Anda di halaman 1dari 3

II.

Tinjauan Pustaka
2.1 Media
Kehidupan mikroorganisme tergantung pada nutrisi dalam substrat atau
medium dan faktor lingkungan yang baik. Jenis medium untuk pertumbuhan
mikroorganisme sangat bervariasi tergantung dari apa yang dijadikan dasar
penamaan. (sumanti, 2008)
Medium adalah substansi yang terdiri atas campuran zat-zat makanan
(nutrient) yang dipergunakan untuk pemeliharaan dan pertumbuhan
mikroorganisme. mikroorganisme juga merupakan makhluk hidup, untuk
memeliharanya dibutuhkan medium yang harus mengandung semua zat yang
diperlukan untuk pertumbuhannya, yaitu antara lain senyawa-senyawa organik
(protein, karbohidrat, lemak, mineral, dan vitamin). Medium digunakan untuk
melihat gerakan dari suatu gerakan mikroorganisme apakah bersifat motil atau
nonmotil, medium ini ditambahkan bahan pemadat 50%. (Hadioetomo, 1993)
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari
campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk
pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-
molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media
pertumbuhan dapat dilakukan isolate mikroorganisme menjadi kultur murni dan
juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya. (Machmud, 2013)
Peran utama nutrient adalah sebagai sumber energi, bahan pembangun sel,
dan sebagai aseptor elektron dalam reaksi bioenergetik (reaksi yang menghasilkan
energi). Oleh karenanya bahan makanan yang diperlukan terdiri dari air, sumber
energi, sumber karbon, sumber aseptor elektron, sumber mineral, faktor
pertumbuhan dan nitrogen. Selain itu, secara umum nutrient adalah media
pembenihan harus mengandung semua elemen yang penting untuk sintesis
biologik organisme baru. (Hadioetomo, 1993)
Menurut Pelgzar (1996), klasifikasi medium berdasarkan fungsinya
digolongkan menjadi 7 golongan, yaitu :
1. Medium umum, media yang ditambahkan bahan-bahan yang bertujuan
menstimulasi pertumbuhan mikroba secara umum. Contohnya ada
Nutrient Agar (NA) untuk menstimulasi bakteri dan Potato Dextrose
Agar (PDA) untuk menstimulir kamir dan kapang.
2. Medium khusus, merupakan medium untuk menentukan tipe
pertumbuhan mikroba dan kemampuannya untuk mengadakan
perubahan-perubahan kimia tertentu. Misalnya ada medium tetes tebu
untuk Saccharomyces cerevisiae.
3. Media diperkaya (enrichment media), media yang ditambahkan bahan-
bahan tertentu untuk menstimulasi pertumbuhan mikroba yang
diinginkan. Hal ini dilakukan untuk menstimulasi pertumbuhan
mikroba yang jumlahnya sedikit dalam suatu campuran berbagai
mikroba. Contohnya Chocolate media dan Yeast-Extract-poptasium
Nitrat Agar.
4. Media selektif, merupakan media yang ditambahkan bahan-bahan
tertentu yang akan menghambat pertumbuhan mikroba yang tidak
diinginkan yang ada dalam suatu spesimen. Inhibitor yang digunakan
berupa antibiotik, garam dan bahan-bahan kimia lainnya.
5. Media diferensial, merupakan media yang ditambahkan bahan-bahan
kimia atau reagensia tertentu yang menyebabkan mikroba yang
tumbuh memperlihatkan perubahan-perubahan spesifik sehingga dapat
dibedakan dengan jenis lainnya.
6. Medium penguji (assay medium), yaitu medium dengan susunan
tertentu yang digunakan untuk pengujian senyawa-senyawa tertentu
dengan bantuan bakteri, misalnya medium untuk menguji vitamin-
vitamin, antibiotik dan lain-lain.
7. Medium perhitungan jumlah mikroba yaitu medium spesifik yang
digunakan untuk menghitung jumlah mikroba dalam suatu bahan.
Misalnya medium untuk menghitung jumlah bakteri E.coli air sumur.
Menurut Haribi (2008), adapun macam-macam media pertumbuhan yang
digunakan berdasarkan bentuknya adalah:
1. Media cair (liquid media), yaitu media yang berbentuk cair. Seperti
Nutrient Broth (NB), Brain Heart Infusion (BHI), Alkali Pepton Water
(APW), dll.
2. Semi solid media yang umumnya digunakan untuk uji motilitas karena
teksturnya yang setengah padat akan memudahkan pergerakan bakteri.
3. Media padat, yaitu media yang berbentuk padat dan dapat berbentuk
media organik. Seperti Blood Agar Plate (BAP), Mac Conkey (MC),
Salmonella Shigella Agar (SSA), Nutrient Agar (NA), dll.
2.2 Sterilisasi
Sterilisasi merupakan proses untuk mematikan semua mikroorganisme
yang hidup. Adanya pertumbuhan mikroorganisme menyatakan bahwa
pertambahan bakteri masih berlangsung dan tak sempurnanya proses sterilisasi.
Jika proses sterilisasi berlangsung sempurna, maka spora bakteri yang merupakan
bentuk paling resikan dari kehidupan mikroba tidak akan terlihat lagi. Sterilisasi
merupakan metode praktis yang dirancang untuk membersihkan dari
mikroorganisme atau sengaja untuk menghambat pertumbuhannya.
Mikroorganisme sangat berbeda, dalam kelemahannya terdapat berbagai macam
agen antimikroba. (Suriawiria, 2005)
Sterilisasi dengan uap air panas, bahan yang mengandung cairan tidak
dapat disterilkan dengan oven sehingga digunakan alat ini. Alat ini disebut Arnold
steam sterilizer dengan suhu 100o C dalam keadaan lembab. Secara sederhana
dapat pula digunakan dandang. Mula-mula bahan disterilkan pada suhu 100o C
selama 30 menit untuk membunuh sel-sel vegetatif mikroba. Kemudian disimpan
pada suhu kamar selama 24 jam untuk memberi kesempatan spora tumbuh
menjadi sel vegetatif. Lalu dipanaskan lagi 100o C selama 30 menit dan diinkubasi
lagi selama 24 jam dan disterilkan lagi. Jadi ada 3 kali sterilisasi. Banyak bakteri
spora yang belum mati dengan cara ini sehingga dikembangkan cara berikutnya
yaitu uap air bertekanan (autoclave). (Machmud, 2013)

Hadioetomo, R. 1993. Teknik dan Prosedur Dasar Mikrobiologi. Jakarta:


Gramedia.
Machmud, M. 2013. Teknik Penyimpanan dan Pemeliharaan Mikroba. Bogor:
Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan.
sumanti, d. d. 2008. diktat penuntun praktikum mikrobiologi pangan. Jatinangor:
FTIP Unpad.
Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Papar Sinar Sinanti.

Anda mungkin juga menyukai