Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOTEKNOLOGI PANGAN

ACARA I
PENGENALAN ALAT DAN PEMBUATAN BERBAGAI MEDIA ENRICHMENT
DAN KULTIVASI

Disusun oleh:
Nama : Septiani Nurcahyanti
NIM : 24020221140090
Kelas : Bioteknologi B
Kelompok :3
Nama Asisten : T.A Tyas Kilulud

PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI


DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2023
ACARA I

PENGENALAN ALAT DAN PEMBUATAN BERBAGAI MEDIA ENRICHMENT


DAN KULTIVASI
I. Tujuan
I.1 Mengetahui cara pembuatan media NA dan BSA
I.2 Mengetahui cara pembungkusan alat dan teknik sterilisasi
II. Tinjauan Pustaka
II.1 Pengertian dan Fungsi Media
Medium atau media merupakan suatu bahan yang terdiri dari campuran
bahan makanan atau nutrient untuk menumbuhkan suatu mikroorganisme tersebut.
Media berfungsi untuk menumbuhkan mikroba, isolasi, memperbanyak jumlah,
menguji sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba, dimana dalam
proses pembuatannya harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk
menghindari kontaminasi pada media. Dalam pemeriksaan mikrobiologi, media
menjadi suatu hal yang penting agar mikroba yang dapat hidup dan menentukan
bahwa mikroba yang diperiksa adalah benar-benar mikroba yang dicari atau yang
diharapkan. Fungsi media dibagi menjadi 3 yaitu umum, selektif dan diferensial.
Media umum dapat ditumbuhi oleh beberapa jenis mikroorganisme seperti media
NA untuk bakteri, media PDA dan TEA untuk jamur. Media selektif selain
mengandung nutrisi juga ditambahkan suatu zat tertentu sehingga media tersebut
dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme lain dan merangsang pertumbuhan
mikroorganisme yang diinginkan seperti media SSA untuk bakteri Salmonella dan
Shigella. Media diferensial bertujuan untuk mengidentifikasi mikroorganisme dari
campurannya berdasakan karakter spesifik yang ditunjukkan pada media
differential (Harianto et al., 2019).
II.2 Media Nutrient Agar (NA)
Media yang umum digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme di
laboratorium seperti bakteri adalah media (NA) Nutrient agar. NA (Nutrient
Agar) merupakan suatu medium yang berbentuk padat. NA dibuat dari campuran
ekstrak daging dan peptone dengan menggunakan agar sebagai pemadat, dalam
hal ini media yang di gunakan di produksi oleh Oxoid.ltd., Basingstoke,
Hampshire, England, dengan merek OXOID. kode CM0003. Komposisi NA Kode
CM0003 adalah pepton 5.0, sodium chlorida 5.0, agar 15.0, lab-lemco’ powder
1.0, yeast extract 2.0. Mahalnya harga media serta melimpahnya sumber alam dan
pemanfaatan local material yang dapat digunakan sebagai media pertumbuhan
mikroorganisme mendorong para peneliti untuk menemukan media alternatif dari
bahan-bahan yang mudah didapat dan tidak memerlukan biaya yang mahal. Bahan
yang digunakan harus mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
bakteri seperti karbohidrat dan protein. Berbagai sumber protein juga berhasil
digunakan sebagai media alternatif pertumbuhan mikroorganisme (Putra et al.,
2021)
Media NA (Nutrient Agar) dapat disebut juga media padat yang
mengandung ekstrak daging, peptone, dan tambahan agar sebagai pemadat. Media
NA (Nutrient Agar) termasuk kedalam media semi sintesis yang terdiri dari bahan
alami dan bahan kimia. Berdasarkan kegunaanya, media NA termasuk kedalam
media umum yaitu media yang paling umum digunakan dalam pertumbuhan
sebagian besar bakteri. Untuk komposisi NA (Nutrient Agar) adalah eksrak beef
10 g, pepton 10 g, NaCl 5 g, air desitilat 1.000 ml dan 15 g agar/L. Kemudian agar
dilarutkan dengan komposisi lain dan disterilisasi dengan autoklaf pada 121°C
selama 15 menit (Rossita et al., 2017).
II.3 Media Bismuth Sulfit Agar (BSA)
Media Bismuth Sulfit Agar (BSA) merupakan media yang berfungsi sebagai
media selektif yang digunakan untuk uji keberadaan atau isolasi Salmonella sp.
Media ini sangat cocok digunakan pada tahap awal untuk memilahkan Salmonella
dari mikroba lainnya. Jika hasil positif, atau bakteri tersebut terindikasi Salmonella
sp maka koloni pada media akan berwarna coklat, ungu, abu-abu atau hitam,
terkadang berwarna kilau metalik. Terjadinya perubahan warna pada media ini
dikarenakan terjadinya penurunan pH media yang disebabkan oleh adanya
produksi berbagai asam organik hasil metabolism Salmonella tersebut. Selain
karena terjadinya penurunan pH, adanya sulfit dalam media akan diubah menjadi
H2S yang berperan dalam mengendapkan besi, sehingga koloni berwarna hitam
dengan kilap logam (Warsiki et al., 2016). Media BSA mengandung enzim
caprylate esterase yang berfungsi untuk melisiskan kromofor sehingga koloni
tipikal bakteri Salmonella berwarna ungu. Selain itu media BSA juga mengandung
bismuth yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain. (Aulia et al., 2015).
II.4 Sterilisasi Panas Basah dan Panas Kering
Metode sterilisasi panas basah disebut juga Steam Sterilization Method.
Metode sterilisasi basah menggunakan autoklaf yang dioperasikan dengan uap air
di bawah tekanan. Metode ini digunakan terutama untuk sterilisasi media, cairan
dan peralatan laboratorium. Peralatan laboratorium yang dapat disterilisasi
menggunakan metode ini seperti peralatan yang terbuat dari plastik berkualitas
baik seperti Polypropylene, Polymethylpentene, Polyallomer,
Polytetraluoroethylene (PTFE), dan Teflon FEP. Dan peralatan yang terbuat dari
kaca seperti botol kultur, gelas beker, dan pipet. Suhu dan tekanan standar yang
dibutuhkan pada proses sterilisasi menggunakan autoklaf dilakukan pada suhu
tinggi untuk periode waktu yang singkat lebih banyak disukai dibandingkan
dengan suhu yang lebih rendah untuk waktu yang lebih lama. Beberapa suhu atau
tekanan standar yang digunakan adalah 115 °C/10 psi, 121 °C/ 15 psi, dan 132
°C/27psi. (psi = pon per inci persegi). Akan tetapi, pada umumnya suhu dan
tekanan yang digunakan adalah 121°C/ 15 psi. Pengaturan waktu yang biasa
digunakan dengan metode sterilisasi panas basah ini adalah 10 – 15 menit.
Kondisi tersebut sangat efektif untuk membunuh bakteri dan spora jamur
(Taryono et al., 2021).
Metode sterilisasi panas kering disebut juga Dry Sterilization Method.
Oven pengering laboratorium merupakan peralatan yang digunakan dalam
sterilisasi kering. Sterilisasi ini membutuhkan waktu pemaparan yang lebih lama
dan suhu yang lebih tinggi dibandingkan dengan sterilisasi dengan menggunakan
metode basah. Hal ini relatif tidak eisien, tetapi akan sangat berguna ketika
digunakan untuk menghilangkan air pada peralatan dan sterilisasi pada peralatan
yang terbuat dari logam. Peralatan yang terbuat dari logam apabila disterilisasi
menggunakan metode sterilisasi basah akan menyebabkan peralatan tersebut
mudah berkarat dan menjadi tumpul. Pada metode ini digunakan suhu yang sangat
tinggi selama beberapa jam dengan tujuan untuk membunuh atau menghilangkan
agen yang menjadi penyebab kontaminasi pada kultur jaringan (seperti spora
jamur dan bakteri) (Wulandari et al., 2021).
III. Metode Penelitian
III.1 Alat
1. Erlenmeyer
2. Cawan petri
3. Gelas beaker
4. Batang Pengaduk
5. Kertas
6. Aluminium foil
7. Plastik tahan pangan
8. Kasa dan kapas
9. Spiritus
III.2 Bahan
1. Aquades
2. Media Nutrient Agar
3. Media Bismuth Sulfit Agar
III.3 Cara Kerja
III.3.1 Pembuatan Media Nutrient Agar (NA)
1. Serbuk NA 2 gram dan aquades 100 ml dimasukkan kedalam
Erlenmeyer
2. Suspensi media dipanaskan kedalam microwave hingga homogen
3. Media disterilisasi di dalam autoklaf pada suhu 121 0 C dan tekanan 2
atm selama 15-20 menit
4. Setelah sterilisasi, media dibiarkan beberapa saat sampai suhu kurang
lebih 400 C kemudian media dapat dituang secara aseptis pada cawan
petri
5. Setelah media memadat, cawan petri disimpan dalam posisi terbalik
III.3.2 Pembuatan Bismuth Sulfit Agar (BSA)
1. Serbuk BSA 4,75 gram dan aquades 100 ml dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer steril
2. Suspensi media dipanaskan ke dalam microwave hingga homogen
3. Media dibiarkan beberapa saat sampai suhu kurang lebih 40 0 C
kemudian media dapat dituang secara aseptis pada cawan petri
4. Setelah media memadat, cawan petri disimpan dalam posisi terbalik

III.3.3 Sterilisasi Media


1. Media dalam Erlenmeyer yang akan disterilisasi disiapkan
2. Erlenmeyer ditutup menggunakan kapas dan kasa
3. Erlenmeyer dibungkus dengan kertas
4. Dilakukan proses sterilisasi basah menggunakan autoklaf pada suhu
1210 C dengan tekanan 2 atm selama 15 menit
5. Media steril siap untuk digunakan
IV. Hasil Pengamatan
4.1 Pembuatan Media
Nama Gambar Media
No Komposisi Media (g/L) Fungsi Media
Media Instan

1. Nutrient Ekstrak daging 1,5 g Media yang berfungsi


Agar untuk menumbuhkan dan
(NA) Ekstrak Yeast 1,5 g
mengembangbiakan
Pepton 5 g bakteri

Sodium klorida 5 g

Agar 15 g

HACL 5 gr

Aquade 1L
Gambar 1. Nutrient
Agar (NA) Ready
For Use

(Dok. Pribadi,
2023)
2. Bismuth Beef ekstrak 5 gr Media yang berfungsi
Sulfit Pepton 10 gr untuk mengidentifikasi
Agar dan mengisolasi
Brilliant green 0,025 gr
(BSA) Salmonella Typhi
Besi (III) Sulfat 0,3 gr
Bismuth sulfit 8 gr
Agar 15 gr
Aquades 1L

Gambar 2. Bismuth
Sulfit Agar (BSA)
Ready For Use

(Dok. Pribadi,
2023)

4.2 Sterilisasi

No Nama Alat Gambar Pembungkusan

1. Cawan Petri

(Dok. Pribadi, 2023)

2. Erlenmeyer

(Dok. Pribadi, 2023)


3. Tabung Reaksi

(Dok. Pribadi, 2023)

4. Mikrotip

(Dok. Pribadi, 2023)

V. Pembahasan
Praktikum Bioteknologi Pangan dengan judul acara “Pengenalan Alat Dan
Pembuatan Berbagai Media Enrichment Dan Kultivasi” dilaksanakan pada hari
Kamis, 7 September 2023 pukul 13.00 WIB secara luring di Laboratorium
Bioteknologi, Fakultas Sains Dan Matematika Universitas Diponegoro. Praktikum ini
bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan media Nutrient Agar (NA) dan Bismuth
Sulfit Agar (BSA), mengetahui cara pembungkusan alat dan rlenm sterilisasi, serta
mengetahui pengenceran. Alat dan bahan yang diperlukan meliputi rlenmeyer, cawan
petri, gelas beaker, kertas, alumunium foil, plastic tahan panas, spiritus, kasa dan
kapas, akuades, media Nutrient Agar, dan media Bismuth Sulfit Agar.
V.1Media NA
Media NA atau media Nutrient agar merupakan media padat (agar)
berwarna bening yang biasa digunakan untuk menumbuhkan bakteri secara
umum. Media NA terdiri atas beberapa komponen mengandung nutrisi seperti
ekstrak daging dan pepton yang dibutuhkan oleh mikroorganisme bakteri pada
umumnya. Pembuatan media NA diawali dengan menimbang media instan dalam
bentuk bubuk dengan perbandingan 20 gram setiap 1 liter akuades. Setelah bubuk
media ditimbang lalu dilarutkan ke dalam akuades dalam rlenmeyer. Larutan
media dihomogenkan dengan cara digoyang – goyangkan atau dipanaskan dengan
microwave sampai terlihat homogen tapi tidak sampai berbuih. Selanjutnya, media
dalam rlenmeyer tersebut disterilisasi di dalam autoklaf selama 15 menit. Setelah
steril, media dituangkan secara aseptis ke dalam cawan petri steril. Pernyataan
tersebut sesuai dengan pernyataan Munandar (2016), bahwa media NA (Nutrient
Agar) berdasarkan bahannya termasuk dalam kelompok media semi alami, media
semi alami merupakan media yang terdiri dari bahan alami yang ditambahkan
dengan senyawa kimia. Media NA (Nutrient Agar) termasuk kedalam jenis media
umum, karena digunakan media yang peling umum untuk pertumbuhan rlenmey
besar bakteri. Media ini dikategorikan media padat. Media padat biasanya
digunakan untuk mengamati penampilan atau morfologi koloni bakteri.
V.2Media BSA
Media Bismuth sulfit agar (BSA) merupakan jenis media selektif yang
digunakan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri tertentu seperti
Salmonella sp. Pembuatan media BSA diawali dengan memasukkan 4.75 gram
serbuk BSA dan 100 ml aquades ke dalam erlenmeyer. Suspensi media di
panaskan di microwave hingga homogen dan diamkan beberapa saat hingga suhu
kira – kira 40 derajat celcius dan tuang secara aseptis ke dalam cawan petri.
Setelah memadat, simpan cawan petri alam keadaan terbalik. Hal ini selaras
dengan pendapat Aulia (2015) bahwa media Bismuth Sulfit Agar (BSA)
merupakan media yang berfungsi sebagai media selektif yang digunakan untuk uji
keberadaan atau isolasi Salmonella sp. Media ini sangat cocok digunakan pada
tahap awal untuk memilahkan Salmonella dari mikroba lainnya. Kusumaningrum
(2013) menambahkan media BSA dapat digunakan juga untuk mengisolasi dan
mengidentifikasi bakteri Salmonella dari berbagai sampel, seperti makanan, air,
atau sampel klinis. Media BSA ini mengandung bismut sulfat, yang menghasilkan
endapan hitam saat teroksidasi oleh beberapa strain Salmonella, sehingga
membantu dalam identifikasi bakteri ini.
V.3Sterilisasi Alat dan Media
Sterilisasi merupakan suatu rlen untuk mematikan organisme supaya alat-alat
yang akan digunakan dalam keadaan steril dan terbebas dari kontaminan. Hal ini
dijelaskan oleh Tile (2017) yang mengatakan bahwa, sterilisasi didefinisikan
sebagai rlen untuk membunuh mikroorganisme termasuk dalam bentuk spora. Pada
saat proses sterilisasi, alat wajib dikemas terlebih dahulu atau dibungkus. Tujuan
alat dan media dibungkus adalah untuk mencegah terjadinya kontaminasi setelah
dikeluarkan dari oven maupun autoklaf. Hal ini selaras dengan pendapat Hayani
(2013) bahwa sebelum peralatan di masukkan ke dalam autoclave untuk proses
sterilisasi, dilakukan terlebih dahulu peralatan dbersihkan dengan cara dicuci,
kemudian alat yang sudah bersih dibungkus dengan menggunakan kertas atau
aluminum foil sedangkan untuk rlenmeyer dan tabung reaksi disumbat
mulutnya menggunakan kapas. Tujuan dari pembungkusan dengan menggunakan
kertas, aluminium foil, dan kapas adalah untuk menghindari kontaminasi karena
bagian mulut adalah bagian yang rentan kontaminasi, agar mikroba tidak dapat
masuk berdasarkan luas area kontak dengan udara, untuk mencegah penguapan
air pada bagian mengkilap karena bagian mengkilap dapat menyerap rlenm, dan
menjaga semua alat juga bagiannya dalam kondisi bersih dan steril dan siap
digunakan setiap waktu, dan terjaga dari kontaminan lingkungan.
Sterilisasi dapat dilakukan dengan autoklaf atau oven. Sterilisasi
menggunakan autoklaf disebut sebagai sterilasi panas basah, sedangkan sterilasi
dengan oven disebut juga sterilisasi kering. Autoklaf merupakan alat sterilisasi
yang menggunakan panas basah bertekanan. Cara sterilisasi ini sangat efektif
karena menyediakan suhu jauh diatas titik didih, proses cepat, daya tembus kuat
dan menghasilkan kelembaban yang tinggi sehingga dapat membunuh bakteri
berspora. Soalnya sterilisasi basah bertujuan untuk membunuh dan menghancurkan
mikroorganisme termasuk sporanya karena menyebabkan denaturasi protein pada
mikroorganisme tersebut. Hal ini sesuai dengan yang disampain oleh Yusmaniar
(2017) yang mengatakan bahwa, autoklaf merupakan alat untuk sterilisasi yang
paling efisien karena adanya uap panas akan mempebesar penetrasi ke dalam sel
mikroba dan distribusi panas lebih merata sehingga terjadi koagulasi protein yang
mempecepat kematian mikroba. Sedangkan pada sterilisasi panas kering
menggunakan oven bertujuan lebih efektif dalam menghambat pertumbuhan koloni
bakteri bila dibandingkan dengan desinfeksi tingkat tinggi rlenm rebus.
VI. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan mengenai “Pengenalan Alat
Dan Pembuatan Media Enrichment Serta Kultivasi” maka dapat disimpulkan bahwa:
VI.1 Dalam pembuatan media NA diawali dengan menimbang media instan
dalam bentuk bubuk dengan perbandingan 20 gram setiap 1 liter akuades. Setelah
bubuk media ditimbang lalu dilarutkan ke dalam akuades dalam rlenmeyer.
Larutan media dihomogenkan dengan cara digoyang – goyangkan atau dipanaskan
dengan microwave sampai terlihat homogen tapi tidak sampai berbuih.
Selanjutnya, media dalam rlenmeyer tersebut disterilisasi di dalam autoklaf
selama 15 menit. Setelah steril, media dituangkan secara aseptis ke dalam cawan
petri steril. Sedangkan dalam pembuatan media BSA dapat dilakukan dengan
memasukkan 4.75 gram serbuk BSA dan 100 ml aquades ke dalam erlenmeyer.
Suspensi media di panaskan di microwave hingga homogen dan diamkan
beberapa saat hingga suhu kira – kira 40 derajat celcius dan tuang secara aseptis
ke dalam cawan petri. Setelah memadat, simpan cawan petri alam keadaan
terbalik.
VI.2 Sebelum peralatan dan media disterilisasi harus melakukan pembungkusan
menggunakan aluminium foil ataupun kertas, sedangkan untuk peralatan yang
mempunyai mulut seperti erlenmeyer dan tabung reaksi ditutup atau disumbat
menggunakan kapas steril.

DAFTAR PUSTAKA

Aulia, R., Handayani, T., dan Yennie. 2015. Isolasi, Identifikasi Dan Enumerasi Bakteri
Salmonella spp. Pada Hasil Perikanan Serta Resistensinya Terhadap Antibiotik.
Jurnal Bioma, 11(2): 112-130.

Hayani L., Putra, D, P., Rahmadi, D., dan Mukhlis. 2012. Teknik Sterilisasi Pembuatan
Media dan Penanaman. Banda Aceh: Universiras Syiah Kuala Darussalam Banda
Aceh.

Kusumaningrum, A. 2013. Penurunan Total Bakteri Daging Ayam Dengan Perlakuan


Perendaman Infusa Daun Salam (Syzygium Polyanthum). Jurnal Mipa 36(1): 14-
19.

Munandar. 2016. Pengenalan Laboratorium IPA-BIOLOGI Sekolah. Bandung: Refika


Aditama.
Putra, S. F., Fitri, R., dan Fadilah. 2021. Pembuatan Media Tumbuh Bakteri Berbasis
Lokal Material. Jurnal Biologi, 1(2): 1-8.

Rezekikasari, R., dan Harianto. 2019. Modifikasi Media Alternatif Dari Sayuran Untuk
Analisis Kuantitatif Pertumbuhan Mikroorganisme Asal Tanah Gambut
Kalimantan Barat Dengan Metode Total Plate Count. Jurnal Perkebunan Dan
Lahan Tropika, 9(1): 1-8.

Rossita, A. S., Kukuh, M., Sawitri. 2017. Komparasi Media NA Pabrikan dengan NA
Modifikasi untuk Media Pertumbuhan Bakteri. Jurnal Unmuh Jember. 1(2): 1-19.

Tille, P. M. 2017. Bailey & Scott’s Diagnostic Microbiology. In Basic Medical


Microbiology (fourteenth, p. 45). St. Louis Missouri: Elsevier.

Wulandari, S., Nisa, Y. S., Taryono, T., Indarti, S., dan Sayekti, R. 2021. Sterilisasi
Peralatan dan Media Kultur Jaringan. Jurnal Agrotechnology Innovation
(Agrinova), 4(2): 16-19.

Yusmaniar, Wardiyah, dan Khairun Nida. 2017. Mikrobiologi dan Parasitologi. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
LEMBAR PENGESAHAN

Semarang, 14 Maret 2023

Mengetahui,

Asisten Praktikan

T.A Tyas Kilulud Septiani Nurcahyanti

NIM. 24020219130068 NIM.


24020221140090
LAPORAN SEMENTARA

Anda mungkin juga menyukai