6
DASAR PATOLOGI DAN DIAGNOSIS
Oleh Kelompok 16 C
Anggota :
Miftah Habi Farid
Rajib Alfikri
Iqbal Muhammad Helmi
Tsurayya Pertiwi Femilia
Asyifa Delfilaura
Fatimah Azzahra Zetta
Salsabilla Firdaus
Indri
Nanda Puji Lestari
Bella Alvina Lim
Tutor :
Dra. Machdawati Masri, Msi, Apt
Step 3 : Brainstorming
1. apa yang menyebabkan byk banyak penyakit infeksi?
Penyakit infeksi adalah masalah kesehatan yang disebabkan oleh organisme seperti virus,
bakteri, jamur, dan parasit. Meski beberapa jenis organisme terdapat di tubuh dan tergolong
tidak berbahaya, pada kondisi tertentu, organisme-organisme tersebut dapat menyerang dan
menimbulkan gangguan kesehatan, yang bahkan berpotensi menyebabkan kematian.
Infeksi dapat disebabkan oleh 4 organisme berbeda, yakni virus, bakteri, parasit, dan jamur.
Masing-masing organisme dapat menimbulkan masalah kesehatan yang berbeda. Berikut
adalah contoh penyakit berdasarkan organisme yang menyebabkannya:
Bakteri E.Coli (Eschericia Coli). Kebanyakan bakteri E. Coli tidak berbahaya, dan
seringkali hidup secara normal di dalam saluran pencernaan manusia. Namun, beberapa
jenis bakteri ini dapat mengeluarkan racun yang menyebabkan diare serta
menimbulkan infeksi akut, infeksi saluran kemih, anemia berat, gagal ginjal, hingga
kematian. Infeksi bakteri E.coli umumnya terjadi karena kontak langsung dengan
kotoran, baik kotoran hewan dan manusia, terutama melalui makanan dan minuman
yang telah terkontaminasi kotoran tersebut. Bakteri ini sering ditemukan pada daging
mentah atau pada produk-produk berbahan dasar susu dan juga pada buah dan sayuran
mentah. Bakteri penyebab diare yang satu ini juga dapat menyebar antar manusia dari
berjabat tangan dan lain-lain.
Bakteri Salmonella Enterica. Bakteri penyebab diare yang satu ini terdiri dari dua jenis
yakni salmonella serotipe Typhimurium dan Salmonella serotipe Enteritidis.
Anak-anak dan orang yang memiliki gangguan sistem kekebalan tubuh sangat rentan
terinfeksi bakteri salmonella. Salmonella dapat ditemukan pada daging mentah atau
pada produk-produk berbahan dasar susu, serta dalam tinja hewan peliharaan, terutama
hewan yang sedang mengalami diare. Hewan reptil, anak ayam dan bebek, serta hewan
pengerat kecil seperti hamster sangat mungkin untuk membawa bakteri Salmonella.
Kontak dengan hewan atau pun makanan dan minuman yang telah terkontaminasi
bakteri ini juga dapat memicu diare. Untuk mencegah terinfeksi bakteri ini, Anda bisa
menerapkan pola cuci tangan yang bersih dan teratur sebelum makan, dan setelah
bermain dengan hewan peliharaan Anda. Salmonella dapat berkembang dengan cepat
dan gejalanya dapat muncul dalam rentang waktu 12 jam hingga 3 hari, dan dapat
bertahan hingga tujuh hari. Salmonella merupakan bakteri yang cukup lemah. Bakteri
ini dapat mati pada suhu tinggi, sehingga untuk membunuh bakteri yang bisa
terkandung pada bahan makanan ini, Anda cukup memasak bahan-bahan makanan
yang akan Anda makan hingga matang.
Bakteri Campylobacter. Bakteri ini adalah bakteri penyebab diare yang juga dapat
menginfeksi manusia dan hewan, khususnya unggas. Campylobacter jejuni adalah
subspesies yang kerap menjangkiti manusia. Infeksi campylobacter biasanya tidak
terjadi langsung dari manusia ke manusia lainnya, namun melewati media perantara
yang berupa makanan, seperti daging yang tidak dimasak dengan benar, produk-produk
olahan susu dan keju yang tidak dipasteurisasi, atau air yang terkontaminasi.
Untungnya, bakteri penyebab diare ini cenderung lemah di udara luar. Bakteri akan
bertahan pada suhu tubuh, namun dapat mati jika terpapar oksigen atau berada dalam
lingkungan yang kering. Memasak bahan makanan dapat membunuh bakteri ini.
Infeksi bakteri jenis ini memang terbilang ringan, namun dapat berakibat fatal pada
anak-anak dan orang dengan gangguan imunitas.
Bakteri Shigella. Bakteri penyebab diare lainnya adalah bakteri Shigella. Bakteri ini
menyebar melalui air dan makanan yang terkontaminasi kotoran. Bakteri shigella
melepaskan racun yang dapat mengiritasi usus. Bakteri jenis ini seringkali
menyebabkan diare yang disertai dengan darah. Lingkungan dengan sanitasi yang
buruk dan gaya hidup yang kurang higienis menjadi faktor kuat penyebaran bakteri ini.
Menerapkan cuci tangan yang benar dan teratur dapat mencegah terinfeksi bakteri ini.
Obat-obatan medis seperti antibiotik dapat membantu membunuh bakteri penyebab
diare ini.
Demam berdarah DBD disebabkan oleh virus yang disebarkan oleh gigitan nyamuk. Terdapat
4 virus dengue, yaitu virus DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Nyamuk yang berasal dari
famili tertentu yaitu Aedes aegypti atau Aedes albopictus dapat membawa virus untuk
menginfeksi darah manusia dengan gigitan dan mentransfer darah yang terinfeksi ke orang
lain. Begitu Anda pulih dari demam berdarah, imunitas Anda akan terbentuk namun hanya
sampai strain tertentu.
Terdapat 4 strain virus tertentu, yang berarti Anda dapat terinfeksi lagi. Penting untuk
mengidentifikasi tanda-tanda dan mendapatkan penanganan.
Terdapat tiga jenis demam dengue: demam berdarah klasik, dengue hemorrhagic fever, dan
dengue shock syndrome. Masing-masing memiliki gejala yang berbeda.
Gejala dari demam berdarah klasik biasanya diawali dengan demam selama 4 hingga 7 hari
setelah digigit oleh nyamuk yang terinfeksi, serta:
Ruam mungkin muncul di seluruh tubuh 3 sampai 4 hari setelah demam, kemudian berkurang
setelah 1 hingga 2 hari. Anda mungkin mengalami ruam kedua beberapa hari kemudian.
Gejala dari dengue hemorrhagic fever meliputi semua gejala dari demam berdarah klasik,
ditambah:
Gejala dari dengue shock syndrome, jenis penyakit dengue yang paling parah, meliputi semua
gejala demam berdarah klasik dan dengue hemorrhagic fever, ditambah:
Jenis penyakit ini biasanya terjadi pada anak-anak (dan beberapa orang dewasa) yang
mengalami infeksi dengue kedua kalinya. Jenis penyakit ini sering kali fatal, terutama pada
anak-anak dan dewasa muda.
Gejala yang paling khas saat terkena demam berdarah adalah demam tinggi. Karena itulah fase
awal demam berdarah disebut dengan fase demam. Pada fase ini, penderita akan mengalami
demam secara tiba-tiba hingga mencapai 40 derajat celcius selama 2 sampai 7 hari.
Munculnya demam tinggi pada kasus demam berdarah sering kali disertai dengan muka
kemerahan, kulit memerah, nyeri seluruh tubuh, nyeri otot, dan sakit kepala. Namun, bila
demam berlangsung selama lebih dari 10 hari, maka kemungkinan demam tersebut bukanlah
gejala demam berdarah.
Pada beberapa kasus lainnya ditemukan gejala berupa nyeri dan infeksi tenggorokan, sakit di
sekitar bola mata, anoreksia, mual dan muntah. Gejala-gejala inilah yang menyebabkan
penurunan jumlah sel darah putih dan trombosit yang mengarahkan dokter pada diagnosis
demam berdarah.
Gejala-gejala demam berdarah yang dirasakan membuat penderita menjadi sulit untuk
menjalani aktivitas sehari-hari, misalnya menjadi tidak mampu untuk pergi ke sekolah,
melakukan pekerjaan kantor, dan kegiatan rutin lainnya.
Untuk mencegah hal negatif lainnya, penderita demam berdarah dianjurkan untuk
memperbanyak minum air putih untuk membantu menurunkan suhu tubuh dan mencegah
terjadinya dehidrasi. Pasien juga harus terus dipantau karena hal ini rentan untuk memasuki
fase kritis.
2. Fase kritis
Setelah melewati fase demam, pasien demam berdarah akan mengalami fase kritis. Nah, fase
ini biasanya menjadi ‘pengecoh’ karena penderita merasa sembuh dan dapat melakukan
aktivitas kembali. Pasalnya, fase kritis ini ditandai dengan penurunan suhu tubuh hingga 37
derajat celcius ke suhu normal.
Padahal, bila fase ini terabaikan dan tidak segera mendapatkan pengobatan, trombosit pasien
akan terus menurun secara drastis dan dapat mengakibatkan perdarahan yang sering tidak
disadari. Oleh sebab itu, pasien harus cepat ditangani oleh tim medis karena fase kritis ini
berlangsung tidak lebih dari 24-38 jam.
Selama masa transisi dari fase demam ke fase kritis, pasien memasuki risiko tertinggi untuk
mengalami kebocoran pembuluh darah. Indikasi dini kebocoran pembuluh darah tersebut dapat
dilihat saat penderita demam berdarah mengalami muntah secara terus menerus, mimisan,
pembesaran organ hati, atau nyeri perut yang tak tertahankan.
3. Fase penyembuhan
Bila pasien demam berdarah berhasil melewati fase kritisnya, penderita demam berdarah akan
kembali merasakan demam. Namun, hal ini tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Pasalnya,
kondisi ini merupakan fase penyembuhan dimana trombosit akan perlahan naik dan normal
kembali.
Penderita akan mengalami pengembalian cairan tubuh secara perlahan pada 48-72 jam
setelahnya.
Mulai memasuki fase penyembuhan, kesehatan pasien demam berdarah akan berangsur-angsur
membaik yang ditandai dengan peningkatan nafsu makan, penurunan gejala nyeri perut, dan
fungsi diuretik yang membaik. Jumlah sel darah putih pasien akan kembali normal yang
kemudian diikuti dengan pemulihan jumlah trombosit.
1. Ascariasis atau infeksi cacing gelang. Cacing ini memerlukan tanah sebagai
perantaranya. Ukurannya bisa mencapai 35cm dan berwarna putih.
2. Enterobiasis atau infeksi cacing kremi. Cacing ini memiliki sifat yaitu bertelur pada
malam hari. Cacing ini memilih daerah dubur untuk dia bertelur. Maka, gejala yang
tampak adalah gatal pada dubur di malam hari. Cacing ini berwarna putih dengan
ukuran 1-1.5cm. Cacing ini memerlukan tanah sebagai perantaranya.
3. Trichuriasis atau cacing cambuk. Cacing ini memiliki gejala nyeri pada daerah dubur
yang kadang disertai keluarnya dubur dari lubang anus. Ukurannya 4-5 cm. Cacing ini
memerlukan tanah sebagai perantaranya.
4. Taeniasis atau cacing pita. Cacing ini didapati dalam usus karena memakan kista
cacing pada daging yang tidak dimasak. Pada cacing ini yang keluar bersama tinja
biasanya adalah bagian tubuhnya yang terpotong-potong.
Demam
Adanya benjolan di organ atau jaringan tersebut
Dapat timbul reaksi alergi terhadap larva cacing
Infeksi bakteri
Kejang atau gejala gangguan syaraf apabila organ otak sudah terkena
Luka berwarna putih krem pada lidah, pipi bagian dalam dan kadang langit-langit mulut, gusi
dan amandel
Luka yang sedikit menimbul dengan tampilan seperti keju cottage
Kemerahan atau nyeri yang cukup parah dan menyebabkan kesulitan makan atau menelan
Sedikit perdarahan jika luka tergesek
Pecah-pecah dan kemerahan pada ujung mulut (terutama pada pengguna gigi palsu)
Perasaan seperti terdapat kapas pada mulut
Kehilangan indera pengecap
Pada kasus yang parah, luka dapat menyebar ke esofagus – saluran panjang berotot yang
berawal dari belakang mulut hingga lambung (Candida esophagitis). Apabila hal ini terjadi,
Anda dapat mengalami kesulitan menelan atau merasa seperti ada makanan tersangkut pada
tenggorokan.
Pada awalnya, Anda mungkin tidak menyadari gejala dari oral thrush. Tergantung pada
penyebab, tanda-tanda dan gejala dapat muncul perlahan atau tiba-tiba, berlangsung selama
beberapa hari, minggu atau bulan.
Selain luka mulut yang berwarna putih, bayi dapat mengalami kesulitan menyusui atau
menjadi rewel. Bayi dapat menularkan infeksi ke ibu saat menyusui. Infeksi dapat menular
kembali di antara payudara ibu dan mulut bayi. Wanita dengan payudara yang terinfeksi
dengan candida dapat mengalami tanda-tanda dan gejala berikut:
Oral thrush dan infeksi candida lainnya dapat terjadi saat sistem imun Anda melemah akibat
penyakit atau dari obat-obatan seperti predinsone, atau saat antibiotik mengganggu
keseimbangan alami dari mikroorganisme pada tubuh.
Penyakit dan kondisi ini dapat membuat Anda lebih rentan terhadap infeksi oral thrush:
Mengonsumsi antibiotik, terutama dalam jangka panjang atau dalam dosis tinggi
Menggunakan pengobatan kortikosteroid yang dihirup untuk asma
Menggunakan gigi palsu, terutama jika tidak pas dengan tepat
Memiliki kebersihan mulut yang buruk
Memiliki mulut kering, baik karena kondisi medis atau pengobatan
Merokok
Menjalani kemoterapi atau radioterapi untuk mengatasi kanker
9. apakah hubungan HIV d infeksi HIV/AIDS yang disebabkan oleh RNA retrovirus?
HIV menargetkan sel-sel sistem kekebalan tubuh, tetapi hanya mereka yang memiliki protein
yang disebut CD4 pada membran luar mereka. HIV memiliki protein permukaan (gp41) yang
mengikat CD4. Seperti virus lainnya, virion HIV bergabung dengan sel inang dan
menyuntikkan genom. Reverse transcriptase mengubah RNA HIV menjadi DNA HIV. Protein
HIV lain kemudian memasukkan DNA HIV ke dalam DNA inang. Protein ini
disebut integrase, dan Anda dapat mengingat nama dengan berpikir bahwa hal tersebut
terintegrasi DNA HIV ke dalam DNA inang. Keduanya reverse transcriptase dan protein
integrase merupakan bagian dari virion HIV.
Setelah terintegrasi ke dalam genom inang, DNA HIV ditranskripsi menjadi mRNA seperti
DNA inang. Tapi ingat pembahasan Dogma sentral kita? Dalam sel-sel Anda, Anda membuat
salinan resep protein individual. Menyalin DNA HIV membuat mRNA dengan semua protein
HIV digabungkan bersama. Mesin tuan rumah menyalin mRNA virus dengan setia. Ini berarti
bahwa mRNA HIV diterjemahkan menjadi serangkaian protein terkait. Protein ini tidak
fungsional sampai mereka dipotong terpisah, sehingga HIV memiliki satu lagi protein yang
dibawa bersama di setiap virion. Protein ini adalah protease. Bagian kata ‘prote’ harus
mengingatkan Anda tentang protein dan ‘ase’ berarti enzim. Jadi, protease adalah enzim
pemotongan protein.
Sekarang HIV memiliki protein matang. Selanjutnya, ia juga mereplikasi genom (ingat bahwa
ini adalah RNA). Tiga dari protein dan RNA genom HIV dikemas menjadi virion. Sisa dari
protein HIV adalah bagian dari virion dan tidak masuk host baru. Virion baru meninggalkan sel
inang. Pada dasarnya, virion keluar sel inang dan mengambil bagian dari membran sel inang
dengannya, seperti mantel. Sel inang bertahan hidup proses ini terus dan menghasilkan lebih
banyak HIV.
Merah, gatal, bersisik, atau muncul ruam yang meninggi dibandingkan kulit sekitarnya.
Pada kulit berwarna terang, ruam cenderung berwarna merah atau merah muda. Sedangkan
pada kulit berwarna gelap, bercak biasanya berwarna coklat atau abu-abu.
Ruam akan tampak lebih merah di bagian tepi luar dibanding di dalam (menyerupai bentuk
cincin).
Jika dermatofitosis menyerang kuku, kuku akan menjadi lebih tebal atau berubah warna
bisa juga mulai retak.
Jika dermatofitosis menyerang kulit kepala, rambut di sekitar daerah yang terinfeksi bisa
bercabang atau rontok bahkan bisa menimbulkan kebotakan.
Step 4 : Skema
diare
bakteri
HIV
virus
Virus Nyamuk A.aegypti DBD
Infeksi mikroba
Normal
Pentingnya pertahanan kulit ini diilustrasikan paling baik dengan pengaruh luka bakar yang
parah, yang akan mengeliminasi semua bentuk pertahanan kulit termasuk SALT. Seseorang
yang mengalami luka bakar tingkat dua dan tiga yang ekstensif dan orang yang bertahan
hidup dari trauma inisial yang berhubungan dengan luka bakar masih belum terbebas dari
bahaya. Banyak korban luka bakar mati karena infeksi bakterial yang terjadi sebelum kulit
terbakar mengalami penyembuhan. Hilangnya pertahanan kulit dan tereksposnya lapisan
jaringan di bawah kulit yang basah dan kaya nutrien merupakan hal yang ideal untuk
kolonisasi bakteri pada area yang terbakar. Penyebab yang paling umum pada infeksi kulit
yang terbakar adalah Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus, dua spesies
bakteri yang terdapat di mana-mana pada lingkungan rumah sakit. Kedua spesies juga dikenal
resisten terhadap antibiotik. Antibiotik paling efektif bila aksi antibakterial mereka didukung
dengan aktivitas pembunuhan oleh sistem imun. Efek kombinasi dari kerusakan SALT dan
resistensi alami bakteri telah membuat infeksi luka bakar sulit untuk ditangani dengan efektif.
Infeksi tersebut merupakan suatu penyebab utama kematian di antara penderita luka bakar.
Bahkan, bila tidak bersifat fatal, infeksi bakterial pada jaringan yang terbakar meningkatkan
jumlah kerusakan jaringan dan mencegah penyembuhan area kulit yang terbakar.
(www.scrib.com/melanie87)
Pada umumnya beberapa bakteri yang ada pada kulit tidak mampu bertahan hidup lama
karena kulit mengeluarkan substansi bakterisida. Sebagai contoh, kelenjar keringat
mengekskresikan lisozim, suatu enzim yang dapat menghancurkan dinding sel bakteri.
Kelenjar lemak mengekskresikan lipid yang kompleks, yang mungkin diuraikan sebagian
oleh beberapa bakteri; asam-asam lemak yang dihasilkannya sangat beracun bagi
bakteri-bakteri lain. (www.scrib.com/melanie87)
Kebanyakan bakteri kulit di jumpai pada epitelium yang seakan-akan bersisik (lapisan luar
epidermis), membentuk koloni pada permukaan sel-sel mati. Kebanyakan bakteri ini adalah
spesies Staphylococcus (kebanyakan S. epidermidis dan S. aureus) dan sianobakteri aerobik,
atau difteroid. Jauh di dalam kelenjar lemak dijumpai bakteri-bakteri anaerobik lipofilik,
seperti Propionibacterium acnes, penyebab jerawat. Jumlahnya tidak dipengaruhi oleh
pencucian. Timbulnya organisme ini diperlihatkan pada Tabel 1 ; Gambar 6 Melukiskan
morfologi dan sifat-sifat mikroorganisme yang predominan di dalam mikrobiota. Letak
bakteri-bakteri ini pada atau di dalam kulit diperlihatkan pada Gambar 2. (Michael J. Pelczar,
Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008: 549)
Faktor-faktor yang berperan menghilangkan flora sementara pada kulit adalah pH rendah,
asam lemak pada sekresi sebasea dan adanya lisozim. Berkeringat yang berlebihan atau
pencucian dan mandi tidak menghilangkan atau mengubah secara signifikan flora tetap.
Jumlah mikroorganisme permukaan mungkin berkurang dengan menggosok secara kuat
setiap hari dengan sabun yang mengandung heksakloforen atau desinfektan lain, namun flora
secara cepat muncul kembali dari kelenjar sebasea dan keringat, meskipun tidak ada
hubungan secara total terhadap kulit bagian lain maupun lingkungan. Penggunaan tutup rapat
pada kulit cenderung menyebabkan populasi mikrobiota secara keseluruhan sangat meningkat
dan dapat menimbulkan perubahan kualitatif flora kulit. (Jawetz, Melnick, dan Adelberg’s,
Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiology), 2005: 279)
Bakteri anaerob dan aerob sering bersama-sama menyebabkan infeksi sinergistik (gangrene,
fasciitis nekrotik = necrotizing fasciitis), selulitis dari kulit dan jaringan lunak.
Bakteri-bakteri tersebut merupakan bagian dari flora normal. Sering sulit menentukan suatu
organisme yang spesifik bertanggung jawab terhadap lesi progresif, karena terdapat banyak
organisme yang berperan. (Jawetz, Melnick, dan Adelberg’s, Mikrobiologi Kedokteran
(Medical Microbiology), 2005: 279-280)
3. Mulut
Kelembapan yang paling tinggi, adanya makanan terlarut secara konstan dan juga
partikel-partikel kecil makanan membuat mulut merupakan lingkungan ideal bagi
pertumbuhan bakteri. Mikrobiota mulut atau rongga mulut sangat beragam; banyak
bergantung pada kesehatan pribadi masing-masing individu. (Michael J. Pelczar, Jr. dan
E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008: 549)
Diperolehnya mikrobiota mulut. Pada waktu lahir, rongga mulut pada hakikatnya merupakan
suatu inkubator yang steril, hangat, dan lembap yang mengandung sebagai substansi nutrisi.
Air liur terdiri dari air, asam amino, protein, lipid, karbohidrat, dan senyawa-senyawa
anorganik. Jadi, air liur merupakan medium yang kaya serta kompleks yang dapat
dipergunakan sebagai sumber nutrien bagi mikrobe pada berbagai situs di dalam mulut.
(Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008: 549-550
Beberapa jam sesudah lahir, terdapat peningkatan jumlah mikroorganisme sedemikian
sehingga di dalam waktu beberapa hari spesies bakteri yang khas bagi rongga mulut menjadi
mantap. Jasad-jasad renik ini tergolong ke dalam genus Streptococcus, Neisseria, Veillonella,
Actinomyces, dan Lactobacillus. (Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar
Mirobiologi, 2008: 551)
Jumlah dan macam spesies ada hubungannya dengan nutrisi bayi serta hubungan antara bayi
tersebut dengan ibunya, pengasuhnya, dan benda-benda seperti handuk serta botol-botol
susunya. Spesies satu-satunya yang selalu diperoleh dari rongga mulut, bahkan sedini hari
kedua setelah air, ialah Streptococcus salivarius. Bakteri ini mempunyai afinitas terhadap
jaringan epithelial dan karena itu terdapat dalam jumlah besar pada permukaan lidah.
(Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008: 552)
Sampai munculnya gigi, kebanyakan mikroorganisme di dalam mulut adalah aerob atau
anaerob fakultatif. Ketika gigi pertama muncul, anaerob obligat seperti Bacteroides dan
bakteri fusiform (Fusiobacterium sp.), menjadi lebih jelas karena jaringan di sekitar gigi
menyediakan lingkungan anaerobik. (Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar
Mirobiologi, 2008: 552)
Gigi itu sendiri merupakan tempat bagi menempelnya mikrobe. Ada dua spesies bakteri yang
dijumpai berasosiasi dengan permukaan gigi: Streptococcus sanguis dan S. mutans. Yang
disebutkan terakhir ini diduga merupakan unsur etiologis (penyebab) utama kerusakan gigi,
atau pembusuk gigi. Tertahannya kedua spesies ini pada permukaan gigi merupakan akibat
sifat adhesif baik dari glikoprotein liur maupun polisakaride bakteri. Sifat menempel ini
sangat penting bagi kolonialisasi bakteri di dalam mulut. Glikoprotein liur mampu
menyatukan bakteri-bakteri tertentu dan mengikat mereka pada permukaan gigi. (Michael J.
Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008: 552)
Baik S. sanguins maupun S. mutans menghasilkan polisakaride ekstraselular yang disebut
dekstrans yang bekerja seperti perekat, mengikat sel-sel bakteri menjadi satu dan juga
melekatkan mereka pada permukaan gigi. Tertahannya bakteri dapat juga terjadi karena
terperangkapnya secara mekanis di dalam celah-celah gusi, atau di dalam lubang dan retakan
gigi. Agregasi bakteri semacam itu serta bahan organik pada permukaan gigi disebut plak
(“plague”). (Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008: 552)
Plak adalah sebuah film/lapisan sel bakteri, yang berlabuh di sebuah matriks polisakarida
disekresi oleh mikroorganisme. Apabila gigi tidak dibersihkan secara teratur, plak dapat
terbentuk dengan cepat dan aktivitas bakteri tertentu, terutama Streptococcus mutans, dapat
menyebabkan kerusakan gigi (rongga). Prevalensi karies berhubungan dengan diet.
(pemburumikroba.blogspot.com/2010/09/flora-normal)
Karies merupakan suatu kerusakan gigi yang dimulai dari permukaan dan berkembang ke
arah dalam. Pertama, permukaan email gigi yang seluruhnya non seluler, mengalami
demineralisasi. Ini merupakan akibat dari produk fermentasi bakteri yang bersifat asam.
Kemudian terjadi dekomposisi dentin dan semen yang melibatkan digesti matriks protein
oleh bakteri. (Jawetz, Melnick, dan Adelberg’s, Mikrobiologi Kedokteran (Medical
Microbiology), 2005: 280)
‘Periodontal pockets’ dalam gingival terutama merupakan sumber utama organism, termasuk
anaerobic, yang jarang ada di tempat lain. Meskipun organisme ini dapat berperan pada
penyakit periodontal dan destruksi jaringan, perhatian yang lebih, perlu dipikirkan bila
ditemukan kolonialisasi di tempat lain, misalnya timbulnya endokarditis infektif atau
bakterimia pada penderita dengan granulopeni. Contohnya spesies Capnocytophaga dan
Rothia dentocariosa. Capnocytophaga berbentuk fusiform, gram negatif, anaerob yang mudah
bergerak spesies Rothia bersifat pleomorfik aerob dan berbentuk batang Gram positif.
Keduanya mungkin berperan dalam kompleks flora mikrobia dari penyakit periodontal
dengan destruksi tulang dominan. (Jawetz, Melnick, dan Adelberg’s, Mikrobiologi
Kedokteran (Medical Microbiology), 2005: 281)
4. Orofaring (“oropharinx”)
Orofaring (bagian belakang mulut) juga dihuni sejumlah besar bakteri Staphylococcus aureus
dan S. epidermidis dan juga difteroid. Tetapi kelompok bakteri terpenting yang merupakan
penghuni asli orofaring ialah streptokokus α-hemolitik, yang juga dinamakan Streptokokus
viridans. Biakan yang ditumbuhkan dari orofaring juga akan memperlihatkan adanya
Branchamella catarrhalis, spesies Haemophilus, serta gular-galur pneumokokus avirulen
(Streptococcus pneumonia).
Bagian terdalam saluran pernapasan (ranting tenggorok atau bronkiole yang lebih halus serta
alveoli atau gelembung paru-paru) tidak mengandung mikroorganisme. Hal ini disebabkan
karena saluran pernapasan berlapiskan silia, yaitu embel-embel seperti rambut, yang
menyapu mikroorganisme dan bahan-bahan lain dari bagian sebelah dalam saluran ke bagian
sebelah atas untuk dibuang. Rambut bersama dengan lendir di dalam lubang hidung itulah
yang pertama-tama membantu melindungi saluran pernapasan dengan cara menyaring bakteri
dari udara yang dihirup. (Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mirobiologi,
2008: 555)
5. Perut
Isi perut yang sehat pada praktisnya steril karena adanya asam hidroklorat di dalam sekresi
lambung. Setelah ditelannya makanan, jumlah bakteri bertambah tetapi segera menurun
kembali dengan disekresikannya getah lambung dan pH zat alir perut pun menurun. (Michael
J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008: 556)
6. Usus Kecil
Usus kecil bagian atas (atau usus dua belas jari) mengandung beberapa bakteri. Di antara
yang ada, sebagian besar adalah kokus dan basilus gram positif. Di dalam jejunum atau usus
halus kosong (bagian kedua usus kecil, di antara usus dua belas jari dan ileum atau usus halus
gelung) kadang kala dijumpai spesies-spesies enterokokus, laktobasilus, dan difteroid.
Khamir Candida albicans dapat juga dijumpai pada bagian usus kecil ini. (Michael J. Pelczar,
Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008: 556)
Pada bagian usus kecil yang jauh (ileum), mikrobiota mulai menyerupai yang dijumpai pada
usus besar. Bakteri anaerobik dan enterobakteri mulai nampak dalam jumlah besar. (Michael
J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008: 555)
7. Usus Besar
Di dalam tubuh manusia, kolon atau usus besar, mengandung populasi mikrobe yang
terbanyak. Telah diperkirakan bahwa jumlah mikroorganisme di dalam spesimen tinja adalah
kurang lebih 1012 organisme per gram. (Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar
Mirobiologi, 2008: 556)
Basilus gram negatif anaerobik yang ada meliputi spesies Bacteroides (B. fragilis, B.
melaninogenicus, B. oralis) dan Fusobacterium. Basilus gram positif diwakili oleh
spesies-spesies Clostridium (termasuk Cl. Perfringens yang mempunyai kaitan dengan
kelemayuh, suatu infeksi jaringan disertai gelembung gas dan keluar nanah) serta
spesies-spesies Lactobacillus. (Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar
Mirobiologi, 2008: 557)
Spesies-spesies anaerobik fakultatif yang dijumpai di dalam usus tergolong dalam genus
Escherichia, Proteus, Klebsiella, dan Enterobacter. Peptostreptokokus (streptokokus
anaerobik) juga umum. Khamir Candida albicans juga dijumpai. (Michael J. Pelczar, Jr. dan
E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008: 552)
Flora saluran pencernaan berperan dalam sintesis vitamin K, konversi pigmen empedu dan
asam empedu, absorpsi zat makanan serta antagonis mikroba patogen.
2. Mengidentifikasi klasifikasi dan karakteristik bakteri, virus, dan jamur penyebab infeksi
Bakteri
Bakteri merupakan salah satu jenis mikroorganisme yang tidak bisa dilihat oleh mata
telanjang. Bakteri memiliki bentuk bermacam-macam yaitu, bulat, batang dan spiral.
a. Bakteri bentuk bulat
Bakteri berbentuk bulat dikenal sebagai basil. Kata basil berasal dari bacillus yang berarti
batang. Bentuk basil dapat pula dibedakan atas:
1. Basil tunggal yaitu bakteri yang hanya berbentuk satu batang tunggal,
misalnya Salmonella typhi, penyebab penyakit tipus.
2. Diplobasil yaitu bakteri berbentuk batang yag bergandengan dua-dua.
3. Streptobasil yaitu bakteri berbentuk batang yang bergandengan memanjang membentuk
rantai misalnya Bacillus anthracis penyebab penyakit antraks.
b. Bakteri bentuk bola
Bakteri berbentuk bola dikenal sebagai coccus, bakteri ini juga dapat dibedakan atas:
1. Monokokus, yaitu bakteri berbentuk bola tunggal, misalnya Neisseria
gonorrhoeae,penyebab penyakit kencing nanah.
2. Diplokokus, yaitu bakeri berbentuk bola yang bergandengan dua-dua,
misalnya Diplococcus pneumonia penyebab penyakit pneumonia atau radang paru-paru.
3. Sarkina, yaitu bakteri berbentuk bola yang berkelompok empat-empat sehngga bentuknya
mirip kubus.
4. Streptokokus, yaitu bakteri bentuk bola yang berkelompok memanjang membentuk
rantai.
5. Stafilokokus, yaitu bakteri berbentuk bola yang berkoloni membentuk sekelopok sel tidak
teratur sehingga bentuknya mirip dompolan buah anggur.
b. Dinding sel
Dinding sel tersusun atas peptidoglikan yakni polisakarida yang berikatan dengan protein.
Dengan adanya dinding sel ini, tubuh bakteri memiliki bentuk yang tetap. Fungsi dinding sel
adalah untuk melindungi sel.
Berdasarkan struktur protein dan polisakarida yang terkandung di dalam dinding sel ini,
bakteri dapat dibedakan menjadi bakteri gram positif dan gram negatif. Jika bakteri diwarnai
dengan tinta Cina kemudian timbul warna pada dinding selnya, maka bakteri itu tergolong
bakteri gram positif. Sebaliknya, jika diberi warna dengan tinta Cina namun tidak
menunjukkan perubahan warna pada dinding selnya, maka bakteri itu digolongkan ke dalam
bakteri gram negatif. Bakteri gram positif mempunyai peptidoglikan di luar membran plasma.
Pada bakteri gram negatif, peptidoglikan terletak di antara membran plasma dan membran
luar dan jumlahnya lebih sedikit. Umumnya bakteri gram negatif lebih patogen.
Bakteri gram-positif dinding selnya terdiri atas 60-100 persen peptodoglikan dan semua
bakteri gram-positif memiliki polimer iurus asam N-asetil muramat dan N-asetil glukosamin
dinding sel beberapa bakteri gram positif mengandung substansi asam teikoat yang
dikaitkan pada asam muramat dari lapisan peptidoglikan. Asam teikoat ini berwujud dalam
dua bentuk utama yaitu asam teikoat ribitoi dan asam teiokat gliserol fungsi dari asam teiokat
adalah mengatur pembelahan sel normal. Apabila diberi pewarna gram menghasilkan warna
ungu. Bakteri gram-negatif dinding sel gram negatif mengandung 10-20 % peptidoglikan,
diluar lapisan peptidoglikan ada struktur membran yang tersusun dari protein fostolipida dan
lipopolisakarida. Apabila diberi pewarna gram
menghasilkan warna merah.
Di sebelah luar dinding sel terdapat kapsul. Tidak semua sel bakteri memiliki kapsul. Hanya
bakteri patogen yang berkapsul. Kapsul berfungsi untuk mempertahankan diri dari antibodi
yang dihasilkan selinang. Kapsul juga berfungdi untuk melindungi sel dari kekeringan.
Kapsul bakteri tersusun atas persenyawaan antara protein dan glikogen yaitu glikoprotein.
c. Membrane sel
Membrane sel tersusun atas molekul lemak dan protein, seperti halnya membran sel
organisme yang lain. Membrane sel bersifat semipermiable dan berfungsi mengatur keluar
masuknya zat keluar atau ke dalam sel.
d. Mesosom
Pada tempat tertentu terjadi penonjolan membran sel kearah dalam atau ke sitoplasma.
Tonjolan membrane ini berguna untuk menyediakan energi atau pabrik energi bakteri. Organ
sel (organel) ini disebut mesosom. Selain itu mesosom berfungsi juga sebagai pusat
pembentukan dinding sel baru diantara kedua sel anak pada proses pembelahan.
e. Lembar fotosintetik
Khusus pada bakteri berfotosintesis, terdapat pelipatan membrane sel kearah sitoplasma.
Membrn yang berlipat-lipat tersebut berisi klorofil,dikenal sebagai lembar fotosintetik
(tilakoid). Lembar fotosintetik berfungsi untuk fotosintesis contohnya pada bakteri ungu.
Bakteri lain yang tidak berfotosintesis tidak memiliki lipatan demikian.
f. Sitoplasma
Sitoplasma adalah cairan yang berada di dalam sel (cytos = sel, plasma= cairan). Sitoplasma
tersusun atas koloid yang mengandung berbagai molekul organik seperti karbohidrat, lemak,
protein, mineral, ribosom, DNA, dan enzim-enzim. Sitoplasma merupakan tempat
berlangsungya reaksi-reaksi metabolism.
g. DNA
Asam deoksiribonukleat (deoxyribonucleic acid, disingkat DNA) atau asam inti, merupakan
materi genetic bakteri yang terdapat di dalam sitoplasma. Bentuk DNA bakteri seperti kalung
yang tidak berujung pangkal. Bentuk demikian dikenal sebagai DNA sirkuler. DNA tersusun
atas dua utas polinukleotida berpilin. DNA merupakan zat pengontrol sintesis protein bakteri,
dan merupakanzat pembawa sifat atau gen. DNA ini dikenal pula sebagai kromosom bakteri.
DNA bakteri tidak tersebar di dalam sitoplasma, melainkan terdapat pada daerah tertentu
yang disebut daerah inti. Materi genetik inilah yang dikenal sebagai inti bak
h. Plasmid
Selain memiliki DNA kromosom, bakteri juga memiliki DNA nonkromosom. DNA
nokromosom bentuknya juga sirkuler dan terletak di luar DNA kromosom. DNA
nonkromosom sirkuler ini dikenal sebagai plasmid. Ukuran plasmid sekitar 1/1000 kali DNA
kromosom. Plasmid mengandung gen-gen tertentu misalnya gen kebal antibiotik, gen patogen.
Seperti halnya DNA yang lain, plasmid mampu melakukan replikasi dan membentuk kopi
dirinya dalam jumlah banyak. Dalam sel bakteri dapat terbentuk 10-20 plasmid.
i. Ribosom
Ribosom merupakan organel yang berfungsi dalam sintesis protein atau sebagai pabrik
protein. Bentuknya berupa butir-butir kecil dan tidak diselubungi membran. Ribosom
tersusun atas protein dan RNA. Di dalam sel bakteri Escherichia coli terkandung 15.000
ribosom, atau kira-kira ¼ masa sel bakteri tersebut. Ini menunjukkan bahwa ribosom
memiliki fungsi yang penting bagi bakteri.
j. Endospora
Bakteri ada yang dapat membentuk endospora, pembentukan endospora merupakan cara
bakteri mengatasi kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan. Endospora tahan terhadap
panas sehingga tidak mati oleh proses memasak biasa. Spora mati di atas suhu 120 C. jika
kondisi telah membaik, endospora dapat tumbuh menjadi bakteri seperti sedia kala.
Reproduksi bakteri
Bakteri bereproduksi secara vegetatif dengan membelah diri secara biner. Pada lingkungan
yang baik bakteri dapat membelah diri tiap 20 menit. Pembuahan seksual tidak dijumpaipada
bakteri, tetapi terjadi pemindahan materi genetik dari satu bakteri ke bakteri lain tanpa
menghasilkan zigot. Peristiwa ini disebut proses paraseksual. Ada tiga proses paraseksual
yang telah diketahui, yaitu transformasi, konjugasi, dan transduksi.
Gambar anatomi dan morfologi bakteri
1. Khamir Murni
Khamir yang dapat berkembang biak dengan cara seksual dengan pembentukan askospora
khamir ini diklasifikasikan sebagai Ascomycetes (Saccharomyces cerevisae, Saccharomyces
carlbergesis,Hansenula anomala, Nadsonia sp).
1. Khamir Liar
Khamir murni yang biasanya terdapat pada kulitanggur. Khamir ini mungkin digunakan
dalam proses fermentasi, meskipun galur yang diperbaiki telah dikembangkan yang
menghasilkan anggur dengan rasa yang lebih enak dengan bau yang lebih menyenangkan.
Khamir liar yang ada dikulit anggur dimatikan dengan penambahan dioksida belerang pada
buah anggur yang telah dihancurkan. Inokulum galur khamir yang dikehendaki ditambahkan
kemudian untuk memfermentasi air perasan anggur.
1. Khamir Atas
Khamir murni yang cenderung memproduksi gas sangat cepat sewaktu fermentasi,sehingga
khamir itu dibawa kepermukaan. Khamir atas mencakup khamir yang digunakan dalam
pembuatan roti,untuk kebanyakan anggur minuman dan bir inggris
(Saccharomyces cereviceae).
1. Khamir Dasar
Khamir murni yang memproduksi gas secara lebih lamban pada bagian awal fermentasi. Jadi
sel khamir cenderung untuk menetap pada dasar. Galur terpilih digunakan dalam industri bir
lager (Saccharomyces carlsbergensis).
1. Khamir Palsu atau Torulae
Khamir yang didalamnya tidak terdapat atau dikenal tahap pembentukan spora seksual.
Banyak diantaranya yang penting dari segi medis (Cryptococcus neoformans, Pityrosporum
ovale, Candida albicans).
b. Kapang.
Tubuh atau talus suatu kapang pada dasarnya terdiri dari 2 bagian miselium dan spora (sel
resisten, istirahat atau dorman). Miselium merupakan kumpulan beberapa filamen yang
dinamakan hifa. Setiap hifa lebarnya 5-10 μm, dibandingkan dengan sel bakteri yang
biasanya berdiameter 1 μm. Disepanjang setiap hifa terdapat sitoplasma bersama.
Ada 3 macam morfologi hifa:
1. Aseptat atau senosit, hifa seperti ini tidak mempunyai dinding sekat atau septum.
2. Septat dengan sel-sel uninukleat, sekat membagi hifa menjadi ruang-ruang atau sel-sel
berisi nucleus tunggal. Pada setiap septum terdapat pori ditengah-tengah yang
memungkinkan perpindahan nucleus dan sitoplasma dari satu ruang keruang yang lain.setiap
ruang suatu hifa yang bersekat tidak terbatasi oleh suatu membrane sebagaimana halnya pada
sel yang khas, setiap ruang itu biasanya dinamakan sel.
3. Septat dengan sel-sel multinukleat, septum membagi hifa menjadi sel-sel dengan lebih dari
satu nukleus dalam setiap ruang.
Jamur tidak dapat hidup secara autotrof, melainkan harus hidup secara heterotrof. Jamur
hidup dengan jalan menguraikan bahan-bahan organik yang ada dilingkungannya. Umumnya
jamur hidup secara saprofit,artinya hidup dari penguraian sampah sampah-sampah organic
seperti bangkai, sisa tumbuhan, makanan dan kayu lapuk, menjadi bahan-bahan anorganik.
Ada pula jamur yang hidup secara parasit artinya jamur mendapatkan bahan organic dari
inangnya misalnya dari manusia, binatang dan tumbuhan. Adapula yang hidup secara
simbiosis mutualisme, yakni hidup bersama dengan orgaisme lain agar saling mendapatkan
untung, misalnya bersimbiosis dengan ganggang membentuk lumut kerak.
Jamur uniseluler misalnya ragi dapat mencerna tepung hingga terurai menjadi gula, dan gula
dicerna menjadi alkohol. Sedangkan jamur multiseluler misalnya jamur tempe dapat
mengaraikan protein kedelai menjadi protein sederhana dan asam amino. Makanan tersebut
dicerna diluar sehingga disebut pencernaan ekstraseluler, sama seperti pada bakteri.
Caranya,sel-sel yang bekerja mengeluarkan enzim pencernaan. Enzim-enzim itulah yang
bekerja menguraikan molekul-molekul kompleks menjadi molekul-molekul sederhana.
Anatomi pada fungi (jamur)
Jamur tidak memiliki klorofil, sel pada jamur ada yang uniseluler,ada pula yang mutiseluler.
Dinding sel pada jamur terdiri dari kitin. Jamur multiseluler terbentuk dari rangkaian sel
membentuk benang seperti kapas, yang disebu benang hifa. Hifa memiliki sekat-sekat yang
melintang, tiap-tiap sekat memiliki satu sel, dengan satu atau beberapa inti sel. Namun
adapula hifa yang tidak memiliki sekat melintang, yang mengandung banyak inti dan disebut
senositik. Ada tidaknya sekat pada hifa ini dijadikan dasar dalam penggolongan jamur. Hifa
ada yang berfungsi sebagai pembentuk alat reproduksi. Misalnya, hifa yang tumbuh
menjulang ke atas menjadi sporangiofor yang artinya pembawa sporangium.sporangium
artinya kotak spora. Didalam sporangium terisi spora. Ada pula hifa yang tumbuh menjadi
konidiofor yang artinya pembawa konidia, yang dapat menghasilkan konidium.
Kumpulan hifa membentuk jaringan benang yang dikenal sebagai miselium. Miselium inilah
yang tumbuh menyebar diatas substrat dan berfungsi sebagai penyerap makanan dari
lingkungannya.
Reproduksi pada jamur (fungi)
Jamur uniseluler berkembang biak dengan cara seksual dan dengan cara aseksual. Pada
perkembangbiakannya yang secara seksual jamur membentuk tunas,sedangkan secara
aseksual jamur membentuk spora askus.
Jamur multiseluler berkembangbiak dengan cara aseksual,yaitu dengan cara memutuskan
benang hifa (fragmentasi),membentuk spora aseksual yaitu zoospora,endospora dan konidia.
Sedangkan perkembangbiakan secara seksual melalui peleburan antara inti jantan dan inti
betina sehingga terbentuk spora askus atau spora basidium.
Zoospora atau spora kembara adalah spora yang dapat bergerak didalam air dengan
menggunakan flagella. Jadi jamur penghasil zoospore biasanya hidup dilingkungan yang
lembab atau berair.
Endospora adalah spora yang dihasilkan oleh sel dan spora tetap tinggal didalam sel tersebut,
hingga kondisi memungkinkan untuk tumbuh.
Spora askus atau askospora adalah spora yang dihasilkan melalui perkawinan jamur
Ascomycota. Askospora terdapat didalam askus, biasanya berjumlah 8 spora. Spora dari
perkawinan kelompok jamur Basidiomycota disebut basidiospora. Basidiospora terdapat
didalam basidium,dan biasanya bejumlah empat spora.
Konidia adalah spora yang dihasilkan dengan jalan membentuk sekat melintang pada ujung
hifa atau dengan diferensiasi hingga terbentuk banyak konidia. Jika telah masak konidia
paling ujung dapat melepskan diri.
Gambar morfologi fungi
2.3 Virus
Virus merupakan salah satu jenis mikroorganisme parasit. Virus ini mempunyai ciri-ciri tidak
dimiliki oleh organisme lain. Virus hanya dapat berkembang biak di sel-sel hidup lain (sifat
virus parasit obligat) karenanya, vius dapat dibiakkan pada telur ayam yang berisi embrio
hidup. Untuk bereproduksi virus hanya memerlukan asam nukleat saja. Ciri lainnya, virus
tidak dapat bergerak maupun melakukan aktivitas metabolisme sendiri. Selain itu irus tidak
dapat membelah diri. Virus tidak dapat diendapkan dengan sentrifugasi biasa, tetapi dapat
dikristalkan.
Morfologi virus
1. Virus berukuran aseluler (tidak mempunyai sel).
2. Virus berukuran amat kecil, jauh lebih kecil daripada bakteri.
3. Virus hanya memiliki sala satu macam asam nukleat (RNA atau DNA).
4. Virus umumnya berupa semacam hablur (kristal) dan bentuknya sangat bervariasi
5. Tubuh virus terdiri atas kepala, kulit(selubung atau kapsid), isi tubuh, dan serabut ekor.
Anatomi virus
1. Kepala
Kepala virus berisi DNA dan bagian luarnya diselubungi kapsid.
1. Kapsid
Kapsid adalah selubung yang berupa protein. Kapsid terdiri atas bagian-bagian yang disebut
kapsomer. Kapsid juga dapat terdiri atas proten-protein monomer identik, yang
masing-masing terdiri dari rantai polipeptida.
1. Isi tubuh
Isi tubuh yang disebut viorin adalah bahan genetik yakni asam nukleat (DNA atau RNA),
contohnya sebagai berikut:
Virus yang isi tubuhnya RNA dan bentuknya menyerupai kubus antara lain, virus radang
mulut.
Virus yang isi tubuhnya RNA, protein, lipida, dan polisakarida, contohnya paramixovirus.
Virus yag isi tubuhnya tediri atas RNA, protein, dan banyak lipida, contohnya virus cacar.
1. Ekor
Ekor virus merupakan alat penancap ketubuh organisme yang diserangnya. Ekor virus terdiri
atas tabung bersumbat yang dilengkapi benang atau serabut.Pada virus dijumpai asam nukleat
yang diselubungi kapsid, disebut nukleokapsid.
Reproduksi virus
Untuk berkembang biak virus memerlukan tempat atau lingkungan yang hidup. Oleh karena
itu, virus menginfeksi sel bakteri, sel hewan, atau sel tumbuhan untuk bereproduksi.
Ada dua macam cara virus menginfeksi bakteri, yaitu secara litik an secara lisogeni. Pada
infeksi secara litik, virus akan menghancurkan sel induk setelah berhasil melakukan
reproduksi, sedangkan pada infeksi secara lisogenik,virus tidak menghancurkan sel bakteri
tetapi virus berintregasi dengan DNA sel bakteri, sehingga jika bakteri membelah atau
berkembang biak virus pun ikut membelah.
Pada prinsipnya cara perkembangbiakan virus pada hewan maupun pada tumbuhan mirip
dengan yang berlangsung pada bakteriofag, yaitu melalui fase adsorpsi, sintesis, dan lisis.
Pembagian Infeksi :
PRIMER : Apabila terjadi secara langsung sebagai akibat dari proses yang ditimbulkan
mikroorganisme sendiri
SEKUNDER : Terjadi oleh sesuatu sebab, misalnya : kelemahan tubuh, kelaparan, kelelahan,
luka dan sebagainya
TAHAP RENTAN
Pada tahap ini individu masih dalam kondisi relatif sehat, namun peka atau labil, disertai
faktor predisposisi yang mempermudah terkena penyakit, seperti umur, keadaan fisik,
perilaku/kebiasaan hidup, sosial ekonomi, dll. faktor – fator predisposisi tersebut
mempercepat masuknya agen penyebab penyakit (mikroba patogen) untuk berinteraksi
dengan pejamu.
TAHAP INKUBASI
Inkubasi disebut juga masa tunas, masa dari mulai masuknya kuman kedalam tubuh (waktu
kena tular) sampai pada waktu penyakit timbul. Setiap penyakit berlainan masa ikubasinya.
Penularan penyakit dapat terjadi selama masa inkubasi
TAHAP SAKIT
Penderita dalam keadaan sakit. Merupakan tahap tergangunya fungsi organ yang dapat
memunculkan tanda dan gejala (signs and symptoms) penyakit. Dalam perjalanannya
penyakit akan berjalan bertahap. Pada tahap awal, tanda dan gejala penyakit masih ringan.
Penderita masih mampu melakukan aktivitas harian dan masih dapat diatasi dnegan berobat
jalan. Pada tahap lanjut, penyakit tidak dapat diatasi dengan berobat jalan, karena penyakit
bertambah parah, baik secara obyektif maupun subyektif. Pada tahap ini penderita tidak
mampu lagi melakukan aktivitas sehari-hari dan jika berobat umumnya membutuhkan
perawatan. Penularan mikroorganisme melalui hidung, mulut, telinga, mata, urin, feses,
sekret dari ulkus, luka, kulit, organ-organ dalam
Tahap sakit atau klinis ini dapat berlangsung secara:
ü Akut : berlangsung untuk beberapa hari atau minggu
ü Kronik : berlangsung untuk beberapa bulan atau tahun
TAHAP PENYEMBUHAN
Perjalanan penyakit pada suatu saat akan berakhir pula. Perjalanan penyakit tersebut dapat
berakhir dengan 5 alternatif:
1. Sembuh sempurna
Penderita sembuh secara sempurna, artinya bentuk dan fungsi sel/jaringan/organ tubuh
kembali seperti sediakala.
2. Sembuh dengan cacat
Penderita sembuh dari sakitnya namun disertai adanya kecacatan. Cacat dapat berbentuk
cacat fisik, cacat mental, maupun cacat sosial.
3. Pembawa (carier)
Perjalanan penyakit seolah-olah berhenti, ditandai dnegan menghilangnya tanda dan gejala
penyakit. Pada kondisi ini agen penyebab masih ada dan masih potensial sebagai sumber
penularan.
Carier / karier : orang yang mengeluarkan mikroorganisme sesudah sembuh
ü Karier konvalen à mengeluarkan mikroorganisme hanya pada masa penyembuhan
ü Karier temporer à mengeluarkan mikroorganisme tidak lebih dari satu tahun
ü Karier kronik à mengeluarkan mikroorganisme lebih dari satu tahun (terjadi pada demam
tifoid)
ü Ekskretor asimptomatik (karier kontak), adalah orang-orang yang mendapat infeksi dengan
mikroorganisme tanpa menampakkan perkembangan penyakit. Terjadi pada poliomielitis,
infeksi staphylococcus aureus, sakit tenggorokan karena infeksi streptokokus, difteri, disentro,
meningitis yang disebabkan meningokokus
4. Kronis
Perjalanan penyakit bergerak lambat, dengan tanda dan gejala yang tetap atau tidak berubah.
5. Meninggal dunia
Akhir perjalanan penyakit dengan adanya kegagagalan fungsi-fungsi ogan.
2. Saluran pencernaan
ü Mukosa lambung merupakan kelenjar dan tidak merupakan barier mekanis yang baik.
Sering terjadi defek – defek kecil atau erosi pada lapisan lambung, tetapi tidak banyak berarti
pada proses infkesi sebab suasana lambung sendiri sangat tidak sesuai untuk banyak
mikroorganisme. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh keasaman lambung yang tinggi,
disamping lambung cenderung memindahkan isinya ke usus halus dengan proses yang relatif
cepat.
ü Lapisan usus halus juga bukan merupakan barier mekanis yang baik dan secara mudah
dapat ditembus oleh banyak bakteri. Namun gerakan peristaltik untuk mendorong isi usus
berlangsung cepat sekali sehingga populasi bakteri dalam lumen dipertahankan tetap sedikit.
ü Lapisan dalam usus besar secara mekanis juga tidak baik. Pada tempat ini pendorongan
tidak cepat dan terdapat stagnasi relatf dari isi usus. Pertahanan utma melawan jasad renik
adalah melalui banyaknya flora normal yang menghuni usus besar dan hidup berdampingan
dnegan hospes. Bakteri normal yang banyak ini berkompetisi untuk mendapatkan makanan
atau mereka benar-benar mengeluarkan substansi antibakteri (antibiotik).
3. Saluran pernafasan
Epitel pada saluran nafas misalnya pada lapisan hidung, lapisan nasofaring, trakea dan
bronkus, terdiri dari sel – sel tinggi yang beberapa diantaranya mengeluarkan mukus, tetapi
sebagian besar diperlengkapi dengan silia pada permukaan lumen mereka. Tonjolan-tonjolan
kecil ini bergetar seperti cambuk dengan gerakan yang diarahkan kemulut, hidung dan keluar
tubuh. Jika jasad renik terhirup, mereka cenderung menegnai selimut mukosa yang dihasilkan
dari mukus, untuk digerakkan keluar dan atau dibatukkan atau ditelan.
Kerja perlindungan ini dipertinggi dengan adanya antibodi didalam sekresi. Jika beberapa
agen menghindar dari pertahanan ini dan mencapai ruang – ruang udara didalam paru-paru,
maka disana selalu terdapat makrofag alveoler yang merupakan barisan pertahanan lain.
b. Pembuluh limfe
Aliran limfe pada radang akut dipercepat sehingga agen-agen menular ikut menyebar dengan
cepat sepanjang pembuluh limfe bersama dengan aliran limfe itu. Kadang-kadang
menyebabkan limfangitis, tetapi lebih sering agen-agen tersebut langsung terbawa ke kelenjar
limfe, dimana mereka dengan cepat difagositosis oleh makrofag. Pada keadaan ini maka
cairan limfe yang mengalir ke pusat melewati kelenjar limfe dapat terbebas dari agen-agen
tersebut.
b) Secara Tidak Langsung (Indirect) penularan mikroba patogen memerlukan adanya “media
perantara”, baik berupa barang/bahan, air, udara, makanan/minuman maupun vektor.
Organisme dikeluarkan dari penderita kemudian diendapkan pada berbagai permukaan lalu di
lepaskan kembali dalam udara. Dengan cara serupa organisme dapat sampai kedalam tanah,
air, makanan atau rantai pemindahan tidak langsung lainnya. Di rumah sakit, infeksi juga
dapat disebarkan melalui eksudat-eksudat dan ekskreta. Transfusi darah dapat juga menjadi
sarana penyebaran infeksi (misal. Penyakit hepatitis virus).Jenis pemindahan tidak langsung
yang lebih kompleks melibatkan vektor-vektor seperti serangga, misalnya nyamuk (penyakit
malaria), lalat (penyakit disentri), cacing (penyakit filariasis), dll.
4. Menjelaskan pencegahan infeksi oleh bakteri dan virus, termasuk infeksi nosokomial
PENCEGAHAN INFEKSI
Pencegahan infeksi adalah bagian esensial dari asuhan lengkap yang diberikan kepada
ibu dan bayi baru lahir dan harus dilaksakan secara rutin pada saat menolong
persalinan dan kelahiran bayi,saat memberikan asuhan dasar selama kunjungan
antenatal atau pasca persalinan/bayi baru lahir atau saat menatalaksana penyulit.
Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi
baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya. Juga
upaya-upaya menurunkan resiko terjangkit atau terinfeksi mikroorganisme yang
menimbulkan penyakit-penyakit berbahaya.
Faktor yg mempengaruhi proses infeksi Sumber Penyakit Daya Tahan Kuman
Tubuh Penyebab Cara Cara Masuknya Membebaskan Kuman Sumber dr Kuman Cara
Penularan. pencegahan infeksi Fokus Utama Penanganan Masalah Infeksi dalam
Yankes Dahulu Sekarang Mencegah Infeksi Mengurangi Resiko, yaitu :
1. Infeksi serius pascabedah Perpindahan Penyakit
2. Munculnya penyakit AIDS
3. Pasien dan Hepatitis B
4. Pemberi yankes
5. Karyawan RS
6. Pekarya
Tindakan Pencegahan Infeksi Dekonta Pencuci minasi an Antisep Desintikfeksi
Aseptik infeksi Sterili sasi, pedoman pencegahan infeksi Pencucian Tangan
Penggunaan Sarung Tangan Penggunaan Cairan Antiseptik Pemrosesan Alat Bekas
Pakai Pembuangan Sampah Penatalaksanaan Pencegahan Infeksi.
Ada berbagai praktek pencegahan infeksi yang membantu mencegah mikroorganisme
berpindah dari satu individu ke individu lainnya (ibu, bayi baru lahir, dan para
penolong persalinan) sehingga dapat memutus rantai penyebar infeksi,
penatalaksanaan pencegahan infeksi antara lain sebagai berikut :
1. Cuci tangan
2. Memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung lainnya
3. Menggunakan tekhnik asepsis atau aseptik
4. Memproses alat bekas pakai
5. Menangani peralatan tajam dengan aman
6. Mengelola sampah medik,menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan.
1. Cuci tangan
Cuci tangan adalah prosedur yang paling penting dari pencegahan penyebaran
infeksi yang menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir.
Cuci tangan harus dilakukan :
a. Segera setelah tiba ditempat kerja
b. Sebelum melakukan kontak fisik secara langsung dengan ibu atau bayi baru
lahir
c. Setelah kontak fisik langsung dengan ibu atau bayi baru lahir
d. Sebelum memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril
e. Setelah melepaskan sarung tangan (kontaminasi melalui lubang atau robekan
sarung tangan)
f. Setelah menyentuh benda yang mungkin terkontaminasi oleh darah atau cairan
tubuh lainnya atau setelah menyentuh selaput mukosa ( misalnya hidung,
mulut, mata, vagina) meskipun saat itu sedang menggunakan sarung tangan
g. Setelah kekamar mandi
h. Sebelum pulang kerja
Parasit dari kelas ini merupakan protozoa yang mempunyai satu atau lebih flagel yang
mempunyai kekuatan untuk bergerak.
Flagelata dibagi menjadi dua kelompok:
bentuk-bentuk seperti tumbuhan {fitoflagelata) dan bentuk-bentuk seperti hewan
(zooflageiata). Fitoflagelata mengandung klorofil dan bersifat fotosintetik. Zooflagelata
adalah heterotrof. Kesemuanya membelah secara membujur dan beberapa mempunyai
tingkatan reproduksi seksual. Sitoplasma pada flagelata dikitari oleh pelikel yang nyata
sehingga membantu memberi bentuk kepada organismenya. Selain flagela, dari organisme itu
menonjol membran yang berombak-ombak yang digunakan untuk gerak alih dan atau
mengumpulkan makanan. Sejumlah flagelata menginfeksi manusia, menimbulkan penyakit
pada alat kelamin, usus, dan penyakit sistemik, Kebanyakan flagelata usus mempunyai stadia
trofik dan terensistasi. Flagelata usus terdapat dalam usus halus, juga ada dalam "cecum"
(kantung yang menuju usus besar) dan usus besar. Beberapa, seperti Giardia lamblia,
satu-satunya protozoa usus yang menimbulkan disentri atau diare/ terutama ditemukan di
dalam duodenum (usus dua belas jari). Penularannya berlangsung terutama melalui makanan
atau minuman yang tercemar dan melalui kontak dari tangan ke mulut. Trichomonas
vagina/is menimbulkan satu tipe vaginitis, yaitu peradangan pada vagina dengan keluarnya
cairan dan disertai rasa panas seperti terbakar dan rasa gatal. Organisme itu tidak mempunyai
stadium sista dan menyebar sebagai penyakit kelamin. Selain flagelata usus, kelompok kedua
yaitu hemoflagelata (atau bentuk-bentuk darah dan jaringan) dipindah sebarkan pada manusia
oleh serangga-serangga pengisap darah, di situ menimbulkan infeksi-infeksi yang ganas dan
kadang kala mematikan. Genus yang dikenal iaiah Trypanosoma dan Leishmania.
Trypanosomiasis mencakup penyakit tidur Afrika, sedangkan Leishmaniasis menyebabkan
lesio (luka patologis) pada kulit ataupun jeroan bergantung kepada spesiesnya.
Yang termasuk kelas flgelata yang penting :
a. Giardia lamblia
Hospes penyakit ini adalah manusia dan hospes reservoirnya adalah tikus. Penyakit
yang di timbulkan disebut giardiansis atau lambliasis.
Patologi dan gejala klinis
Dengan batil isap yang cekung, stadium trofozoit melekat pada permukaan epitel usis,
sehingga menimbulkan gangguan fungsi usus dalam penyerapan sari makanan
terutama dalam penyerapan lemak, karoten folat dan vitamin B12. Kelainan fungsi
usus kecil menimbulkan gejala kembung, abdomen membesar, tegang, mual,
anoreksia, feses banyak dan berbau busuk, dan penurunan berat badan.
Epidemiologi
Ditemukan kosmopolit, prevalensinya 2 – 25 % atau lebih. Transmisi terjadi dengan
tertelannya kista matang. Makanan/ minuman yang terkontaminasi tinja, lalat dan
penjaja makanan merupakan sumber infeksi atau melalu orang yang terinfeksi ke
orang yang tidak terinfeksi. Giardia lamblia juga dianggap sebagai parasit yang
ditularkan melalui seks dan banyak ditemukan pada penderita AIDS.
b. Trichomonas vaginalis
Hospes : manusia. Menyebabkan penyakit trikomoniasis vagina dan pada pria
prostatitis. Parasit ini berhabitat pada vagina, pada uretra, epididimis, dan prostat pada
laki-laki.
Patologi dan gejala klinis
Ditularkan ke dalam vagina mulai berkembangbiak bila flora bakteri, pH dan keadaan
fisiologi vagina sesuai. Parasit menyebabkan degenerasi dan deskuamasi sel epitel
disusul serangan leukosit. Sekret vagina mengalir keluar dan menimbulkan keputihan
tergantung beratnya infeksi dan stadium penyakit. Rasa pedih waktu kencing
merupakan infeksi tambahan. Infeksi dapat menjalar dan menyebabkan uretritis.
Epidemiologi
Ditemukan pada semua bangsa/ ras dan semua musim. Pada wanita parasit lebih
sering ditemukan pada kelompok usia 20 – 49 tahun., berkurang pada usia muda dan
lanjut usia dan jarang pada anak gadis.
3. Ciliata
Kelas ciliata adalah golongan protozoa yang mempunyai silia, terdiri dari benang yang
berasal dari ektoplasma yang pendek dan halus dan sangat panjang. Silia adalah bulu getar
yang dapat bergerak di sekitar alur-alur mulut atau rongga rongga mulut, silia menimbulkan
efek pusaran air yang membantu pengumpulan makanan.Kebanyakan siliata membagi diri
dengan pembelahan biner melintang. Reproduksi seksual berlangsung dengan konjugasi dua
sel. Juga, seperti yang telah dikemukakan sebelumnya di dalam setiap sel paling sedikit
terdapat satu makronukleus dan satu atau lebih mikronukleus.Kebanyakan siliata hidup
bebas.
Yang termasuk kelas cilliata yang penting adalah
Balantidium coli
Hospes : hospes definitif dari parasit ini adalah babi dan beberapa spesies kera yang
hidup di daerah tropik. Parasit ini kadang-kadang menginfeksi manusia manusia dan
menyebabkan penyakit balantidiasis atau disentri balantidium. Penyakit ini termasuk dalam
penyakit zoonosis.
Patologi dan gejala klinis
Penyakit yang ditimbulkan hampir sama dengan E. hystolitica. Di selaput lendir usus besar,
bentuk vegetatif membentuk abses keci yang pecah dan menjadi ulkus. Biasanya disertai
sindrom disentri. Penyakit dapat terjadi menahun dengan dire diselingi konstipasi, sakit perut,
tidak nafsu makan, muntah. Kadang-kadang dapat menimbulkan infeksi ekstraintestinal yang
menyebabkan peritonitis, uretritis. Diagnosis dapat ditegakan dengan menemukan stadium
trofozoit atau kista dalam tinja penderita.
Epidemiologi
Banyak ditemukan pada babi yang dipelihara (60 – 90%) penularan pada babi mudah sekali
dan dapat menular ke manusia. Cara infeksi pada manusia terjadi dari tangan ke mulut atau
melalui tangan (misal saat membersihkan kandang babi) terkontaminasi tinja babi yang
mengandung kista kemudian kista tertelan sehingga infeksi. Stadium kista dan trofozoit dapat
ditemukan di dalam tinja. Stadium kista dalam tinja pada suhu kamar dapat hidup selama 1-2
hari.
4. Sporozoa
Semua sporozoa hidup sebagai parasit pada satu atau lebih spesies hewan. Bentuk-bentuk
dewasanya tidak mempunyai organ untuk pergerakan tetap. Mungkin pada satu stadium,
bergerak dengan cara meluncur. Sporozoa ini tidak dapat menelan partikel-partikel padat,
tetapi hidup dari sel atau zat alir tubuh inangnya.
Yang termasuk kelas sporozoa yang penting :
a. Toxoplasma gondii
Hospes definitif : kucing dan binatang sejenisnya.
Hospes perantara : manusia, burung dan mammalia lain. Menyebabkan
toksoplasmosis kongenital dan toksoplasmosis akuisitas.
Patologi dan gejala klinik.
Invasi biasanya terjadi di usus. T. gondii menyerang semua organ dan jaringan tubuh
hospes kecuali sel darah merah. Kerusakan yang terjadi pada jaringan tubuh,
tergantung pada umur (pada bayi lebih berat daripada dewasa), virulensi strain
toxoplasma, jumlah parasit dan organ yang diserang.
Epidemiologi
Di Indonesia , pada manusia berkisar 2 – 63 %. Keadaan toksoplasmosis dipengaruhi
oleh banyak faktor seperti kebiasaan makan daging kurang matang, adanya kucing
yang dipelihara, tikus dan burubf sebagai hospes perantara, vektor seperti lalat, lipas.
b. Plasmodium
Sporozoa yang paling penting ialah yang menimbulkan malaria. Malaria adalah
penyakit asal nyamuk pada manusia yang disebabkan oleh sporozoa yang tergolong
genus Plasmodium yang menginfeksi hati dan sel-sel darah merah, Inang akhir bagi
parasit tersebut ialah nyamuk anofelin betina; reproduksi seksual parasitnya terjadi
dalam inang ini. Hospes perantara adalah manusia, hospes definitif ; nyamuk
Anopheles betina. Siklus hidup berlangsung secara seksual (sporogoni) di dalam
tubuh nyamuk anopheles betina, dan secara aseksual (schizogoni) di dalam tubuh
manusia.
Cara infeksi dari malaria adalah dengan 2 cara:
1. Kongenital, melalui plasenta ibu hamil yang mengandung plasmodium yang di
tularkan kepada janin dalam kandungan.
2. Akuisita, yang dapat melalui beberapa cara, yaitu:
a) Secara alami melalui tusukan nyamuk anopheles betina yang mengandung stadium
sporozoit,
b) Secara induced, bila stadium aseksual dalam eritrosit secara tak sengaja masuk
dalam badan manusia melalui darah, seperti transfusi atau suntikan.
2) Plasmodium malariae
Nama penyakit : malaria malariae/ malaria kuartana karena serangan demam
berulang pada tiap hari keempat.
Distribusi geografik : terdapat di daerah tropic dan sub stropik, tetapi frekuensi
cenderung rendah di beberapa daerah.
Epidemiologi ; frekuensinya di suatu daerah di Indonesia sangat rendah
3) Plasmodium ovale
Nama penyakit : malaria ovale
Distribusi geografik : terdapat di daerah tropic Afrika Barat, Pasifik Barat dan di
beberapa bagian lan di dunia. Di Indonesia terdapat di Pulau Owi sebelah selatan Biak
di Irian Jaya dan di Pulau Timor.
Epidemiologi : frekuensinya sangat rendah dan dapat sembuh sendiri tanpa
pengobatan.
4) Plasmodium falciparum
Nama penyakit : malaria falsiparum
Distribusi geografik : terdapat di daerah tropic terutama Afrika dan Asia Tenggara.
Di Indonesia menyebar di seluruh kepulauan.
1. Parasit mengubah permukaan antigen mereka selama siklus hidup dalam host vertebrata.
Dua bentuk variasi antigenik: 1. Stage-specific change dalam ekspresi antigen, misalnya
antigen stadium sporosit pada malaria berbeda dengan antigen merozoit. 2. Adanya variasi
lanjutan antigen permukaan mayor pada parasit, misalnya yang terlihat pada Trypanosoma
Afrika: Trypanosoma brucei dan Trypanosoma rhodensiensi. Adanya variasi lanjutan
kemungkinan karena variasi terprogram dalam ekspresi gen yang mengkode antigen
permukaan mayor.
2. Parasit menjadi resisten terhadap mekanisme efektor imun selama berada dalam host.
Misalnya larva Schistosomae yang berpindah ke paru-paru host dan selama migrasi
membentuk tegumen yang resisten terhadap kerusakan oleh komplemen dan CTLs.
3. Parasit protozoa dapat bersembunyi dari sistem imun dengan hidup di dalam sel host atau
membentuk kista yang resisten terhadap efektor imun. Parasit dapat menyembunyikan mantel
antigeniknya secara spontan ataupun setelah terikat pada antibodi spesifik.
Regulasi imun adaptif sebagai respon terhadap infeksi malaria dilakukan oleh sitokin yang
diproduksi oleh sel pada respon imun adaptif. Parasit dikenali oleh pattern-recognition
receptors (PRRs), seperti Toll-like receptors (TLRs) dan CD36, atau sitokin inflamatori,
seperti interferon- gamma (IFN-gamma), dendritic cells (DCs) mature dan bermigrasi ke
spleen — area primer respon imun menyerang stadium Plasmodium di darah. Maturasi sel
dendritik berasosiasi dengan upregulasi ekspresi MHC II, CD40, CD80, CD86 dan molekul
adhesi dan produksi sitokin termasuk interleukin-12 (IL-12). IL-12 mengaktivasi natural
gamma killer (NK) cells untuk memproduksi IFN- dan menginduksi diferensiasi T helper 1
(TH1) cells. Produksi sitokin, IFN-gamma, oleh NK cells menyebabkan maturasi sel
dendritik dan meningkatkan efek parasit yang diturunkan dari rangsangan pematangan,
memfasilitasi ekspansi klonal antigen sel T CD4 naive spesifik. IL-2 yang diproduksi oleh
antigen sel Th1 spesifik kemudian mengaktifkan NK cell untuk memproduksi IFN-gamma,
yang menginduksi maturasi sel dendritik dan mengaktivasi makrofag. Sitokin, seperti IL-10
dan pembentukan TGF-beta meregulasi innate dan adaptive immune responses: NO (nitric
oxide); TCR (T-cell receptor); TNF (tumour-necrosis factor).
2. Penularan Biologis
Penularan biologis berlangsung dengan bertindak sebagai tuan rumah (host),
berarti adanya kelanjutan hidup kuman penyakit yang dipindahkan. Penularan
penyakit melalui vektor secara biologis, agen harus masuk ke dalam tubuh vektor
melalui gigitan ataupun melalui keturunannya. Selama dalam tubuh vektor, agen
berkembang biak atau hanya mengalami perubahan morfologis saja, sampai pada
akhirnya menjadi bentuk yang infektif melalui gigitan, tinja atau cara lain untuk
berpindah ke pejamu potensial. Pada penularan penyakit melalui vektor secara
biologis, perubahan bentuk atau perkembangbiakan agen dibedakan sebagai berikut:
a. Propagative transmission
Agen berkembang biak di dalam tubuh vektor tanpa mengalami perubahan
stadium.
Contoh :
- Yersinia pestis (agen pes) di dalam tubuh pinjal (flea) Xenopsylla cheopis.
Pinjal sebagai vektor bisa mati oleh Yersinia pestis.
d. Transovarian/Hereditary (keturunan)
Generasi yang terkena infeksi tidak menularkan penyakit pada manusia, tetapi
menularkan pada anaknya. Penularan terjadi melalui generasi berikutnya.
Contoh:
- Penyakit Scrub thypus yang disebabkan oleh Ricketsia tsutsugamushi dari
tikus Trombicula akamushi (sejenis tungau atau mites)
-
Penan vektor terhadap mekanisme penularan penyakit
1. Penyakit dengan Dua Faktor Kehidupan
Mekanisme penularan penyakit dengan dua factor kehidupan terdiri dari manusia dan
arthropoda. Penyakit tersebut disebabkan oleh arthropoda atau serangga itu langsung
bukan karena virus, bakteri, protozoa, cacing, ataupun jamur.
Contohnya: entomophobia, infestasi, gigitan dan sengatan serangga, atau cairan beracun,
misalnya lebah.
A. CESTODA
1. TAENIA SOLIUM
Mekanisme Infeksi
Infeksi dilakukan oleh larva( larva sistiserkus). Larva ini berkembang di tubuh
manusia menjadi cacing dewasa. Secara umum berada otak dan otot. Ketika cacing ini
mati di dalam tubuh manusia, mereka akan mengeluarkan reaksi kimiawi yang
menyebabkan inflamasi,fibrosis, dan kalsifikasi. Menyebabkan Sindrom CNS seperti
epilepsy. Infeksi yang terjadi pada orang dewasa biasanya tidak terjadi patologi, namun
terjadi iritasi pada mukosa usus. Cacing ini mempunyai 4 suckers dan pengait.yang bias
menyerang mukosa usus.
2. TAENIA SAGINATA
Mekanisme Infeksi
Infeksi dilakukan oleh larva( larva sistiserkus). Larva ini berkembang di tubuh
manusia menjadi cacing dewasa.. Cacing ini mempunyai 4 suckers dan tidak memiliki
pengait , menyerang mukosa usus bagian jejenum
B. TREMATODA
1. SCHISTOSOMA
2. Mekanisme Infeksi
Diawali penetrasi serkaria ke kulit. Biasanya tidak tampak nyata. Ini mengakibatkan
dermatitis serkaria(oleh S. species) dan ini menyebabkan terbentuknya papul,macula,dan
sebagainya.
Serkaria yang masuk, berkembang menjadi cacing yang belum matang. Adanya toksik
dan gejala alergi termasuk urtikaria dengan eusinofil. Terjadi demam,sakit abdomen.
Dikenal sebagai Katayama atau demam siput. Kerusakan jaringan dapat terjadi akibat
telur cacing.
Terjadi schistomiasis di sistem urinarius, telur merusak mukosa saluran kemih.
Begitupula yang terjadi di usus dan hepar.
3. Clonorchis sinensis
Mekanisme Infeksi
Diawali masuknya metasercaria, yang akan berkembang menjadi cacing dewasa di usus
halus manusia. Lalu, cacing dewasa akan menuju hepar dan duktus biliaris dengan cara
menembus jaringan usus. Cacing dewasa akan mendiami duktus biliaris di bagian distal,
menyebabkan reaksi inflamasi dan cholangitis. Kadang kala, ada infeksi sekunder oleh
bakteri. Infeksi akut menyebabkan pembesaran hepar( hepatomegaly). Sedang infeksi
kronik menyebabkan anoreksia, sakit di bagian epigatric,dan sebagainya.
C. NEMATODA
1. Enterobius Vermiculari
Mekanisme Infeksi
Telur yang ada di makanan yang terkontaminasi, akibat luka, pakaian,dll dimakan oleh
manusia. Menuju esophagus, lalu di lambung akan keluar cacing dari telur. Lalu akan terjadi
pembentukan gamet di sekum (bawa ileum). Lalu di anus akan terbentuk gravid dari
betina(telurnya) . dan keluar bersama feses. Tubuh yang terinfeksi , akan merasa gatal di
bagian anusnya. Bias menyebabkan pruritis atau vaginitis.
2. Trichuris Trichiura
Mekanisme Infeksi
Telur trichuris yang memiliki dua kutub masuk ke tubuh melalui makana,tanah yang
terkontaminasi. Di usus halus, telur menjadi cacing. Di sekum terjadi gametogenesis, lalu di
kolon transenden cacing betina akan melepaskan telur-telur. Di rectum dan anus akan
terbentuk telur yang bentuknya kutub lagi.infeksi biasa bersifat asytomatic. Dan infeksi yang
berlebihan menyebabkan sindrom disentri, rectal bleeding, anemia,dll
CACING
. Wuchereria branchofti (filarial worm)
A.Klasifikasi
➢ Phylum : Nemathelminthes
➢ Class : Nematoda
➢ Subclass : Secernemtea
➢ Ordo : Spirurida
➢ Super famili : Onchocercidae
➢ Genus : Wuchereria
➢ Species : Wuchereria Bancrofti
C. Morfologi
Cacing dewasa menyerupai benang, berwarna putih kekuning-kuningan. Cacing betina
berukuran 90-100x0,25 mm ekor lurus dan ujungnya tumpul, didelfik dan uterusnya
berpasangan (paired). Cacing jantan berukuran 35-40mmx0,1mm, ekor melingkar dan
dilengkapi dua spikula.
Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria bersarung dan berukuran 250-300x7-8
mikron.Mikrofilaria terdapat di dalam darah dan paling sering ditemukan di aliran darah
tepi, tetapi pada waktu tertentu saja.Pada umumnya mikrofilaria.Cacing ini mempunyai
periodisitas nokturna karena mikrofilaria dalam darah tepi banyak ditemukan pada malam
hari, sedangkan pada siang hari mikrofilaria terdapat di kapiler organ-organ visceral
(jantung, ginjal, paru-paru dan sebagainya). Di daerah pasifik, mikrofilaria W.
bancrofti mempunyai periodisitas subperiodik diurnal.Di Thailand terdapat mikrofilaria
dengan periodisitas subperiodik nokturna.
D. Siklus hidup
Untuk melengkapi siklus hidupnya, W. bancrofti membutuhkan manusia (hospes
definitif) dan nyamuk (hospes perantara).Nyamuk terinfeksi dengan menelan microfilaria
yang terisap bersama-sama dengan darah.Di dalam lambung nyamuk, mikrofilaria
melepaskan sarungnya dan berkembang menjadi stadium 1 (L-1), larva stadium 2 (L-2),
dan larva stadium 3 (L-3) dalam otot toraks kepala. Larva stadium 1 (L-1) memiliki
panjang 135-375 mikron, bentuk seperti sosis, ekor memanjang dan lancip, dan masa
perkembangannya 0,5-5,5 hari (di toraks). Larva stadium 2 (L-2) memiliki panjang
310-1.370 mikron, bentuk gemuk dan lebih panjang daripada L-1, ekor pendek
membentuk krucut, dan masa perkembangannya antara 6,5-9,5 hari (di toraks dan kepala).
Larva stadium 3 (L-3) memiliki mobilitas yang cepat sekali, kadang-kadang ditemukan di
probosis nyamuk sehingga larva ini bersifat infektif dan ditularkan pada manusia melalui
gigitan nyamuk.
E. Diagnosis
Diagnosis filariasis hasilnya lebih tepat bila didasarkan pada anamnesis yang
berhubungan dengan vektor di daerah emdemis dan di konfirmasi dengan hasil
pemeriksaan laboratorium.Bahan pemeriksaan adalah darah yang diambil pada malam
hari.Sediaan darah tetes tebal yang diperoleh dari tersangka, langsung diperiksa dengan
mikroskop untuk melihat adanya mikrofilaria yang masih bergerak aktif, sedangkan untuk
menetapkan spesies filarial dilakukan dengan membuat sediaan darah tetes tebal dan halus
tipis yang diwarnai dengan larutan Giemsa atau Wright.
A. Klasifikasi
➢ Phylum : Nemathelminthes
➢ Class : Nematoda
➢ Subclass : Secernemtea
➢ Ordo : Spirurida
➢ Super famili : Wuchereria
➢ Genus : Brugia
➢ Species : Brugia malayi dan Brugia timori
B. Epidemiologi, distribusi geografis dan kondisi penyakit terkini
Distribusi geografik yang luas daripada parasit ini meliputi Srilangka, Indonesia, Filipina,
India Selatan, Asia, Tiongkok, Korea, dan suatu daerah kecil di jepang. Ini merupakan
infeksi filarial yang predominan di India Selatan dan Srilangka.Daerah distribusinya
sepanjang pantai yang datar, sesuai dengan tempat hospes serangga yang utama yaitu
nyamuk Mansonia.Nyamuk ini banyak terdapat di daerah rendah dengan banyak kolam
yang bertanaman Pistia, suatu tumbuhan air, penting untuk perindukan nyamuk tersebut di
atas. Bila vektor penyakit adalah nyamuk Mansonia, maka penyakit itu terutama terdapat
di daerah luar kota, tetapi bila vektornya adalah nyamuk Anopheles penyakit itu terdapat
di daerah kota dan sekitarnya.
C. Morfologi
Cacing dewasa berbentuk silindrik seperti benang, berwarna putih
kekuning-kuningan.Pada ujung anteriornya terdapat mulut tanpa bibir dan dilengkapi baris
papilla 2 buah, baris luar 4 buah dan baris dalam 10 buah. Cacing betina berukuran
55x0,16 mm dengan ekor lurus, vulva mempunyai alur transversal dan langsung
berhubungan dengan vagina membentuk saluran panjang. Cacing jantan berukuran
23x0,09 mm, ekor melingkar dan bagian ujungnya terdapat papilla 3-4 buah, dan di
belakang anus terdapat sepotong papilla. Pada ujung ekor terdapat 4-6 papila kecil dan dua
spikula yang panjangnya tidak sama.
Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria bersarung, panjangnya 177-230 mikron, letak
tubuh kaku, panjang ruang kepala dua kali lebarnya, inti tubuh tidak teratur dan ekornya
mempunyai 1-2 inti tambahan.Mikrofilaria ini terdapat dalam darah
tepi.Periodisitas Brugia malayi ada yang nokturna, subperiodik nokturna, dan
nonperiodik.
D. Siklus hidup
Brugia malayi yang hidup pada manusia ditularkan oleh Anopheles barbirosrtis.Brugia
Malayi yang hidup pada manusia dan mamalia lainnya ditularkan olehMansonia
sp. Brugia timori, sedangkan yang hanya hidup pada manusia ditularkan oleh Anopheles
barbirostris.
Kedua cacing ini mempunyai siklus hidup yang kompleks dan ukuran tubuh lebih pendek
bila dibandingkan dengan ukuran tubuh Wuchereri bancrofti.Masa pertumbuhan larva di
dalam tubuh vektor kira-kira 10 hari. Di sini larva mengalami pergantian kulit dan
berkembang menjadi L-1, L-2, dan L-3. Pada manusia, masa pertumbuhan bisa mencapai
3 bulan. Pada tubuh manusia, perkembangan ke dua cacing ini mempunyai pola hidup
yang sama seperti Wuchereria bancrofti.
E. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang dikonfirmasi dengan menemukan
mikrofilaria dalam darah perifer.Pada stadium awal, belum ditemukan mikrofilaria dalam
darah perifer.Untuk mengetahui potongan cacing dewasa, dapat dilakukan pemeriksaan
dari bahan biopsi kelenjar limfe yang membengkak.
Untuk keperluan diagnosis, sekarang telah dikembangkan tes imunologik, tetapi masih
dalam penelitian, terutama untuk meningkatkan kepekaan cara diagnosis ini.
Dracunculus medinensis
A.Klasifikasi
➢Phylum : Nemathelminthes
➢Class : Nematoda
➢Subclass : Onchocercidae
➢Ordo : Camallanidea
➢Super famili : Dracunculoidea
➢Genus : Dracunculus
➢Species : Dracunculus medinensis
C. Morfologi
Cacing dewasa berbentuk seperti tali, silindris .Betina : 500-1200 x 0,9-17 mm, usia
sampai 12-18 bulan, Jantan : 12-29 x 0,4 mm ; ujung anterior membulat , posterior agak
runcing & melengkung ke ventral.
D. Siklus hidup
Cacing dewasa hidup di dalam jaringan subkutis dan kulit, dan menjadi dewasa dalam 10
minggu.Seekor cacing betina dapat hidup sampai 12-18 bulan.Di dalam waktu kira-kira
satu tahun cacing betina yang pindah ke jaringan subkutis tungkai, lengan, pundak dan
tubuh bagian bawah yang banyak bersentuhan dengan air.Bila waktunya untuk
mengeluarkan larva, bagian kepala cacing membentuk benjolan kecil pada kulit yang
berindurasi, kemudian benjolan itu menjadi vesikel dan dapat menjadi ulkus.Bila
permukaan ulkus terkena air maka lekuk uterus, yang telah menjulur keluar melalui bagian
anterior cacingyang pecah, mengeluarkan larva yang dapat bergerak ke dalam air.
E. Diagnosis
Diagnosis dibuat berdasarkan bentuk luka setempat adanya cacing dan larva.Bentuk
cacing di bawah kulit dapat dilihat dengan penyinaran cahaya.Cacing yang telah
mengalami perkapuran dapat ditemukan tempatnya dengan pemeriksaan sinar
Rontgen.Pengeluaran larva dapat dirangsang dengan mendinginkan daerah ulkus.Reaksi
kulit, dengan memakai ekstrak cacing sebagai antigen, adalah positif pada kebanyakan
penderita.
4. JAMUR
Trichophyton rubrum/jamur parasit
Trichophyton rubrum merupakan jamur yang paling umum menjadi
menyebabkan infeksi jamur kronis pada kulit dan kuku manusia. Pertumbuhan
koloninya dari lambat hingga bisa menjadi cepat. Teksturnya yang lunak, dari depan
warnanya putih kekuning-kuningan (agak terang) atau bisa juga merah violet. Kalau
dilihat dari belakang tampak pucat, kekuning-kuningan, coklat, atau cokelat
kemerahan. Meskipuntrichophyton rubrum merupakan jamur yang paling umum
terdeteksi menjadi dermatophytes (jamur parasit – mycosis – yang menginfeksi kulit)
dan menyebabkan infeksi jamur kuku tangan, ada juga jenis jamur yang lain yang
menjadi sebab infeksi serupa, contohnya Tricophytum mentagrophytes, T. verrucosum,
dan T. Tonsurans.[1]
Penularan
Dermatophytes ditularkan melalui kontak langsung dengan kulit/kuku manusia atau
hewan yang terinfeksi. Inilah yang menyebabkan jamur ini tergolong sebagai IMS
karena bisa ditularkan melalui ‘sentuhan, usapan, dan rabaan’ dari kulit yang
mungkin terinfeksi. Bisa juga akibat kontak kulit atau rambut kita dengan benda
yang dihinggapi jamur ini seperti pakaian, sisir, sikat rambut, kursi bioskop, topi,
furniture, seprai, selimut, handuk, dan lain sebagainya. Tergantung pada jenis
organisme jamur yang ada di sekitar kita. Kerentanan terkena infeksi terjadi apabila
ada cedera pada kulit seperti luka tergores, luka bakar, maupun suhu dan
kelembaban yang berlebihan.
Identifikasi jamur
Idetifikasi terhadap infeksi jenis T. rubrum sulit karena banyak anggota genus yang
bereaksi mirip pada saat dikenai tes reagen. The Mycology Unit at the Adelaide
Women’s and Children’s Hospital menggunakan sebuah skema identifikasi
dermatophyte, dibuat oleh Gerraldine Kaminski. Skema ini menggunakan 6 macam
media untuk membantu mengidentifikasi dan membedakan berbagai jenis spesies dan
strain Trichophyton. Media dalam skema ini adalah Littman Oxgall agar, Lactritmel
agar, Sabouraud agar dengan 5% NaCl, 1% Peptone agar, Trichophyton agar No 1, dan
hidrolisis urea.
Cacing pita Taenia dewasa hidup dalam usus manusia yang merupakan induk semang definitif.
Segmen tubuh Taenia yang telah matang dan mengandung telur keluar secara aktif dari anus
manusia atau secara pasif bersama-sama feses manusia.Bila inang definitif (manusia) maupun
inang antara (sapidan babi) menelan telur maka telur yang menetas akan mengeluarkan
embrio( onchosphere ) yang kemudian menembus dinding usus . Embrio cacing yang
mengikuti sirkulasi darah limfe berangsur-angsur berkembang menjadi sistiserkosis yang
infektif di dalam otot tertentu. Otot yang paling sering terserang sistiserkus yaitu jantung,
diafragma, lidah, otot pengunyah, daerah esofagus , leher dan otot antar tulang rusuk.
Infeksi Taenia dikenal dengan istilah Taeniasis dan Sistiserkosis .
Taeniasis adalah penyakit akibat parasit berupa cacing pita yang tergolong dalam genus Taenia
yang dapat menular dari hewan ke manusia , maupun sebaliknya. Taeniasis pada manusia
disebabkan oleh spesies Taenia solium atau dikenal dengan cacing pita babi , sementara Taenia
saginata dikenal juga sebagai cacing pita sapi . Sistiserkosis pada manusia adalah infeksi
jaringan oleh bentuk larva Taenia (sistiserkus) akibat termakan telur cacing Taenia solium
( cacing pita babi). Cacing pita babi dapat menyebabkan sistiserkosis pada manusia, sedangkan
cacing pita sapi tidak dapat menyebabkan sistiserkosis pada manusia. Sedangkan kemampuan
Taenia asiatica dalam menyebabkan sistiserkosis belum diketahui secara pasti. Terdapat
dugaan bahwa Taenia asiatica merupakan penyebab sistiserkosis di Asia . Manusia terkena
taeniasis apabila memakan daging sapi atau babi yang setengah matang yang mengandung
sistiserkus sehingga sistiserkus berkembang menjadi Taenia dewasa dalam usus manusia.
Manusia terkena sistiserkosis bila tertelan makanan atau minuman yang mengandung telur
Taenia solium .Hal ini juga dapat terjadi melalui proses infeksi sendiri oleh individu penderita
melalui pengeluaran dan penelanan kembali makanan . Sumber penularan cacing pita Taenia
pada manusia yaitu :
1. Penderita taeniasis sendiri dimana tinjanya mengandung telur atau segmen tubuh (proglotid)
cacing pita
2. Hewan, terutama babi dan sapi yang mengandung larva cacing pita (sistisekus).
3. Makanan, minuman dan lingkungan yang tercemar oleh telur cacing pita.
Penyebaran
Cacing pita Taenia tersebar secara luas diseluruh dunia. [7] . Penyebaran Taenia dan kasus
infeksi akibat Taenia lebih banyak terjadi di daerah tropis karena daerah tropis memiliki curah
hujan yang tinggi dan iklim yang sesuai untuk perkembangan parasit ini. [12] Taeniasis dan
sistiserkosis akibat infeksi cacing pita babi Taenia solium merupakan salah satu zoonosis di
daerah yang penduduknya banyak mengkonsumsi daging babi dan tingkat sanitasi
lingkungannya masih rendah, seperti di Asia Tenggara , India , Afrika Selatan , dan Amerika
Latin .
Cacing pita Taenia dapat menimbulkan penyakit yang disebut taeniasis dan sistiserkosis.
Gejala klinis terbanyak yang dikeluhkan adalah :
Pengeluaran segmen tubuh cacing dalam fesesnya (95%)
Gatal-gatal pada anus (77%)
Mual (46%)
Pusing (42%)
Peningkatan nafsu makan (30%)
Sakit kepala (26%)
Diare (18%)
Lemah (17%)
Merasa lapar (16%)
Sembelit (11%)
Penurunan berat badan (6%)
Rasa tidak enak di lambung (5%)
Letih (4%)
Muntah (4%)
Tidak ada selera makan saat lapar (1%)
Pegal-pegal pada otot (1%)
Nyeri di perut, mengantuk, serta kejang-kejang, gelisah, gatal-gatal di kulit dan
gangguan pernapasan (masing-masing <1%).
Sistiserkosis menimbulkan gejala dan efek yang beragam sesuai dengan lokasi parasit dalam
tubuh. Manusia dapat terjangkit satu sampai ratusan sistiserkus di jaringan tubuh yang
berbeda-beda. Sistiserkus pada manusia paling sering ditemukan di otak (disebut
neurosistiserkosis ), mata , otot dan lapisan bawah kulit .Dampak kesehatan yang paling
ditakuti dan berbahaya akibat larva cacing Taenia yaitu neurosistiserkosis yang dapat
menimbulkan kematian. Neurosistiserkosis adalah infeksi sistem saraf pusat akibat sistiserkus
dari larva Taenia solium . Neurosistiserkosis merupakan faktor risiko penyebab stroke baik
pada manusia yang muda maupun setengah baya , epilepsi dan kelainan pada tengkorak .
Sistiserkosis merupakan penyebab 1% kematian pada rumah sakit umum di Meksiko City dan
penyebab 25%tumor dalam otak .
Pengendalian
Cara Pengendalian cacing pita
Taenia
Pengendalian cacing pita Taenia dapat dilakukan dengan memutuskan siklus hidupnya.
Pemutusan siklus hidup cacing Taenia sebagai agen penyebab penyakit dapat dilakukan
melalui diagnosa dini dan pengobatan terhadap penderita yang terinfeksi. Beberapa obat cacing
yang dapat digunakan yaitu Atabrin, Librax dan Niclosamide dan Praziquantel. Sedangkan
untuk mengobati sistiserkosis dapat digunakan Albendazole dan Dexamethasone. Untuk
mengurangi kemungkinan infeksi oleh Taenia ke manusia maupun hewan diperlukan
peningkatan daya tahan tubuh inang . Hal ini dapat dilakukan melalui vaksinasi pada ternak,
terutama babi di daerah endemis taeniasis/sistiserkosis serta peningkatan kualitas dan
kecukupan gizi pada manusia. Lingkungan yang bersih sangat diperlukan untuk memutuskan
siklus hidup Taenia karena lingkungan yang kotor menjadi sumber penyebaran penyakit.
Pelepasan telur Taenia dalam feses ke lingkungan menjadi sumber penyebaran
taeniasis/sistiserkosis. Faktor risiko utama transmisi telur Taenia ke babi yaitu pemeliharaan
babi secara ekstensif , defekasi manusia di dekat pemeliharaan babi sehingga babi memakan
feses manusia dan pemeliharaan babi dekat dengan manusia. Hal yang sama juga berlaku pada
transmisi telur Taenia ke sapi . Telur cacing ini dapat terbawa oleh air ke tempat-tempat
lembap sehingga telur cacing lebih lama bertahan hidup dan penyebarannya semakinluas.
Kontrol penyakit akibat Taenia di lingkungan dapat dilakukan melalui peningkatan sarana
sanitasi , pencegahan konsumsi daging yang terkontaminasi , pencegahan kontaminasi tanah
dan tinja pada makanan dan minuman. Pembangunan sarana sanitasi, misalnya kakus dan
septic tank , serta penyediaan sumber air bersih sangat diperlukan. Pencegahan konsumsi
daging yang terkontaminasi dapat dilakukan melalui pemusatan pemotongan ternak di rumah
potong hewan (RPH) yang diawasi oleh dokter hewan.
Seperti telah diutarakan, maka kekebalan terhadap infeksi dengan parasit merupakan
gabungan antara "innate immunity "dengan "naturally acquired immunity". Manifestasi
imunitas dapat beroperasi lewat dua jalan, yaitu :
l. Sebagian mempengaruhi parasit secara langsung, misalnya :
2. Sebagian mempengaruhi parasit secara tidak langsung, yaitu dengan jalan mengubah
pengaruh panasit terhadap hospesnya, sehingga benakhir dengan penurunan morbiditas dan
mortalitas. Bila "acquired immunity" dapat timbul, maka ekspresinya tidaklah sampai kepada
pengeluaran panasit secana total, oleh karena itu imunitas pada penyakit parasit seringkali
"Sterile immunity". Yang lebih menonjol peranan imunologik pada infeksi dengan parasit ini
ialah bahwa ia lebih berfungsi untuk mengontrol jumlah parasit dalam batas-batas patogenik
yang rendah, serta mencegah timbulnya hiperinfeksi dan/atau reinfeksi. Adanya keseimbangan
antara parasit dengan respons imun ini ternyata menupakan keadaan yang penting, dan hal
inipun benlaku pada keadaan dimana kita harus memberikan terapi pada penyakit parasit.
Sebab bila pengobatan dilakukan secara
radikal, maka tubuh akan kehilangan rangsangan antigen asing yang dipresentasikan parasit
bila masih "tertinggal " di dalam tubuh .
Seperti telah diutarakan,maka parasit mengandung berbagai macam antigen, baik somatik
maupun metabolik, sebagian dapat dikategorikan sebagai "stage specific" dan bersifat
sementara, sedangkan lainnya bersifat lebih permanen sehingga dapat menginduksi respons
imun yang agak divergen. Respons imunitas ini akan lebih kompleks lagi dengan adanya
kenyataan bahwa banyak parasit mempunyai keantigenan yang mirip, tidak saja dengan parasit
lain, tetapi juga dengan antigen hospes itu sendiri, Dengan keantigenan yang kompleks ini,
maka tidaklah mengherankan kalau respons imunitas humoral dan Simposium Masalah
Penyakit Parasit seluler dapat bangkit karenanya. Oleh karena itu pula, infeksi oleh satu macam
parasit dapat merupakan efek imuno-potensiasi terhadap organisme parasit lain. Yang
merupakan masalah bagi para Sarjana ialah adanya kenyataan bahwa walaupun respons
imunitas hospes tersebut cukup kompeten, namun kenyataannya parasit dapat hidup, tidak saja
berhari-hari tetapi juga sampai berbulan-bulan. Berdasarkan fakta-fakta ini, maka akhirnya
dari berbagai penelitian yang dilakukan para ahli timbul dua kesimpulan,yaitu:
(I) mekanisme imunitas tubuh mungkin telah gagal melakukan fungsinya, dan
(2) parasit mempunyai sifat-sifat atau mekanisme yang sanggup bertahan terhadap penolakan
reaksi imunologik, baik oleh sistem humoral maupun oleh system seluler.
10. Menjelaskan faktor resiko, etiologi, dan mekanisme terjadinya infeksi opportunistik
Infeksi oportunistik adalah infeksi yang muncul ketika sistem imun melemah. Infeksi ini akan
mengambil keuntungan dari sistem kekebalan tubuh seseorang yang lemah.
1. faktor resiko / penentu terjadinya infeksi oportunistik
1. defek pada respon tubuh alamiah/ non spesifik yang disengaja maupun tidak
disengaja.
- defesiensi komplemen, sel fagosit.
- luka bakar, operasi besar, kateterisasi benda asing dalam tubuh, obstruksi.
2. defek respon imun adaptive/ spesifik
- defek sel T , defesiensi sel B, severe combined immunodefisien.
- malnutrisi, penyakit infeksi, neoplasma, irradiasi, kemoterapi, splenoktomi.
Pada penderita penurunan sistem imun seperti penderita HIV/AIDS, faktor resiko IO :
1. gizi
Kurang gizi -> penyakit infeksi karena tanggapan / respon imun tidak cukup ->
peradangan + keadaan gizi memburuk -> memperburuk sistm imun.
Penderita HIV/AIDS -> kurang gizi -> penurunan sel CD4+ -> kurang mampu
menanggapi organisme menular seperti virus -> beresiko IO.
2. dukungan sosial
Penderita HIV/AIDS -> perasaan malu , cemas , frustasi meningkat -> CRF
( corfitrotropin relaxing factor ) di hipofisis -> memicu pengeluaran ACTH ->
mempengaruhi -> kel.korteks adrenal agar menghasilkan kortisol -> sistem imun
tertekan -> sistem imun tubuh menurun.
2. etiologi terjadinya IO
Tergantung dari mikroorganisme patogen yang mnyerangnya ( parasit, bakteri,
microbacterium,virus,jamur )
Di indonesia , IO yang banyak terjadi akibat : jamur candida, m.tuberkulosis.
1. kandidiasis
- disebabkan oleh spesies dari genus candida ( sering diisolasi sebagai bagian dari flora
normal oropharhynx dan colon )
- kandidiasis klinik sering disbabkan oleh c.albicans -> OPC / oropharingeal candidiasis/
- jamur oprtunistik ini dapat menginvasi jaringan penderita sakit kritis dengan imunitas
lokal/ sistemik berubah.
-penyakit lokasisata melibatkan -> mulut, vagina, esophagus.
- faktor predisposisi :
- penderita yang malnutrisi
- beberapa operasi abdomen
- terapi jangka panjang dengan antibiotik spektrum luas
- penggunaan steroid sistemik
- hiperalimentasi melalui kateter yang dibiarkan terpasang
- imunosupresi
- gejala oral thrush :
- mulut terasa nyeri
-lidah seperti terbakar
- disfagia / asimptomatik
- tanda :
- ritema difus dengan bercak putih muncul sebagai lesi diskret pada mukosa palatum ,
orofaring, lidah , gusi.
3. tuberkulosis
- penyakit yang disebabkan oleh mycobacterium tuberkulosis.
- menyerang seluruh tubuh manusia dan teralirkan melalui pembuluh darah, biasanya
mnginfeksi dan menyerang paru-paru.
- gejala :
- demam tidak terlalu tinggi, berlangsung lama
- nafsu makan dan berat badan menurun
- batuk-batuk lebihd dari 3 minggu dan berdarah
- lemah
- infeksi m.tuberkulosis melalui inhalasi droplet nuklei partikl infeksi yang tertutup ->
meempel pada saluran nafas / jaringan paru -> berhadapan dengan neutrofil dan makrofag.
*makrofag :
- ada yang mati
- ada yang menetap di jaringan paru -> berkembang biak dalam sitoplasma makrofag.
3. mekanisme IO
Tidak ada mekanisme secara umum, semua mekanisme tergantung dari infeksi yang didapat
Contoh
1. penderita HIV/AIDS
Penurunan sistem imun pada penyandang AIDS terjadi akibat destruksi sel T CD4+ yang
memiliki afinitas tinggi terhadap HIV. Virus ini akan menempel pada sel limfosit T karena
terdapat reseptor CD4+ terhadap gp 120 pada permukaan luar. Penurunan sistem imunitas
secara pogresif menyebabkan IO muncul dan berakhir pada kematian. IO muncul dengan
bentuk infeksi baru oleh mikroorganisme lain (bakteri, fungi, virus ) / reaktivasi infeksi laten
yang dalam kondisi normal dapat dikontrol oleh sistem imun sehingga tidak menimbulka
manifestasi.
Distribusi IO penyebab kematian penyandang AIDS bisa disebabkan oleh :
- Bronchopneumonia
- Tuberkulosis
- Gastroenteritis
- Meningitis
- Bronkitis kronis
Distribusi sistem yang dikenai :
- Sistem respirasi
- Gastrointestinal
- Neurologi
- Sistemik
IO Penyerta pada penyandang AIDS :
- Kandidiasis oral
- Hepatitis c
- stomatitis
A. Sterilisasi Uap
Sterilisasi uap dilakukan dengan autoklaf menggunakan uap air dalam tekanan sebagai
pensterilnya. Bila ada kelembapan (uap air) bakteri akan terkoagulasi dan dirusak pada
temperature yang lebih rendah dibandingkan bila tidak ada kelembapan. Mekanisme
penghancuran bakteri oleh uap air panas adalah karena terjadinya denaturasi dan koagulasi
beberapa protein esensial dari organism tersebut.:
Seperti yang telah dijelaskan sebagian pada bab pengenalan alat, autoklaf adalah alat
untuk memsterilkan berbagai macam alat & bahan yang menggunakan tekanan 15 psi (2 atm)
dan suhu 1210C. Untuk cara kerja penggunaan autoklaf telah disampaikan di depan. Suhu dan
tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi memberikan kekuatan
yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding dengan udara panas. Biasanya untuk
mesterilkan media digunakan suhu 1210C dan tekanan 15 lb/in2 (SI = 103,4 Kpa) selama 15
menit. Alasan digunakan suhu 1210C atau 249,8 0F adalah karena air mendidih pada suhu
tersebut jika digunakan tekanan 15 psi. Untuk tekanan 0 psi pada ketinggian di permukaan laut
(sea level) air mendidih pada suhu 1000C, sedangkan untuk autoklaf yang diletakkan di
ketinggian sama, menggunakan tekanan 15 psi maka air akan memdididh pada suhu 1210C.
Ingat kejadian ini hanya berlaku untuk sea level, jika dilaboratorium terletak pada ketinggian
tertentu, maka pengaturan tekanan perlu disetting ulang. Misalnya autoklaf diletakkan pada
ketinggian 2700 kaki dpl, maka tekanan dinaikkan menjadi 20 psi supaya tercapai suhu 1210C
untuk mendidihkan air. Semua bentuk kehidupan akan mati jika dididihkan pada suhu 1210C
dan tekanan 15 psi selama 15 menit.