Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Identifikasi Bakteri Enterik

Bakteri adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel dan
berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran besar dalam kehidupan di
bumi. Beberapa kelompok bakteri dapat memberikan manfaat maupun sumber penyakit
dibidang pangan. Banyak klasifikasi dari bakteri, salah satunya adalah bakteri enterik
patogen yang banyak menyebabkan penyakit saluran cerna pada manusia. Lebih dari 80%
bakteri perusak pada makanan disebabkan oleh bakteri enterik pathogen.
Bakteri enterik patogen adalah bakteri yang umum menginfeksi saluran pencernaan
baik hewan maupun manusia. Bakteri tersebut banyak berasal dari makanan dan air yang
telah terkontaminasi. Bakteri tersebut merupakan kelompok batang Gram negatif yang
banyak dibiakkan di laboratorium klinis dan paling umum menyebabkan penyakit saluran
cerna. Famili yang termasuk bakteri enterik patogen yang sering mengkontaminasi
makanan mencakup beberapa genus, diantaranya E. coli, Salmonella, Shigella,
Enterobacter, Klebsiella, Serratia, Proteus, dan lain-lain.
Enterobacteriaceae adalah suatu family kuman yang terdiri dari sejumlah besar
spesies bakteri yang sangat erat hubungannya satu dengan dengan lainnya. Hidup di usus
besar manusia dan hewan, tanah, air, dan dapat pula ditemukan pada dekomposisi
material. Karena hidupnya yang pada keadaan normal di dalam usus besar manusia,
kuman ini sering disebut kuman enteric atau basel enteric. Sebagian besar kuman enteric
tidak menimbulkan penyakit pada host bila kuman tetap berada di dalam usus besar,
tetapi pada keadaan-keadaan dimana terjadi perubahan pada host atau bila ada
kesempatan memasuki bagian tubuh yang lain, banyak diantara kuman enteric ini mampu
menimbulkan penyakit pada tiap jariangan di tubuh manusia. Salmonella dan Shigella
adalah genus yang bersifat patogen. Anggota-anggota genus yang lain, khususnya
Escherichia dan Enterobacter, dan dalam jumlah yang lebih kecil, Klebsiella dan Proteus
merupakan flora normal pada saluran cerna dan umumnya dianggap avirulen. Bahan
pemeriksaan kuman enteric dapat dari berbagai sumber seperti: feses, usap dubur (rectal
swab), urine, darah, usap tenggorokan, dan sebagainya. Berbagai media dapat digunakan
untuk membiakkan kuman enteric. Specimen yang dapat ditumbuhkan pada media
pengaya, yaitu Selenit Cystein Broth (SCB) sebelum dikultur pada media selektif dan
diferensial seperti MCA, EMB, atau SSA. Pemeriksaan biokimia dapat dilakukan
selanjutnya untuk mengidentifikasi jenis bakteri yang ditemukan.
B. Kultur Feses

Pemeriksaan feses merupakan suatu rangkaian tes yang dilakukan pada sampel
feses atau kotoran yang digunakan untuk membantu dokter memahami dan mengobati
masalah yang terkait dengan saluran pencernaan. Kondisi gangguan pencernaan dapat
disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, maupun parasit, penyakit kanker, serta
adanya masalah penyerapan nutrisi yang tidak baik.
Dalam beberapa kasus, infeksi bakteri adalah salah satu penyebab gangguan
pencernaan sehingga dokter akan merekomendasikan pemeriksaan kultur tinja untuk
mengetahui bakteri bahaya penyebab infeksi melalui sampel tinja atau feses. Kultur tinja
berbeda dari analisis parasit tinja tetapi terkadang diperlukan pemeriksaan
di laboratorium untuk menganalisis tinja seseorang di bawah mikroskop untuk melihat
apakah ada telur dan parasit. Analisis pemeriksaan di laboratorium juga bisa meliputi tes
kimia dan tes mikrobiologis di mana sampel feses yang diperiksa akan dilihat perubahan
warna, jumlah, bentuk, bau, hingga konsistensinya. Hal ini digunakan untuk mengetahui
jenis bakteri penyebab infeksi pada saluran cerna, seperti spesies Campylobacter,
Salmonella, ataupun Shigella.

C. Macam-macam Media
a) Berdasarkan bentuknya, media dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:
 Media Padat

Media padat mengnandung bahan pemadat atau agar sekitar 15% sehinga bentuknya
padat. Menurut bentuk dan wadahnya dibedakan menjadi 3 jenis : media tegak, media
miring dan media lempeng. Pada umumnya media ini dipergunakan untuk
menumbuhkan bakteri maupun jamur. Pada media lempeng agar pada umumnya
digunaka untuk mengisolasi mikrooorganisma oleh karena pada media ini akan
tumbuh isolat atau koloni-koloni bakteri dan jamur yang diduga ada dalam sampel
yang kita kultur. Dengan demikian kita dapat mengidentifikasi secara makroskopis
isolat mikroorganisma tersebut.

 Media Setengah Padat atau Semisolid

Media semisolid merupaka media yang mengandung agar sekitar 0,3-0,4% agar
sehingga konsistensinya menjadi kenyal atau tidak padat dan tidak cair. Pada
umumnya media ini digunakan untuk melihat pergerakan atau motilitas bakteri.
Bakteri memiliki flagela yang digunakan untuk bergerak. Pada media semisolid
bakteri yang memiliki flagela terlihat pertumbuhannya melebar sampai diluar bidang
tusukan. Sebaliknya bakteri yang tidak memiliki flagela pertumbuhannya terbatas
pada bidang tusukan pada waktu melakukan inokulasi.

 Media Cair.

Media cair merupakan media yang tidak ditambahai bahan pemadat atau agar
sehingga konsistensinya cair. Media cair pada umumnya dipergunakan untuk melihat
sifat pertumbuhan bakteri seperti keruh uniform, membentuk endapan berpasir atau
membentuk untaian rambut atau caput medusae.

b) Berdasarkan kegunaannya, media dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu:


 Media Umum
Media umum merupakan media padat yang mengandung bahan-bahan semi alamiah,
digunakan untuk pembiakan secara umum mengandung unsur-unsur untuk
pertumbuhan mikroorganisme secara umum tanpa mengandung unsur penghambat
tertentu. Dapat digunakan untuk menumbuhkan bakteri dan jamur.
 Media Transport
Media transport adalah media yang digunakan untuk membawa spesimen dari suatu
tempat ke tempat lain, agar mikroba yang ada di dalamnya (akan diperiksa), tetap
terjaga kehidupannya sehingga memudahkan untuk mendiagnosis atau untuk
keperluan lain.
 Media Diperkaya
Media diperkaya/media kaya adalah media yang ditambahkan zat-zat organik yang
diperoleh dari makhluk hidup misal darah, telur dan lain-lain. Media ini
dipergunakan untuk pertumbuhan bakteri yang tidak dapat tumbuh pada media
sederhana.
 Media Selektif
Media pembiakan selektif mendukung pertumbuhan mikroorganisme jenis tertentu
dan menghambat pertumbuhan flora campuran lain. Selektifitas ini diperoleh dengan
menambahkan bahan kimia, pewarna, atau antibiotik pada media.
 Media biokimiawi dan gula-gula
Media biokimiawi dan gula-gula merupakan media yang digunakan untuk
mengetahui sifat- sifat karakteristik mikroorganisma dengan cara melakukan
inokulasi pada beberapa media tertentu. Secara konvensional media ini digunakan
untuk identifikasi sifat-sifat biokimiawi yang khas dari mikroorganisma tertentu.
Beberapa contoh media yang sering digunakan dalam mikrobiologi:

Anda mungkin juga menyukai