Untuk kegunaan kultur mikrobiologi digunakan agar yang berasal dari rumput laut. Yang lebih murah adalah
guar gum, dan bisa digunakan untuk mengisolasi dan memelihara thermophiles.
Kultur bakteri
Kultur bakteri dapat ditumbuhkan pada cawan petri berbagai ukuran yang terisi lapisan agar. Setelah agar
dikenai bakteri (inokulasi), maka cawan petri diinkubasi pada temperatur yang optimum untuk pengembiakan
bakteri tertentu (biasanya 37 derajat Celsius untuk kultur dari manusia atau hewan, atau lebih rendah untuk
kultur lingkungan).
Cara lain dari kultur bakteri adalah kultur cair (liquid culture), dimana bakteri yang dinginkan direndam dalam
cairan kaldu (liquid broth), yang merupakan media bernutrisi. Hal ini ideal untuk persiapan antimicrobial
assay. Peneliti akan menginokulasi cairan kaldu dengan bakteri dan membiarkannya berkembang semalaman
(mungkin diperlukan penggoyang/shaker agar bakeri tumbuh seragam). Kemudian dilakukanlah tes dengan
berbagai macam obat atau protein (antimicrobial peptides) untuk melihat keampuhan dari tiap-tiap obat.
Sebagai pilihan, ahli mikrobiologi dapat menggunakan kultur cair statis dimana tidak diperlukan penggoyang,
tetapi perlu pemberian oksigen yang cukup untuk mikrob tertentu.[2]
Di Indonesia
Di Indonesia, di Laboratorium Klinik banyak dilakukan Kultur bakteri dengan biaya -/+ Rp 500,000. Mahal,
tetapi mungkin diperlukan untuk mengatasi Resistensi obat berganda dimana menggunakan berbagai macam
obat antibiotik, tetapi penyakitnya tidak sembuh-sembuh. Sebenarnya menunggu hingga penyakitnya tidak
sembuh-sembuh sudah salah besar, karena menghabiskan dana dan juga tidak baik bagi kesehatan, karena
minum berbagai macam obat antibiotik tanpa hasil. Yang terbaik adalah (apalagi jika penyakitnya kronis),
maka sebelum obat pertama antibiotik diminum, dilakukan kultur terlebih dahulu. Hasil kultur bisa didapatkan
antara 5-7 hari. Selain jenis bakterinya, juga akan diketahui obat apa saja yang sudah resisten (tidak mempan)
dan obat yang masih sensitif (mempan), hasil ini dicocokkan dengan obat antibiotik yang sudah kita minum,
jika tidak tepat, maka obat antibiotik yang masih ada harus dihentikan dan diganti dengan yang masih sensitif
dengan memperhatikan segenap efek sampingnya. Kultur bakteri ini perlu untuk mengatasi penyakit Infeksi
saluran kemih yang berulang dimana tiap kali sakit bakterinya bisa berbeda-beda, juga untuk mengatasi
sinusitis yang biasanya memerlukan pengobatan jangka panjang (lebih dari satu minggu), sehingga obat yang
paling tepatlah yang harus dipilih. Untuk terduga tuberkulosis, juga diperlukan pemeriksaan kultur bakteri
untuk mengetahui apakah benar bakteri TB yang menginfeksi, demikian pula perlu diketahui obat apa yang
masih mempan (pengobatan TB sedikitnya perlu 6 bulan secara kontinu).[3]
Referensi
1. ^ Healthwise, Incorporated (2010-06-28). "Throat Culture". WebMD. Diakses tanggal
2013-03-10.
2. ^ Old, D.C.; Duguid, J.P. (1970). "Selective Outgrowth of Fimbriate Bacteria in Static Liquid
Medium". Journal of Bacteriology. American Society for Microbiology. 103 (2): 447–456.
PMID 248102.
3. ^ Ricky Reynald Yulman (1 April 2015). "TB, Bakteri Lebih Cepat Terdeteksi".
Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi-BerbagiSerupa Creative Commons; ketentuan tambahan mungkin berlaku. Lihat
Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.