Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI DAN MIKOLOGI

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI

“Diagnosa Laboratoris pada Sampel Feses Babi”

Disusun Oleh:

Clarieshandra Saskianing S
2209511068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Isolasi merupakan teknik pemisahan suatu jenis mikroba dengan mikroba lainnya. Prinsip isolasi
mikroba yakni dengan menyediakan nutrisi-nutrisi khusus yang diperlukan oleh suatu jenis bakteri, sehingga
hanya bakteri tertentu yang dapat tumbuh pada media yang digunakan. Tumbuhnya bakteri tertentu pada
media dapat menjadi indikasi seperti sifat bakteri yang positif terhadap karbo, hidrogen sulfida, dan lainnya.

Prinsip identifikasi bakteri yakni menggunakan sampel yang merupakan hasil kultur/isolasi bakteri
dari media umum NA (Nutrient agar) sampel feses berwarna putih dengan konsistensi cair dari babi yang
menderita diare. Hasil dari kultur pada media umum mengindikasikan karakteristik permukaan
(makroskopis) dari bakteri E. Coli. Karena adanya kecurigaan ini, maka diperlukan adanya uji lanjutan. Uji
lanjutan dapat berupa isolasi kuman pada media-media khusus untuk mengidentifikasi pertumbuhan bakteri.
Media khusus dapat disesuaikan berdasarkan hasil diagnosa klinis dan suspect saat tahapan kultur/isolasi
pada media umum. Sampel yang telah disubkultur pada beberapa jenis media menjadi suatu indikator yang
dapat memperkuat diagnosa.

MATERI DAN METODE

Sampel yang digunakan pada praktikum kali ini yakni berasal dari isolat/kultur sampel feces babi
pada media NA. Isolat bakteri pada media NA kemudian dikultur kembali pada media khusus (subkultur).
Metode yang digunakan pada identifikasi bakteri yakni subkultur dengan mengisolat setiap sampel dari
media umum NA (Nutrient Agar) yang telah dikultur kemudian ditanam lagi pada media selektif EMBA
(Eosin Methylene Blue Agar), kemudian dilanjutkan dengan uji konfirmatif yang terdiri dari uji TSIA (Triple
Sugar Iron Agar), SCA (Simmons Citrate Agar), uji gula-gula, uji biokimia berupa SIM (Sulfide Endole
Motility), dan MR (Methyl Red) untuk mengamati karateristik dari bakteri.

2.1 Alat dan bahan yang digunakan:

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum isolasi dan identifikasi bakteri yakni; Ose, bunsen dan
korek api, spidol/label, pipet, inkubator.

Berikut beberapa bahan yang digunakan meliputi; Bakteri yang telah dikultur pada media umum,
spirtus sebagai bahan bakar bunsen, media padat EMBA, media padat TSIA, media padat SCA, media gula-
gula dengan tabung durham, media cair SIM, media cair Methyl red, reagen Kovacs, reagen Methyl Red
yang digunakan sebagai indikator dalam identifikasi bakteri E. Coli.

2.2 Langkah Kerja:


Siapkan ruangan dengan alat-alat yang digunakan dalam keadaan steril dan media padat EMBA
(cawan petri), TSIA (tabung), SCA (tabung), media cair SIM (tabung), dan MR (tabung) yang sudah jadi;
Siapkan isolat bakteri yang ada pada media NA; Nyalakan bunsen, pegang tabung dengan tangan kiri,
pegang ose menggunakan tangan kanan; buka tutup tabung/cawan petri dengan menggunakan jari
kelingking tangan kanan; bakar ose hingga memerah; buka tutup media NA: sentuhkan ose pada
permukaan tanpa isolat bakteri; ambil isolat bakteri menggunakan ose; pindahkan pada tabung/cawan petri
berisi media sebagai sub-kultur; tutup kembali media; kemudian beri label.

1) Media EMBA (Eosin Methlene Blue Agar)

Isolat bakteri yang diambil dari media NA akan disubkultur pada media selektif EMBA
dengan metode isolasi kualitatif (teknik streak). Media EMBA yang telah ditanami bakteri,
selanjutnya diinkubasi kedalam inkubator dengan suhu 37°C selama 24 jam.

2) Media TSIA (Triple Sugar Iron Agar)

Isolat bakteri yang diambil pada media NA akan disubkultur pada media TSIA dengan cara
menusukkan pada bagian tegak dari media (acid butt), kemudian bakteri di-streak menggunakan ose
pada bagian miring media (acid slant). Media TSIA yang telah ditanami bakteri, selanjutnya
diinkubasi kedalam inkubator dengan suhu 37°C selama 24 jam.

3) Media SCA (Simon Citrate Agar)

Bakteri yang diambil pada media umum NA akan disubkultur pada media SCA dengan cara
streak dari pangkal sampai ke ujung atas media SCA. Media SCA yang telah ditanami bakteri,
selanjutnya diinkubasi kedalam inkubator dengan suhu 37°C selama 24 jam.

4) Media Glukosa

Uji gula-gula yang digunakan yakni karbohidrat berupa glukosa. Bakteri diambil
menggunakan ose, dan dimasukkan kedalam media glukosa. Media Glukosa yang telah ditanami
bakteri, selanjutnya diinkubasi kedalam inkubator dengan suhu 37°C selama 24 jam.

5) Media SIM (Sulfid Indol Motility)

Bakteri yang diambil pada media NA disubkultur pada media SIM dengan menusukkan
secara tegak lurus pada media. Media SIM yang telah ditanami bakteri, selanjutnya diinkubasi
kedalam inkubator dengan suhu 37°C selama 24 jam.

6) Media MR (Methyl Red)


Bakteri diambil pada media NA kemudian disubkultur pada media MR dengan cara
dimasukkan kedalam media MR. Media MR yang telah ditanami bakteri, selanjutnya diinkubasi
kedalam inkubator dengan suhu 37°C selama 24 jam.

HASIL

Koloni bakteri pada media NA diduga E. Coli secara makroskopis terlihat


berwarna kekuningan pada tepinya.

Gambar 1. Media NA dengan


isolat feces babi.

Gambar 2. EMBA (+) Gambar 3. TSIA (+) Gambar 5.


Gambar 4. SCA (-) Glukosa (+) Gambar 6. SIM (+) Gambar 7. MR (+)

PEMBAHASAN

Bakteri memerlukan suatu medium yang mengandung nutrisi untuk tumbuh. Media
pertumbuhan harus memenuhi persyaratan nutrisi yang dibutuhkan oleh suatu bakteri karena digunakan
sebagai komponen penyusun sel bakteri sehingga bakteri dapat tumbuh dengan baik. Media Eosin
Methylene Agar (EMBA) menghasilkan warna metalik yang merupakan hasil dari fermentasi E. Coli
terhadap laktosa pada media.
Uji Triple Sugar Iron Agar (TSIA) bertujuan untuk membedakan jenis bakteri berdasarkan
kemampuan memecahkan glukosa, laktosa, sukrosa dan pembebasan sulfida. Pada hasil diatas tampak
perubahan warna menjadi kuning pada bagian acid butt dan acid slant yang menandakan bahwa terdapat
sifat bakteri E. Coli yakni dapat memfermentasikan glukosa, laktosa dan sukrosa (positif karbo). Pada
bagian acid butt media terangkat keatas dikarenakan adanya gas yang dihasilkan oleh bakteri. Sehingga pada
uji TSIA, sampel dinyatakan positif terhadap bakteri E. Coli.
Uji Simon Citrat (SCA) adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah bakteri mampu
memafaatkan sitrat sebagai sumber karbonnya. Pada uji kali ini, hasil uji SC yakni tidak ada perubahan
warna ataupun konsistensi pada media. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri yang ditanam, tidak
memerlukan sitrat sebagai sumber karbonnya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa hasil dari uji SC
yakni negative, karena bakteri E. Coli tidak memfermentasi sitrat.
Uji Gula-gula adalah pengujian menggunakan media cair yang bertujuan untuk mengetahui apakah
bakteri yang ditanamkan pada media dapat memfermentasikan glukosa atau tidak. Pada uji kali ini, hasil
menunjukkan perubahan yakni adanya gelembung pada tabung durham, sehingga dapat dipastikan bahwa
bakteri tersebut memfermentasikan glukosa (positif glukosa).
Uji Sulfid Indole Motility (SIM) merupakan pengujian menggunakan media semi solid yang
bertujuan untuk mengatahui sifat bakteri dalam memproduksi H2S indol dan pergerakan kuman (motilitas).
Pada pengujian kali ini, setelah ditetesi oleh reagen Kovach, maka terlihat cincin berwarna merah di
permukaan atas, serta adanya jalur yang terlihat buram di tengah-tengah media. Perubahan ini dikarenakan
indol positif dan adanya flagella pada bakteri sehingga terjadi terlihat pergerakannya.
Uji Methylene Red (MR) merupakan pengujian yang menggunakan media cair. Pengujian ini
bertujuan untuk mendeteksi apakah bakteri menggunakan jalur asam campur pada pertumbuhannya. Pada
pengujian kali ini, setelah media diinkubasi dan kemudian ditetesi oleh reagen MR, terjadi perubahan warna
yakni media menjadi warna merah. Perubahan ini dapat disimpulkan bahwa bakteri menggunakan jalur asam
campur untuk tumbuh, sehingga dapat dinyatakan bahwa hasilnya positif.

KESIMPULAN

Dalam pertumbuhannya, bakteri tentu memerlukan nutrisi yang sesuai dengan jenisnya. Pada
identifikasi bakteri, ditemukan beberapa reaksi dari media yang mengindikasikan bahwa sampel tersebut
positif E. Coli. Jika media yang digunakan tidak sesuai dengan kebutuhan nutrisi suatu jenis bakteri, maka
hal tersebut akan menghambat pertumbuhan bakteri sehingga bakteri tidak dapat tumbuh pada media. Dari
praktikum identifikasi bakteri yang telah dilaksanakan, dapat dipastikan bahwa sampel feces babi positif
terhadap kontaminasi bakteri E. Coli. Maka saat ini diagnose laboratorium dapat ditetapkan dan dibuktikan
kebenarannya.

DAFTAR PUSTAKA

Santoso S.W.H, dkk, 2020. Prevalensi Colibacillosis Pada Broiler Yang Diberi Pakan Tanpa Antibiotic Growth
Promoters. Indonesia Medicus Veterinus. 09(02):197-205.

Panth Yuvraj. 2019. Colibacillosis in Poultry. Journal od Agriculture and Natural Recources. 2(1):301-311.

Trisno Komang, dkk. 2019. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Escherichia coli dari Udara pada Rumah Potong Unggas
Swasta di Kota Denpasar. Indonesia Medicus Veterinus. 08(05):685-694.

Kartikasari A.M, dkk. 2019. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Escherichia coli Kontaminan Pada Daging Ayam Broiler
Di Rumah Potong Ayam Kabupaten Lamongan. Jurnal Medik Veteriner. 01(02):66-71.

Gusti Khairunnida N, dkk. 2020. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Escherichia Coli Penyebab Waterborne Disease pada
Air Minum Kemasan dan Isi Ulang. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada. 09(02):634-639.

Anda mungkin juga menyukai