarna gram. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Mustahal (2012) yang menyatakan bahwa berikut ini

adalah cara kerja dari penggunaan media MacCongkey Agar.

Pertama, urine disentrifugasi dengan cepetaan 2500-3000 rpm

selama 10 menit. Sentrifugasi dilakukan agar semua materi

(kecuali bakteri) mampu mengendap pada urin. Lalu, urin yang

sudah disentrifugasikan diinokulasikan ke dalam media

MacCongkey Agar. Kemudian, media diinkubasikan pada suhu

37℃ selama 24 jam. Terakhir, dipilih isolat-isolat secara

representatif untuk diwarnai dengan pewarnaan gram.


Bahan yang digunakan pada sampel pada pengujian ini

adalah media MacCongkey Agar, dan sampel urine penderita

infeksi saluran kemih. Fungsi dari media MacCongkey Agar adalah

untuk menyediakan nutrisi bagi mikroba. Sampel urin merupakan

sumber bakteri yang diujikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Mustahal (2012) yang menyatakan bahwa media MacCongkey

terdiri dari neutral red, bile salts, dan crystal violet dye. Netral red

berguna untuk untuk mengukur tingkat keasamn atau pH. Lalu, bile

salts dan neutrak red berfungsi untuk menghambat pertumbuhan

bakteri gram positif. Kemudian, laktosa adalah sumber energi

fermentasi bakteri. Mangarengi (2019) menambahkan bahwa urin

infeksi saluran kemih terdapat mikroorganisme dalam urin.

Setelah dilakukan pengujian, bakteri seperti E.coli dan

Klebsiella sp mampu akan terlihat bewarna merah dan merah

jambu akibat fermentasi laktosa yang menghasilkan senyawa asam

dan adanya indikator neutral red media. Sedangkan, pada bakteri

seperti Salmonella sp, dan Shigella sp yang tidak mampu

menghasilkan asam dari fermentasi laktosa akan terlihat transparan

atau bening. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wasita (2016) yang

menyatakan bahwa bakteri akan merah muda setelah menyerap

indikator bewarna merah dan melakukan fermentasi sehingga asam

yang terbentuk akan menurunkan pH. Sementara, bakteri yang


tranparan atau tembus pandang dikategorikan sebagai bakteri tidak

mampu menghasilkan asam dari fermentasi laktosa. Bakteri famili

Enterobacteriaceae memiliki anggota spesies yang sebagian bisa

melakukan fermentasi asam genus Eschercia yang contoh

spesiesnya adalah bakteri E.coli. Sehingga, agar memudahkan

klasifikasi terhadap bakteri yang tumbuh maka digunakan laktosa

yang terkandung pada media MacCongkey.

5.7 Hektoen Enteric Agar

Media Hektoen Enteric Agar (HEA) merupakan media

selektif diferensial karena mampu membedakan bakteri Salmonella

sp. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dewi (2016) yang

menyatakan bahwa media HEA adalah media selektif diferensial

dikarenakan mengandung tiga jenis karbohidrat laktosa, glukosa,

dan salisin. Nantinya, bakteri yang tidak mampu melakukan

fermentasi laktosa sepeti Salmonella sp. akan bewarna hijau karen

hanya mampu melakukan fermentasi glukosa.

Prosedur kerja pada pengujian menggunakan media HEA

adalah sebagai berikut. Pertama, bakteri dari media RV

diinokulasikan ke dalam melalui metode gores pada media HEA.

Kemudian, dilakukan proses inkubasilam selama 24 jam pada

temperatur 37℃. Setelah itu, isolat bakteri diamati apa saja


perubahanya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Warsiki (2016)

yang menyatakan bahwa berikut ini adalah penggunaan media

HEA untuk melakukan isolasi bakteri. Pertama, bakteri dari media

RV diambil sebanyak 1 ose dan diinokulasikan pada XLD dan BSA

menggunakan metode cawan gores. Kemudian, bakteri yang

tumbuh dari media XLD yang didiguga adalah bakteri Salmonella

sp memiliki ciri-ciri bewarna merah muda dengan atau tanpa titik

hitam. Sedangkan, bakteri Salmonella sp akan bewarna ungu pada

media BSA.

Bahan yang digunakan pada media pada pengujian kali ini

adalah media Hektoen Enteric Agar (HEA), Buffered Peptone

Water (BPW), dan Rappaport-Vassiliadis (RV) dan sampel cacing

sutra. Hektoen Enteric Agar berfungsi untuk mengisolasi bakteri.

Fungsi dari Buffered Peptone Water adalah untuk mengencerkan

larutan. Kemudian, Rappaport-Vassiliadis berguna untuk

memperkaya bakteri secara selektif dan cacing sutra adalah sampel

yang digunakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Warsiki (2016)

yang menyatakan bahwa Buffered Peptone Water berfungsi untuk

melakukan prapengkayaan non selektif dan membantu proses

homogenasi. Kemudian, Rappaport-Vassiliadis berfungsi untuk

memperkaya isolasi spesies bakteri Salmonella sp secara selektif.


Bakteri yang tumbuh pada isolasi menggunakan media

HEA adalah bakteri Salmonella sp dikarenakan di tengah-tengah

koloni muncul bintik hitam. Selain itu, terlihat pula koloni bewarna

hijau kebiruan yang mempunyai zona transparan. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Surjawidjaja (2017) yang menyatakan bahwa

media ditemukan bintik hitam ditengah koloni pada media HE dan

XLD. Kemudian, karena indikator mengalami perubahan, maka

inti hitam yang diakibatkan oleh bakteri Salmonella sp muncul dan

terlihat pula zona transparan di dalam media koloni hijau kebiruan.


VI. KESIMPULAN

Setelah dilakukan praktikum, dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut.

6.1 Media selekti atau disebut dengan media selektif diferensial

mempunyai beberapa jenis sebagai berikut. Pertama, media 6,5%

Salt Broth adalah media yang digunakan untuk menumbuhkan

bakteri Enterococcus sp. Kedua, media M-Staphylococcus Broth

berfungsi untuk menumbuhkan bakteri Staphylococcus aureus.

Ketiga, Manitol Salt Agar (MSA) berfungsi untuk menumbuhkan

bakteri Staphylococcus aureus. Keempat, media Bile Esculin Agar

berfungsi untuk menumbuhkan bakteri Enterococcus faecalis.

Kelima, media Eosin Metilen Blue (EMB) berfungsi untuk

menumbuhkan bakteri Escherichia coli. Keenam, media agar

MacConkey berfungsi untuk menumbuhkan bakteri Salmonella sp

dan Shigella sp. Ketujuh, media Hektoen Enteric Agar berfungsi

untuk menumbuhkan bakteri E. coli dan S. thypimurium.

6.2 Setelah ditempatkan pada medium selektif, bakteri memiliki sifat-

sifat sebagai berikut. Pertama, bakteri memiliki sifat toleran

terhadap kondisi kadar garam yang tinggi setelah ditempatkan pada

media 6,5% Salt Broth. Kedua, bakteri memiliki sifat mampu

melakukan aktivitas lipovitellin-lipase dan mampu melakukan

fermentasi manitol setelah ditempatkan pada media M-

Staphylococcus Broth. Ketiga, sifat bakteri yang ditempatkan pada


media Manitol Salt Agar (MSA) adalah bakteri mampu merubah

bakteri gram positif dan mampu melakukan fermentasi manitol.

Keempat, sifat bakteri yang ditempatkan pada media Bile Esculin

Agar adalah mampu melakukan hidrolisis esculin dan berupa gram

positif. Kelima, bakteri pada media Eosin Metilen Blue (EMB)

adalah bakteri gram negatif dan bisa melakukan fermentasi laktosa.

Keenam, bakteri pada media MacConkey adalah bersifat mampu

melakukan fermentasi laktosa. Ketujuh, bakteri pada media

Hektoen Enteric Agar bersifat mampu melakukan fermentasi

karbohidrat.
DAFTAR PUSTAKA

Aryjal, Charu, Jyoti KC, dan Sherya Neupane. 2020. Prevalence of Methicillin-
Resistant Staphylococcus aureus in Shrines. International Journal of
Microbiology. Hal 1-10.

Chuard, Reller. 2018. Bile-Esculin Test for Presumptive Identification of


Enterococci and Streptococci: Effects of Bile Concentration, Inoculation
Technique, and Incubation Time. Journal of Clinical Microbiology. Vol
36(4): 1135-1136.

Dewi, I Dewa Ayu Sri Angga. 2016. Uji Angka Kapang, Khamir, dan Identifikasi
Salmonella spp. Skirpsi. Program Studo Farmasi. Fakultas Farmasi.
Universitas Sanata Dharma. 2016.

Elyza, F., Nuni, G., Munawar. 2015. Identifikasi dan Uji Potensi Bakteri Lipolitik
dari Limbah SBE (Spent Bleaching Earth) sebagai Agen Bioremediasi. Jurnal
Ilmu Lingkungan. Vol 13 (1): 12-18.

Hajar, Siti. Zahrial Helmi, Darmawi, dan Al Azhar. 2018. Isolasi dan Identifikasi
Bakteri Staphylococcus aureus pada Vagina Sapi Aceh. JIMVET. Vol 2(3):
341-350.

Harti, Agnes Sri. 2015. Mikrobiologi Kesehatan: Peran Mikrobiologi Dalam


Kesehatan. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Holderman, Michelle dan Edwin de Queljoe. 2017. Identifikasi Bakteri pada


Pegangan Eskalator di Salah Satu Pusat Perbelanjaan di Kota Manado.
Jurnal Ilmiah Sains. Vol 17(1): 13-18.

Karimela, Ely John, Frans G Ijong, Jaka PP Palawe, dan Jefri A Mandero. 2018.
Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Staphylococcus Epidermis Pada Ikan Asap
Pinekuhe. Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol 9 (1): 35-42.

Lasmini, Titi. 2020. Identifikasi Bakteri Rongga Mulut Perokok dan Bukan
Perokok di Pekanbaru. Jurnal Analis Kesehatan Klinkal Sains. Vol 8(1): 17-
27.

Lindell, Shirley dan Patricia Quinn. 2015. Use of Bile-Esculin Agar for Rapid
Differentiation of Enterobacteriaceae. Journal of Clinical Microbiology.
Vol 1(5): 441-443
Mangarengi, Yusriani dan Devi Regina Oktavia. 2019. Infeksi Saluran Kemih (Isk)
Komplikata Di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar. Jurnal Kedokteran. Vol
3(2): 130-140.

Media Berindikator Warna sebagai Pendeteksi Salmonella typhimurium. Jurnal


Teknologi Industri Pertanian. Vol 26(3): 276-286.

Mustahal dan Anik Waqiah. 2012. Identifikasi Bakteri yang Menginfeksi Ikan
Garra Rufa (Cyprinion macrostamus) di Balai Besar Karantina Ikan
Soekarno-Hatta. Jurnal Perikanan dan Ilmu Kelautan. Vol 2(2): 65-70.

Rachmawaty, F. J. 2020. Media. Yogyakarta: UII Yogyakarta.

Rahmawati, Darna, Mansur Turnip, dan Rahmawati. 2018. Identifikasi Bakteri


Anggota Enterobacteriaceae pada Makanan Tradisional Sotong Pangkong.
Jurnal Labora Medika. Vol 2(2): 6-12.

Riski, Khofifu, Fakhrurrazi, Mahdi Abrar. 2017. Isolasi Bakteri Staphylococcus


aureus Pada Ikan Asin Talang-Talang (Scomberoides commersonnianus) di
Kecamatan Leupung Kabupaten Aceh Besar. JIMVET. Vol 01(3): 366-374.

Suhartati, R., Sulistiani., dan Ai, N. 2018. Pemanfaatan Serbuk Kacang Kedelai
(Glycine max) sebagai Bahan Pembuatan Media Manitol Salt Agar (MSA)
untuk Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus. Prosiding Seminar Nasional
dan Diseminasi Penelitian Kesehatan, 163-167.

Suhartati, Sulistiani, dan Al Nuraini. 2018. Pemanfaatan Serbuk Kacang Kedelai


(Glycine max) sebagai Bahan Pembuatan Media Manitol Salt Agar (MSA)
untuk Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus. Prosiding Seminar Nasional
dan Diseminasi Penelitian Kesehatan. Tasikmalaya: 21 April 2018.

Surjawidajaja, Julius, Oktavianus Salim, Paul Bukitwetan, Murad Lesmana. 2017.


Perbandingan agar MacConkey, Salmonella-Shigella, dan xylose lysine
deoxycholate untuk isolasi Shigella dari Usap Dubur Penderita Diare.
Universa Medicina. Vol 26(2): 57-63.

Ummamie, Liza, Rastina, Erina, Reza Ferasyi, Darniati, dan Al Azhar. 2017.
Isolasi dan Identifikasi Escherichia Coli Dan Staphylococcus Aureus Pada
Keumamah di Pasar Tradisional Lambaro, Aceh Besar. JIMVET. Vol 1(3):
574-583.

Vadhani, V. 2011. Technical Data M-Staphylococcus Broth. Mumbai, India:


HIMedia.

Warsuki, Endang, Mulyorini Rahayuningsih dan Roseiga Retno Anggrani. 2016.


Wasita, Kadek Serisana dan I Made Agus Hendrayana. 2015. Identifikasi Bakteri
Escherichia Coli Serotipe 0157 dengan Media Sorbitol Mac Conkey Agar
(Smac) pada Jamu Beras Kencur dari Pedagang Jam Gendong di Kota
Denpasar. Jurnal Medika. Vol 5(11): 1-6.
LEMBAR PENGESAHAN

Mengetahui, Bandar Lampung, 6 Desember 2020


Asisten Praktikan

Irfan Rivaldi Armando


Mahatma Narendra Niti
24020117140087
24020119140145

Anda mungkin juga menyukai