PENDAHULUAN
penyakit kardiovaskular dengan presentase 15,6% pada perempuan dan 16,7% pada
laki-laki diikuti oleh kanker dengan presentase 11,8% pada perempuan dan 13,4%
setiap tahunnya. 99% dari kematian ini terjadi dinegara berkembang. Dan 4 juta
World Health Oranization membagi diare menjadi tiga kelompok yaitu diare
cair akut, diare berdarah (disentri) dan diare persisten. Diare berdarah dapat
disebabkan disentri basiler (Shigella) dan amuba, enterokolitis (misalnya cows milk
penyebab yang paling sering mengakibatkan tingginya angka kesakitan dan kematian
mengalami Shigellosis meninggal setiap tahun di seluruh dunia. Data diIndonesia saat
ini memperlihatkan 29% kematian diare terjadi pada kelompok umur 1 sampai dengan
Disentri adalah diare yang disertai darah. Sebagian besar disebabkan oleh
dengan tipe diare akut yang lain. Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri (disentri
Disentri basiler atau shigellosis merupakan suatu penyakit infeksi yang terjadi
di kolon yang disebabkan oleh bakteri genus shigella.4 Shigella merupakan penyebab
utama terjadinya disentri basiler, yaitu suatu penyakit yang ditandai dengan nyeri perut hebat,
diare yang sering dan sakit, dengan volume tinja sedikit disertai dengan adanya lendir dan
darah. Kebanyakan penyakit ini terjadi pada anak umur 1-10 tahun dan menjadi suatu
masalah kesehatan yang sangat penting untuk diperhatikan, karena pada penyakit ini,
penderita dapat mengalami diare yang hebat hingga 20-30 kali sehari yang dapat
mengakibatkan terjadinya dehidrasi, dan bila tidak segera diatasi dehidrasi tersebut akan
LANDASAN TEORI
2.1 DEFINISI
Disentri basiler atau shigellosis merupakan suatu penyakit infeksi yang terjadi
dikolon yang disebabkan oleh bakteri genus shigella. Gejala klinis shigellosi ditandai
dengan diare cair akut (tinja bercampur darah, lendir dan nanah), pada umumnya
2.2. ETIOLOGI
yang unik di antara enteropatogen lainnya. Ambang infeksinya rendah yaitu 10 - 200 (
< 103 ) kuman sudah cukup untuk menularkan penyakit tersebut dari penderita ke
orang lain. Dengan demikian, penyebarannya yang sangat cepat melalui fekal oral dan
epidemi penyakit ini sulit dicegah pada penduduk yang kesehatan perorangannya
buruk. Hal lain yang juga unik adalah sifat basil ini yang rapuh (fragile, cepat mati
diluar tubuh hospesnya), menyebabkan penyakit ini lebih banyak tertular dengan cara
kontak langsung (person to person). Sehingga penyakit ini sering disebut sebagai
hand washing disease, yaitu bahwa penularan penyakit ini dapat dicegah dengan cuci
disentriae.1 Shigella adalah bakteri gram negatif, ukuran 0,5-0,7 um x 2-3 um, batang
ramping, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, basil nonmotil, fakultatif anaerob
tetapi dapat tumbuh baik secara anaerob, dan termasuk dalam famili
enterobacteriaceae.6
Gambar : Morfologi shigella sp
7,8 suhu pertumbuhan optimum 370C kecuali S.sonnei dapat tumbuh pada suhu 450C.
Sifat koloni kuman adalah sebagai berikut: kecil halus tidak berwarna bila ditanam
Disentri basiler disebabkan oleh kuman shigella dysentriae yang terdiri dari 3
Sifat organisme ini iayalah tidak bergerak, gram negatif, tidak bersimpai dan
1. pada usia 4 bulan bayi sudah tidak diberikan ASI eklusif lagi. (ASI eklusif
adalah pemberian ASI saja sewaktu usia 0-4 bulan). Hal ini akan meninkat
resiko terjadi kesakitan dan kematian karena diare. ASI banyak mengandung
2. Memberi susu formula dalam botol pada bayi. Pemakaian botol akan
4. Tidak mencuci tangan pada saat memasak, makan, atau sesudah buang air
2.4. EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat, gejala disentri basiler lebih banyak disebabkan oleh Shigella
sonnei dibandingkan spesies lainnya. Pada tahun 1989, terdapat 25.010 kasus shigellosis yang
dilaporkan ke Center of Disease Control (CDC), 80% disebabkan oleh Shigella sonnei,
sisanya terutama disebabkan oleh Shigella flexneri, sedangkan Shigella dysenteriae dan
Shigella boydii menyebabkan kurang dari 2% dari seluruh infeksi Shigella di Amerika
Serikat.
Hal ini berkebalikan dengan kejadian di Negara-negara yang sedang berkembang yang
higien dan sanitasinya jelek, Shigella dysenteriae dan Shigella boydii merupakan spesies yang
lebih sering diisolasi, diikuti Shigella flexneri dan Shigella sonnei. Data tahun 2000-2004 dari
enam Negara di Asia (banglades, cina, Pakistan, Indonesia, Vietnam, dan Thailand)
Infeksi dengan shigella terjadi paling sering selama bulan-bulan panas didaerah
beriklim sedang dan selama musim hujan di daerah beriklim tropis, jenis kelamin yang
terkena sma walaupun infeksi dapat terjadi pada setiap umur, paling sering pada usia ke-2 dan
ke-3. 7
Prognosa disentri basiler menjadi lebih buruk apabila bakteri penyebabnya adalah
Shigella disentriae dan terjadi pada anak-anak. Diperkirakan dari sekitar 140 juta kasus
shigellosis pada anak dengan usia dibawah 5 tahun di dunia setiap tahunnya, sekitar 600.000
diantaranya meninggal dunia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa disentri basiler
merupakan masalah kesehatan yang serius dan harus diberikan penanganan yang tepat.5 Data
di Indonesia memperlihatkan 29% kematian diare terjadi pada umur 1 sampai 4 tahun
Cara penularan disentri basiler ini sama dengan diare yang lainnya yaitu:
1. Melalui air yang merupakan media penularan utama. Dimana diare dapat terjadi bila
sumbernya atau perjalanan sampai kerumah atau tercemar pada saat disimpan
dirumah. Dimana tercemar terjadi bila air tidak ditutup, tangan tercemar menyentuh
air.
2. Melalui tinja yang terinfeksi. Tinja yang terinfeksi mengandung kuman gram negatif
atau shigellosis dalam jumlah yang besar. Dihinggapi oleh binatang seperti lalat
Shigella infeksi usus akut yang sembuh dengan sendirinya, shigela ini dapat
menyebabkan 3 bentuk diare yaitu: 1. Disentri klasik dengan tinja yang persisten lembek
disertai darah, mucus dan pus. 2. Watery diarrhea dan 3. Kombinasi keduanya. Dengan masa
inkubasi 2-4 hari, atau bias lebih lama sampai 1 minggu.6 perubahan patologis shigellosis
terjadi terutama pada kolon sebagai organ sasarannya, secara umum patolongi Shigella
mampu menginvasi permukaan sel epitel kolon, jarang menembus sampai melewati mukosa,
sehingga tidak ditemukan pada biakan darah walaupun ada gejala hiperpireksia dan toksemia.
Setelah menginvasi enterosit kolon, terjadilah perubahan permukaan mikrovili dari brush
sitoplasma untuk memperbanyak diri dan menginvasi sel yang berdekatan. Kemampuan
menginvasi sel epitel ini dihubungkan dengan adanya plasmid besar (120-140 Md) yang
menyebabkan sistesis kelompok polipeptida yang terlibat pada invasi dan pembunuhan sel.
Sel epitel akan mati dan terjadi ulserasi serta inflamasi mukosa. Dari bagian yang mengalami
inflamasi tersebut shigella menghasilkan ekso-toksin yang berdasarkan cara kerja toksin
inilah yang menimbulkan berbagai gejala shigellosis, seperti demam, malaise, dan nyeri otot.
Shigella dysenteriae tipe 1 menghasilkan suatu sitotoksin protein poten yang dikenal dengan
kematian sel.
Pengikatan ini akan diikuti oleh pengaktifan mediator reseptor endositosis dari
dihubungkan dengan reaksi silang akibat infeksi serotype E.coli yang juga dapat
menghasilkan toksin yang mirip dengan toksin Shiga. Mekanisme dari efek
patogenisitas ini mungkin melibatkan suatu toksin pengikat sel endotel (binding
toxin endothelial cell), yang dapat menyebabkan mikroangiopati hemolisis dan lesi
pada glomerulus.2
mula gejalanya seperti infeksi umun yaitu kelemahan umum yang diikuti oleh
demam, kemudian diare yang mengandung lendir dan darah, tenesmus. Bila penyakit
menjadi berat dapat disertai dengan tanda septisemia yaitu panas tinggi disertai
kesadaran menurun.8
Kadang-kadang dalam masa akut disertai dengan gejala perangsangan
meningeal seperti kaku kuduk. Bila penyakit menjadi kronis, maka suhu akan
menurun menjadi subfebris dengan disertai tinja yang selalu bercampur lendir dan
darah.8 Bentuk klinis dapat bermacam-macam dari yang ringan, sedang sampai yang
berat. Khasnya adalah Sakit perut, demam tinggi, muntah, anoreksia, toksisitas
menyeluruh, mendadak ingin buang air besar, dan terjadi nyeri fekasi.7
Diare munkin berair dan banyak pada mulanya, berkembang menjadi sering
dan sedikit-sedikit, tinja berlendir darah; namun beberapa anak tidak pernah menjelek
sampai stadium diare berdarah, sedang pada yang lain tinja pertama berdarah. Dapat
terjadi juga dehidrasi yang berat yang terkait dengan kehilangan cairan dan elektrolit
pada tinja maupun muntah. Diare yang tidak diobati dapat berakhir 1-2 minggu;
hanya sekitar 10% penderita menderita diare menetap selama lebih dari 10 hari. Diare
paling sering yang terjadi sebanyak 40 % anak terinfeksi yang dirawat inap. Kejang-
kejang, nyeri kepala, lesu, bingung, kaku kuduk atau halusinasi mungkin ada sebelum
atau sesudah diare. Penyebab tanda-tanda neurologis ini belum dimengerti. Dahulu
gejala ini dianggap berasal dari neirotoksitasshigatoksin, tetapi sekarang jelas bahwa
penjelasan tersebut salah. Kejang terjadi ketika ada demam memberikan kesan bahwa
hiponatremia dapat disertai dengan kejang pada sejumlah penderita walaupun gejala
Kematian biasanya terjadi karena gangguan sirkulasi perifer, anuria dan koma
uremik. Angka kematian bergantung pada keadaan dan tindakan pengobatan. Angka
ini bertambah pada keadaan malnutrisi dan keadaan darurat misalnya kelaparan.
Perkembangan penyakit ini selanjutnya dapat membaik secara perlahan-lahan tetapi
Pada pemeriksaan fisik disentri basiler atau shigellosis saat ini dapat
menunjukan perut kembung dan nyeri, suara usus hiperaktif, dan nyeri rektum pada
pemeriksaan digital kalau terjadi dehidrasi maka akan menimbulkan tanda dari
2.9. DIAGNOSIS
memberikan kesan shigellosi tanda-tanda ini tidak cukup untuk memberikan diagnosis
ditemukanya basil dalam pemeriksaan tinja atau diketahui dari biskan tinja. Basil ini
dengan pemeriksaan tinja yang diwarnai dengan eosin dan bila ditemukan leokosit
serta eritrosit lebih dari 5/LP ( lapangan pandang besar), maka hal ini sangat
tersebut dengan pemeriksaan kultur feses atau hapus rectal. Pada beberapa negara
tropis uji mikrobiologis tidak tersedia, diagnosis didasarkan pada gambaran klinis dan
antara shigellosis dan amobiasis adalah berbeda. Onset penyakit yang cepat sebelum
masuk rumah sakit, demam yang tinggi dan leokosit yang banyak di feses (> 50
Conkey, Shigella Salmonella (SS) agar, atau xylose lysine deoxycholate (XLD).
Media transport harus digunakan jika spesimen tidak dapat dibiakkan segera. Harus
menggunakan media yang tepat untuk mengesampingkan campy lobacter dari agen
yang lain. Biakan merupakan standar emas untuk diagnosis tetapi tidak absolut.
yang tidak memadai di samping membutuhkan waktu beberapa hari, dan shigella
2.9. PENATALAKSANAAN
Tata laksana shigelosis sama dengan tata laksana pada kelainan gastroentritis
sebab lain, perhatian pertama terhadap anak dengan dicurigai shigellosis harus
dikoreksi dengan cairan dan elektrolit dan rumatan. Obat-obat yang memperlambat
Anak dengan gizi buruk dan disentri dan bayi muda (umur <2 bulan) yang
menderita disentri harus dirawat di rumah sakit. Selain itu anak yang menderita
keracunan, letargis, mengalami perut kembung dan nyeri tekan atau kejang, akan
mempunyai resiko tinggi terhadap sepsis dan harus di rawat dirumah sakit.
Ditingkat pelayanan primer semua diare berdarah selama ini dianjurkan untuk
diobati sebagai shigellosis dan diberi anti biotik kotrimoksazol. Jika dalam 2 hari
diare akut. Pengobatan sebaiknya didasarkan pada hasil pemeriksaan tinja rutin,
apakah terdapat amuba vegetatif. 4 Jika positif maka diberikan metrodinazole dengan
dosis 50 mg/kgBB dibagi 3 dosis selama 5 hari, jika tidak ada amuba, maka dapat
diberikan pengobatan shigella. Pemberian antibiotik oral selama 5 hari yang sensitif
nalidiksat. pemberian zink sebagaimna pada anak yang diare tanpa dehidrasi.4
Derajat dehidrasi pada anak dapat dilihat berdasarkan tanda dan gejala berikut:
1. dehidrasi berat: terdapat dua atau lebih dari tanda ini: letargis/tidak sadar, mata
cekung, tidak bisa minum atau malas minum, cubitan kulit perut kembali
sangat lambat (> 2 detik). Pengobatan berikan cairan untuk diare dengan
2. Dehidrasi ringan/sedang: terdapat dua atau lebih tanda dibawah ini: rewel,
gelisah, mata cekung, minum dengan lahap, haus, cubitan kulit kembali lambat.
dehidrasi ringan atau berat. Pengobatan beri cairan dan makanan terapi plan A.
cermat. Rehidrasi dilaksanakan pada 2 tahap, yaitu tahap terapi rehidrasi dan rumatan.
Pada kedua tahap ini diperhitungkan kebutuhan harian akan cairan dan nutrisi. Pada
dehidrasi berat yang disertai renjatan hipovolemik, dan muntahan tidak terkontrol
terapi rehidrasi diberikan secara infus intravena. Pada kasus ringan dan sedang dapat
dilakukan secara peroral dengan cairan rehidrasi oral atau oral rehidration solution
(ORS). Untuk keperluan rumatan dapat diberikan cairan dengan konsentrasi garam
yang rendah seperti air minum biasa, atau susu yang diencerkan, dan air susu ibu
Dapat diberikan cairan rumah tangga semaunya, ASI harus diberikan. Pasien
dapat dirawat dirumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain (tidak mau
mengganti kehilangan cairaan yang terjadi dan sebanyak 5-10 mL/kgBB setiap
diare cair. Rehidrasi parenteral diberikan bila anak muntah, cairan RL atau
badan
Ulangi sekali lagi jika nadi sangat lemah dan tidak teraba. Periksa kembali
anak setiap 15-30 menit. Jika belum membaik beri tetesan intravena lebih
cepat. Masukkan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau dan dapat
3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) dan beri anak tablet zink sesuai dosis dan
jadwal yang di anjurkan. Periksa kembali sesudah 6 jam (bayi) atau anak
sesudah 3 jam. Kemudian jika ada perbaikan pilih rencana terapi selanjutnya
walaupun beberapa pakar menganjurkan tidak memberikan terapi anti bakteri karena
sifat infeksi yang sembuh sendiri, biaya obat dan resiko timbulnya resisten,
anak yang di curigai shigellosis.7 kemoterapi dengan preparat sulfa misalnya gantrisin
Antibiotic yang diberikan kloramfenikol dengan dosi 50-100 mg/kgbb/hari per oral
dibagi 3 dosis. Tetrasiklin dengan dosis 30-50 mg/kgbb/hari peroral dibagi 4 dosis.
2.10. KOMPLIKASI
toksik, perforasi usus dan prolaps rectum) atau metabolik (hipoglikemia, dehidrasi)
bakteremia sering dilaporkan pada anak dengan malnutrisi, pasien HIV dan pasien
dengan sistem innate daya tahan tubuh. Komplikasi lain adalah sindrom hemolitik
uremik yaitu suatu mikro angiopati trombotik yang ditandai dengan anemia hemolitik,
anak-anak. Kejang lebih sering ditemukan pada infeksi s.sonnei, selain itu pasien
2.11. PENCEGAHAN
2. mendidik keluarga dalam teknik mencuci tangan, terutama sesudah buang air
1. Mencuci tangan dengan sabun setelah keluar kamar kecil dan sebelum
menjamah makanan.
2. Mengkonsumsi air minum yang sudah dimasak (mendidih). Jika minum air
yang tidak dimasak, dalam hal ini air minum kemasan hendaknya diperhatikan
tutup botol atau gelas yang masih tertutup rapi dan tersegel dengan baik.
3. Tidak memakan sayuran, ikan dan daging mentah atau setengah matang.
6. Selalu menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan secara teratur dan
menggunting kuku.
7. Mencuci alat makan (piring, sendok, garpu) dan alat minum (gelas, cangkir)
menggunakan kain lap, hendaknya menggunakan kain lap yang bersih dan
kering.
9. Segera berobat ke petugas kesehatan jika frekuensi buang air meningkat, sakit
pada bagian abdomen dan kondisi tinja encer, berlendir dan terdapat darah.
Sebelum berobat atau minum obat, minum cairan elektrolit guna mencegah
2, Oktober 2014
3. Yane Bangkele,E, Nursyamsi1, Silvia Greis. Jurnal Efek Anti Bakteri Ektrat
Jakarta.
7. Kligman A Berman. Ilmu Kesehatan Anak. Nelson. Vol 2. Edisi 15. EGC.
Jakarta : 1999
8. Hasan,R, Alatas H, Buku kuliah ilmu kesehatan Anak. Fkui. Jakarta: 1985
10. Pudjiadi H, A, hegar badrul, dkk. Pedoman Pelayanan Medis. Ikatan Dokter