Oleh :
2016
PEMERIKSAAN SALMONELLA Sp. DAN SHIGELLA Sp.
I. TUJUAN
Identifikasi bakteri Salmonella sp. dan Shigella sp. secara biokimiawi.
b. Shigella sp.
Klasifikasi ilmiah Shigella sp.
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gamma Proteobakteria
Ordo : Enterobakteriales
Family : Enterobakteriaceae
Genus : Shigella
Shigella sp adalah kuman pathogen usus yang telah lama dikenal sebagai agen
penyebab penyakit disentri basiller. Berada dalam tribe Escherichiae karena
sifatgenetic yang saling berhubungan, tetapi dimasukkan dalam genus
tersendiri yaitugenus shigellla karena gejalaa kinik yang disebabkannya bersifat
khas. Sampai saat initerdapat 4 spesies Shigella yaitu: Shigella dysenteriae, Shigella
flexneri, Shigella boydii, dan Shigella sonnei (Jawetz et al., 2007).
Shigella adalah kuman batang gram negatif ramping; bentukkokobasil
dan ditemukan pada biakan muda. Shigela bersifat fakultatif anaerob tetapi paling
baik tumbuh secaraaerobik. Koloninya konveks, bulat, transparan dengan pinggiran
utuh yangmencapai diameter kira-kira 2 mm dalam 24 jam. Shigella mempunyai
susunan antigen yang kompleks. Terdapat banyaktumpang tindih dalam sifat
serologi pelbagai spesies, dan sebagian besar kumanini mempunyai antigen O yang
juga dimiliki oleh kuman enteric lainnya.Antigen somatic O shigella adalah
lipopolisakharida. Kekhususanserologinya tergantung pada polisakarida.
Terdapat lebih dari 40 serotipe.Klasifikasi shigella didasarkan pada sifat-sifat
biokimia dan antigenic (Jawetz et al., 2007).
Media enrichment adalah media yang diperkaya dengan zat-zat tertentu
sehingga dapat menyuburkan pertumbuhan mikroba yang hendak diisolasi. Yang
termasuk media enrichment antara lain BHIB, TSB , SCB, BPW dan APW (Pelczar
dan Chan,2006).
Media pengaya, dipergunakan dengan maksud “memberikan kesempatan”
terhadap satu jenis/kelompok mikroba untuk tumbuh dan berkembang lebih cepat dan
jenis/kelompok lainnya yang sama-sama berada dalam satu bahan. Misalnya untuk
memindahkan bakteri penyebab penyakit tifus dari bahan tinja (kotoran manusia).
Tetapi media pengaya telebih dahulu, mungkin yang akan tumbuh dan berkembang
adalah semua jenis kelompok yang ada di dalam bahan, karena di dalam tinja bukan
hanya puluhan tetapi mungkin ratusan jenis dan mikroba yang akan didapatkan.
Dengan media pengaya seperti kaldu selenit ataupun kaldu tetrationat, maka
kesempatan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkan mikroba lain akan
terhambat/terhenti untuk waktu-waktu tertentu, tetapi tidak untuk salmonella.
Misalnya dalam waktu antara 18-22 jam, maka kemungkinan besar mikroba lain akan
terhambat dan Salmonella akan tumbuh, sehingga kalau kemudian dibiakkan kedalam
media selanjutnya, jenis tersebut yang besar kemungkina akan didapatkan. Media ini
diperkaya dengan kandungan nutrien tertentu dalam rangka mengoptimasi
pertumbuhan bakteri tertentu.Selain nutrient, bisa juga ditambahkan bahan
penghambat bakteri lain dan indikator selektivitas (Murray,2005).
Buffered Peptone Water adalah media mikrobiologi yang digunakan untuk
media pre enrichment untuk meningkatkan nilai recovery dari salmonella yang injured
pada sampel makanan untuk dilanjutkan ke pengayaan selektif dan isolasi.
Mikroorganisme yang mengalami tekanan pada lingkungan mungkin bisa mengalami
kerusakan pada sel atau mengalami kelelahan. Mikroorganisme ini tidak akan bisa
mengalami duplikasi atau penggandaan pada lingkungan selektif media mikrobioloi
yang kita buat.Untuk itu pertumbuhan mikroorganisme ini perlu dibantu dengan
menggunakan media pre enrichment , dalam hal ini bisa digunakan Buffered Peptone
water (Murray,2005) .
Media selektif (selective medium) /media penghambat adalah media yang
ditambah zat kimia tertentu yang bersifat selektif untuk mencegah pertumbuhan
mikroba lain sehingga dapat mengisolasi mikroba tertentu, misalnya media yang
mengandung kristal violet pada kadar tertentu, dapat mencegah pertumbuhan bakteri
gram positif tanpa mempengaruhi bakteri gram negatif.Media ini selain mengandung
nutrisi juga ditambah suatu zat tertentu sehingga media tersebut dapat menekan
pertumbuhan mikroba lain dan merangsang pertumbuhan mikroba yang diinginkan
(Cowan,2004).
SS agar Salmomella shigella agar adalah media selektif untuk mengisolasi
kuman Salmonella sp dan Shigella sp dari sampel feses,urin, dan makanan. Untuk
khusus isolasi kuman shigella Media ini tidak disarankan karena beberapa strain
shigella akan terhambat. Yang dimaksd media selektif (selective medium) /media
penghambat adalah media yang ditambah zat kimia tertentu yang bersifat selektif
untuk mencegah pertumbuhan mikroba lain sehingga dapat mengisolasi mikroba
tertentu, misalnya media yang mengandung kristal violet pada kadar tertentu, dapat
mencegah pertumbuhan bakteri gram positif tanpa mempengaruhi bakteri gram
negative (Cowan,2004).
Media diferensial berfungsi untuk membedakan karakter tertentu dari bakteri
yang dekat kekerabatannya. Karakter tersebut dapat berupa warna dan bentuk dari
koloni. Perbedaan karakter yang terbentuk tersebut menjadi tahap yang sangat penting
dalam proses diferensiasi dan dasar untuk proses identifikasi selanjutnya (Pelczar dan
Chan,2006).
Media Blood Agar merupakan media pertumbuhan bakteri yang dapat
membedakan bakteri pathogen berdasarkan efek exotoksin hemolitik bakteri pada sel
darah merah. Media Blood Agar bukan merupakan media selektif murni. Suatu media
dikatakan media selektif apabila hanya ditumbuhi beberapa jenis mikroba sementara
menghambat pertumbuhan mikroba jenis lain. Media Blood Agar adalah media yang
diperkaya dengan nutrisi tambahan yang kaya untuk mikroba. Oleh karena itu, media
Blood Agar merupakan media pertumbuhan diperkaya dan selektif diferensial, karena
mendukung pertumbuhan berbagai organisme serta dapat memberi ciri yang khas
untuk bakteri golongan tertentu (Cowan,2004).
Uji biokimia bakteri merupakan suatu cara atau perlakuan yang dilakukan
untuk mengidentifikasi dan mendeterminasi suatu biakan murni bakteri hasil isolasi
melalui sifat - sifat fisiologinya. Proses biokimia erat kaitannya dengan metabolisme
sel, yakni selama reaksi kimiawi yang dilakukan oleh sel yang menghasilkan energi
maupun yang menggunakan energi untuk sintesis komponen-komponen sel dan untuk
kegiatan selular, seperti pergerakan. Suatu bakteri tidak dapat dideterminasi hanya
berdasarkan sifat-sifat morfologinya saja, sehingga perlu diteliti sifat-sifat biokimia
dan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhannya. Ciri fisiologi ataupun
biokimia merupakan kriteria yang amat penting di dalam identifikasi spesimen bakteri
yang tidak dikenal karena secara morfologis biakan ataupun sel bakteri yang berbeda
dapat tampak serupa, tanpa hasil pegamatan fisiologis yang memadai mengenai
kandungan organik yang diperiksa maka penentuan spesiesnya tidak mungkin
dilakukan. Karakterisasi dan klasifikasi sebagian mikroorganisme seperti bakteri
berdasarkan pada reaksi enzimatik maupun biokimia. Mikroorganisme dapat tumbuh
pada beberapa tipe media yang memproduksi tipe metabolit yang dapat dideteksi
dengan reaksi antara mikroorganisme dengan reagen test yang dapat menghasilkan
perubahan warna reagen (Cowan, 2004).
Uji-uji biokimia yang biasanya dipakai dalam kegiatan identifikasi bakteri atau
mikroorganisme yaitu antara lain adalah uji MR-VP, uji gula-gula, Uji TSIA, Uji
Indol, dan Uji Simmons Citrate (Dwidjoseputro, 1954). Berikut beberapa uji biokimia
yang digunakan untuk identifikasi bakteri antara lain:
1. Uji Indol
Media yang dipakai adalah pepton 1%. Uji indol digunakan untuk mengetahui
apakah kuman mempunyai enzim triptophanase sehingga kuman tersebut mampu
mengoksidasi asam amino triptophan membentuk indol. Adanya indol dapat
diketahui dengan penambahan reagen Ehrlich/Kovac’s yang berisi paradimetil
amino bensaldehid. Interpretasi hasil : negatif (-) : Tidak terbentuk lapisan cincin
berwarna merah pada permukaan biakan, artinya bakteri ini tidak membentuk
indol dari triptophan sebagai sumber karbon. Positif (+) : Terbentuk lapisan cincin
berwarna merah pada permukaan biakan, artinya bakteri ini membentuk indol dari
triptophan sebagai sumber karbon(Cowan, 2004).
2. Uji MR
Media yang digunakan adalah pepton glukosa phosphat. Uji ini digunakan
untuk mengetahui adanya fermentasi asam campuran (metilen glikon). Interpretasi
hasil : negatif (-) : Tidak terjadi perubahan warna media menjadi merah setelah
ditambah methyl red 1%. Positif (+) : Terjadi perubahan warna media menjadi
merah setelah ditambahkan methyl red 1%. Artinya bakteri menghasilkan asam
campuran (metilen glikon) dari proses fermentasi glukosa yang terkandung dalam
media MR (Cowan, 2004).
3. Uji VP
Media yang dipakai adalah pepton glukosa phosphat. Uji ini digunakan untuk
mengetahui pembentukan asetil metil karbinol (asetoin) dari hasil fermentasi
glukosa. Interpretasi hasil : negatif (-) : tidak terjadi perubahan warna media
menjadi merah setelah ditambahkan a naphtol 5% dan KOH 40%. Positif (+) :
terjadi perubahan warna media menjadi merah setelah ditambahkan a naphtol 5%
dan KOH 40%, artinya hasil akhir fermentasi bakteri adalah asetil metil karbinol
(asetoin) (Colome, 2001).
4. Uji Citrat
Media yang dipakai adalah Simons citrat. Tujuan dari uji ini adalah untuk
mengetahui apakah kuman menggunakan sitrat sebagai sumber karbon. Pada
media Simons citrat berisi indikator BTB (Brom Tymol Blue). Apabila bakteri
menggunakan sitrat sebagai sumber karbon maka media berubah menjadi basa dan
berubah warna menjadi biru. Interpretasi hasil : negatif (-) : tidak terjadinya
perubahan warna media dari hijau menjadi biru. Artinya bakteri ini tidak
mempunyai enzim sitrat permease yaitu enzim spesifik yang membawa sitrat ke
dalam sel. Sehingga kuman tidak menggunakan citra sebagai salah satu/satu-
satunya sumber karbon. Positif (+) : terjadinya perubahan warna media dari hijau
menjadi biru, artinya kuman menggunakan citrat sebagai salah satu/satu-satunya
sumber karbon (Ratna, 2012).
5. Uji SIM
Media yang dipakai adalah media yang bersifat semi solid dengan kandungan
agar-agar 0,2-0,4%. Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui gerak kuman,
bisa memakai media MO (Motilitas Ornitin) atau SIM (Sulfida Indol Motility).
Pada media SIM selain untuk melihat motilitas bisa juga untuk test indol dan
pembentukan H2S. Interpretasi hasil : negatif (-) : terlihat adanya penyebaran
yang berwarna putih seperti akar hanya pada bekas tusukan inokulasi. Positif (+) :
terlihat adanya penyebaran yang berwarna putih seperti akar disekitar inokulasi.
Hal ini menunjukan adanya pergerakan dari bakteri yang diinokulasikan, yang
berarti bahwa bakteri ini memiliki flagel (Burrows, 2004).
6. Uji Urease
Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui apakah kuman mempunyai enzim
urease yang dapat menguraikan urea membentuk amoniak. Media urea berisi
indikator phenol red. Interpretasi hasil : negatif (-) : tidak terjadi perubahan warna
media menjadi pink/merah jambu, artinya kuman tidak memecah urea membentuk
amoniak. Positif (+) : tidak terjadi perubahan warna media menjadi pink/merah
jambu, artinya kuman memecah urea membentuk amoniak (Lim, 2006).
7. Uji TSIA
Tujuan dari tes ini adalah untuk mengetahui kemampuan kuman untuk
memfermentasikan karbohidrat. Pada media TSIA berisi 3 macam karbohidrat
yaitu glukosa, laktosa dan sukrosa. Indikatornya adalah phenol red yang
menyebabkan perubahan warna dari merah orange menjadi kuning dalam suasana
asam. Glukosa berada di dasar media sedangkan laktosa dan sukrosa berada di
bagian lereng. Selain menggunakan media TSIA dapat pula digunakan media KIA
(Kligers Iron Agar), bedanya adalah pada media KIA hanya berisi 2 macam
karbohidrat yaitu glukosa dan laktosa. Interpretasi hasil : hanya memfermentasi
glukosa : Bila pada dasar (butt) media berwarna kuning (bersifat asam) dan lereng
(slant) berwarna merah (bersifat basa) Al/Ac atau K/A. Memfermentasi semua
karbohidrat : bila pada dasar (butt) media berwarna kuning (bersifat asam) dan
lereng (slant) berwarna kuning (bersifat asam) Ac/Ac atau A/A. Tidak
memfermentasi semua karbohidrat : bila pada dasar (butt) media berwarna merah
(bersifat basa) dan lereng (slant) berwarna merah (bersifat basa) Al/Al atau K/K.
Fermentasi pada TSIA juga disertai dengan pembentukan gas CO2 yang dapat
dilihat dari pecahnya dan terangkatnya agar.
Media TSIA juga dapat digunakan untuk mengetahui pembentukan H2S yaitu
melihat apakah kuman memfermentasi metionin dan sistein (Asam amino yang
mempunyai gugus S). Pada media TSIA terdapat asam amino metionin dan
sistein, jika kuman memfermentasi kedua asam amino ini maka gugus S akan
keluar dan gugus S akan bergabung dengan H2O membentuk H2S. Selanjutnya
H2S bergabung dengan Fe2+ membentuk FeS berwarna hitam dan mengendap
(Buchanan, 2003).
8. Uji Gula-Gula
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah kuman memfermentasi masing-
masing gula diatas membentuk asam. Media gula-gula ini terpisah dalam 5 tabung
yang berbeda dan media yang digunakan adalah masing-masing gula dengan
konsentrasi 1% dalam pepton. Masing-masing gula gula ditambahkan indikator
phenol red. Interpretasi hasil : negatif (-) : tidak terjadi perubahan warna media
dari merah menjadi kuning, artinya kuman tidak memfermentasi gula .Positif (+) :
terjadi perubahan warna media dari merah menjadi kuning. Artinya kuman
memfermentasi gula membentuk ditandai dengan tinta pada tutup kapas yang
berbeda-beda. Untuk glukosa tidak berwarna, laktosa berwarna ungu, maltosa
berwarna merah, manitol berwarna hijau, dan sukrosa berwarna biru. Didalam
media gula- asam, positif + gas (+g) : Terjadi perubahan warna media dari merah
menjadi kuning. Artinya kuman memfermentasi gula membentuk asam dan gas.
Gas yang diperhitungan minimal 10% dari tinggi tabung durham (Adam, 2001).
III. ALAT DAN BAHAN
Alat
Petridish
Tabung Reaksi
Rak Tabung Reaksi
Tabung Durham
Erlenmeyer
Gelas Ukur
Beaker Glass
Batang Pengaduk
Mikropipet
Blue tip steril
Ose Bulat
Ose Jarum
Labu Spiritus
Objek glass
Mikroskop
Autoclave
Incubator
Kawat kasa
Spatula
Pipet tetes
Bahan
Sampel air pindang
Media SSA
Media BPW
Media TSIA
Media Simon Citrat
Media Methyl Red (Glukosa, indicator methyl red)
Media gula-gula (Glukosa, Laktosa, Sukrosa, Peptone Water, Indikator
BTB)
Semi Solid Agar
Nutrient agar miring
Pewarna Gram
Kapas
Aluminium foil
Karet
Plastik 2kg
Kertas
1. Media SSA
Timbang media SSA sebanyak 3,15 gram dilarutkan dalam 50 mL
aquadeststeil. Panaskan dengan nyala api kecil hingga media homogeny dengan
sempurna. Jangan di autoclave ! Tuang media pada cawan petri, tunggu hingga
media memadat.
2. Media BPW
Komposisi : peptone (0,4 gram/liter), Nacl (0,2 gram/liter), Na2HPO4 (0,14
gram/liter) dan KH2PO4 (0,06 gram/Liter). Larutkan semua bahan pada
aquadest kemudian dipanaskan hingga semua bahan larut dan homogen. Tuang
media ke dalam tabung reaksi kemudian sterilisasi pada autoclave pada suhu
1210C selama 15 menit.
3. Media TSIA
Timbang media sesuai takaran (1,13 gram dalam 20 mL aquadest steril)
kemudian larutkan dalam aquades. Panaskan media hingga terlarut sempurna
dan homogen. Tuang media ke dalam tabung reaksi masing-masing sebanyak 5
mL. Tutup tabung dengan menggunakan kapas, kemudian sterilisasi dengan
menggunakan autoclave. Setelah proses sterilisasi selesai, miringkan agar pada
tabung dan tunggu hingga memadat.
4. Media SCA
Timbang media sesuai takaran (0,44 gram dalam 20 mL aquadest steril)
kemudian larutkan dalam aquades. Panaskan media hingga terlarut sempurna
dan homogen. Tuang media ke dalam tabung reaksi masing-masing sebanyak
% ml. Tutup tabung dengan menggunakan kapas, kemudian sterilisasi dengan
menggunakan autoclave. Setelah proses sterilisasi selesai, miringkan agar pada
tabung dan tunggu hingga memadat.
b. Inokulasi bakteri.
1. Inokulasi pada media pengaya
Pipet 1 – 2 ml sampel kemudian inokulasikan pada media BPW. Inkubasi
pada suhu 370C selama 24 jam. Pertumbuhan bakteri pada media ditandai
dengan perubahan media menjadi keruh.
2. Inokulasi pada media differential
Media : Media SSA
Panaskan ose bulat pada bunsen kemudian dinginkan. Inokulasikan bakteri
yang tumbuh pada BPW pada media SSA dengan metode streaking pada
permukaan media. Inkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Amati
pertumbuhan koloni bakteri meliputi warna dan karakteristik makroskopis.
Koloni murni bakteri kemudian disimpan pada media NA miring sebagai
stock culture.
3. Inokulasi pada media biokimiawi
- Inokulasi pada media padat dengan dasar (butt) dan miring (slant)
Media : SCA dan TSIA
Panaskan ose jarum pada api bunsen, kemudian ambil ose jarum
dan goreskan pada lereng media kemudian tusukkan dari tengah
media hingga ke dasar. Inkubasi media pada suhu 350C selama 18-
24 jam untuk media TSIA dan pada suhu 370C selama 24 jam pada
media SCA.
- Inokulasi pada media cair
Media : Gula – gula dan methyl red
Panaskan ose bulat pada api bunsen, ambil kuman dengan ose bulat
dan inokulasikan pada media cair. Homogenkan dengan
menggunakan vortex hingga terbentuk suspensi kuman. Inkubasi
media pada suhu 370C selama 24 jam.
- Inokulasi pada media semi solid
Media : semi solid
Panaskan ose jarum pada api bunsen kemudian dinginkan.
Tusukkan ose pada media dengan tegak lurus hingga dasar media
kemudian cabut. Inkubasi media pada suhu 370C selama 24 jam.
c. Pengamatan bentuk sel dengan melakukan pengecatan Gram.
d. Karakterisasi hasil dan identifikasi spesies Salmonella dan Shigella.
e. Pengamatan
1. Untuk media SSA amati pertumbuhan bakteri dari segi bentuk, ukuran,
pigmen, tepi, dan elevasi. Dan pengamatan bentuk sel dengan
melakukan pengecatan gram. Kemudian diamati dibawah mikroskop
dengan perbesaran 100x.
2. Untuk media TSIA dilihat perubahan warnanya sedangkan media
Simon Citrat dilihat dari perubahan warna dan ada atau tidaknya
pembentukan gas.
3. Untuk media gula-gula dilihat dari perubahan warna dan pembentukan
gas/ gelembung udara pada tabung durham.
4. Untuk media methyl red dengan ditetesi Reagen Kovac kemudian
amati perubahan warnanya.
V. INTERPRETASI HASIL
a. Salmonella sp.
1. Morfologi bakteri Salmonella pada pewarnaan Gram
Bentuk bakteri : batang
Warna : merah
Susunan : menyebar
Sifat : Gram (-)
2. Sifat bakteri Samonella pada media biokimia reaksi dan pada media plate agar.
Pada media biokimia reaksi
Karakteristik MC SSA
Warna jernih Hitam
Bentuk bulat Bulat
Tepi rata Rata
Permukaan cembung Cembung
Fermentasi Laktosa - -
Reduksi - Tellurite +
Sifat biakan
a. Tidak menfermentasikan laktosa, sukrosa, membentuk asam dan gas dari
glukosa, maltosa dan manitol.
b. Salmonella bersifat aerob/ fakultatif anaerob.
c. Pada media cair membentuk kekeruhan yang merata.
d. Pada media differential seperti EMBA dan MC kuman membentuk koloni
putih jernih atau laktosa (-).
e. Reaksi biokimia digunakan untuk menentukan spesies dari genus Salmonella.
b. Shigella sp.
Morfologi bakteri Salmonella pada pewarnaan Gram
Bentuk bakteri : batang
Warna : merah
Susunan : menyebar
Sifat : Gram (-)
Sifat bakteri Samonella pada media biokimia reaksi dan pada media plate agar.
Uji Biokimia
Methyl Red -
Simon Citrat -
Lereng : kuning
TSIA Dasar : kuning
Gas : -
H2S : -
Uji Gula-Gula
VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum Identifikasi bakteri Salmonella sp. dan Shigella sp. secara biokimiawi
pada sampel air ikan pindang didapatkan hasil pengamatan :
Pada media SSA didapatkan koloni makroskopisnya memiliki ukuran 0,1 cm ,
flat, entire, circular, warna kuning.
Pada uji indol didapat hasil negatif, tidak terbentuk lapisan cincin berwarna
merah pada permukaan biakan, artinya bakteritidak membentuk indol dari triptophan
sebagai sumber karbon melainkan membentuk cincin berwarna hijau.
Pada uji MR didapat hasil negative, tidak terjadi perubahan warna media
menjadi merah setelah ditambah methyl red 1% warna media tetap kuning. Komposisi
dari medium MR adalah media kaldu yang mengandung pepton, buffer, dan glukosa.
Pada medium sitrat diperoleh hasil negatif, yaitu tidak terjadi perubahan warna dan
tidak terdapat gelembung di daerah goresan,
Pada uji TSIA didapat hasil pada lereng dan dasar berwarna kuning(bersifat
asam) yang berarti bakteri memfermentasi semua karbohidrat , pada dasar tidak
berubah menjadi hitam, serta media tidak terangkat sehingga menyisakan ruang. Ini
menunjukkan bahwa bakteri tidak menghasilkan H2S dan gas.
Pada uji Gula-Gula didapat hasil pada glukosa, sukrosa dan laktosa didapat
hasil positif dimana warna media berubah menjadi kuning yang berarti terjadinya
fermentasi gula.
VIII. SIMPULAN
Berdasarkan dari hasil praktikum yang telah di dapatkan bahwa dalam uji
biokimia yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri dapat dilihat bahwa tiap
jenis bakteri dapat mengekspresikan atau menunjukkan karakternya tersendiri jika
dilakukan berbagai macam uji.
Media SSA :
Makroskopis
- Ukuran : 0,2 cm
- Elevasi : flat
- Margin : entire
- Bentuk : circular
- Warna : jernih
Sifat Biokimia Reaksi
1. Indol : (-) negative
2. MR : (-) negative
3. Citrate : (-) negative
4. TSIA : lereng dan dasatr berwarna kuning
5. Glukosa : (+)
6. Sukrosa : (+)
7. Laktosa : (+)
Dari hasil praktikum yang dilakukan didapatkan hasil bahwa pada air pindang
terdapat bakteri Shigella sp.
Burrows, W., J.M. Moulder, and R.M. Lewert. 2004. Texbook of Microbiology. W.B.
Saunders Company. Philadelphia.
Murray. 2005. Buku Ajar Mikrobiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Osawa. 2008. Osawa sensei’s Vibrio cholerae Isolation Protocol for Environmental
Samples (Seafood and River or Melted Ice Water). Japan : KOBE University.
Pelczar, Michael dan E.C.S. Chan. 2006. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UIPress
Ratna, Siri .2012. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek: Teknik dan Prosedur dasar
Laboratorium. PT Gramedia,Jakarta.
Siagan, A. 2002. Mikroba Patogen Pada Makanan dan Sumber Pencemarannya.
[cited 2017 May. 10]. Available from: URL : http://library.usu.ac.id/
download/fkm/fkm- albiner3.pdf.
Tantillo, G.M., M. Fontanarods, A. Di Pinto., M. Musti. 2004. Updated Perspectives
on Emerging Vibrios Associated with Human Infections. Letters in Applied
Microbiology, 39(1): 117-126.
LAMPIRAN