MIKROBIOLOGI
JUDUL KEGIATAN:
DISUSUN OLEH:
Kelompok 2:
KELAS 01FARP003
Jl. Pajajaran No. 1 Pamulang Barat, kec. Pamulang, Kota Tangerang selatan Banten 15417
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang :
Mikroorganisme yang kita isolasi harus kita ketahui jenis medium yang disukai sehingga
dapat tumbuh dengan baik pada media. Dalam hal ini medium akan digunakan oleh
mikroorganisme sebagai sumber energy untuk melakukan pertumbuhan dan
perkembangbiakan maka hendaknya harus sesuai dengan komposisi bahan medium.
2. Tujuan:
1. Kegunaan dari percobaan ini adalah agar dapat mengetahui dan mengamati pertumbuhan
mikroorganisme pada media.
2. Mengenal bermacam-macam jenis dan kegunaan media
3. Mengetahui pentingnya sterilisasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-
zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme
memanfaatkan nutrisii media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun
komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme menjadi
kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya.
Media biakan adalah bahan atau campuran bahan yang dapat digunakan untuk
membiakan mikroorganisme karena memiliki daya dukung yang tinggi terhadap pertumbuhan
dan perkembangbiakannya, menurut susunannya media dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu
media alam, media semi sinetik, dan media sinetik.
1. Media basal
Media basal atau media dasar adalah media yang digunakan sebagai bahan dasar
membuat media lain yang lebih kompleks. Media ini dapat mendukung pertumbuhan
hampir semua jenis mikroba. Beberapa contoh media basal antara lain nutrient broth,
kaldu pepton, dan lain sebagainya.
3. Media diferensial
Jenis media mikrobiologi yang satu ini merupakan media yang bila ditumbuhi oleh
mikroba yang berbeda, mikroba tersebut akan tumbuh dengan ciri khusus yang
memudahkan peneliti dalam proses identifikasi. Media ini memiliki tambahan bahan
kimia atau reagensia tertentu yang merangsang pertumbuhan mikroba sehingga
memperlihatkan perubahan-perubahan spesifik. Contoh-contoh media diferensial
mulai dari media Triple Sugar Iron Agar (TSIA) dan media Sulfit Indol Motility
(SIM).
4. Media selektif
Bila tujuannya adalah untuk menumbuhkan salah satu jenis mikroba, maka media
selektif adalah media yang paling tepat untuk digunakan. Media ini memungkinkan
satu jenis mikroba tumbuh dengan pesat, sementara mikroba lainnya mengalami
hambatan. Terdapat bahan-bahan inhibitor yang mampu menghambat pertumbuhan
mikroba lain yang tidak diinginkan. Inhibitor ini dapat berupa antibiotik, garam dan
bahan kimia lainnya. Beberapa contohnya antara lain media Salmonella Shigella Agar
(SSA) dan Thiosulphate Citrate Bile Salt (TCBS).
5. Media Indikator
Sejumlah media didesain sedemikian rupa agar bakteri yang berbeda dapat dikenali
dari warna koloni mereka. Beragam pendekatan mulai dari penambahan pewarna
hingga substrat metabolisme digunakan agar bakteri dapat muncul dengan warna
yang berbeda dalam satu koloni. Media yang seperti ini dinamakan media indikator.
Beberapa contoh media indikator yang dikenal adalah Mannitol salt agar, Mac
Conkey agar dan TCBS.
6. Media transport
Karena kebutuhan penelitian, spesimen mungkin butuh untuk dikirim dengan alat alat
laboratorium secepatnya setelah dikumpulkan untuk mencegah pertumbuhan
organisme pencemar atau bakteri komensal. Hal ini dapat dilakukan dengan
mempersiapkan media transport. Media ini bertujuan untuk mencegah spesimen
mengalami kekeringan, mempertahankan rasio bakteri patogen dan komensal serta
menghambat pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan. Beberapa media untuk
transport memiliki konsistensi yang semi-padat. Terkadang, media juga ditambahkan
arang untuk menetralisir faktor penghambat pertumbuhan.
7. Media anaerob
Bakteri anaerob membutuhkan media khusus untuk bisa tumbuh karena mereka
membutuhkan jumlah oksigen yang rendah sehingga mampu mengurangi potensi
nutrisi tambahan yang teroksidasi. Media anaerob biasanya ditambahkan nutrisi
tambahan seperti hemin dan vitamin K. Umumnya, untuk mengurangi oksigen yang
terlarut, medium akan direbus terlebih dahulu kemudian disegel menggunakan
parafin.
8. PDA (Potato Dextrose Agar) adalah media yang umum untuk pertumbuhan jamur
di laboratorium karena memiliki pH yang rendah (pH 4,5 sampai 5,6) sehingga
menghambat pertumbuhan bakteri yang membutuhkan lingkungan yang netral dengan
pH 7,0, dan suhu optimum untuk pertumbuhan antara 25-30 °C
9. Media cair
Media cair digunakan untuk pembenihan diperkaya sebelum disebarkan media padat,
tidak cocok untuk isolasi mikroba dan tidak dapat dipakai untuk mempelajari koloni
kuman. Contoh media cair: Nutrient broth(NB), Pepton dilution fluid(PDF), Lactose
broth, Macconkey broth(MBC),dll.
Kegunaan media
Media adalah campuran nutrien atau zat makanan yang dibutuhkan oleh mikroorganisme
untuk pertumbuhan. Media selain untuk menumbuhkan mikroba juga dibutuhkan untuk
isolasi & inokulasi mikroba serta untuk uji fisiologi dan biokimia mikroba.
Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara (nutrient) yang
digunakan untuk membiakkan mikroba. Media terdapat bermacam-macam yang dapat
digunakan untuk isolasi, perbanyakan, pengujian sifat-sifat fisiologis dan perhitungan
jumlah mikroba maupun untuk transport specimen dari suatu tempat ke tempat
pemeriksaan mikrobiologi. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa
molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dalam pemeriksaan
mikrobiologi, media menjadi suatu hal yang penting agar mikroba yang dapat hidup dan
menentukan bahwa mikroba yang diperiksa adalah benar-benar mikroba yang dicari atau
yang diharapkan.
BAB III
METODELOGI
C. Prosedur pembuatan:
1. Siapkan alat dan bahan
2. Kupaslah kulit kentang
3. Potonglah kentang hingga berbentuk kecil-kecil
4. Kemudian kentang tersebut dicuci hingga bersih.
5. Timbang kentang sebanyak 8gram, gula 8gram, dan agar-agar 8gram.
6. Selanjutnya, siapkan air sebanyak 400ml kedalam beaker glass. Masukkan
kentang 8gram, lalu panaskan menggunakan hot plate strirrer selama 30menit.
7. Setelah itu, saring kentang hingga didapatkan air pati dari kentang tersebut.
8. Kemudian masukkan gula dan agar-agar kedalam air pati kentang dan
panaskan kembali menggunakan hot plate strirrer selama 15 menit.
9. Setelah selesai, masukkan media kedalam Erlenmeyer dan tutuplah
Erlenmeyer tersebut menggunakan kapas. Masukkan Erlenmeyer kedalam
autoclave untuk disterilisasi selama 20menit.
10. Setelah di sterilisasi, keluarkan media kemudian media dimasukkan kedalam
kulkas agar tidak ada bakteri/mikroba yang mengontaminasi media tersebut.
11. Media yang benar, hasilnya tidak ada jamur yang mengendap diatas
permukaan media.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Foto-foto dokumentasi:
PEMBAHASAN
Alasan mengapa menggunakan media kentang?
Kentang merupakan sumber karbohidrat (karbon), vitamin dan energi. Dextrose sebagai
sumber gula dan energi selain itu komponen agar berfungsi untuk memadatkan medium
PDA. Masing-masing dari ketiga komponen tersebut sangat diperlukan bagi pertumbuhan
dan perkembangbiakkan mikroorganisme terutama jamur.
Kentang merupakan tanaman semusim dari family solonaceae yang berumur pendek.
Daunnya majemuk yang menempel disatu tangkai dengan warna daun hijau muda sampai
gelap dan tertutup oleh bulu halus. Berdasarkan warna umbinya kentang dapat
digilingkan menjadi 3 yaitu: kentang merah, putih, dan kentang kuning.
Organisme menyerap karbohidrat dari kaldu kentang dan gula serta agar yang telah
dicampur. Supaya karbohidrat di kentang dapat di kelar dan menyatu dengan air sehingga
menjadi kaldu, semakin kecil permukaan maka semakin besar daya osmosinya. Hal ini
lah yang menyebabkan kentang harus dipotong ataupun dapat diparut.
PDA (Potato Dextrose Agar) adalah media yang umum untuk pertumbuhan jamur di
laboratorium karena memiliki pH yang rendah (pH 4,5 sampai 5,6) sehingga
menghambat pertumbuhan bakteri yang membutuhkan lingkungan yang netral dengan pH
7,0, dan suhu optimum untuk pertumbuhan antara 25-30 °C.
Autoklaf ini memiliki suhu yang sangat panas dan lebih tinggi bila dibandingkan dengan
pemanas lainnya. Tujuan dari tingginya suhu ini adalah untuk membunuh bakteri yang
menempel di alat medis. Contohnya adalah jamur, virus, hingga virus maupun spora yang
tidak aktif.
Salah satu keunggulan jenis autoclave adalah bisa beroperasi tanpa memerlukan tenaga
listrik. Cara kerjanya benar-benar seperti panci presto. Hanya butuh kompor agar alat ini
bisa bekerja optimal dalam membantu sistem medis, bahkan di fasilitas kesehatan
terpencil.
Prinsip kerja dari autoclave adalah memanfaatkan keringanan uap dibandingkan dengan
udara, sehingga udara terletak di bawah uap, cara kerjanya dimulai dengan memasukan
uap melalui bagian atas autoklaf sehingga udara tertekan ke bawah. Autoklaf ini dapat
bekerja dengan cakupan temperatur antara 121-134 °C dengan waktu 10-30 menit.
Autoklaf terutama ditujukan untuk membunuh endospora, yaitu sel resisten yang
diproduksi oleh bakteri, sel ini tahan terhadap pemanasan, kekeringan, dan antibiotik.
Pada suhu 121 °C, endospora dapat dibunuh dalam waktu 4-5 menit, di mana sel
vegetatif bakteri dapat dibunuh hanya dalam waktu 6-30 detik pada suhu 65 °C.
Bioindikator dapat diletakan dibagian rak dasar, tengah atau atas didalam autoclave.
Jalankan proses sterilisasi yaitu suhu 121OC, tekanan 1 atm, selama 15 menit.
DAFTAR PUSTAKA
Volk, dan wheeler., 1993, Dasar-dasar mikrobiologi, Erlangga:Jakarta