PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang
mampu menyebabkan sakit. Jika mikroorganisme gagal menybabkan cidera yang
serius terhadap sel atau jaringan.Penyakit timbul jika patogen berbiak dan
menyebabkan perubahan pada jaringan normal. Penyakit infeksi dapat ditularkan
baik langsung dari satu orang ke orang lain, penyakit ini merupakan penyakit
menular atau contagius.
Tindakan pencehagan infeksi tidak terpisah dari komponen-komponen lain
dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi.Tindakan ini harus diterapkan
dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga,
penolong persalinan, dan tenaga kesehatan lainnya dengan mengurangi infeksi
karena bakteri, virus, dan jamur. Dilakukan pula untuk mengurangi risiko
penularan penyakit-penyakit bernahaya yang hingga kini belum ditemukan
dengan cara pengobatannya, seperti HIV/AIDS.
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang
disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul
selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukan suatu
gejala selama seseorang itu dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum,
pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukan tanda infeksi yang kurang dari
72 jam menunjukan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien
masuk rumah sakit baru disebut infeksi nosokomial.
Infeksi nosokomial itu dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar
tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang
sudah ada didalam tubuh yang berpindah ke tempat baru yang disebut dengan self
infection atau auto infection. Sementara infeksi eksogen (cross infection)
disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu
pasien ke pasien lainnya.
BAB I
PEMBAHASAN
INFEKSI
PENYEBAB
Penyebab infeksi bermacam-macam, mulai dari bakteri, virus, jamur, hingga
parasit. Berikut adalah penjelasan macam-macam infeksi yang disebabkan oleh
berbagai mikroorganisme.
Bakteri: Bakteri merupakan organisme yang memilki satu sel. Salah satu
cara bakteri untuk menginfeksi tubuh adalah dengan mengeluarkan toksin (racun)
yand dapat merusak jaringan tubuh. Bakteri dapat menyebabkan infeksi
tenggorokan, infeksi saluran pencernaan, infeksi pernapasan (seperti
TBC), infeksi saluran kemih, hingga infeksi genital. Terdapat empat kelompok
bakteri yang dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuknya: Bacilli, cocci,
spirochaetes, dan vibrio.
Vibrio berbentuk
penyakit kolera.
seperti koma.
Bakteri
ini
menyebabkan
Virus:
Virus
berukuran
lebih
kecil
dari
bakteri
dan
membutuhkan host, seperti orang, tanaman, atau hewan, untuk
bermultiplikasi. Saat virus masuk ke dalam tubuh, biasanya ia menginvasi
sel tubuh yang normal dan mengambil alih sel untuk memproduksi virus
lainnya.Virus dapat menyebabkan penyakit yang paling ringan
seperti common cold hingga sangat berat seperti AIDS. Seperti bakteri,
terdapat berbagai bentuk virus yang dapat menyebabkan berbagai
penyakit. Bentuk-bentuk virus tersebut antara lain:
Icosahedral: Lapisan luarnya terdiri atas 20 sisi datar yang
memberikan bentuk seperti bola. Icosahedral merupakan bentuk yang
dimiliki oleh kebanyakan virus.
Helical: Lapisan luarnya membentuk seperti batang,
Enveloped: Lapisan luarnya terbungkus oleh membran yang
longgar, yang dapat berubah-ubah bentuk namun biasanya sering terlihat
seperti bola.
Kompleks: Tidak memiliki lapisan luar, tapi intinya terlapisi.
GEJALA
Gejala dari infeksi bervariasi, bahkan ada sebuah kondisi dimana infeksi
tersebut tidak menimbulkan gejala dan sub klinis. Gejala yang ditimbulkan
kadang bersifat lokal (di tempat masuknya mikroorganisme) atau sistemik
(menyebar ke seluruh tubuh). Gejala paling umum dirasakan oleh orang yang
terkena infeksi adalah demam. Berikut adalah beberapa gejala yang timbul
berdasarkan penyebabnya.
Bakteri: Gejala yang ditimbulkan oleh infeksi bakteri bervariasi
tergantung bagian tubuh mana yang diinfeksi. Namun, gejala paling umum adalah
demam. Jika seseorang terkena infeksi bakteri di tenggorokan, maka ia akan
merasakan nyeri tenggorokan, batuk, dan sebagainya. Jika mengalami infeksi
bakteri di pencernaan, maka ia akan merasakan gangguan pencernaan
seperti diare, konstipasi,mual, atau muntah. Dan jika mengalami infeksi pada
saluran kemih, maka ia akan merasakan keinginan buang air kecil (BAK) yang
terus menerus, BAK tidak puas, atau bahkan nyeri saat BAK.
Virus: Gejala yang ditimbulkan oleh infeksi tergantung dari tipe virus,
bagian tubuh yang terinfeksi, usia dan riwayat penyakit pasien, dan faktor lainnya.
Gejala dari infeksi virus dapat mempengaruhi hampir seluruh bagian tubuh.
Gejala yang biasanya ditimbulkan antara lain gejala seperti flu (demam, mudah
lelah, nyeri tenggorokan, nyeri kepala, batuk, pegal-pegal, dan sebagainya),
gangguan pencernaan (diare, mual, muntah, dsb), rash (kemerahan di kulit),
bersin-bersin, malaise, hidung berair dan tersumbat, pembesaran kelanjar getah
bening (KGB), pembengkakan tonsil, atau bahkan turunnya berat badan.
Jamur: Kebanyakan jamur menginfeksi kulit, meskipun terdapat bagian
tubuh lain yang dapat terinfeksi seperti paru-paru dan otak. Gejala infeksi kulit
yang disebabkan oleh jamur antara lain gatal, kemerahan, kadang terdapat rasa
terbakar, kulit bersisik, dan sebagainya. Gejala lainnya tergantung dari tempat
yang terinfeksi.
Parasit: Kebanyakan dari infeksi parasit menyebabkan gejala pencernaan.
Gejala spesifik berdasarkan jenis infeksinya antara lain:
INFLAMASI (PERADANGAN)
Inflamasi atau peradangan adalah upaya tubuh untuk perlindungan diri,
tujuannya adalah untuk menghilangkan rangsangan berbahaya, termasuk sel-sel
yang rusak, iritasi, atau patogen dan memulai proses penyembuhan. Kata
inflamasi berasal dari bahasa Latin "inflammo", yang berarti"Saya dibakar, saya
menyalakan".
Peradangan adalah bagian dari respon kekebalan tubuh. Ketika sesuatu yang
berbahaya atau menjengkelkan mempengaruhi bagian dari tubuh kita, ada respon
biologis untuk mencoba untuk menghapusnya, tanda-tanda dan gejala peradangan,
peradangan akut khusus, menunjukkan bahwa tubuh sedang berusaha untuk
menyembuhkan dirinya sendiri. Peradangan tidak berarti infeksi, bahkan ketika
infeksi menyebabkan peradangan. Infeksi ini disebabkan oleh bakteri, virus atau
jamur, sedangkan peradangan adalah respon tubuh untuk itu.
PENYEBAB
Peradangan akut yaitu mulai dengan cepat (rapid onset) dan dengan
cepat menjadi parah. Tanda dan gejala hanya hadir selama beberapa hari, namun
dalam beberapa kasus dapat bertahan selama beberapa minggu.
Contoh penyakit, kondisi, dan situasi yang dapat menyebabkan peradangan akut
meliputi: penyakit bronkitis akut, usus buntu akut, tonsilitis akut, infeksi
meningitis akut, sinusitis akut, tumbuh kuku terinfeksi, sakit tenggorokan dari
pilek atau flu, goresan/luka di kulit, latihan sangat intens, atau pukulan.
GEJALA
Terdapat lima tanda-tanda peradangan akut:
Nyeri, daerah yang meradang cenderung nyeri, terutama ketika disentuh.
Daerah inflamasi menjadi lebih sensitif;
Kemerahan, karena kapiler yang diisi dengan lebih banyak darah dari
biasanya;
Immobilitas, mungkin ada hilangnya beberapa fungsi, seperti tidak
bergerak;
Pembengkakan, disebabkan oleh akumulasi cairan;
Panas, banyak darah di daerah yang terkena membuatnya terasa panas
saat disentuh.
Ada juga lima tanda klasik dari peradangan. Berikut istilah latin yang telah
dipakai selama 2000 tahun:
Dolor - istilah Latin untuk "sakit";
Kalor - istilah Latin untuk "panas";
Rubor - dalam bahasa Latin berarti "kemerahan";
Tumor - istilah Latin untuk "bengkak";
Functio laesa - dalam bahasa Latin berarti "fungsi cedera", yang juga bisa
berarti hilangnya fungsi.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi terjadinya Infeksi
Semua manusia rentan terhadap infeksi bakteri dan sebagian virus. Jumlah
organisme yang dapat menyebabkan infeksi pada pejamu yang rentan berbeda
pada setiap lokasinya, jika organisme bersentuhan dengan dengan kulit, risiko
infeksi rendah. Jika organisme bersentuhan dengan selaput lendir atau kulit yang
terkelupas maka risiko infeksi meningkat (Tietjen, 2004: 1-8). Faktor-faktor yang
mempengaruhi Proses Infeksi menurut Azis Alimul Hidayat (2006: 134) adalah:
a)
Sumber Penyakit
Sumber penyakit dapat mempengaruhi apakah infeksi dapat berjalan cepat
atau lambat.
b) Kuman penyebab
Kuman penyebab dapat menentukan jumlah mikroorganisme masuk ke
dalam tubuh dan virulensinya.
c)
atau teratasi atau diperlambat seperti tingkat keasaman (pH), suhu, penyinaran,
dan lain-lain.
d) Cara Penularan
Cara penularan seperti kontak langsung, melalui makanan atau udara,
dapat memyebabkan penyebaran kuman ke dalam tubuh.
e)
d) Cara penularan
e)
f)
Infeksi dapat terjadi jika rantai ini tetap berhubungan. Tenaga kesehatan
menggunakan kewaspadaan dan pengendalian infeksi untuk memutuskan rantai
tersebut sehingga infeksi tidak terjadi (Potter, 2005: 933).
Tanda-tanda Infeksi
mialgia
g. Nyeri tekan uterus atau cairan/flour vagina berbau menyengat (Chapman,
2006: 212-213).
b) Tanda-tanda Infeksi pada saat Persalinan
1) Nadi cepat (110x/menit atau lebih)
2) Suhu lebih dari 38C
3) Menggigil
4) Air ketuban atau cairan vagina berbau (APN, 2007: 90)
Tujuan Pencegahan Infeksi
Area prosedur
Tempat pasien diperiksa dan prosedur-prosedur (misalnya
pemeriksaan pelvik, penatalaksanaan perawatan luka, pengambilan darah,
imunisasi, pemasangan dan pencabutann AKDR dan persalinan normal)
berlangsung.
Unit bedah
Tempat operasi mayor dan minor dilakukan. Unit bedah ini juga
terdiri dari ruangan pra-oprasi dan pemulihan serta beberapa area lainnya.
Area kerja
Tempat instrumen diproses. Hal ini terdiri dari area bersih dan
kotor tempat instrumen, peralatan, dan perlengkapan lain yang kotor
sibersihkan baik dengan DTT maupun disterilkan dan disimpan.
Yang penting adalah mengarahkan pola aktifitas dan arus lalu lintas diarea
ini menjaga agar ara yang terkontaminasi terpisah dari area tempat prosedur
berlangsung. Berbagai aktifitas, seperti pembuangan sampah, pemrosesan
instrumen, dan pembersih area prosedur harus dengan hati-hati direncanakan dan
diorganisasi untuk meminimalkan resiko infeksi terhadap pasien dan petugas
kesehatan. Mendesain dan mengimplementasikan pola arus lalu lintas yang
mencegah instrumen dan peralatan lain yang kotor melewati jalur ke instrumen
bersih, sudah disterilkan atau DTT.
Pengaturan lalu lintas harus dilakukan dengan memisahkan orang-orang
yang mempunyai atau diperkirakan mempunyai penyakit menular dari mereka
yang rentan. Orang-orang ini mempunyai penyakit menular dari mereka yang
rentan. Orang-orang ini mempunyai resiko besar untuk pasien yang rentan dan
petugas kesehatan pada tempat yang sama karena itu mereka perlu segera
diidentifikasi dan dipindahkan misalnya, Seorang anak atau remaja dengan
demam, ruam dikepala dan badan, dan tidak ada riwayat cacar air sebaiknya
dievaluasi diluar rumah sakit atau klinik karena pasien diruang pemisahan yang
mungkin mempunyai infeksi yang tinggi akan mengakibatkan petugas yang
berbeda yang bertnggung jawab untuk perencanaan memisahkan alat-alat yang
kotor dan bersih.
Pada poin penggunaan.
Perlengkapan, instrumen, dan peralatan suplai berada pada tempat yang
dibutuhkan (misalnya kontainer benda tajam ditempatkan di dalam jangkauan
tangan tempat injeksi diberikan)
Pengawasan lingkungan
Standar yang menspesifikasi prosedur yang akan diikuti untuk asuhan rutin ,
pembersih , dan disinfeksi permukaan lingkungan, tempat tidur, jeruji tempat
tidur, perlengkapan ditepi tempat tidur, dan permukaan yang acapkali dipegang
lainnya.
Ruang operasi
Tempat tindakan dilaksanakan.
Unit bedah
Seluruh area bedah. Hal ini mencakup lemari dan ruang ganti, ruang persiapan
operasi dan lingkungan pemulihan, daerah penunjang termasuk ruang penyimpanan
steril dan DTT dan ruangan lain yang biasa dipergunakan dan koridor yang
mengarah kearea khusus, ruang operasi, ruang cuci dan ruang perawat.
Pasien tidak harus memakai masker selama dindahkan (kecuali mereka butuh
perlindungan jalan naas)
Ruangan operasi
Tutup ruangan operasi untuk meminimalkan debu dan mengurangi masuknya
lalat: lebih baik bila ada AC sentral gunakan alat tersebut. Apabila jendela
adalah salah satu ventilasi, pasanglah tirai.
Ruangan operasi harus ditempatkan jauh dari area fasilitas rumah sakit atau
perawatan kesehatan yang banyak dilalui oleh petugas dan pasien.
Sebelum posedur bedah:
Tempatkan sebuah kontainer bersih dan tertutup yang sudah diisi dengan
larutan klorin 0,5%.
Tempatkan kantong plastikk atau tempat sampah yang tertutup dan anti bocor
untuk sampah yang sudah terkontaminasi (kapas, kasa dan kasa bekas)\
Tempatkan tong sampah antibocor untuk pembuangan yang aman atas bendabenda tajam.
Tatalah meja, meja instrumen dan bulat berdampingan pada sebuah area yang
jauh dari pola lalu lintas dan sekurang-kurangnya 45cm dari dinding, kabinet,
dan permukaan nonsteril lainnya.
Tutup meja operasi dengan kain yang bersih.
Periksalah dan buatlah peralatan pengisap, oksigen, dan peralatan anestesi.
Tempatkan suplai dan pak yang sudah dicek dan siap untuk dibuka pada meja
operasi.
Meja instrumen dan permukaan nonsteril lainnya yang akan digunakan
selama prosedur harus ditutup dengan linen steril.
Selama prosedur bedah
Batasi jumlah petugas yang memasuki ruang operasi hanya bagi mereka yang
akan melakukan prosedur bagi pasien (anggota keluarga bila dibutuhkan).
Pastikan tim bedah dapat bekerja sendiri sehingga bantuan dari pihak luar
tidak diperlukan.
Pastikan pintu selalu tertutup kecuali selama keluar masuk petugas, pasien
dan peralatan.
Jagalah seminimal mungkin jumlah orang yang keluar masuk; karena jumlah
mikroorganisme meningkat dengan bertambahnya aktivitas.
Jagalah perbincangan seminimal mungkin diarea steril.
Petugas-petugas asisten bedah harus memakai pakaian bedah penuh,
termasuk.
Asisten bedah harus selalu menjaga lengan dan tangannya didalam bidang
steril dan menyentuh hanya instrumen dan area steril.
Debu
Kelembaban
Berlubang, atau terkoyak segelnya
Terbuka pak tersebut
Disinfektan
adalah
bahan
kimia
yang
membunuh
mikroorganisme.disinfektan di kelompokan sebagai rendah, menengah dan
tinggi tingakat aktivasinya tergantung pada kemampuannya membunuh
Suspensi lemak
Saponifikasi lemak
Surfaktan
Dispersi(memecah kotoran hingga partikel kecil)
Destruksi protein (memecah protein)
Melembutka air (membuang kalsium dan magnesium dari air)
Pembersihan total
Langkai 1:
pindahkan ember-ember dekontaminasi tertutup kekamar
pemrosesan. Ember bersih mengandung larutan klorin 0,5% atau
disinfektan lain harus tersedia pada pagi hari dan sesudah satu
kasus.
Langkah 2 : Ganti kontainer sampah dengan kontaainer yang bersih. Lakukan
insinerasi/bakar secepat mungkin.
Langkah 3: Tutup dan pindahkan kontainer benda tajam bila sudah terisi tiga
perempatnya.
Langkah 4: Masukan bahan-bahan linen kedalam kontainer tertutup atau anti
bocor.
Langkah 5: Basahi kain dengan larutan disinfektan dan bersihkan semua
permukaan seperti meja, konter, wastafel, lampu dan lain-lain. Lakukan
pembersihan dari atas kebawah, sehingga debu yang jatuh dari atas kelantai
dibersihkan terakhir.
Dinding dan plafon: bersihkan dengan kain basah, deterjen, dan air sesuai
keperluan dan kotor yang terlihat.
Kursi, lampu, wastafel, baskom, tromol, permukaan meja, konter: bersihkan
dengan kain basah dan larutan pembersih disinfektan.
Lampu operasi: Bersihkan dengan kain basah dan larutan pembersih disinfektan.
Meja operasi : lap denga larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi. Kemudian
bersihkan atasnya, samping kaki, dan bagian-bagian lainnya dengan kain basah
dan larutan pembersih disenfektan.
Lantai : bersiihkan dengan pel basah dan larutan pembersih disinfektan.
AC : bersihkan dengan kain basah, sabun, dan air.
lingkungannya).
Panduan tingkat biosafety (BSL). Terdiri atas kombinasi batasan primer dan
Pekerja yang etrlatih akan menggunakan lemari yang aman secara biologis
tingkat III atau mengenakan pakaian yang menutup seluruh tubuh dengan
didukung tekanan udara positif saat akan melakukan
semua tindakan di
laboratorium ini.
JENIS PAPARAN AKIBAT INFEKSI YANG DIDAPAT DI LABORATORIUM
Infeksi organisme patogen dapat terjadi melalui beberapa cara. Yang paling
sering adalah:
menggunakan perlindungan.
Tertelan. Para pekerja mungkin dapat terpapar melalui:
- gerakan yang tidak disadari dari tanga ke mulut.
- Memasukan bahan-bahan yang telah terkontaminasi (pensil) atau jari
-
BIOSAFETY
PETUGAS LABORATORIUM
Para petugas laboratorium di rumah sakit dan klinik yang menangani
darah. Tubuh yang berpotensi terkontaminasi, atau contoh bahan yang
mengandung mikroorganisme patogen perlu waspada pada kemungkinan
terjadinya bahaya yang ditimbulkan akibat bahan-bahan serta peralatan yang
terinfeksi serta mengetahui bagaimana cara untuk melindungi diri, jerawat, serta
lingkungannya. Kebanyakan laboratorium baik yang berada di rumah sakit
rumah sakit maupun klinik-klinik di kategorikan masuk dalam unit-unit dengan
biosafety tingkat 1atau 2, sehingga pencegahan infeksi yang didapatkan akibat
pekerjaan di laboratorium tersebut, terdiri atas terutama petugas yang bersungguhsungguh melakukan praktik dasar pelayanan kesehatan seperti kebersihan tangan
(mencuci tangan atau menggunakan penggosok tangan yang mengandung
alkohol) baik sebelum maupun sesudah makan atau sesudah melakukan kontak
dengan bahan-bahan yang terinfeksi, serta menggunakan sarung tangan pelindung,
masker dan baju pelindung yang tepat. Karena bahan-bahan terinfeksi yang
dihadapi diklasifikasikan sebagai risiko rendah atau sedang, praktik perlindungan
yang khusus tidak dibutuhkan (misalnya, bahan-bahan ini bukan merupakan suatu
risiko yang berarti terhadap lingkungan dan dapat dibuang seperti bahan-bahan
limbah infeksius rumah sakit lainnya).
Panduan Umum Praktik Biosafety Dan Praktik Pencegahan
seperti
segera
setelah
terjadi
tumpahan
dengan
proses ini bisa di lakukan pada satu rumah sakit, seringkali dilakukan dalam dua
tempat yang terpisah. Contohnya, di banyak negara darah untuk proses transfusi
dikumpulkan pada pusat- pusat darah, yang kemudian diproses, disimpan, dan
dikirimkan ke tempat pelayanan rumah sakit. Pelayanan transfusi bertanggung
jawab untuk mengurus persediaan yang cukup dalam jumlah darah yang
dibutuhkan dan produk darah, menggolongkan darah, serta membandingsilangkan
pasien dan mengeluarkan drah untuk transfusi.
Dalam banyak hal, transfusin darah atau produk darah pada penggunaannya
sama dengan penggunaan pemberian bahan pengobatan melalui pembuluh darah
(misalnya antibiotik). Terdapat resiko khusus tambahan bagi pasien yang
menerima transfusi. Contohnya, karena resiko potensial bagi pasien yang
menerima transfusi darah terkena infeksi serius (HBV, HCV,atau HIV), pedoman
dalam melakukan berbagai proses seleksi dan proses pemeriksaan serta prosedur
yang tepat dan aman, telah di kembangkan. Pedoman ini sangat spesifik,
memperkenankan variasi kecil dalam praktik dan ini di lakukan oleh para petugas
setiap saat asalkan pelayanan transfusi di berikan dengan cara yang aman.
Konsekuensinya, di negara- negara maju bank darah dan pelayanan transfusi
darah benar- benar di atur dan kualitan pelayanannya di pantau setiap hari (AABB
2002).
Petugas yang bekerja pada bank darah dan pelayanan transfusi juga
mempunyai resiko terkena luka (misalnya jarum suntik) atau terkena kontaminasi
darah atau produk darah. Untuk melindungi dirinya, petugas harus mengetahui
dan mengerti tentang pentingnya cuci tangan, menggunakan sarung tangan dan
peralatan pelindung pribadi seperti pelindung muka atau masker dan barak plastik
pada saat yang tepat.
Pada bagian ini, pedoman bagi ketentuan yang aman pada bank darah dan
pelayanan transfusi di rangkum dari segi:
Melakukan tes untuk memastikan darah dan produk darah aman untuk di
gunakan
Melindungi pasien yang menerima transfusi, dan
Menjamin keselamatan petugas laboratorium dan petugas klinik.
Kepatuhan pada pedoman ini dapat mengurangi resiko komplikasi pada
transfusi dan infeksi nosokomial kepada pasien dan penularan infeksi
darah.
Look- Back. Proses mengidentifikasikan orang yang telah meneriman
transfusi darah dari donor yang kemudian didapati terkena infeksi HCV,
HIV (dan juga HBV), dan memberitahu mereka hal ini ika di perlukan.
Pasien-pendonor. Orang yang darahnya diambil untuk ditransfusi kepada
orang lain
( Transfusi alogenik)
Pelayanan transfusi. Fasilitas atau unit rumah sakit yang melakukan
penyimpanan, tes pra-transfusi dan perbandingan silang, dan infusi darah
transfusi darah.
Sistem tertutup pengambilan darah. Sistem ini dimana
darah tidak
mempunyai satu atau dua lubang steril untuk dimasukan kedalam set
pengambilan darah yang steril.
MENGAPA PELAYANAN TRANSFUSI TIDAK AMAN DI BANYAK TEMPAT
`Mentranfusi pasien dengan darah atau produk darah merupakan salah satu
cara bedah dan medis yang tertua. Di negara- nega yang miskin sumber dayanya,
transfusi merupakan salah satu dari beberapa prosedur yang ada bagi dokter.
Akibatnya, penggunaannya menjadi berlebihan dan dilakukan dengan
menggunakan alasan- alasan yang kebanyakan tidak tepat. Terlebih lagi, sering
darah diambil dari donor yang dibayar dan donor yang mempunyai resiko tinggi
misalnya dari pekerja seks dan dari pengguna obat- obatan melalui pembuluh
darah, yang sedikit sekali diseleksi terhadap penyakit menular atau kondisi lain
(misalnya anemi) yang sevara normal harus ditolak sebagai donor. Contohnya,
diperkirakan kurang dari setengah persediaan darah dunia yang benar- benar aman
digunakan untuk proses transfusi.
Sebagai tambahan, petugas yang bekerja pada unit ini, begitu pula dengan petugas
kesehatan yang melakukan transfusi, seringkali menerima sedikit latihan dan tidak
sadar atas resiko kepada pasien dan mereka sendiri. Akibatnya, apabila peralatan
tes untuk memeriksa penyakit menular dengan cepat tersedia, petugas yang
bekerja pada bank donor atau pelayanan transfusi kemungkinan tiak tahu cara
menggunakan pelaratan tersebut atau menafsirkan akibat yang terjadi. Dengan
demikian, persoalan umum yang diutarakan oleh banyak petugas pelayanan
teransfusi adalah karena para dokter meminta pengeluaran darah sebelum darah
tersebut diperiksa dengan lengkap meski dalam situasi yang tidak darurat, apalagi
dalam situasi darurat, sementara proses perbandingan silang belum selesai.
Kebanyakan pelayanan transfusi kurang mampu mencatat latar belakang, pasien
yang ditransfusi darah, atau produk darah yang belakangan ini diketahui jarang
diberitahukan mengenai darah yang secara positif terkena HBV, HCV, atau HIV.
KETENTUAN PELAYANAN
Bank darah dan pelayanan transfusi meliputi:
Golongan darah AOB ditentukan melalui pemeriksaan sel darah merah donor
dengan bahan anti-A dan anti- B dan dengan serum donor atau plasma A1 dan
sel darah merah B.
Tipe Rh ditentukan dengan pemeriksaan bahan anti-D. jika pemeriksaan awal
dengan anti-D hasilnya negatif, darah harus diperiksa kembali dengan metode
yang didesain untuk mendeteksi D rendah.
Darah yang bersal dari donor dengan riwayat trasfusi atau kehamilan harus
diperiksa terhadap antibodi yang tak terduga ke antibodi sel darah merah
dengan menggunakan metode untuk menunjukkan antibodi klinis berarti
secara klinis.
TRANSFUSI DARAH
Seperti pada pengobatan medis lainnya, keputusan untuk mentransfusi
seorang pasien harus berdasarkan kebutuhan (indikasi ) transfusi atau komponen
darah dibandingkan dengan resiko, manfaat potensial dan alternatifnya. Sebelum
pemberian transfusi pasien harus diberitahu membutuhkan transfusi, secara jelas
dimengerti dan menerima resiko yang terjadi dan telah mendapat penjelasan
mengenai prosedur yang dilakukan (jika pasien tidak sadar atau tidak mampu
memberi keputusan kemudian keluarga atau teman dekatnya harus membuat
pernyataan).
Alasan utama transfusi darah atau sel merah adalah untuk meningkatkan kepastian
pembawa O2 untuk memenuhi kebutuhan jaringan.
Dua keadaan adalah
Pasien pendarahan ( kehilangan darah)
Anemi kronik
Pada keadaan 1, tujuan terapi inisial adalah menghentikan pendarahan pada
pemulihan volume intravaskular untuk mencegah syok hipovolemik. Jadi tujuan
jangka pendek adalah memberi cairan intravena untuk memulihkan sirkulasi,
kemudian memulihkan kepastian pembawa O2.
Kadar Hb yang umumnya diterima untuk transfusi adalah pasien yang
kehilangan darah mencapai 7 gram %, apalagi pada pasien dengan kadar Hb 6
gram % selalu diperlukan transfusi, jika sekitar 10 gram % jarang memerlukan
transfusi.
PENANGANAN PROGRAM PENCEGAHAN INFEKSI
a. Prinsip-Prinsip Organisasi Penanganan Programpencegahan Infeksi
1) Mengembangkan Program-Program yang Berhasil
Membantu rumah sakit dan klinik menjadi tempat yang lebihaman
untuk
bekerja
atau
memberi
layanan
sebagian
besar
tanggung
jawab
administrator
dan
penglola
klinik
yang
aktif
pedoman
yang
tepatmeningkatkan
di
prevalensi
resistensi
antibiotik
kurang
masyarakat
munculnya secara cepat epidemicHIV/AIDS, khususnya di wilayah subSahara Afrika, Wilayah AsiaSelatan, dan Karibia, staf pelayanan kesehatan
semakin memperhatikankeselamatan mereka sendiri dan pekerjaan mereka
di mana mereka dapat berkontrak dengan orang-orang yang kemungkinan
besar terinfeksi HIV.Hal ini adalah sebuah masalah yang sangat sulit,
khususnya ketikarisiko atas staf itu terkait dengan pemberian prosedur
bedah elektif karenalasan-alasan yang terkait dengan kesehatan, seperti
keluarga berencana(misalnya sterilisasi sukarela, AKDR, dan implant)
dibandingkan denganlayanan yang terkait dengan medis. Perhatian ini
dapat mengarah baikkepada:
Mengadopsi tindakan pencegahan yang berlebihan, acapkalimahal dan
tidak perlu, atau
Mengambil risiko yang tidak perlu dengan kepercayaan yangsalah untuk
situasi tertentu, risikonya kecil atau tidak ada yangdapatdilakukan untuk
meminimalisasi risiko tersebut (Flexner1991; Klouda 1991)
f. Pelatihan Staf
Pada awalnya, seluruh level petugas kesehatan (misalnya perawat,dokter, pegawai
urusan rumah tangga, dan petugas kebersihan) harusmengetahui mengapa
pencegahan infeksi itu penting. Topik-topik utamayang akan diajarkan harus
terdiri dari :
tersebut.
Pengalaman
Tindakan
Standar
Kewaspadaan
menangani
seluruh pasien, tidak hanya mereka yang terlihat atau diketahui telahterinfeksi
.
Metode untuk memimimalkan transmisi penyakit (yaitu denganmencuci
tangan, memakai sarung tangan, dan pencegahan infeksilainnya) serta
melakukan
demonstrasi
tentang
penanganan pencegahan
infeksi.Agar
lingkungan
yang
bebas
topik ynag kemungkinanbesar dibutuhkan oleh para staf pada pelatihan atau
memerlukankajian ulang yang lebih banyak. Untuk memantau efektivitas :
Memeriksa secara langsung dan tanpa rencana untukmelihat bagaimana
staf melakukan prosedur baru tertentu.
Menilai apakah tindakan pencegahan yang dianjurkandijalankan.
Catatlah apakah peralatan dan suplai yang perlu tersediadan digunakan
dengan baik.
h. Pemantauan Praktik Pencegahan Infeksi
Mencatat infeksi yang terjadi di rumah sakit dan klinik adalah carayang banyak
makan
waktu
untuk
memantau
efektivitas
yang
mungkin
terjadi.
Asumsi
bahwa
sejumlah
infeksi
luka bedah terjadi pada pasien yang menjalani seksio sesarea elektif. Maka pertan
yaan-pertanyaan trouble-shooting yang harus mempertimbangkanterdiri dari:
Apakah
praktik
pencegahan
infeksi
yang
dianjurkan