Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM

Mikrobiologi Terapan
LATIHAN 2
Pengaruh Ekstrak Tanaman Daun Kencur (Kaempferia galanga L.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Salmonella typhi

Oleh:

Nama : Henni Meilany NIM : 34 2009 231 Kelas : IV Biologi E Dosen : Susi Dewiyeti, S.Si, M.Si

LABORATORIUM BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG 2011

A. PRAKTIKUM KE B. JUDUL

: 2 (Dua) : Pengaruh Ekstrak Tanaman Daun Kencur (Kaempferia galanga L.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Salmonella typhi.

C. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Banyaknya berbagai gejala penyakit kini telah mewabah diseluruh dunia, tidak hanya Negara-negara berkembang saja, akan tetapi mewabah dan bahkan menjadi edemik bagi Negara-negara maju. Semakin pesatnya arus kecanggihan teknologi, menjadikan bakteri dan berbagai bibit penyakit ikut berevolusi, membawa bibit penyakit. Apabila keadaan ini tidak segera ditangani secara bijak maka dapat mengancam kesehatan tubuh. Penyakit infeksi mungkin merupakan penyakit yang banyak diderita masyarakat Indonesia sejak dulu. Pada zaman sekarang penyakit infeksi dapat ditanggulangi menggunakan obat modern di antaranya antibiotik. Zaman dahulu bahan modern ini tidak dikenal dan masyarakat pada waktu itu tergantung pada berbagai bahan yang diperoleh di sekitar rumah, termasuk pekarangan atau hutan sekitarnya. Dari berbagai catatan diketahui berbagai tanaman yang digunaka untuk mengatasi keluhan yang mungkin sekali disebabkan kuman (infeksi). Dapat disimpulkan masyarakat masih mengandalkan alam sekitar untuk menanggulangi penyakit yang sangat mungkin disebabkan oleh penyebran kuman. Terlihat cara ini memang kuno, akan tetapi selain obat modern belum dapat mencapai daerah jauh, apalagi penggunaan antibiotika yang harus dengan resep dan harga yang mahal, tidak bisa menjadi suatu kepuasan masyarakat dalam membijaki hal tersebut. Di balik itu, bila diingat bahwa bentuk zat aktif berbagai obat modern berasal dari alam, contoh atropin, digitalis, antibiotik. Penisilin juga merupakan hasil alam, maka dapat direnungkan bahwa obat dari alam yang digunakan secara tradisional mungkin saja mempunyai dasar kebenaran yang belum banyak dibeberkan. Andai kata bahan-bahan di atas tidak menolong, mungkin sudah lama ditinggalkan. Untuk inilah dicoba merekam pembuktian khasiat eksperimental,

khususnya pembuktian daya antibakteri, daya antimikroba, daya menghambat pertumbuhan kuman atau pembuktian dengan nama lain yang menjurus kepada khasiat anti bakteri. Penyakit infeksi yang banyak diderita masyarakat di antaranya; infeksi usus, antara lain karena Staph. aureus, E. coli, Salmonella typhi, Vibrio cholerae, infeksi lambung seperti Staph. aureus, infeksi kulit karena Staph. aureus, Pseudomonas aeruginosa dan sebagainya. Penentuan daya anti bakteri dapat dilakukan dengan menentukan adanya daya hambat pertumbuhan bakteri atau dilanjutkan dengan menentukan potensi daya hambat dengan membandingkan dengan antibiotika atau dengan

menentukan koefisien fenol. Untuk ini dilakukan percobaan menggunakan plat agar dengan cara menggunakan cakram yang mengandung sejumlah antibiotik, atau dengan menentukan penghambatan pertumbuhan dengan menentukan kekeruhan atau dengan turbidimetri, atau dengan menentukan konsentrasi terendah yang menghambat pertumbuhan (MIC= minimal inhibition concentration) atau

konsentrasi terendah yang mematikan kuman (MLC= minimal lethal concentration). Bentuk bahan yang diuji dapat berupa bentuk sediaan yang digunakan secara empirik, seperti tumbukan, perasan, seduhan, rebusan ekstrak tanaman baik itu daun, rimpang, biji ataupun akar tanaman, dan sebagainya. Percobaan pendahuluan ini dilanjutkan dengan bentuk sediaan yang diperoleh dengan penyaringan menggunakan berbagai penyaring seperti etanol, metanol, etil-asetat, eter minyak tanah, kioroform, dikiorometana atau campuran bahan ini dengan berbagai perbandingan. Langkah lebih maju adalah dengan mencoba zat-zat murni dari tanaman. Penelitian daya antibakteri tanaman obat merupakan jenis penelitian terbanyak dilakukan di Indonesia. Tanaman merupakan sumber kekayaan alam yang sangat berpotensial di Indonesia. Salah satu manfaat yang dapat diambil dari tanaman adalah khasiat sebagai obat dari bagian tanaman seperti daun, bunga, biji atau buah,,kulit pohon, hingga akar. Pendayagunaan obat asal tanaman akan memberikan keuntungan yang besar bagi masyarakat dibandingkan dengan obat-obat sintetis, karena biaya pengobatan akan lebih murah. Penelitian tentang aplikasi tanaman obat di Indonesia masih sangat terbatas dibandingkan dengan negara lain. Sebagian besar masyarakat mengenal bentuk racikan obat tanaman atau jamu. Beberapa

penelitian tanaman

obat yang digunakan sebagai anti mikroorganisma agen

penyakit telah mulai dilakukan secara in vitro, dalam dalam hal ini penelitian untuk obat anti jamur dari sejumlah tanaman telah dilaporkan (Gholib dan Darmono, 2007).

2. Tujuan Praktikum Adapun tujuan dilaksaanakannya praktikum ini adalah: a. Untuk mengetahui pengaruh ekstrak tanaman Daun Kencur terhadap pertumbuhan Bakteri Salmonella typhi b. Untuk mengetahui luas zona sensitifitas.

D. DASAR TEORI

Pada umumnya jika kita mendengar kata bakteri yang langsung terbayang adalah makhluk amat kecil yang berbahaya karena menyebabkan berbagai penyakit. Di seluruh dunia, demam tifoid mempengaruhi sekitar 17 juta orang setiap tahun, menyebabkan hampir 600.000 kematian. Agen penyebabnya adalah bakteri

Salmonella enterica typhi (disebut sebagai Salmonella typhi dari sekarang), adalah parasit obligat yang tidak memiliki reservoir alami yang dikenal di luar manusia. Tifoid berasal dari bahasa Yunani yang berarti smoke, karena terjadi penguapan panas tubuh serta gangguan kesadaran disebabkan demam yang tinggi. Penularan penyakit ini hampir selalu terjadi melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh kuman tifoid. Penularan penyakit ini terjadi karena makanan dan minuman, urin atau feases manusia yang tercemar kuman tifoid. Kuman masuk ke dalam tubuh bersama makanan atau minuman yang tercemar melalui lambung, kelenjar limfoid, usus halus dan kemudian masuk ke dalam peredaran darah. Bakteri tersebut masuk ke dalam peredaran darah berlangsung singkat, terjadi 24 72 jam tetapi belum menimbulkan gejala. Setelah akhir masa inkubasi 120 216 jam bakteri tersebut melepaskan endotoksin, menyebar ke seluruh tubuh dan menimbulkan gejala demam tifoid. Penyebab penyakit Typus ( Hepatitis A atau dulu orang menyebutnya sbg penyakit kuning krn seluruh tubuh si penderita berwarna kekuningan) adalah bakteri bernama Salmonella typhi.

Sumber penyebab hepatitis, lebih banyak disebabkan kuman yang menempel di bekas cucian gelas, sendok, piring dan sebagainya dengan kondisi air cucian yang tak diganti, tangan yang kotor. Bakteri ini umumnya terdapat dalam makanan yang sudah basi, daging mentah, maupun kotoran. Ciri-ciri umum orang terkena typus adalah awalnya pusing seperti mau flu, demam disertai nyeri, mual dan lemas, panas, perut terasa mual dan sebah (penuh), badan terasa tidak enak dan lekas capek. Salmonella typhi merupakan bakteri penyebab diare yang disertai demam tifoid (tifoid fever) yang diawali demam lebih dari seminggu dan kondisi tubuh seseorang seperti akan menderita flu. Demam sukar turun walau sudah minum obat dan disertai nyeri kepala yang hebat.

Klasifikasi Salmonella typhi Kelas Ordo Family Genus Species : Psilopsida : Psilotales : Psilotaceae : Salmonella : Salmonella typhi

Habitat Inang bagi Salmonella adalah usus halus manusia dan hewan. Makanan dan minuman terkontaminasi merupakan mekanisme transmisi kuman Salmonella dan carrier adalah sumber infeksi. Salmonella typhi bisa berada dalam air, es, debu, sampah kering yang bila organisme ini masuk ke dalam vehicle yang cocok (daging, kerang dan sebagainya) akan berkembang biak mencapai dosis infekti. Dimensi Bakteri berbentuk batang, tidak berspora dan tidak bersimpai tetapi mempunyai flagel feritrik (fimbrae), pada pewarnaan gram bersifat gram negatif, ukuran 2 - 4 mikrometer x 0.5 - 0.8 mikrometer dan bergerak. Salmonella typhi merupakan bakteri fakultatif intraseluler. Salmonella juga memiliki dua pathogenicity island yaitu SPI-1 dan SPI-2. SP-2 mengandung gen esensial untuk infeksi sistemik, replikasi intraseluler dan TTSS (type III secretion system) yang melindungi bakteri untuk tetap hidup dari proses degradasi. Potensi Demam tifoid yang disebabkan oleh Salmonella typhi merupakan penyakit sistemik, bersifat endemik, dan masih merupakan problema kesehatan diberbagai Negara berkembang di dunia. Salmonella typhi memiliki protein adhesin type-] fimbriae sebagai faktor virulensi yang berpotensi imunogenik untuk membentuk SigA protektif guna menghambat proses adhesi dan kolonisasi sehingga tahap awal infeksinya dapat dicegah. Fisiologis Pada umumnya isolat kuman Salmonella dikenal dengan sifat sifat, gerak positif, reaksi fermentasi terhadap manitol dan sorbitol positif dan memberikan hasil negatif pada reaksi indol, laktosa, Voges Praskauer dan KCN. Sebagian besar isolat Salmonella yang berasal dari bahan klinik menghasilkan H2S. Samonella thypi hanya membentuk sedikit H2S dan tidak membentuk gas pada fermentase glukosa. Untuk membijaki keadaan tersebut banyak para ilmuan melakukan berbagai penelitian dalam menemukan berbagai obat-obatan yang bersifat herbal untuk mengatasi permasalahan tersebut, yakni dengan melakuakn percobaan dalam membuat ekstrak tanaman sebagai zat anti mikroba sebagai daya hambatnya. Berbagai jenis penyakit yang menyerang tubuh manusia mulai dari ujung kaki sampai seluluh tubuh. Hampir semua bagian tubuh manusia diserang oleh mikroba patogen yang menyebabkan banyak jenis penyakit (Suriawiria, 1986: 210). Bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Samonella typhi merupakan jenis bakteri patogen yang menimbulkan penyakit. Penelitian yang dilakukan oleh Tewtrakul (2005)

membuktikan bahwa minyak atsiri rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Gram positif yaitu Staphylococus aureus ATCC 25925, Streptococcus faecalis dan Bacillus subtilis dan bakteri Gram negatif yaitu Salmonella typhi, Shigella flexneri, Escherichia coli ATCC 25922. Kencur merupakan temu kecil yang tumbuh subur di daerah dataran rendah atau pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak terlalu banyak air. Kencur (Kaempferia galanga) termasuk suku tumbuhan Zingiberaceae dan digolongkan sebagai tanaman jenis empon-empon yang mempunyai daging buah paling lunak dan tidak berserat. Rimpang kencur mempunyai aroma yang spesifik, daging buah kencur berwarna putih dan kulit luarnya berwarna coklat. Jumlah helaian daun kencur tidak lebih dari 2-3 lembar dengan susunan berhadapan. Bunganya tersusun setengah duduk dengan mahkota bunga berjumlah antara 4 sampai 12 buah, bibir bunga berwara lembayung dengan warna putih lebih dominan. Tumbuhan ini tumbuh baik pada musim penghujan. Kencur dapat ditanam dalam pot atau di kebun yang cukup sinar matahari, tidak terlalu basah dan di tempat terbuka. Nama tanaman ini antara lain adalah Kencur (indonesia, Jawa), Cikur (sunda), Ceuko (Aceh), Kencor (Madura), Cekuh (Bali), Kencur, sukung (Minahasa), Sauleh, Soul, Umpa (Ambon), Cekir (Sumba), Cekur (Malaysia), Pro hom (Thailand). Kencur memiliki kandungan kimia yaitu rimpang Kencur mengandung pati (4,14 %), mineral (13,73 %), dan minyak atsiri (0,02 %) berupa sineol, asam metil kanil dan penta dekaan, asam cinnamic, ethyl aster, asam sinamic, borneol, kamphene, paraeumarin, asam anisic, alkaloid dan gom. Kencur (Kaempferia galanga L.) sudah sejak lama dikenal dan ditanam di Indonesia. Tanaman kencur mempunyai kegunaan tradisional dan sosial cukup luas dalam masyarakat Indonesia (Rukmana, 1994: 10). Rimpang tanaman kencur mempunyai khasiat obat antara lain untuk menyembuhkan batuk dan mengeluarkan dahak (ekspektoansia), mencuci luka yang bernanah, borok atau kudis (Afriatini, 2001: 14). Khasiat lain dari kencur adalah untuk mengobati diare dan menghilangkan darah kotor (Ramadoni, 2008).

Berikut adalah klasifikasi dari tanaman kencur Kerajaan: Plantae Divisi: Kelas: Ordo: Famili: Magnoliophyta Liliopsida Zingiberales Zingiberaceae

Upafamili: Zingiberoideae Genus: Spesies: Kaempferia Kaempferia galanga

Kencur merupakan terna (tumbuhan dengan batang lunak tidak berkayu atau hanya mengandung jaringan kayu sedikit sekali) kecil yang cocok ditanam di tanah yang relatif gembur dan tidak terlalu banyak air. Dia hidup di dataran rendah sampai sedang (50-600 m dpl) dengan suhu berkisar 26-30C. Daging buah berwarna putih dan kulit luarnya berwarna coklat. Jumlah helaian daun kencur tidak lebih dari 2-3 lembar dengan susunan berhadapan. Selain ditanam di kebun, kencur juga dapat ditanam di dalam pot. Belakangan, selain ditanam di halaman sebagai apotek hidup sekaligus juga dimanfaatkan sebagai tanaman hias. Bidang farmakologi melaporkan, rimpang atau rizoma kencur yang

mempunyai aroma yang spesifik tersebut mengandung komposisi pati (4,14 %), mineral (13,73 %), dan minyak atsiri (0,02 %) berupa sineol, asam metil kanil dan penta dekaan, asam sinamat, etil ester, asam sinamic, borneol, kamphene, paraeumarin, asam anisat, alkaloid dan gom. Ekstrak methanol dari tanaman ini menunjukkan aktivitas melawan Toxocara canis (sejenis cacing parasit penyebab penyakit toksokariasis) dan efektif melawan tiga spesies yang menyebabkan granulomatous amoebic encephalitis (penyakit sistem syaraf pusat) dan amoebic keratitis (bakteri yang menyebabkan infeksi di kornea mata

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas Jember. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode difusi agar dengan sumuran dengan kontrol positif tetrasiklin 0,01% dan kontrol negatif tween 80 1%. Konsentrasi yang digunakan adalah konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, dan 100%. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 kali pengulangan. Analisis data dengan uji regresi untuk melihat pengaruh ekstrak etanol rimpang kencur terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Salmonella typhi, One-Way ANOVA menggunakan SPSS versi 15 for Windows, untuk menguji perbedaan diantara semua pasangan perlakuan dilanjutkan dengan uji Duncan dengan =0,05. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa Konsentrasi Hambatan Minimum (KHM) ekstrak etanol rimpang kencur terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli adalah pada konsentrasi 3%, Konsentrasi Hambatan Minimum (KHM) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus adalah pada konsentrasi 2%, sedangkan Konsentrasi Hambatan Minimum (KHM) terhadap pertumbuhan bakteri Salmonella typhi adalah pada konsentrasi 2%. Berdasarkan hasil analisis uji regresi (Tabel 4.4, Tabel 4.5, dan Tabel 4.6) menunjukkan bahwa nilai signifikan sebesar 0,000<0,05 pada Escherichia coli, nilai signifikan sebesar 0,000<0,05) pada Staphylococcus aureus, nilai signifikan sebesar 0,000<0,05) pada Salmonella typhi. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh ekstrak etanol rimpang kencur terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Salmonella typhi. Berdasarkan uji ANOVA (Tabel 4.7, Tabel 4.9, Tabel 4.11, dan Tabel 4.13) pada bakteri Escherichia coli dengan nilai signifikan sebesar 0,000<0,05), pada bakteri Staphylococcus aureus dengan nilai signifikan sebesar 0,000<0,05), pada bakteri Salmonella typhi dengan nilai signifikan sebesar 0,000<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antar konsentrasi ekstrak etanol rimpang kencur terdahap pertumbuhan bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Salmonella typhi. Berdasarkan uji ANOVA (Tabel 4.16) untuk melihat perbedaan daya hambat ekstrak etanol rimpang kencur terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli, Satphylococcus aureus, dan Salmonella typhi, nilai signifikan sebesar 0,001 <0,05)

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pertmbuhan bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Salmonella typhi. Kesimpulan dari hasil analisis dan pembahasan adalah ekstrak etanol rimpang kencur mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Salmonella typhi. Ekstrak etanol rimpang kencur lebih efektif menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus daripada bakteri Escherichia coli dan Salmonella typhi (rerata daya hambat pertumbuhan

Staphylococcus aureus > rerata daya hamabat pertumbuhan Salmonella typhi dan Escherichia coli), sedangkan ekstrak etanol rimpang kencur lebih efektif menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhi daripada bakteri Escherichia coli (rerata daya hambat pertumbuhan Salmonella typhi > rerata daya hambat pertumbuhan Escherichia coli).

Penyakit yang Dapat Diobati : Radang Lambung, Radang anak telinga, Influenza pada bayi; Masuk angin, Sakit Kepala, Batuk, Menghilangkan darah kotor; Diare, Memperlancar haid, Mata Pegal, keseleo, lelah;

Pemanfaatan : 1. Radang Lambung Bahan: 2 rimpang kencur sebesar ibu jari. Cara membuat: kencur dikuliti sampai bersih dan dikunyah; Cara menggunakan: ditelan airnya, ampasnya dibuang, kemudian minum 1 gelas air putih, dan diulangi sampai sembuh.

2. Radang Anak Telinga Bahan: 2 rimpang kencur sebesar ibu jari dan biji buah pala. Cara membuat: kedua bahan tersebut ditumbuk halus dan diberi 2 sendok air hangat; Cara menggunakan: dioleskan/dibobokkan di seputar hidung.

3. Influenza pada bayi Bahan: 1 rimpang kencur sebesar ibu jari dan 2 lembar daun kemukus (lada berekor/ Cubeb) Cara membuat :kedua bahan tersebut ditumbuk halus, kemudian ditambah beberapa sendok air hangat. Cara menggunakan: dioleskan/dibobokkan di seputar hidung.

4. Masuk Angin Bahan: 1 rimpang kencur sebesar ibu jari dan garam secukupnya. Cara membuat: kencur dikuliti bersih. Cara menggunakannya: kencur dimakan dengan garam secukupnya,

kemudian minum 1 gelas air putih.Dapat dilakukan 2 kali sehari.

5. Sakit Kepala Bahan: 2-3 lembar daun kencur. Cara membuat: daun kencur ditumbuk sampai halus. Cara menggunakannya: dioleskan (sebagai kompres/pilis) pada dahi.

6. Batuk a.Bahan: 1 rimpang kencur sebesar ibu jari dan garam secukupnya.

Cara membuat : kencur diparut, kemudian ditambah 1 cangkir air hangat, diperas dan disaring. Cara menggunakan : diminum dengan ditambah garam secukupnya. b.Bahan : 1 rimpang kencur sebesar ibu jari. Cara membuat : kencur dikuliti sampai bersih dan dikunyah;

Cara menggunakan : airnya ditelan, ampasnya dibuang. Dilakukan setiap pagi secara rutin.

7. Diare a. Bahan : 2 rimpang kencur sebesar ibu jari dan garam secukupnya. Cara membuat : kencur diparut, kemudian ditambah 1 cangkir air hangat, diperas dan disaring. Cara menggunakan : diolsekan pada perut sebagai bedak.

b. Bahan : 2 rimpang kencur sebesar ibu jari dan garam secukupnya. Cara membuat : kencur diparut, kemudian ditambah garam secukupnya. Cara menggunakan : dioleskan pada perut sebagai bedak.

8. Menghilangkan Darah Kotor Bahan : 4 rimpang kencur sebesar ibu jari, 2 lembar daun trengguli, 2 biji cengkeh kering, adas pulawaras secukupnya. Cara membuat : semua bahan tersebut direbus bersama dengan 1 liter air sampai mendidih kemudian disaring. Cara menggunakan : diminum 2 kali sehari secara teratur.

9. Memperlancar haid Bahan : 2 rimpang kencur sebesar ibu jari, 1 lembar daun trengguli, 1 biji buah cengkeh tua, adas pulawaras secukupnya. Cara membuat : kencur dicincang, kemudian dicampur dengan bahan lain dan direbus bersama dengan 3 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 2 gelas, kemudian disaring. Cara menggunakan : diminum sekali sehari 2 cangkir.

10. Mata Pegal Bahan : 1 potong rimpang Cara membuat : kencur dibelah menjadi 2 bagian. Cara menggunakan : permukaan yang masih basah dipakai untuk menggosok pelupuk mata.

11. Keseleo Bahan : 1 rimpang kencur dan beras yang sudah direndam air. Cara membuat : kedua bahan tersebut dipipis dan air secukupnya.

Cara menggunakan : dioleskan/digosokan pada bagian yang keseleo sebagai bedak.

12. Menghilangkan Lelah. Bahan : 1 rimpang besar kencur, 2 sendok beras digoreng tanpa minyak (sangan) dan 1 biji cabai merah. Cara membuat : semua bahan tersebut direbus bersama dengan 2 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas, kemudian disaring. Cara menggunakan : diminum sekaligus dan diulangi sampai sembuh. Untuk orang pria dapat ditambah dengan 1 potong lengkuas dan tepung lada secukupnya.

Ekstraksi Tanaman Sebagai Zat Anti Mikroba

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya.Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi. Ekstraksi berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut dalam pelarut. Namun sering juga digunakan pada padatan yang larut karena efektivitasnya. Seringkali campuran bahan padat dan cair (misalnyabahan alami) tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau termis yang telah dibicarakan. Misalnya saja,karena komponennya saling bercampur secara sangat erat,

peka terhadap panas,beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia dalam konsentrasi yang terlalu rendah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah: 1. Tipe persiapan sampel 2. Waktu ekstraksi 3. Kuantitas pelarut 4. Suhu pelarut 5. Tipe pelarut

Filtrasi (Penyaringan) Beberapa bahan, khususnya fluida biologis seperti serum hewan, larutan substansi seperti enzim, serta beberapa vitamin atau antibiotik bersifat termolabil, yang artinya mudah rusak oleh panas. Demikian pula, sarana fisik seperti radiasi dapat merusak bahan-bahan tersebut atau pada kasus lain tidaklah praktis untuk mensterilkan bahan-bahan tertentu. Sejalan dengan hal tersebut maka pilihan yang ada untuk mensterilkannya ialah dengan cara filtrasi. (Pelczar dan Chan, 2009 : hal 2477). Sterilisasi dengan penyaringan dilakukan untuk mensterilisasi cairan yagn mudah rusak jika terkena panas atu mudah menguap (volatile). Cairan yang disterilisasi dilewatkan ke suatu saringan (ditekan dengan gaya sentrifugasi atau pompa vakum) yang berpori dengan diameter yang cukup kecil untuk menyaring bakteri. Virus tidak akan tersaring dengan metode ini. (Saurus, ekmon. 2008. Sterilisasi. Online).

Gambar 2.8 Peralatan pada teknik filtrasi membrane

(Sumber www.http://ekmon-saurus.blogspot.com/2008/11/bab-3-sterilisasi.html)

Sterilisasi dengan penyaringan dapat dilakukan dengan berbagai cara : 1. Non-disposable filtration apparatus y Disedot dengan pompa vakum y Volume 20-1000 ml

Gambar 2.9 Non-disposable filtration apparatus (Sumber: http://ekmon-saurus.blogspot.com/2008/11/bab-3-sterilisasi.html)

Cara kerja menggunakan Non-disposable filtration apparatus: y Sterilkan saringan (dapat menggunakan saringan Bekerfeld, Chamberland Zeitz), membran penyaring (kertas saring) dan erlenmeyer penampung. y Pasang atau rakit alat-alat tersebut secara aseptis (sesuai gambar), lalu isi corong dengan larutan yang akan disterilkan. y Hubungkan katup erlenmeyer dengan pompa vakum kemudian hidupkan pompa. y Setelah semua larutan melewati membran filter dan tertampung dierlenmeyer, maka larutan dapat dipindahkan kedalam gelas penampung lain yang sudah steril dan tutup dengan kapas atau aluminium foil yang steril.

2. Disposable filter cup unit y Disedot dengan pompa vakum

y Volume 15-1000 ml

Gambar 2.10 Disposable filter cup unit (Sumber: http://ekmon-saurus.blogspot.com/2008/11/bab-3-sterilisasi.html)

3. Disposable filtration unit dengan botol penyimpan y Disedot dengan pompa vakum y Volume 15-1000 ml

Gambar 2.11 Disposable filtration unit dengan botol penyimpan (Sumber: http://pasangkayuhijau.blogspot.com/2011_02_20_archive.html)

4. Syringe filters y Ditekan seperti jarum suntik y Volume 1-20 ml

Gambar 2.12 Syringe filters (Sumber: http://www.isss.biz/Export/Filters-Pall-Acropak-Syringe-Filters.asp)

5. Spin filters

y Ditekan dengan gaya setrifugasi y Volume kurang dari 1 ml

Gambar 2.13 Spin filters (Sumber: http://www.e-lspi.com/products/6426-pvdf-micro-spin-filter-units.aspx)

Alkohol Sebagai Pelarut Alkohol adalah turunan hidrokarbon yang satu atau lebih atom H-nya diganti dengan gugus hidroksil. Alkohol dibagi atas 3 golongan, yaitu alkohol primer, sekunder,

dan tersier. Alkohol merupakan zat tidak berwarna. Alkohol suku rendah (sampai C3) adalah cairan encer yang dapat tercampur dengan air dalam segala perbandingan. Alkohol suku sedang menyerupai minyak. Semakin panjang rantai atom C semakin rendah kelarutannya dalam air. Senyawaan C12 dan lebih tinggi berupa padatan yang tidak larut. Makin panjang rantai C makin tinggi titik cair dan titik didih Turunan alkohol adalah metanol atau metil alkohol (CH3OH) ditemukan tahun 1661 oleh Robert Boyle diantara senyawaan yang terbentuk pada penyulingan kering kayu. Metanol murni berupa cairan tidak berwarna, baunya menyerupai alkohol dan rasanya tajam. Larut dalam air dan pelarut organik. Bila dibakar nyalanya tidak bercahaya dan kebiru-biruan. Metanol sangat beracun, bila diminum selain dapat memabukkan juga dapat mengakibatkan kebutaan. Dahulu metanol terdapat pada penyulingan kering kayu. Bila kayu dipanaskan dalam retor dari besi pada suhu 300'C, maka dalam retor itu tinggal arang kayu, sedangkan sulingan selain dari CO terdiri dari 2 fasa cair yang tidak dapat bercampur. Metanol tidak murni sering disebut spiritus-kayu (wood spirit). Metanol digunakan sebagai pelarut, untuk membuat pernis, industri zat warna, sebagai bahan untuk membuat metanal, sebagai tambahan pada bensin, dan untuk mengawasifatkan etanol. Etanol atau etilalkohol (C2H5OH) telah lama diketahui manusia, berkat pembentukannya pada peragian buah yang mengandung sakar. Etanol adalah cairan jernih yang larut dalam air dan berbau khas, nyalanya berwarna biru. Etanol banyak dibuat dengan peragian sakar, misalnya glukosa. Etanol digunakan di lab dan dalam teknik sebagai pelarut, untuk membuat senyawaan organik, untuk membuat karet sintesis, sebagai bahan bakar, untuk membuat cuka, chloroform, iodoform, dan untuk campuran minuman.

PROSEDUR INOKULASI DAN PEREMAJAAN BIAKAN PADA MEDIUM PADAT DAN CAIR Inokulasi adalah menanam inokulan secara aseptis kedalam media steril baik pada media padat maupun media cair. Inokulasi merupakan bahan yang mengandung mikroba atau biakan mikroba baik dalam keadaan cair maupun padat. Biakan murni

adalah menumbuhkan bakteri dalam suatu biakan yang mana di dalamnya hanya terdapat bakteri yang dibutuhkan tanpa adanya kontaminasi dari mikroba lain. Untuk melakukan hal ini, haruslah di mengerti jenis- jenis nutrien yang disyaratkan bakteri dan juga macam lingkungan fisik yang menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhan bakteri tersebut (Pelczar, 2009). Biakan murni diperlukan untuk keperluan diagnostik, karakterisasi

mikroorganisme, industri farmasi dan kegiatan lainnya. Untuk memperoleh biakan murni diperlukan teknik kerja aseptis untuk mencegah terjadinya kontaminasi dengan biakan yang mungkin bersifat pathogen.

Gambar 3. Memindahkan Biakan Secara Aseptis (Sumber: Saurus, 2008)

Saran-saran Kerja Aseptis: a) Sebelum membuka ruangan atau bagian steril di dalam tabung/cawan/Erlenmeyer sebaiknya bagian mulut (bagian yang memungkinkan kontaminan masuk) dibakar/dilewatkan api terlebih dahulu. b) Pinset, batang L, dll dapat disemprot dengan alkohol terlebih dahulu lalu dibakar. c) Ujung jarum inokulum yang sudah dipijarkan harus ditunggu dingin dahulu atau dapat ditempelkan tutup cawan bagian dalam untuk mempercepat transfer panas yang terjadi. d) Usahakan bagian alat yang diharapkan dalam kondisi steril didekatkan ke bagian api. e) Jika kerja di Safety Cabinet tidak perlu memakai pembakar bunsen tetapi jika di luar Safety Cabinet maka semakin banyak sumber api maka semakin terjamin kondisi aseptisnya

Gambar 4. Memindahkan Biakan Secara Aseptis (Sumber: Saurus, 2008)

Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan Media agar (nutrisi) yang diperlukan substrat mikroorganisme sangat untuk

pertumbuhannya.

merupakan

yang

baik untuk

memisahkan campuran mikroorganisme sehingga masing-masing jenisnya menjadi terpisah-pisah. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Teknik yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme pada media agar memungkin-kan mikroba tumbuh dengan agak berjauhan dari sesamanya, juga memungkinkan setiap selnya berhimpun membentuk koloni.
Teknik Isolasi memindahkan mikrobia tersebut dari lingkungannya di alam dan menumbuhkan sebagai biakan murni dalam medium buatan. Cara-cara Isolasi Teknik Goresan (streak plate method) Teknik taburan (pour plate method) Teknik Sebaran ( spread method) Teknik Goresan (streak plate method) Menghasilkan koloni terpisah Media agar4 digores dg ose yg berisi koloni bakteri/ jamur Teknik taburan (pour plate method) Pen gen cer a n be rtingk at Inokulum diteteskan di petridis 4 dituang media Kol o n i t e rp isa h

Plat Agar Warna media sebelum di inkubasi adalah kuning, dan setelah di inkubasi warna media menjadi bening dan terdapat koloni bakteri Staphilococcus aureus berwarna putih. Perubahan warna yang terjadi pada media disebabkan karena bakteri telah menyerap nutrisi dari media. Pertumbuhan bakteri terjadi dalam inkubator pada suhu konstan 370C karena itu merupakan suhu optimum untuk pertumbuhan bakteri.

Agar miring Warna media sebelum di inkubasi adalah kuning, dan setelah di inkubasi warna media menjadi kuning pudar dan terdapat koloni bakteri Staphilococcus aureus berwarna putih mengikuti arah goresan dan tersebar di bagian ujung. Perubahan warna yang terjadi pada media disebabkan karena bakteri telah menyerap nutrisi dari media. Pertumbuhan bakteri lebih banyak terlihat pada awal goresan dan hanya sedikit pertumbuhan pada akhir goresan.

Agar Tegak Warna media sebelum di inkubasi adalah kuning, dan setelah di inkubasi warna media menjadi kuning pudar dan terdapat koloni bakteri Staphilococcus aureus berwarna putih, terdapat gelembung dipermukaan. Hal ini menandakan bahwa bakteri tersebut bersifat aerob. Pada bekas tusukan terdapat bakteri. Hal ini menunjukan

bakteri bersifat aerob fakultatif. Perubahan warna yang terjadi pada media disebabkan karena bakteri telah menyerap nutrisi dari media. Pertumbuhan bakteri lebih banyak terlihat pada awal goresan dan hanya sedikit pertumbuhan pada akhir goresan.

Media Cair Warna media sebelum di inkubasi adalah larutan agak keruh, dan setelah di inkubasi warna media sedikit keruh dan terdapat endapan putih di dasar tabung. Hal ini menunjukan bahwa bakteri bersifat anaerob fakultatif. Endapan putih ini merupakan koloni bakteri yang terjadi kerena bakteri telah menyerap nutrisi yang ada pada media sehingga larutan berkurang kekeruhannya.

E. PELAKSANAAN PRAKTIKUM 1. Waktu dan Tempat a. Waktu b. Tempat : Kamis, 17 November 2011. Pukul 13:00 WIB : Laboratorium FKIP Universitas Muhammadiyah Palembang

2. Alat dan Bahan a. Alat 1) Cawan Petri 2) Tabung Reaksi 3) Pinset, Bunsen 4) Rak Tabung Reaksi 5) Sprayer 6) Autoclafe, 7) Jangka Sorong 8) Penggaris 9) Kertas Lebel 10) Beaker Glass 11) Timbangan Digital 12) Spatula

b. Bahan 1) Media agar Nutrien Agar (NA) 2) Biakan bakteri Salmonella typhi 3) Kapas Lidi Steril 4) Kertas HVS 5) Spritus 6) Tissue 7) Paper dish diameter 6 mm 8) Akohol 70% 9) Alkohol 96% 10) Ekstrak tanaman dengan konsentrasi 1 % 11) Ekstrak tanaman dengan konsentrasi 2 % 12) Ekstrak tanaman dengan konsentrasi 3 % 13) Kain Kasa Steril

3. Cara Kerja

Mengamati pengaruh bahan kimia (alkohol 70%, formalin, betadine, detergen, wipol, bayclin, sabun lifeboy, NaCl 50%, asam cuka/cuka makan) terhadap bakteri.

a. Inkubasi bakteri ke seluruh permukaan media NA dalam cawan petri secara aseptis dengan menggunakan kapas lidi steril. b. Masukan masing-masing bahan kimia kedalam beaker glass kira-kira 5 ml. kemudian rendam paper dish berdiameter 6 mm selama 15 menit kedalam bahan kimia tersebut. c. Setelah 15 menit paper dish direndam, jepit paper dish dengan pinset steril lalu tiriskan sebentar di pimggiran beaker glass sehingga larutan/bahan kimia tidak memyebar di permukaan media NA d. Letakkan paper dish tersebut secara aseptis diatas permukaan media NA yang sudah diinokulasi bakteri dengan pinset steril, kemudian tekan secara perlahan agar paper dish menempel erat pada permukaan agar NA.

e. Bungkus cawan petri secara terbalik (???) dengan kertas putih, kemudian di inkubasi selama 24 jam dengan suhu 370C dalam incubator. f. Setelah inkubasi 24 jam ukur diameter zona hambat yang terbentuk dengan jangka sorong. Rumus : Luas Zona Sensitifitas = Luas Lingkaran 1 (Besar) Luas Lingkaran II (peper dish). Perhitungan ini di letakkan di lampiran

F. Hasil dan Pembahasan 1. Hasil Praktikum

Gambar 5 . Pengaruh bahan kimia terhadap Pertumbuhan bakteri (Sumber: Dokumen pribadi, 2011)

No. 1. 2. 3

Perlakuan Alkohol Betadine Wipol

Luas zona sensitivitas E. coli Terkontaminasi 2,7034 cm2 2,4044 cm2

Table 2. Perbandingan luas zona sensitivitas pada beberapa zat anti mikroba terhadap pertumbuhan E.coli

(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2011)

2. Pembahasan Melalui pratikum yang telah kami lakukan dengan menggunakan media pertumbuhan mikroorganisme yang merupakan suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk

G. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Jawetz. 2005. Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiology). Jakarta: Salemba Medika.

Pelczar, Michael J dan Chan, E.C.S. 2009. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).

Pratiwi, Sylvia T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga. Saurus. 2008. Daya Kerja Anti Mikroba. (Online) (http://ekmon-saurus.blogspot.com/2008/11/bab-8-daya-kerja-antimikrobadan.html, diakses 04 Nopember 2011)

Septiani. 2010. Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap Pertumbuhan Bakteri E.Colli. (Online) (http://www.scribd.com/doc/31919245/Pengaruh-FaktorLingkungan-Terhadap-Bakteri-E-colli, diakses 04 Nopember 2011)

Saurus. Ekmon. 2008. Sterilisasi. (Online). (http://ekmon-saurus.blogspot.com/2008/11/bab-3-sterilisasi.html, diakses 04 Nopember 2011)

Wikipedia. 2010. Escherichia Coli. (Online) (http://id.wikipedia.org/wiki/Escherichia_coli, diakses 04 Nopember 2011)

H. LAMPIRAN

GAMBAR ALAT-ALAT PRATIKUM YANG DIGUNAKAN

Gambar Labu Bunsen (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2011)

Gambar Jangka sorong dan Spidol (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2011)

Gambar Inkubator (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2011)

Gambar Pengambilan cawan petri di dalam Inkubator (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2011)

GAMBAR BAHAN-BAHAN PRATIKUM YANG DIGUNAKAN

Gambar Alkohol 96% (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2011)

Anda mungkin juga menyukai