Anda di halaman 1dari 27

Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi

Pembuatan Media

Nama : Melisa Suyandi


NIM : 20180311137
Sesi : 06
Kelompok : (05) 1. Melisa Suyandi
2. Pika Ayu Fitria
3. Ika Lutfi Ayu Lestary
4. Nurmadina
5. Giri Arif Maulana

Program Studi Farmasi


Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
Universitas Esa Unggul
Jakarta, 2019
Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-
Nya yang telah diberikan, sehingga saya bisa menyelesaikan Laporan Praktikum Mikrobiologi
Farmasi ini yang berjudul “Pembuatan Media”. Adapun tujuan dibuatnya laporan ini adalah
sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Paktikum Mikrobiologi Farmasi dan sebagai
evaluasi praktikum serta menjadi acuan penilaian mahasiswa dalam melakukan praktikum ini.

Tersusunnya laporan ini tentu bukan karena buah kerja keras saya semata, melainkan juga
atas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada
Ibu Inherni Marti Abna M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Praktikum Mikrobiologi
Farmasi dan kepada teman-teman anggota kelompok 5 serta teman-teman sesi 6.

Saya sangat menyadari bahwa laporan ini masihlah jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, saya selaku penulis lapran ini menerima dengan terbuka semua kritik dan saran yang
membangun agar laporan ini bisa tersusun lebih baik lagi. Saya berharap semoga laporan ini
bermanfaat untuk kita semua.

Jakarta, 17 September 2019

Penulis
A. Tujuan Praktikum

1. Mempelajari cara pembuatan media dan syarat-syarat yang dibutuhkan oleh


suatu media untuk pertumbuhan mikroba.

B. Landasan Teori

Dalam mengembangbiakkan mikroba diperlukan suatu substrat yang disebut


medium atau media. Sebelum media tersebeut digunakan, media harus disterilkan terlebih
dahulu, hal ini bertujuan agar media tidak di tumbuhi mikroba lain selain mikroba yang
ingin dibiakkan. Agar mikroba dapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik dalam
medium, maka diperlukan syarat tertentu, yaitu medium harus mengandung semua unsur
hara di dalamnya yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroba
kemudian susunan makanannya, tekanan osmosis, derajat, keasaman/pH dan temperatur
(Pelczar, 1986)

Medium yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan


mikroorganisme harus sesuai susunannya dengan kebutuhan jenis-jenis mikroorganisme
yang bersangkutan. Beberapa mikroorganisme dapat hidup baik pada medium yang sangat
sederhana yang hanya mengandung garam anorganik ditambah sumber karbon organik
seperti gula. Sedangkan mikroorganisme lainnya memerlukan suatu medium yang sangat
kompleks yaitu berupa medium yang ditambahkan darah atau bahan-bahan kompleks
lainnya (Volk, 1993).

Medium merupakan substansi yang terdiri dari capuran zat-zat nutrient/makanan


yang digunakan untuk memelihara dan menumbuhkan mikroorganisme. Mikroorganisme
adalah mahluk hidup, untuk memelihara mikroorganisma dibutuhkan medium yang harus
mengandung semua zat yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya, yaitu senyawa-senyawa
organik seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, dan vitamin. Medium digunakan
untuk melihat gerakan dari suatu mikroorganisme apakah bersifat motil (memiliki alat
gerak, yang dinamakan flagel) atau non motil,(tidak memiliki flagel) medium ini biasanya
ditambahkan bahan pemadat sebanyak 50%. Nutrien berperan utama sebagai sumber
energi, bahan pembangun sel, dan sebagai aseptor elektron dalam reaksi bioenergetik
(reaksi yang menghasilkan energi), maka dari itu bahan makanan yang diperlukan adalah
yang terdiri dari air, sumber energi, sumber karbon, sumber aseptor elektron sumber
mineral, faktor pertumbuhan, dan nitrogen. Seluruh elemen penting nutrien untuk sintesis
biologik oranisme baru harus terkandung di dalam media pembenihan (Hadioetomo,
1985)

Tiap sel mikroba harus mampu mensintesis konstiuen dalam tubuhnya sendiri dari
zat-zat sederhana yang ditemukan dalam lingkungan sekitarnya. Kebanyakan dari zat-zat
tersebut merupakan makanan berbentuk suspensi atau larutan yang ditemukan dalam air
laut, air selokan, atau bahan-bahan organik lain yang mengalami penguraian, dan lain-
lain. Sifat yang menentukan jenis organisme yang dapat tumbuh atau hidup di lingkungan
adalah sifat kimia dan sifat fisika dari habitat mikroorganisme tersebut (Irianto, 2006)

Medium berdasarkan fungsinya diklasifikasikan menjadi 7 golongan, diantaranya


yaitu :

1. Medium umum, adalah media yang digunakan untuk stimulasi pertumbuhan


mikroba secara umum karena ditambahkan bahan-bahan yang menstimulsi
pertumbuhan tersebut. Contoh : Nutrient Agar (NA) untuk menstimulasi
pertumbuhan bakteri dan Potato Dextrose Agar (PDA) untuk menstimuliasi
pertumbuhan fungi.

2. Medium khusus, adalah medium yang digunakan untuk menentukan tipe-tipe


pertumbuhan mikroba serta kemampuannya untuk mengadakan perubahan-
perubahan kimia tertentu. Contoh : medium tetes tebu untuk Saccharomyces
cerevisiae.

3. Media diperkaya (enrichment media), adalah media yang digunakan untuk


menstimulasi pertumbuhan mikroba yang diinginkan dengan menambahkan
bahan-bahan tertentu, hal tersebut dilakukan karena untuk menstimulasi
pertumbuhan mikroba yang jumlahnya sedikit di dalam campuran berbagai
mikroba. Contoh : Chocolate media dan Yeast- Extract-poptasium Nitrat Agar

4. Media selektif, adalah media yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan


mikroba yang tidak diinginkan yang ada di dalam suatu specimen dengan cara
menambahkan bahan-bahan tertentu untuk memenuhi fungsi tersebut. Bahan-
bahan yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroba tersebut
antara lain : antibiotik, garam dan bahan-bahan kimia lainnya

5. Media diferensial, adalah media yang digunakan untuk menyebabkan mikroba


yang tumbuh memperlihatkan beberapa perubahan spesifik hingga dapat
dibedakan dengan jenis lainnya dengan menambahkan bahan-bahan kimia atau
reagensia tertentu. Contoh : TSIA (Triple Sugar Iron Agar) yang dapat memilih
enterobakteria berdasarkan warna, bentuk, ukuran koloni dan perubahan wana
di sekitar koloni.

6. Medium penguji (assay medium), yaitu medium dengan susunan tertentu yang
digunakan untuk pengujian senyawa-senyawa tertentu dengan bantuan bakteri.
Contoh : medium untuk menguji vitamin, antibiotik dan lain-lain.

7. Medium perhitungan jumlah mikroba yaitu medium spesifik yang digunakan


untuk menghitung jumlah mikroba di dalam suatu bahan. Contoh : medium
untuk menghitung jumlah bakteri E.coli air sumur dan air selokan. (Pelczar,
1958)

Adapun macam-macam media pertumbuhan yang digunakan untuk kultur mikroba


berdasarkan bentuk adalah:

1. Media cair (liquid media), yaitu media yang berbentuk cair, seperti Nutrient
Broth (NB), Brain Heart Infusion (BHI), Alkali Pepton Water (APW).
2. Semi solida media, yaitu media yang digunakan untuk uji motilitas karena
teksturnya yang setengah padat akan memudahkan pergerakan bakteri. Media
ini dibuat di tabung dengan posisi tegak.(Haribi, 2008)
C. Cara Kerja
 Alat dan Bahan :

1. Media Nutrien Agar (NA) (Oxoid)

2. Media Potato Dextrose Agar (PDA)

3. Neraca analitik

4. Perkamen

5. Sendok spatel

6. Aquades

7. Cawan petri

8. Tabung reaksi

9. Batang pengaduk

10. Erlenmeyer

11. Penangas/elemen pemanas

12. Pipet volume

 Prosedur Kerja :

1. Timbang media NA (Oxoid) dan PDA sesuai prosedur di kemasan. (Catatan :


Buatlah 250 ml media NA dan 250 ml media PDA untuk setiap kelompok kecil
praktikum). Penimbangan media dilakukan secara teliti dan cepat, kemudian
serbuk media dimasukkan secara hati-hati ke dalam erlenmeyer.

2. Tambahkan aquades dan aduk sampai merata dengan batang pengaduk

3. Panaskan dengan hati-hati menggunakan penangas/elemen pemanas sampai


media tercampur homogen (ditunjukkan dengan warna yang kuning jernih).
Perhatian : pada saat pemanasan jangan sampai terbentuk buih berlebihan sampai
meluap!
4. Sebelum diautoklaf, tuangkan media NA dengan volume tertentu menggunakan
pipet volume : @ 5 ml ke dalam 2 tabung reaksi. Tutup tabung reaksi dengan
penutup tabung (penutupan jangan terlalu rapat!).

5. Sebelum diautoklaf, tuangkan PDA dengan volume tertentu menggunakan pipet


volume : @ 5 ml ke dalam 2 tabung reaksi, Tutup tabung reaksi dengan penutup
tabung (penutupan jangan terlalu rapat!)

6. Sterilkan seluruh media dalam tabung reaksi tersebut dengan menggunakan


autoklaf selama 15 menit, tekanan 1 atm 1210C.

7. Setelah diotoklaf , kedua media NA dalam tabung reaksi, kemudian dibiarkan


dingin dan memadat

8. Media PDA dalam kedua tabung reaksi biarkan dingin dan memadat. Seluruh
media NA dan PDA ini akan digunakan untuk percobaan selanjutnya.
D. Hasil

Penimbangan Penimbangan Media NA dan PDA


NA PDA yang telah dipanaskan
sampai homogen

Media NA dan PDA Media NA dan PDA Media NA dan PDA


yang dimasukkan yang telah disterilisasi yang telah dimiringkan
kedalam autoclave dan dibiarkan dingin

Media NA dan PDA


yang ingin di inkubasi
E. Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan media, media/medium ini digunakan
sebagai tempat untuk mengembangbiakkan bakteri dan fungi, medium ini harus dalam
keadaan steril dan mengandung semua unsur hara dan senyawa organic seperti air,
sumber energi, sumber karbon, sumber aseptor elektron sumber mineral, faktor
pertumbuhan, dan nitrogen.

Media yang di buat dalam praktikum ini adalah media umum, yaitu media NA
(Nutrien Agar) yang digunakan untuk mengembangbiakkan bakteri dan media PDA
(Potato Dextrose Agar) yang digunakan untuk mengembangbiakkan fungi atau jamur.
media NA merupakan campuran ekstrak daging dan pepton sedangkan media PDA
merupakan campuran agar, dekstrosa dan ekstrak kentang.

Dalam pembuatan media NA (Nutrien Agar) dan PDA (Potato Dextrose Agar),
ditimbang serbuk NA sebanyak 6,9679 gram dan serbuk PDA sebanyak 9,7596 gram,
kemudian kedua serbuk tersebut masing-masing dilarutkan dengan batang pengaduk
menggunakan aquadest sampai 250 mL sesuai dengan garis yang ada di Erlenmeyer ,
dalam pelarutannya harus di bantu dengan elemen panas yang dalam praktikum ini
digunakan microwave, hal ini dilakukan karena jika dilarutkan hanya dengan
menggunakan batang pengaduk maka serbuk NA sulit untuk larut semurna sehingga
terdapat gumpalan-gumpalan kecil. Setelah dipanaskan dapat terlihat perbedaan warna
dari media NA dan media PDA. Media NA berwarna kuning jernih dan nampak leih
terang jika dibandingkan dengan media PDA. Media PDA berwarna kuning kecoklatan
jernih dan nampak lebih gelap atau pekat jika dibandingkan dengan media NA. Saat
Media NA dan PDA sudah di panaskan, kedua media tersebut masing-masing di tuangkan
ke dalam 2 tabung rekasi berbeda sebanyak kurang lebih 5 mL, kemudian tabung reaksi
dan erlenmeyer di tutup dengan penutup yang terbuat dari kapas berlemak yang di
bungkus dengan kain kasa dimana penutup ini harus tepat, tidak boleh terlalu besar atau
terlalu kecil, untuk mengetahui apakah tutup sudah tepat adalah ketika penutup di Tarik
maka akan terdengar bunyi ‘plung’, setelah itu mulut erlenmeyer dan tabung rekasi yang
sudah di tutup dengan penutup, dilapisi dengan alumunium foil, hal ini berguna agar saat
sterilisasi, uap air di dalam autoclave tidak menetes pada media dan mencegah terjadinya
kontaminasi media oleh mikroba lain setelah di sterilisasi.
Selanjutnya Media NA dan PDA yang tersisa dalam erlenmeyer beserta dengan
yang ada dalam tabung rekasi di masukkan kedalam autoclave kemudian di sterilisasi
selama 15 menit pada suhu 1210C dengan tekanan 1 atm, sebelum disterilisasi semua
media di beri label indicator sebagai penanda bahwa alat tersebut sudah streil kemudian
dimasukkan kedalam kantong tahan panas.

Media NA dan PDA dalam erelenmeyer yang sudah di steriliasasi di biarkan


mendingin dan memadat, sedangkan media NA dan PDA yang ada dalam tabung rekasi di
miringkan lalu dibiarkan memadat dan dingin. Setelah semua media memadat, maka
selanjutnya media-media tersebut di inkubasikan. Media-media tersebut siap dipakai
ketika dibutuhkan, khusus untuk media dalam Erlenmeyer, sebelum digunakan harus di
panaskan terlebih dahulu agar encer kembali dan mudah di keluarkan.
F. Kesimpulan

Dari percobaan pembuatan media dapat disimpulkan bahwa :

a. Dalam pembuatan media perlu diperhatikan tekanan osmosis, derajat,


keasaman/pH dan temperatur.

b. Dalam pembuatan media harus dilakukan dengan teliti, tepat dan cepat serta harus
penuh dengan kehati-hatian.

c. Media NA dan PDA yang dihasilkan sudah dalam keadaan steril.

d. Media yang dibuat merupakan media yang sudah dalam keadaan steril serta
mengandung semua unsur hara di dalamnya yang diperlukan untuk pertumbuhan
dan perkembangan mikroba.
Daftar Pustaka

Hadioetomo, R. 1985. “Mikrobiologi Dasar dakam Praktek : Teknik dan


Prosedur Dasar Laboratorium”. Jakarta : PT. Gramedia

Haribi, Ratih. 2008. “Mikrobiologi”. Semarang : Universitas Muhammadiyah


Semarang.

Irianto, Koes. 2007. “Mikrobiologi Jilid I”. Bandung : Yrama Widya

Pelczar, M. J., Chan. E. C. S. 1986. “Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid I”. Jakarta :


UI Press

Pelczar, M. J., Reid, R. D. 1958. “Microbiology”. Tokyo : Mc Graw-Hill Book


Company

Volk, Wheeler. 1993. “ Mikrobiologi Dasar Jilid I Edisi 5”. Jakarta : Erlangga.
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi

Sterilisasi

Nama : Melisa Suyandi


NIM : 20180311137
Sesi : 06
Kelompok : (05) 1. Melisa Suyandi
2. Pika Ayu Fitria
3. Ika Lutfi Ayu Lestary
4. Nurmadina
5. Giri Arif Maulana

Program Studi Farmasi


Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
Universitas Esa Unggul
Jakarta, 2019
Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-
Nya yang telah diberikan, sehingga saya bisa menyelesaikan Laporan Praktikum Mikrobiologi
Farmasi ini yang berjudul “Sterilisasi”. Adapun tujuan dibuatnya laporan ini adalah sebagai
syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Paktikum Mikrobiologi Farmasi dan sebagai evaluasi
praktikum serta menjadi acuan penilaian mahasiswa dalam melakukan praktikum ini.

Tersusunnya laporan ini tentu bukan karena buah kerja keras saya semata, melainkan juga
atas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada
Ibu Inherni Marti Abna M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Praktikum Mikrobiologi
Farmasi dan kepada teman-teman anggota kelompok 5 serta teman-teman sesi 6.

Saya sangat menyadari bahwa laporan ini masihlah jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, saya selaku penulis lapran ini menerima dengan terbuka semua kritik dan saran yang
membangun agar laporan ini bisa tersusun lebih baik lagi. Saya berharap semoga laporan ini
bermanfaat untuk kita semua.

Jakarta, 17 September 2019

Penulis
A. Tujuan Praktikum

1. Mengetahui metode sterilisasi

2. Membebaskan alat maupun media dari jasad renik

B. Landasan Teori

Dalam mendiagnosa Mikrobiologi, sterilisasi alat maupun medianya sangat


diutamakan. Alat atau bahan dikatakan steril jika alat atau bahan bebas dari mikroba atau
jasad renik jenis apapun. Umumnya sterilisasi adalah proses pemusnahan mikroba atau
jasad renik dalam suatu bahan, wadah ataupun peralatan laboratorium. Sterilisasi dalam
Mikrobiologi adalah suatu proses untuk mematikan semua mikroorgansime yang terdapat
pada atau didalam suatu benda. Ada tiga cara utama yang umum dipakai dalam sterilisasi
yaitu penggunaan panas penggunaan bahan kimia, dan penyaringan (filtrasi). Apabila
panas digunakan bersama-sama dengan uap air maka disebut sterilisasi basah, bila tanpa
kelembaban maka disebut sterilisasi kering (Dwidjoseputro, 1994)

Sterilisasi merupakan proses untuk mematikan semua mikroorganisme yang


hidup. Adanya pertumbuhan mikro menyatakan bahwa pertambahan bakteri masih
berlangsung dan tak sempurnanya proses sterilisasi. Jika proses sterilisasi berlangsung
sempurna, maka bakteri atau jasad renik yang merupakan bentuk paling resikan dari
kehidupan mikroba tak akan terlihat lagi. Sterilisasi merupakan metode praktis yang
dirancang untuk membersihkan dari mikroorganisme, atau sengaja untuk menghambat
pertumbuhannya Mikroorganisme sangat berbeda, dalam kelemahannya terdapat berbagai
macam agen antimikroba (Suriawiria, 2005).

Alat-alat yang dipakai ketika penanaman, harus dalam keadaan steril Alat-alat
logam dan gelas dapat disterilkan dalam autoklaf. Alat tanam seperti: pinset dan gunting
dapat juga disterikan dengan pembakaran atau dengan pemanasan dalam bacticinerator.
Sterilisasi dengan panas adalah unit operasi dimana bahan dipanaskan dengan suhu yang
cukup tinggi dan waktu yang cukup lama untuk merusak mikroba dan aktivitas enzim.
Sebagai hasilnya, bahan yang disterilkan akan memiliki daya simpan lebih dari enam
bulan pada suhu ruang. Contoh proses sterilisasi adalah produk olahan dalam kaleng
seperti komet, sarden dan sebagainya (Irianto, 2006)

Jenis proses sterilisasi:

a. Sterilisasi basah atau sterilisasi panas lembab

Sterilisasi basah biasanya dilakukan di dalam autoklaf atau sterilisator uap


yang mudah diangkat (portable) dengan menggunakan air jenuh bertekanan
pada suhu 1210C selama 15 menit. Maka sterilisasi basah dapat digunakan
untuk mensterilkan bahan apa saja yang dapat ditembus uap air (misalnya
minyak) dan tidak rusak bila dipanaskan dengan suhu yang berkisar antara
1100C dan 1210C. Bahan-bahan yang biasanya disterilkan dengan cara ini
antara lain medium biakan yang umum, air suling, peralatan laboratorium,
biakan yang dibuang, medium yang tercemar, dan bahan-bahan dari karet. Ada
4 hal utama yang harus diingat bila melakukan sterilisasi basah:

a) Sterilisasi bergantung pada uap, karena itu udara harus dikosongkan betul-
betul dari ruang sterilisator.
b) Semua bagian bahan yang disterilkan harus terkena uap, karena itu tabung
dan labu kosong harus diletakkan dalam posisi tidur agar udara tidak
terperangkap di dasarnya.
c) Bahan-bahan yang berpori atau yang berbentuk cair harus permeabel
terhadap uap.
d) Suhu sebagaimana yang terukur oleh termometer harus mencapai 1210C
dan dipertahankan setinggi itu selama 15 menit.
b. Sterilisasi kering
Sterilisasi kering atau sterilisasi panas kering dapat diterapkan dengan cara
pemanasan langung sampai merah, melayangkan di atas nyala api, pembakaran
dan sterilisasi dengan udara panas (oven). Pemanasan kering sering digunakan
dalam sterilisasi alat-alat gelas di laboratorium.
Dalam sterilisasi panas kering, bahan yang sering disterilkan adalah pipet,
tabung reaksi, cawan petri dari kaca, dan barang-barang pecah belah lainnya.
Bahan-bahan yang disterilkan harus dilindungi dengan cara membungkus,
menyumbat atau menaruhnya dalam suatu wadah tertutup untuk mencegah
kontaminasi setelah dikeluarkan dari oven.
Sebelum melakukan sterilisasi udara panas kering ini terlebih dahulu
membungkus alat-alat gelas dengan kertas payung atau aluminium foil, setelah
itu atur pengatur suhu oven menjadi 1600C dan alat disterilkan selama 2 jam.
c. Sterilisasi uap
Uap panas pada suhu 1000C dapat digunakan dalam bentuk uap mengalir.
Metode ini mempunyai keterbatasan. Penggunaan uap mengalir dilakukan
dengan proses sterilisasi bertingkat untuk mensterilkan media kultur. Metode
ini jarang memuaskan untuk larutan yang mengandung bahan-bahan karena
spora sering gagal tumbuh di bawah kondisi ini, karena bentuk vegetatif dari
kebanyakan bakteri tidak membentuk spora. Temperatur suhu titik mati
bervariasi, tetapi tidak ada bentuk non spora yang bertahan. Dalam prakteknya,
suatu perpanjangan pemaparan uap selama 20-60 menit akan membunuh
semua bentuk vegetatif bakteri tapi tidak akan menghancurkan spora. Untuk
meyakinkan penghancuran spora, dilakukan sterilisasi bertingkat. Proses ini
dilakukan dengan waktu yang bervariasi, dari 20-60 menit setiap hari selama 3
hari. Setiap hari setelah sterilisasi bahan disimpan pada inkubator pada 370C.
Prinsip dari metode ini adalah pada saat pemaparan pertama, uap membunuh
bakteri vegetatif tapi tidak sporanya. Tapi pada saat bahan disimpan pada
inkubator atau pada suhu ruangan selama 24 jam, spora akan tumbuh ke dalam
bentuk vegetatif. Spora yang telah tumbuh ini akan dimatikan pada pemanasan
hari ke dua. Kesuksesan dari proses ini tergantung pada spora yang
berkembang ke bentuk vegetatif selama masa istirahat.
d. Penyaringan (filtrasi)
Penyaringan telah banyak digunakan untuk mensterilkan medium
laboratorium dan larutan yang dapat mengalami kerusakan jika dipanaskan.
Penyaringan dengan ukuran pori-pori 0,45 mikron atau kurang akan
menghilangkan jasad renik yang terdapat di dalam larutan tersebut. Penyaring
yang banyak digunakan terbuat dari gelas sinter, selulsa dan asbestos atau
penyaring Seitz. Pori-pori dari penyaring tersebut berkisar antara 0,22 sampai
10 mikron. Pori-pori yang lebih kasar biasanya digunakan untuk penjernihan
sebelum digunakan pori-pori yang lebih halus, sehingga tidak terjadi
penyumbatan. Penyaring yang biasa digunakan untuk bakteri tidak dapat
menahan atau menyaring virus atau mikoplasma.
Beberapa contoh bahan yang biasa disterilkan dengan cara ini adalah
serum, larutan bikarbonat, enzim, toksin, bakteri, medium sintetik tertentu, dan
antibiotik. Ada beberapa macam filter, yaitu:
a) Filter Swinny
Sebuah adaptasi dari filter seitz, filter swinny mempunyai adaptor
khusus yaitu terdiri dari lapisan asbes, bersama dengan layer dan pencuci.
Keutamaan untuk digunakan filter swinny dibungkus dengan kertas dan
autoklaf. Bagian yang dipotong dihubungkan pada spoit werlock dan
cairan dimasukkan ke potongan asbes dengan menggunakan tekanan pada
sal spoit.
b) Filter Fritted-Glass
Permeabilitas dari filter berbanding lurus dengan ukurannya.
Setelah potongan dibentuk, potongan disegel dengan pemanasan di dalam
gelas pirex seperti corong buhcner.
c) Filter Berkefeld dan Mandler
Mandler terbuat dari tanah silika murni, asbestos dan kalium sulfat.
Berkefeld juga tersusun dari tanah silika murni. Masing-masing filter
bermuatan negatif.
d) Filter Selas
Filter ini secara kimia bersifat resisten terhadap semua larutan yang
tidak menyerang silika.
e) Filter Candles-Pasteur-Chamberland
Terbuat dari pori porselen tak berkaca dengan pori kecil yang
menghasilkan filtrasi lambat.
e. Sterilisasi dengan desinfektan
Desinfektan adalah zat yang dapat membunuh bakteri. Senyawa kimia
yang banyak digunakan sebagai esinfektan antara lain: larutan AgNO 3, CuSO4,
HgCl2, ZnO, serta alkohol dan campurannya. Zat-zat yang dapat membunuh
atau menghambat pertumbuhan bakteri dapat dibagi atas garam-garam, logam,
fenol, dan senyawa-senyawa lain yang sejenis, formaldehida, yodium, alkohol,
klor, zat warna, detergen, sulfonamida, dan antibiotik. Umumnya bakteri yang
muda kurang daya tahannya terhadap desinfektan daripada bakteri yang tua.
Kepekatan, konsentrasi dan lamanya berada di bawah pengaruh desinfetan
merupkan faktor-faktor yang berperan dalam sterilisasi jenis ini.
f. Sterilisasi gas
Sterilisasi gas digunakan dalam pemaparan gas atau uap untuk membenih
mikroorganisme dan sporanya. Beberapa bahan kimia yang dapat digunakan
untuk sterilisasi gas adalah etilena oksida, asam parasetat, formaldehida dan
glutaraldehida alkalin. Cara ini diterapkan pada suhu kamar selama 2-18 jam
tergantung pada bahan kimianya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dapat
sterilisasi gas antara lain:
a) Lamanya waktu yang diperlukan sesudah perlakuan untuk menghilangkan
semua sisa bahan kimia yang digunakan.
b) Daya bahan bakar yang bersangkutan.
c) Persyaratan peralatan.
d) Biaya pelaksanaan.
g. Sterilisasi dengan radiasi
Sterilisasi dengan radiasi dapat dilakukan dengan sinar gamma (sinar UV
kadang juga digunakan tetapi tidak begitu baik karena daya tembusnya lemah)
namun penggunaannya terbatas karena menuntut persyaratan keamanan dan
biaya tinggi. (Ratna, 1993)
Sterilisasi basah biasanya dilakukan di dalam autoklaf uap yang mulai diangkat
dengan menggunakan uap air jenuh pada suhu 1210C selama 15 menit. Adapun alasan
digunakannya suhu 1210C itu disebabkan oleh tekanan 1 atm pada ketinggian permukaan
laut. Autoklaf merupakan alat yang esensial dalam setiap laboratorium mikrobiologi,
ruang sterilisasi di rumah-rumah sakit serta tempat-tempat lain yang memproduksi produk
steril. Pada umumnya (tidak selalu) autoklaf dijalankan pada tekanan kira-kira 15-16 per
(5 kg/cm2) pada suhu 1210C. Waktu yang diperlukan untuk sterilisasi bergantung pada
sifat bahan yang disterilkan, tipe wadah, dan volume bahan. Misalnya 1000 buah tabung
reaksi yang masing-masing berisi 10 mL medium cair dapat disterilkan dalam waktu 10-
15 menit pada suhu 1210C, sedangkan jumlah medium yang sama bila ditempatkan dalam
10 wadah berukuran I liter akan membutuhkan 1 liter akan membutuhkan waktu 20-30
menit pada suhu yang sama untuk menjamin tercapainya sterilisasi (Pelczar, 1986).

Sterilisasi dengan uap air panas, bahan yang mengandung cairan tidak dapat
disterilkan dengan oven sehingga digunakan alat ini. Alat ini disebut Arnold steam
sterilizer dengan suhu 1000C dalam keadaan lembab. Secara sederhana dapat pula
digunakan dandang. Mula-mula bahan disterilkan pada suhu 1000C selama 30 menit untuk
membunuh sel-sel vegetative mikrobia. Kemudian disimpan pada suhu kamar 24 jam
untuk memberi kesempatan spora tumbuh menjadi sel vegetative, lalu dipanaskan lagi
1000C 30 menit dan diinkubasi lagi 24 jam dan disterilkan lagi jadi ada 3 kali sterilisasi.
Banyak bakteri berspora belum mati dengan cara ini sehingga dikembangkan cara
berikutnya yaitu uap air bertekanan (Machmud, 2015)
C. Cara Kerja

 Alat :

1. Ose bulat dan panjang

2. Cawan petri

3. Tabung reaksi

4. Lampu spiritus

5. Erlenmeyer

6. Rak Tabung Reaksi

7. Botol Semprot

8. Autoklaf

9. Oven

 Bahan :

1. Kertas sampul

2. Aluminium foil

3. Kapas

4. Aquades

5. Alkohol

6. Kapas
 Cara Kerja

1. Sediakan alat-alat yang akan disterilisasikan.

2. Bungkus cawan petri dengan kertas sampul lalu dilipat.

3. Masukan alat dan bahan yang akan di sterilkan ke dalam alat sterilisasi yaitu
autoklaf. Cara penggunaan autoklaf seperti yang dijelaskan pada pengenalat alat
laboratorium.

4. Sterilisasi dengan alat autoklaf dengan menggunakan suhu 1210C selama 15 menit

5. Jika tekanan pada autoclave jarum penunjuknya mendekati garis merah, maka
segera tekananya diturunkan ke LOW, kemudian sebaliknya, dan tekanan
dipertahankan selama 15 menit.

6. Setelah sterilisai, dinginkan alat dan bahannya, kemudian matikan autoklaf


D. Hasil

Media NA dan PDA Cawan petri yang Media yang


serta cawan petri yang dimasukkan kedalam dimasukkan kedalam
akan dimasukkan autoclave autoclave
kedalam autoclave

E.
Media NA dan PDA Media NA dan PDA
Cawan Petri yang telah
yang telah disterilisasi yang ingin diinkubasi
disterilisasikan dan
akan di oven
E. Pembahasan

Dalam praktikum kali ini dilakukan sterilisasi, sterilisas bertujuan untuk


membunuh mikroorgnisme yang tidak diharapkan. Pada praktikum ini teknik sterililisasi
yang dilakukan adalah panas basah menggunakan alat autoclave (uap air bertekanan).

Sebelum dilakukan sterilisasi, alat dan bahan yang ingin di sterilisasi di siapkan,
dalam hal ini adalah media NA dan PDA, serta cawan petri. Untuk media NA dan PDA
yang terdapat dalam erlenmeyer dan tabung reaksi, di tutup dengan penutup yang terbuat
dari kapas berlemak yang di bungkus dengan kain kasa dimana penutup ini harus tepat,
tidak boleh terlalu besar atau terlalu kecil, untuk mengetahui apakah tutup sudah tepat
adalah ketika penutup di Tarik maka akan terdengar bunyi ‘plung’, setelah itu mulut
erlenmeyer dan tabung rekasi yang sudah di tutup dengan penutup, dilapisi dengan
alumunium foil, hal ini berguna agar saat sterilisasi, uap air di dalam autoclave tidak
menetes pada media dan mencegah terjadinya kontaminasi media oleh mikroba lain
setelah di sterilisasi. Sedangkan untuk cawan petri, dibungkus dengan menggunakan
kertas sampul, pembungkusan di lakukan dengan tutup cawan petri di posisikan di bagian
bawah, hal ini berujuan agar saat membungkus, cawan petri tidak jatuh, tujuan cawan
petri dibungkus dengan kertas sampul antaralain agar setelah di sterilisasi, cawan petri
tidak terkontaminasi oleh mikroba lain yang tidak diinginkan. Setelah itu semua cawan
petri dan media di masukan kedalam kantong plastik tahan panas, sebelum di masukan
kedalam kantong plastik tahan panas, cawan petri dan media di beri label indikator
sebagai penanda bahwa media dan cawan petri tersebut telah di sterilisasi.

Untuk mensterilkan alat biasanya dibutuhkan waktu 20 menit, sedangkan untuk


bahan biasanya di butuhkan waktu 15 menit dalam autoclave. Tetapi untuk mensterilkan
alat dan bahan secara bersamaan digunakan waktu 15 menit (dipilih waktu yang paling
singkat) , hal ini dikarenakan jika di pilih waktu 20 menit maka dikhawatirkan bahan
menjadi rusak karena proses sterilisasi yang bersuhu tinggi terlalu lama.

Cawan petri dan media di masukkan kedalam autoclave dan di sterilisasi selama
15 menit pada suhu 1210C dengan tekanan 1atm, tetapi secara keseluruhan proses ini baru
akan selesai selam 2 jam dikarenakan ada proses pemanasan untuk mencapai suhu 121 0C
dan proses pendinginan untuk menurunkan suhu dari 1210C ke suhu normal. Proses
pendinginan di perlukan dengan tujuan agar ketika autoclave di buka, uap air yang
terdapat di dalam nya tidak keluar secara berlebihan, jika sudah mencapai suhu 121 0C
selama 15 menit dan langsung di buka maka uap air akan menyembul keluar hal ini
dikarenakan autoclave merupakan alat yang bertekanan cukup tinggi yaitu 1 atm.

Dalam praktikum kali ini media dan cawan petri di sterilkan dalam waktu yang
bersamaan karena proses sterilisasi yang lama tersebut, jadi untuk menghemat waktu
maka media dan cawan petri di sterilisasi secara bersamaan.

Setelah selesai di sterilisasikan, media di biarkan memadat kemudian diinkubasi,


dan cawan petri di masukkan kedalam oven, hal ini bertujuan agar uap air yang terdapat
dalam kertas sampul cepat mongering.
F. Kesimpulan

Dari praktikum sterilisasi ini dapat disimpulkan bahwa :

a. Sterilisasi adalah teknik membunuh mikroba atau mikroorganisma yang tidak


dibutuhkan.

b. Teknin sterilisasi yang digunakan adalah panas basah menggunakan alat autoclave
(uap air bertekanan) dengan suhu 1210C bertekanan 1 atm selama 15 menit.

c. Sterilisasi dengan alat autoclave cenderung lama karena memerlukan waktu


pendinginan agar kerika alat dibuka tidak mengeluarkan uap yang berlebihan

d. Dihasilkan media NA, media PDA dan alat (cawan petri) yang telah steril
Daftar Pustaka

Dwidjoseputro D. 1994. “Dasar-Dasar Mikrobiologi”. Jakarta : Djambatan

Irianto, Koes. 2007. “Mikrobiologi Jilid I”. Bandung : Yrama Widya

Machmud, M. 2013. “Teknik Penyimpangan dan Pemeliharaan Mikroba”.


Bogor : Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan

Pelczar, M. J., Chan. E. C. S. 1986. “Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid I”. Jakarta :


UI Press

Suriawiria, U. 2005. “Mikrobiologi Dasar”. Jakarta : Papas Sinar Sinanti.

Anda mungkin juga menyukai