Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang
mampu menyebabkan sakit. Jika mikroorganisme gagal menybabkan cidera yang
serius terhadap sel atau jaringan.Penyakit timbul jika patogen berbiak dan
menyebabkan perubahan pada jaringan normal. Penyakit infeksi dapat ditularkan
baik langsung dari satu orang ke orang lain, penyakit ini merupakan penyakit
menular atau contagius.
Tindakan pencehagan infeksi tidak terpisah dari komponen-komponen lain
dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi.Tindakan ini harus diterapkan
dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga,
penolong persalinan, dan tenaga kesehatan lainnya dengan mengurangi infeksi
karena bakteri, virus, dan jamur. Dilakukan pula untuk mengurangi risiko
penularan penyakit-penyakit bernahaya yang hingga kini belum ditemukan
dengan cara pengobatannya, seperti HIV/AIDS.
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang
disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul
selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukan suatu
gejala selama seseorang itu dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum,
pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukan tanda infeksi yang kurang dari
72 jam menunjukan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien
masuk rumah sakit baru disebut infeksi nosokomial.
Infeksi nosokomial itu dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar
tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang
sudah ada didalam tubuh yang berpindah ke tempat baru yang disebut dengan self
infection atau auto infection. Sementara infeksi eksogen (cross infection)
disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu
pasien ke pasien lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dan pencegahan infeksi?
2. Apa pengertian dan Pencegahan arus lalu lintas dan pola aktivitas?
3. Apa pengertian pengelolaan rumah tangga?
4. Apa pengertian laboratorium klinik, bank darah,dan pelayanan transfusi?
5. Bagaimana penanganan program pencegahan infeksi?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian tujuan pencegahan infeksi.
2. Untuk mengetahui pengertian dan pencegahan arus lalu lintas dan pola
aktivitas.
3. Untuk mengetahui pengertian pengelolaan rumah tangga.
4. Untuk mengetahui pengertian laboratorium klinik, bank darah, dan
pelayanan transfusi.
5. Untuk mengetahui penanganan program pencegahan infeksi.

BAB I
PEMBAHASAN
INFEKSI

Infeksi merupakan proses invasi dan multiplikasi berbagai mikroorganisme ke


dalam tubuh (seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit), yang saat dalam keadaan
normal, mikroorganisme tersebut tidak terdapat di dalam tubuh. Sebenarnya, di
beberapa tempat dalam tubuh kita pun, seperti di dalam mulut atau usus, terdapat
banyak mikroorganisme yang hidup secara alamiah dan biasanya tidak
menyebabkan infeksi. Namun, dalam beberapa kondisi, beberapa mikroorganisme
tersebut juga dapat menyebabkan penyakit.
Bakteri, virus, jamur, dan parasit memiliki berbagai cara untuk masuk ke dalam
tubuh. Cara penularannya dibagi menjadi kontak langsung dan tidak langsung.
Kontak langsung terdiri atas penyebaran orang ke orang (misalnya dari bersin,
kontak seksual, atau semacamnya), hewan ke orang (gigitan atau cakaran
binatang, kutu dari binatang peliharaan), atau dari ibu hamil ke anaknya yang
belum lahir melalui plasenta. Kontak tidak langsung terdiri atas gigitan serangga
yang hanya menjadi pembawa dari mikroorganisme atau vektor (seperti nyamuk,
lalat, kutu, tungau) dan kontaminasi air atau makanan.
Setelah masuk ke dalam tubuh, mikroorganisme tersebut mengakibatkan beberapa
perubahan. Mikroorganisme tersebut memperbanyak diri dengan caranya masingmasing dan menyebabkan cedera jaringan dengan berbagai mekanisme yang
mereka punya, seperti mengeluarkan toksin, mengganggu DNA sel normal, dan
sebagainya.

PENYEBAB
Penyebab infeksi bermacam-macam, mulai dari bakteri, virus, jamur, hingga
parasit. Berikut adalah penjelasan macam-macam infeksi yang disebabkan oleh
berbagai mikroorganisme.
Bakteri: Bakteri merupakan organisme yang memilki satu sel. Salah satu
cara bakteri untuk menginfeksi tubuh adalah dengan mengeluarkan toksin (racun)
yand dapat merusak jaringan tubuh. Bakteri dapat menyebabkan infeksi
tenggorokan, infeksi saluran pencernaan, infeksi pernapasan (seperti
TBC), infeksi saluran kemih, hingga infeksi genital. Terdapat empat kelompok
bakteri yang dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuknya: Bacilli, cocci,
spirochaetes, dan vibrio.

Bacilli berbentuk batang dengan panjang sekitar 0,03 mm.


Penyakit yang biasanya disebabkan oleh bakteri berbentuk bacilli antara
lain tifoid dan sistitis.

Cocci berbentuk bulatan dengan diameter sekitar 0,001 mm.


Bakteri berbentuk cocci biasanya membentuk kelompok-kelompok seperti
berpasangan, membentuk garis panjang, atau berkumpul seperti anggur.
Penyakit yang biasanya disebabkan oleh bakteri cocci antara lain infeksi
stafilokokus dan gonorrhea.

Spirochaetes berbentuk seperti spiral. Bakteri ini menyebabkan


penyakit sifilis.

Vibrio berbentuk
penyakit kolera.

seperti koma.

Bakteri

ini

menyebabkan

Virus:
Virus
berukuran
lebih
kecil
dari
bakteri
dan
membutuhkan host, seperti orang, tanaman, atau hewan, untuk
bermultiplikasi. Saat virus masuk ke dalam tubuh, biasanya ia menginvasi
sel tubuh yang normal dan mengambil alih sel untuk memproduksi virus
lainnya.Virus dapat menyebabkan penyakit yang paling ringan
seperti common cold hingga sangat berat seperti AIDS. Seperti bakteri,
terdapat berbagai bentuk virus yang dapat menyebabkan berbagai
penyakit. Bentuk-bentuk virus tersebut antara lain:
Icosahedral: Lapisan luarnya terdiri atas 20 sisi datar yang
memberikan bentuk seperti bola. Icosahedral merupakan bentuk yang
dimiliki oleh kebanyakan virus.
Helical: Lapisan luarnya membentuk seperti batang,
Enveloped: Lapisan luarnya terbungkus oleh membran yang
longgar, yang dapat berubah-ubah bentuk namun biasanya sering terlihat
seperti bola.
Kompleks: Tidak memiliki lapisan luar, tapi intinya terlapisi.

Jamur: Jamur merupakan organisme primitif yang dapat hidup di udara,


tanah, tanaman, atau di dalam air. Beberapa jamur juga hidup di dalam
tubuh manusia. Infeksi jamur biasanya tidak bahaya, namun beberapa
dapat mengancam kehidupan. Jamur merupakan penyebab banyak
penyakit kulit. Penyakit lain yang disebabkan oleh jamur antara lain
infeksi di paru-paru dan sistem saraf. Jamur dapat menyebar jika
seseorang menghirup spora atau menempel langsung di kulit. Seseorang
juga akan lebih mudah terkena jamur jika sistem imunnya sedang lemah
atau sedang meminum antibiotik.
Parasit: Parasit merupakan mikroorganisme yang membutuhkan
organisme atau host lainnya untuk bertahan. Beberapa parasit tidak
mempengaruhi host yang ia tinggali, sedangkan beberapa lainnya
mengalami pertumbuhan, reproduksi, dan bahkan mengelurkan toksin
(racun) yang menybabkan host mengalami infeksi parasit. Infeksi parasit
disebabkan oleh 3 jenis organisme: protozoa, helminth (cacing), dan
ektoparasit.

Protozoa merupakan organisme yang hanya mempunyai satu sel yang


dapat hidup dan bermultiplikasi di dalam tubuh manusia. Infeksi yang
disebabkan oleh protozoa antara lain giardiasis, yaitu infeksi pencernaan
yang dapat terjadi akibat meminum air yang terinfeksi oleh protozoa,

Helminth marupakan organisme yang memiliki banyak sel (multi sel)


yang biasanya dikenal dengan nama cacing. Terdapat berbagai jenis cacing
yang
dapat
menginfeksi
manusia,
sepertiflatworm, tapeworm, ringworm, dan roundworm.
Ektoparasit merupakan organisme yang juga memilikibanuak sel
yang biasanya hidup atau makan dari kulit manusia, seperti nyamuk, lalat,
kutu, atau tungau.

GEJALA
Gejala dari infeksi bervariasi, bahkan ada sebuah kondisi dimana infeksi
tersebut tidak menimbulkan gejala dan sub klinis. Gejala yang ditimbulkan
kadang bersifat lokal (di tempat masuknya mikroorganisme) atau sistemik
(menyebar ke seluruh tubuh). Gejala paling umum dirasakan oleh orang yang
terkena infeksi adalah demam. Berikut adalah beberapa gejala yang timbul
berdasarkan penyebabnya.
Bakteri: Gejala yang ditimbulkan oleh infeksi bakteri bervariasi
tergantung bagian tubuh mana yang diinfeksi. Namun, gejala paling umum adalah
demam. Jika seseorang terkena infeksi bakteri di tenggorokan, maka ia akan
merasakan nyeri tenggorokan, batuk, dan sebagainya. Jika mengalami infeksi
bakteri di pencernaan, maka ia akan merasakan gangguan pencernaan
seperti diare, konstipasi,mual, atau muntah. Dan jika mengalami infeksi pada
saluran kemih, maka ia akan merasakan keinginan buang air kecil (BAK) yang
terus menerus, BAK tidak puas, atau bahkan nyeri saat BAK.
Virus: Gejala yang ditimbulkan oleh infeksi tergantung dari tipe virus,
bagian tubuh yang terinfeksi, usia dan riwayat penyakit pasien, dan faktor lainnya.
Gejala dari infeksi virus dapat mempengaruhi hampir seluruh bagian tubuh.
Gejala yang biasanya ditimbulkan antara lain gejala seperti flu (demam, mudah
lelah, nyeri tenggorokan, nyeri kepala, batuk, pegal-pegal, dan sebagainya),
gangguan pencernaan (diare, mual, muntah, dsb), rash (kemerahan di kulit),
bersin-bersin, malaise, hidung berair dan tersumbat, pembesaran kelanjar getah
bening (KGB), pembengkakan tonsil, atau bahkan turunnya berat badan.
Jamur: Kebanyakan jamur menginfeksi kulit, meskipun terdapat bagian
tubuh lain yang dapat terinfeksi seperti paru-paru dan otak. Gejala infeksi kulit
yang disebabkan oleh jamur antara lain gatal, kemerahan, kadang terdapat rasa
terbakar, kulit bersisik, dan sebagainya. Gejala lainnya tergantung dari tempat
yang terinfeksi.
Parasit: Kebanyakan dari infeksi parasit menyebabkan gejala pencernaan.
Gejala spesifik berdasarkan jenis infeksinya antara lain:

Malaria: penyakit yang disebabkan oleh plasmodium dan


diperantarai oleh nyamuk. Gejala yang sering muncul antara lain demam,
menggigil, dan penyakit seperti flu.
Trichomoniasis: penyakit yang disebabkan oleh hubungan seksual.
Gejala yang sering muncul antara lain gatal, kemerahan, iritasi, atau cairan
tidak wajar yang terdapat dari area genital.
Giardiasis: infeksi saluran pencernaan. Gejala yang sering muncul
antara lain diare, gas, gangguan lambung, feses yang berlendir,
dan dehidrasi.
Toksoplasmosis: gejala yang sering muncul seperti flu, kelenjar
getah bening yang membengkak dan nyeri, nyeri otot yang berlangusng
selama lebih dari sebulan.

INFLAMASI (PERADANGAN)
Inflamasi atau peradangan adalah upaya tubuh untuk perlindungan diri,
tujuannya adalah untuk menghilangkan rangsangan berbahaya, termasuk sel-sel
yang rusak, iritasi, atau patogen dan memulai proses penyembuhan. Kata
inflamasi berasal dari bahasa Latin "inflammo", yang berarti"Saya dibakar, saya
menyalakan".
Peradangan adalah bagian dari respon kekebalan tubuh. Ketika sesuatu yang
berbahaya atau menjengkelkan mempengaruhi bagian dari tubuh kita, ada respon
biologis untuk mencoba untuk menghapusnya, tanda-tanda dan gejala peradangan,
peradangan akut khusus, menunjukkan bahwa tubuh sedang berusaha untuk
menyembuhkan dirinya sendiri. Peradangan tidak berarti infeksi, bahkan ketika
infeksi menyebabkan peradangan. Infeksi ini disebabkan oleh bakteri, virus atau
jamur, sedangkan peradangan adalah respon tubuh untuk itu.
PENYEBAB
Peradangan akut yaitu mulai dengan cepat (rapid onset) dan dengan
cepat menjadi parah. Tanda dan gejala hanya hadir selama beberapa hari, namun
dalam beberapa kasus dapat bertahan selama beberapa minggu.
Contoh penyakit, kondisi, dan situasi yang dapat menyebabkan peradangan akut
meliputi: penyakit bronkitis akut, usus buntu akut, tonsilitis akut, infeksi
meningitis akut, sinusitis akut, tumbuh kuku terinfeksi, sakit tenggorokan dari
pilek atau flu, goresan/luka di kulit, latihan sangat intens, atau pukulan.

Peradangan kronik berarti peradangan jangka panjang, yang dapat


berlangsung selama beberapa bulan dan bahkan bertahun-tahun. Hal ini dapat
hasil dari:
Kegagalan untuk menghilangkan apa pun yang menyebabkan peradangan
akut;

Sebuah respon autoimun terhadap antigen diri sendiri (sistem kekebalan


tubuh menyerang jaringan sehat);
Sebuah iritasi kronik intensitas rendah yang bertahan.
Contoh penyakit dan kondisi dengan peradangan kronis meliputi: asma, ulkus
peptikum kronik, TB, rheumatoid arthritis, periodontitis kronik, ulcerative colitis
dan penyakit Crohn , sinusitis kronik, dan masih banyak lagi.

GEJALA
Terdapat lima tanda-tanda peradangan akut:
Nyeri, daerah yang meradang cenderung nyeri, terutama ketika disentuh.
Daerah inflamasi menjadi lebih sensitif;
Kemerahan, karena kapiler yang diisi dengan lebih banyak darah dari
biasanya;
Immobilitas, mungkin ada hilangnya beberapa fungsi, seperti tidak
bergerak;
Pembengkakan, disebabkan oleh akumulasi cairan;
Panas, banyak darah di daerah yang terkena membuatnya terasa panas
saat disentuh.
Ada juga lima tanda klasik dari peradangan. Berikut istilah latin yang telah
dipakai selama 2000 tahun:
Dolor - istilah Latin untuk "sakit";
Kalor - istilah Latin untuk "panas";
Rubor - dalam bahasa Latin berarti "kemerahan";
Tumor - istilah Latin untuk "bengkak";
Functio laesa - dalam bahasa Latin berarti "fungsi cedera", yang juga bisa
berarti hilangnya fungsi.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi terjadinya Infeksi
Semua manusia rentan terhadap infeksi bakteri dan sebagian virus. Jumlah
organisme yang dapat menyebabkan infeksi pada pejamu yang rentan berbeda
pada setiap lokasinya, jika organisme bersentuhan dengan dengan kulit, risiko
infeksi rendah. Jika organisme bersentuhan dengan selaput lendir atau kulit yang
terkelupas maka risiko infeksi meningkat (Tietjen, 2004: 1-8). Faktor-faktor yang
mempengaruhi Proses Infeksi menurut Azis Alimul Hidayat (2006: 134) adalah:
a)

Sumber Penyakit
Sumber penyakit dapat mempengaruhi apakah infeksi dapat berjalan cepat

atau lambat.

b) Kuman penyebab
Kuman penyebab dapat menentukan jumlah mikroorganisme masuk ke
dalam tubuh dan virulensinya.
c)

Cara Membebaskan dari Sumber Kuman


Cara membebaskan kuman dapat menentukan apakah proses infeksi cepat

atau teratasi atau diperlambat seperti tingkat keasaman (pH), suhu, penyinaran,
dan lain-lain.
d) Cara Penularan
Cara penularan seperti kontak langsung, melalui makanan atau udara,
dapat memyebabkan penyebaran kuman ke dalam tubuh.
e)

Cara masuknya Kuman


Proses penyebaran kuman berbeda, tergantung dari sifatnya. Kuman dapat

masuk melalui saluran pencernaan, saluran pernafasan, kulit, dan lain-lain.


f)

Daya Tahan Tubuh


Daya tahan tubuh yang baik dapat memerlambat prosses infeksi atau

mempercepat prosespenyembuhan. Demikian pula sebaliknya, daya tahan tubuh


yang buruk dapat memperburuk proses infeksi.
Sedangkan menurut Potter (2005: 933) adanya patogen tidak berarti bahwa
infeksi akan terjadi. Perkembang biakan infeksi terjadi dalam siklus yang
bergantung pada elemen-elemen berikut ini:
a) Agens infeksius
b) Tempat atau sumber pertumbuhan patogen
c)

Portal keluar dari tempat tumbuh tersebut

d) Cara penularan
e)

Portal masuk ke pejamu

f)

Pejamu yang rentan.

Infeksi dapat terjadi jika rantai ini tetap berhubungan. Tenaga kesehatan
menggunakan kewaspadaan dan pengendalian infeksi untuk memutuskan rantai
tersebut sehingga infeksi tidak terjadi (Potter, 2005: 933).
Tanda-tanda Infeksi

Tubuh memiliki pertahanan normal terhadap infeksi. Flora normal tubuh


yang tinggal di dalam dan luar tubuh melindungi seseorang dari beberapa patogen.
Setiap sistem organ memiliki mekanisme pertahanan yang mempertahankan
terhadap paparan mikroorganisme infeksius (Perry, 2005: 937).
Respons selular tubuh terhadap cedera atau infeksi adalah inflamasi.
Inflamasi adalah reaksi protektif vaskuler dengan menghantarkan cairan, produk
darah, dan nutrien ke jaringan interstisial ke daerah cedera. Tanda inflamasi
termasuk bengkak, kemerahan, panas, nyeri atau nyeri tekan, dan hilangnya fungsi
bagian tubuh yang terinflamasi. Bila inflamasi menjadi sistemik, muncul tanda
dan gejala lain, termasuk demam, leukositas, malaise, anoreksia, mual, muntah,
dan pembesaran kelenjar limfe (Perry, 2005: 939).
a)

Tanda-tanda Infeksi maternal

1) Tanda dini Infeksi


a. Sedikit peningkatan suhu tubuh ibu
b. Takikardia janin
c. Perasaan tidak sehat
2) Tanda Lanjut Infeksi
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Perasaan tidak sehat


Suhu tinggi
Takikardia ibu dan/atau janin
Kematian intrauterus
Bayi yang tidak sehat saat dilahirkan
Tanda non spesifik infeksi seperti malaise, sakit kepala, demam, atau

mialgia
g. Nyeri tekan uterus atau cairan/flour vagina berbau menyengat (Chapman,
2006: 212-213).
b) Tanda-tanda Infeksi pada saat Persalinan
1) Nadi cepat (110x/menit atau lebih)
2) Suhu lebih dari 38C
3) Menggigil
4) Air ketuban atau cairan vagina berbau (APN, 2007: 90)
Tujuan Pencegahan Infeksi

Infeksi Nasokomial dan infeksi dari pekerjaan merupakan masalah yang


penting di seluruh dunia dan terus meningkat. Sebagian besar infeksi dapat
dicegah dengan strategi dan menaati praktik-praktik pencegahan infeksi yang
direkomendasikan (Tietjen, 2004: 1-2). Adapun tujuan pencegahan infeksi dalam
asuhan persalinan normal (APN, 2007: 1-2) adalah:
a.Meminimalkan infeksi yang disebabkan mikroorganisme (bakteri, virus,
jamur).
b. Menurunkan resiko penularan penyakit yang mengancam jiwa (hepatitis
dan HIV/AIDS).
Adapun cara pencegahan infeksi di fasilitas pelayanan kebidanan yaitu:
1. Arus Lalu Lintas dan Pola Aktivitas
2. Pengelolaan Rumah Tangga.
3. Pelayanan Laboratorium Klinik, Bank Darah, dan Pelayanan Transfusi.
4. Penanganan Program PI.

1. ARUS LALU LINTAS DAN POLA AKTIFITAS


Pengaturan arus penunjang, pasien dan petugas berperan dalam cegahan
penyebar penyakit difasilitas kesehatan. Karena jumlah mikroorganisme diarea
yang dimaksud cenderung terkait dengan jumlah orang yang hadir dan aktifitas
mereka, kontaminasi mikrobal diharapkan dan ditemukan lebiih tinggi diarea
seperti ruang tunggu dan lokasi awal pemrosesan instrumen bedah dan peralatan
lain yang kotor.
Salah satu tujuan utama pencegahan infeksi adalah meminimalkan
tingkat kontaminasi mikrobal diarea tempat pasien dirawat dan pemrosesan alat.
Area tersebut mencakup:

Area prosedur
Tempat pasien diperiksa dan prosedur-prosedur (misalnya
pemeriksaan pelvik, penatalaksanaan perawatan luka, pengambilan darah,
imunisasi, pemasangan dan pencabutann AKDR dan persalinan normal)
berlangsung.
Unit bedah
Tempat operasi mayor dan minor dilakukan. Unit bedah ini juga
terdiri dari ruangan pra-oprasi dan pemulihan serta beberapa area lainnya.
Area kerja

Tempat instrumen diproses. Hal ini terdiri dari area bersih dan
kotor tempat instrumen, peralatan, dan perlengkapan lain yang kotor
sibersihkan baik dengan DTT maupun disterilkan dan disimpan.
Yang penting adalah mengarahkan pola aktifitas dan arus lalu lintas diarea
ini menjaga agar ara yang terkontaminasi terpisah dari area tempat prosedur
berlangsung. Berbagai aktifitas, seperti pembuangan sampah, pemrosesan
instrumen, dan pembersih area prosedur harus dengan hati-hati direncanakan dan
diorganisasi untuk meminimalkan resiko infeksi terhadap pasien dan petugas
kesehatan. Mendesain dan mengimplementasikan pola arus lalu lintas yang
mencegah instrumen dan peralatan lain yang kotor melewati jalur ke instrumen
bersih, sudah disterilkan atau DTT.
Pengaturan lalu lintas harus dilakukan dengan memisahkan orang-orang
yang mempunyai atau diperkirakan mempunyai penyakit menular dari mereka
yang rentan. Orang-orang ini mempunyai penyakit menular dari mereka yang
rentan. Orang-orang ini mempunyai resiko besar untuk pasien yang rentan dan
petugas kesehatan pada tempat yang sama karena itu mereka perlu segera
diidentifikasi dan dipindahkan misalnya, Seorang anak atau remaja dengan
demam, ruam dikepala dan badan, dan tidak ada riwayat cacar air sebaiknya
dievaluasi diluar rumah sakit atau klinik karena pasien diruang pemisahan yang
mungkin mempunyai infeksi yang tinggi akan mengakibatkan petugas yang
berbeda yang bertnggung jawab untuk perencanaan memisahkan alat-alat yang
kotor dan bersih.
Pada poin penggunaan.
Perlengkapan, instrumen, dan peralatan suplai berada pada tempat yang
dibutuhkan (misalnya kontainer benda tajam ditempatkan di dalam jangkauan
tangan tempat injeksi diberikan)
Pengawasan lingkungan
Standar yang menspesifikasi prosedur yang akan diikuti untuk asuhan rutin ,
pembersih , dan disinfeksi permukaan lingkungan, tempat tidur, jeruji tempat
tidur, perlengkapan ditepi tempat tidur, dan permukaan yang acapkali dipegang
lainnya.
Ruang operasi
Tempat tindakan dilaksanakan.
Unit bedah
Seluruh area bedah. Hal ini mencakup lemari dan ruang ganti, ruang persiapan
operasi dan lingkungan pemulihan, daerah penunjang termasuk ruang penyimpanan
steril dan DTT dan ruangan lain yang biasa dipergunakan dan koridor yang
mengarah kearea khusus, ruang operasi, ruang cuci dan ruang perawat.

Persyaratan Ruang dan Peralatan


Fasilitas pelayanan kebidanan berbeda-beda dalam jenis layanan yang diberikan.
Misalnya, puskesmas hanya dapat menawarkan beberapa tindakan (seperti
pemasangan dan pencabutan AKDR, imunisasi, asuhan antenatal dan bedah kecil
untuk menjahit luka atau trauma lainnya). Fasilitas lebih besar (termasuk rumah
sakit kabupaten ) dapat melayani tindakan bedah umum besar dan kecil selain
tindakan rawat jalan. Namun, tanpa melihat besarnya fasilitas termasuk,
persyaratan ruang dan peralatan untuk setiap tindakan tertentu umumnya tidak
terlalu berbeda.
Pada klinik yang hanya melakukan tindakan kecil, ruang tindakannya
dilengkapi dengan tempat cuci tangan yang dibutuhkan untuk memeriksa klien
dan melakukan tindakan. Sebuah ruang terpisah dengan sekurang-kurangnya satu
saluran pembuangan untuk pencucian instrumen dan peralatan lainnya juga
dibutuhkan. Idealnya area pemrosesan itu harus mencakup lebih dari satu ruang
(misalnya ruang kotor untuk menerima instrumen kotor dan ruang bersih untuk
pemrosesan dan penyimpangan akhir). Jika hanya sebuah ruang tersedia, peralatan
kotor harus diterima dan dibersihkan pada area ruang yang cukup jauh dari tempat
peralatan di DTT atau disterilisasi dan disimpan.
Persyaratan ruang untuk melakukan berbagai prosedur bedah kecil
tidaklah berbeda, tergantung pada klasifikasi tindakan (semikritis atau kritis),
persyaratan pemrosesan instrumen DTT atau sterilisasi sangat berbeda-beda.
Memasang atau mencabut AKDR, misalnya diklasifikasi sebagai sebuah tindakan
semikritis yang berkaitan dengan selaput lendir utuh, dan area (vagina dan
serviks) pada umumnya tidak steril dan juga tidak dapat diciptakan kondisi seperti
itu ( Spaulding 1968). Sebaliknya, memasukan laparoskop ke abdomen
diklasifikasikan sebagai sebuah prosedur kritis karena jaringan yan g pada
umumnya steril dilakukan sayatan, instrumen baik yang steril maupun DTT dapat
diterima, tetapi hal berikutnya pemprosesan akhir yang dikhendaki adalah proses
sterilisasi.oleh karena itu untuk kebutuhan atas instrumen logam steril dengan
laparoskopi, diperlukan sekali area terpisah tambahan untuk pemrosesan akhir
( sterilisasi tekanan tinggi dengan cara menggunakan otoklaf). Hal ini sangat
penting apabila volume layanan itu tinggi dan pola aktivitas yang terdefinisikan
dengan baik secara progresif menjadi lebih kompleks karena jenis tindakan bedah
berkembang dan pembedahan umum dan obstetri menjadi sampai operasi jantung
terbuka. Sebagai pedoman, pembagian ruang untuk jenis pembedahan yang
dilakukan dirumah sakit kabupaten pada umumnya sama seperti pada bedah
sentral atau poliklinik. Hal ini mencakup:
Kamar ganti dan ruang cuci untuk petugas.

Area praoprasi tempat klien diperiksa dan dievaluasi sebelum


pembedahan.
Ruang operasi
Area pemulihan untuk observasi pasien setelah pembedahan (dapat
dikombinasikan dengan area pra-oprasi)
Area pemrosesan untuk membersihkan dan mensterilisasi ayau melakukan
DTT atas instrumen dan peralatan lainnya.
Ruang untuk menyimpan pak-pak steril/ wadah instrumen DTT dan
peralatan lainnya.
Meminimalkan Kontaminasi Mikrobal.
Praktik pencegahan infeksi yang dianjurkan untuk meminimalisasi
kontaminasi mikrobal pada area spesifik difasilitas pelayanan kesehatan.
Area Tindakan
Mengatasi lalu lintas petugas berwewenang dan pasien setiap saat.
Mengizinkan hanya pasien dan petugas yang melakukan dan membantu
prosedur diruang prosedur (anggota keluarga bila dibutuhkan).
Pasien dapat memakai pakaian bersih mereka sendiri.
Petugas harus memakai pakaian dan PPD ( perlengkpan perlindungan diri)
selama melakukan tindakan.
Ada kontainer tertutup yang sudah diisi larutan klorin 0,5%
untuk
dekontaminasi instrumen dan peralatan lainnya dengan segera saat tidak
dibutuhkan lagi.
Ada tong sampah anti bocor dan tertutup untuk membuang sampah yang
terkontaminasi (kapas, kasa, perban) ditempat.
Adanya tong sampah anti bocor untuk membuang benda-benda tajam yang
aman ( misalnya, jarum, semprit, dan skalpelyang bekas) ditempat.
Adanya ruang penyimpanan diruang prosedur untuk suplai yang steril, DTT,
dan bersih. ( Rak-rak penyimpanan harus tertutup untuk meminimalkan debu
dan debris yang berkumpul diatas peralatan yang disimpan.
Unit Bedah
Unit bedah dibagi menjadi empat area, yang artinya menuntut tiap
aktivitas yang dilakukan daerah tidak terbatas, zona transisi, daerah semi terbatas,
dan daerah terbatas. Kontrol lingkungan dan penggunaan pakaian bedah
meningkat apabila seseorang petugas erpindah dari daerah tidak terbatas ke daerah
terbatas. Selain itu petugas dengan infeksi pernapasan atau kulit dan luka terbuka
sebaiknya tidak diizinkan berada diunit bedah.

Daerah tidak terbatas


Area ini adalah pintu masuk dari koridor utama dan terisolasi dari area
lainnya dari unit bedah. Tempat ini titik dimana petugas, pasien dan material
memasuki unit bedah.
Zona Transisi
Area ini terutama terdiri dari ruang pakaian dan lemari. Pada zona ini
tempat petugas memakai pakaian bedah yang memungkinkan mereka berpindah
dari daerah tidak terbatas ke daerah semi terbatas atau daerah terbatas di unit
bedah. Hanya penugasan yang berwewenang boleh memasuki area ini.
Daerah semi terbatas
Area ini adalah area penunjang dari unit bedah dan terdiri dari ruangan
pra-oprasi dan ruangan pemulihan, tempat penyimpanan untuk instrumen steril
dan DTT, dan koridor yang mengarah ke daerah terbatas. Aktivitas dukungan
(misalnya penyimpanan dan pemrosesan instrumen) di ruang operasi berlangsung
di sini.
Batasi lalu lintas petugas dan pasien yang berwewenang setiap waktu.
Ada area kerja untuk pemrosesan instrumen bersih.
Ada tempat penyimpanan untuk suplai yang bersih dan steril atau DTT
dengan rak-rak tertutup untuk meminimalkan debu dan debris yang
menumpuk diatas instrumen yang disimpan
Ada pintu yang membatasi akses ke daerah terbatas dari unit bedah tersebut.
Petugas yang bekerja di area ini diwajibkan memakai pakaian bedah dan
menutup seluruh kepala.
Petugas harus memakai sepatu yang bersih dan tertutup yang akan
melindungi kaki mereka dari cairan dan instrumen yang jatuh.
Daerah terbatas
Area ini terdiri dari ruangan-ruangan operasi dan tempat cuci tangan.
Batasi lalu lintas untuk staf dan pasien yang berwenang setiap waktu.
Pintu harus selalu tertutup, kecuali selama petugas, pasien, suplai dan
peralatan keluar masuk.
Petugas pencuci harus memakai pakaian bedah penuh dan menutup kepala
dan masker.
Petugas ganti pakaian, memiliki sepatu bot yang akan melindungi kedua kaki
mereka dari cairan dan instrumen cairan yang jatuh.
Masker wajib digunakan ketika suplai steril dibuka dan petugas instrumen
sedang menyusun alat-alat.

Pasien tidak harus memakai masker selama dindahkan (kecuali mereka butuh
perlindungan jalan naas)
Ruangan operasi
Tutup ruangan operasi untuk meminimalkan debu dan mengurangi masuknya
lalat: lebih baik bila ada AC sentral gunakan alat tersebut. Apabila jendela
adalah salah satu ventilasi, pasanglah tirai.
Ruangan operasi harus ditempatkan jauh dari area fasilitas rumah sakit atau
perawatan kesehatan yang banyak dilalui oleh petugas dan pasien.
Sebelum posedur bedah:
Tempatkan sebuah kontainer bersih dan tertutup yang sudah diisi dengan
larutan klorin 0,5%.
Tempatkan kantong plastikk atau tempat sampah yang tertutup dan anti bocor
untuk sampah yang sudah terkontaminasi (kapas, kasa dan kasa bekas)\
Tempatkan tong sampah antibocor untuk pembuangan yang aman atas bendabenda tajam.
Tatalah meja, meja instrumen dan bulat berdampingan pada sebuah area yang
jauh dari pola lalu lintas dan sekurang-kurangnya 45cm dari dinding, kabinet,
dan permukaan nonsteril lainnya.
Tutup meja operasi dengan kain yang bersih.
Periksalah dan buatlah peralatan pengisap, oksigen, dan peralatan anestesi.
Tempatkan suplai dan pak yang sudah dicek dan siap untuk dibuka pada meja
operasi.
Meja instrumen dan permukaan nonsteril lainnya yang akan digunakan
selama prosedur harus ditutup dengan linen steril.
Selama prosedur bedah
Batasi jumlah petugas yang memasuki ruang operasi hanya bagi mereka yang
akan melakukan prosedur bagi pasien (anggota keluarga bila dibutuhkan).
Pastikan tim bedah dapat bekerja sendiri sehingga bantuan dari pihak luar
tidak diperlukan.
Pastikan pintu selalu tertutup kecuali selama keluar masuk petugas, pasien
dan peralatan.
Jagalah seminimal mungkin jumlah orang yang keluar masuk; karena jumlah
mikroorganisme meningkat dengan bertambahnya aktivitas.
Jagalah perbincangan seminimal mungkin diarea steril.
Petugas-petugas asisten bedah harus memakai pakaian bedah penuh,
termasuk.
Asisten bedah harus selalu menjaga lengan dan tangannya didalam bidang
steril dan menyentuh hanya instrumen dan area steril.

Petugas bedah lainnya harus memakai pakaian bedah.


Petugas bedah lainnya harus berada disisi ruang operasi, dan menjaga jarak
dari area steril. Mereka sebaiknya tidak bersandar atau menjangkau bidang
operasi.
Percikan bersih yang terjadi secara kebetulan atau debis yang terkontaminasi
diarea luar bidang bedah dibersihkan dengan larutan klorin 0,5% secepat
mungkin.
Setelah prosedur bedah
Mengumpulkan seluruh sampah dan mengangkutnya dari luar dalam tong
sampah tertutup dan anti bocor.
Menutup dan mengangkut tong sampah antibocor apabila sudah tiga perempat
penuh.
Mengangkat tong sampah tertutup yang didalamnya sudah diberikan larutan
klorin 0,5% dengan instrumen dan sarung tangan bedah dari ruangan.
Mengangkut linen kotor didalam tong sampah antibocor dan tertutup.
Mengangkut sampah, linen kotor, instrumen dan peralatan kotor, dan suplai
yang telah terbuka tetapi belum digunakan, dalam tong sampah tertutup dan
memastikan peralatan ini tidak masuk kembali kedaerah terbatas.
Daerah Kerja
Menurut besar dan jenis fasilitas kesehatan, daerah kerja untuk instrumen
pemrosesan (misalnya Central supply Departement atau CSD) erupakan bagian
yang terkait dengan unit bedah . area ini adalah area tempat instrumen, sarung
tangan bedah, dan peralatan diproses dan petugas harus terlatih khusus dalam
menangani dan memproses dan menyimpan instrumen, peralatan dan unsur
lainnya yang bersih, steril, atau DTT. CSD dianggap merupakan daerah semi
terbatas sehingga seluruh anjuran tentang pola lalu lintas dan pakaian bedah yang
tepat dijelaskan diatas harus diikuti.
CSD terdiri dari 4 area:
1. Area penerimaan/pembersih hal-hal yang kotor.
2. Area kerja bersih.
3. Area penyimpanan peralatan bersih.
4. Area penyimpanan steril ata DTT
Persyaratan dan fungsi untuk empat area dari sebuah CSD diiktisarkan dibawah
ini.
1. Area penerimaan/pembersih hal-hal kotor
Di area ini, peralatan kotor diterima, dibongkar, dicuci, dibilas,dan dikeringkan.
Area penerimaan/pembersih hal-hal kotor harus memiliki:

Sebuah konter penerimaan.


Dua saluran bila kemungkinan (satu untuk membersihkan dan satu untuk
membilas) dengan suplai air besih.
Sebuah konter peralatan yang bersih untuk pengeringan.
2. Area kerja bersih.
Di area kerja bersih, peralatan bersih:
Diperiksa barang kali ada cacat atau kerusakan.
Dipak (bila terindikasi), baik disterilkan maupun DTT.
Dikirim untuk disimpan seperti dalam bentuk dipak atau diangin-anginkan
untuk dikeringkan dimasukan dalam wadah steril atau DTT.
Area kerja bersih harus mempunyai:
Meja besar.
Rak-rak penyimpanan peralatan bersih dan yang sudah dipak.
Sterilisator uap tekanan tinggi, oven panas tinggi, steamer, atau boiler.
3. Area penyimpanan peralatan bersih
Simpanlah peralatan bersih diarea ini. Petugas CSD juga harus memasuki CSD
melalui area ini. Lengkapi peralatan ini dengan:
Rak-rak lebih baik tertutup untuk menyimpan peralatan bersih.
Sebuah konter atau meja pencatatan.
4. Area penyimpanan steril atau DTT
Simpanlah pak-pak yang sudah disterilkan dan wadah tertutup yang steril di area
ini, psahkan dari daerah suplai steril pusat.
Batasi akses kearea penyimpanan ini atau simpanlah peralatan dikabinet atau
rak-rak yang tertutup.
Menjaga area penyimpanan tetap bersih, kering, bebas debu dan tidak
memakai tirai dan ada jadwal rutin urusan rumah tangga.
Pak-pak dan wadah-wadah dengan peralatan steril harus disimpan dengan
jarak 20 hingga 25 cm dari lantai, 45-50 cm dari langit-langit, dan 25-20cm
dari dinding luar.
Jangan mempergunakan kardus untuk tempat penyimpanan.
Buatlah tanggal dan perputaran suplai (satu datang, satu keluar). Proses ini
berfungsi sebagai peringatan bahwa paket itu rentan terkontaminasi dan
menghemat ruang penyimpanan, tetapi hal ini tidak menjamin sterilitas.
Pak-pak akan tetap steril sepanjang keutuhan paket itu dapat dipertahankan.
Wadah-wadah steril tetap dalam kondisi tersebut hingga dibuka.
Barang steril dan DTT didistribusikan dari area ini.
Faktor-faktor yang kemungkinan besar merusak sterilitas atau membahayakan
efesiensi pak alat adalah bakteri udara:

Debu
Kelembaban
Berlubang, atau terkoyak segelnya
Terbuka pak tersebut

PENGELOLAAN RUMAH TANGGA


Pengelolaan rumah tangga meliputi pembersihan umum rumah sakit dan
klinik, yang meliputi lantai, dinding, alat-alat, meja, dan permukaan lain. Maksud
pengelolaan rumah tangga adalah mengurangi jumlah mikroorganisme yang dapat
menulari pasien, tamu, staf, dan masyarakat sekitar.umumnya ruangan-ruangan di
rumah sakit dan klinik, seperti ruang tunggu dan kantor administrasi, tergolong
resiko rendah sehingga cukup di bersihkan dengan sabun dan air. Sedangkan
beberapa ruangan seperti toilet/wc, pembuangan darah atau duhtubuh lain,
tergolong esioko tinggi memerlukan disinfektan seperti klorin 0,5 % atau fenol
1% yang di tambahkan pada larutan pembersih (SEARO 1988). Penggunaan
disinfektan selain sabun dan air di anjurkankan pula di ruangan- ruangan seperti
ruangan opersi, kamar pulih dan ruang perawatan intensif.
Sebagai tambahan, ruang pasien, khususnya barang- barang yang di sentuh
tangan oleh pasien dan petugas, harus di bersihkan demngan menggunakan larutan
disinfektan untuk meminimalkan resiko infeksi. Contohnya, McFarland dkk
(1989) menemukan bahwa ketika pasien- pasien yang tidak mempunyai
klostridium diffisil yang masuk ke ruangan yang sebelumnya di pakai oleh pasien
dengan klotriduim diffisil resiko untuk pasien baru meningkat beberapa hari
walaupun staf dengan benar menggunakan kewaspadaan baku untuk mencegah
kontaminasi silang.
Berdasarkan hal- hal di atas, penting sekali bagi para petugas rumah tangga di
latih melakukannya dan di pantau secara berkala. Sebagai bagian dari pelatihan,
penting bagi staf:

Memahami resiko paparan dari benda- banda terkontaminasi sewaktu


melakukan prosedur pembersihan.
Mengikuti panduan- panduan yang di anjurkan, termasuk pergunaan
perlengkapan perlindungan diri yang sesuai.
Adapun pengetian yang terdapat dalam pengelolaan rumah tangga.

Disinfektan
adalah
bahan
kimia
yang
membunuh
mikroorganisme.disinfektan di kelompokan sebagai rendah, menengah dan
tinggi tingakat aktivasinya tergantung pada kemampuannya membunuh

mikroorganisme kecuali endospora. Fenol, klorin, atau bahan yang


mengandung klorin merupakan disinfektan yang sering di pakai untuk
membersihkan lantai, dinding dan lain- lain.
Jenis deterjen adalah jenis produk pembersih komersial ( cair atau bubuk)
yang berkomposisi komponen hidropilik dan komponen lipofilik dan dapat
di bagi menjadi 4 jenis anionik, kationok. Ampoterik, dan nonionok.
Kesehatan lingkungan adalah proses mempertahankan lingkungan yang
bersih, sehat dan menyenangkan bagi pasien dan lingkungan kerja.
Kontrol lingkungan adalah prusedur standar yang khusus untuk di ikuti
secara rutin, untuk merawat dan membersihkan dan mendisinfeksi
lingkungan permukan seperti: tempat tidur beroda, tempat peralatan di sisi
tempat tidur dan permukaan yang sering di sentuh.
Larutan pembersih adalah campuran darin sabun (atau deterjen) dan air,
tanpa disinfektan kimiawi, di gunakan untuk memcuci permukaan seperti
lantai, kursi, dinding dan langit-langit.
Larutan pembersih disinfektan adalah kombinasi deterjen (sabun) dan
disinfektan kimiawi. Beberapa kombinasi tersedia secara komersial seperti
deterjen alkalin dengan bahan klorin, deterjen alkalin dengan QUAT, dan
deterjen asam dengan iodofor.
Sabun dan deterjen adaah bahan pembersih (sabun batangan, cairan atau
bubuk) membantu menghilangkan kotoran, debu, atau mikroorganisme
dari tangan. Sabun biasa memerlukan sikap untuk menghilangkan
mikroorganisme sedangkan sabun antiseptik membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme.
Sanitizer adalah bahan kimia yang mengurangi jumlah bakteri kontaminan
pada tingkat aman pada benda mati berdasarkan syarat kesehatan
masyarakat (membunuh 99% bakteria dalam waktu 30 detik).
Sterilan adalah bahan kimia yang dapat membunuh semua mikrooganisme
termasuk endospora. Kebanyakan sterilan juga disinfektan tingkat tinggi
jika di gunakan dalam waktu singkat. Sterilan hanya di gunakan pada
keperluan khusus misalnya untuk alat-alat opersi sewaktu operasi
berlangsung yang di gunakan pada area perintis, semi kritis (bedah).
Sterilan tidak berarti untuk di gunakan untuk membersihkan lingkungan
permukaan.
Surfaktan adalah zat yang mengurangi tegangan permukaan air atau
tegangan pada pemisah antara air dan cairan lain. Zat pembasah di
temukan di banyak sterilan dan disinfektan.

CARA MEMILIH PEMBERSIH

Berbagai jenis pembersih tersedia seperti sabun cair,deterjen,disinfektan,


kombinasi. pembersih yang ideal memenuhi syarat sebagai berikut:

Suspensi lemak
Saponifikasi lemak
Surfaktan
Dispersi(memecah kotoran hingga partikel kecil)
Destruksi protein (memecah protein)
Melembutka air (membuang kalsium dan magnesium dari air)

Jika memilih disinfektan atau pembersih lain, pertimbangkan faktor- faktor


berikut:
Pemakaian
Kemanjuran
Penerimaan
Keamanan
Biaya
METODE PEMBERSIHAN
Cara pembersihan diuraikan sebagai berikut:
Pel basah adalah alat yang paling umum yang dianjurkan untuk membersihkan
lantai.

Teknik satu ember


Digunakan satu ember larutan pembersih, yang diganti bila kotor. Daya bunuh
larutan pembersih berkurang dengan bertambahnya kotoran dan bahan-bahan
organis lainnya.
Teknik dua ember
Satu ember mengandung larutan pembersih satu lagi mengandung air untuk bilas.
Kain pel selalu di peras dahulu sebelum dicelub ke dalam larutan pembersih.
Teknik dua ember memperpanjang masa pakai larutan pembersih sehingga dapat
menghemat tenaga dan bahan.
Teknik tiga ember
Ember ketiga digunakan untuk memeras pel sebelum dibilas, yang akan
memperpanjang masa pakai air bilasan.
JADWAL DAN PROSEDUR UNTUK KAMAR OPERASI
Pada pagi hari semua permukaan seperti meja, dan kursi harus dibersihkan, di lap
dengan kain lembut yang bebas lembab dan bersih untuk menghilangkan debu
yang terkumpul semalam.
Pembersihan total diantara dua operasi tidak perlu dilakukan.

Pembersihan total(termasuk lantai dan menyikat semua permukaan dari bagian


atas kebagian bawah) ruang operasi perlu dilakukan pada kegiatan setiap hari.

Pembersihan total
Langkai 1:
pindahkan ember-ember dekontaminasi tertutup kekamar
pemrosesan. Ember bersih mengandung larutan klorin 0,5% atau
disinfektan lain harus tersedia pada pagi hari dan sesudah satu
kasus.
Langkah 2 : Ganti kontainer sampah dengan kontaainer yang bersih. Lakukan
insinerasi/bakar secepat mungkin.
Langkah 3: Tutup dan pindahkan kontainer benda tajam bila sudah terisi tiga
perempatnya.
Langkah 4: Masukan bahan-bahan linen kedalam kontainer tertutup atau anti
bocor.
Langkah 5: Basahi kain dengan larutan disinfektan dan bersihkan semua
permukaan seperti meja, konter, wastafel, lampu dan lain-lain. Lakukan
pembersihan dari atas kebawah, sehingga debu yang jatuh dari atas kelantai
dibersihkan terakhir.
Dinding dan plafon: bersihkan dengan kain basah, deterjen, dan air sesuai
keperluan dan kotor yang terlihat.
Kursi, lampu, wastafel, baskom, tromol, permukaan meja, konter: bersihkan
dengan kain basah dan larutan pembersih disinfektan.
Lampu operasi: Bersihkan dengan kain basah dan larutan pembersih disinfektan.
Meja operasi : lap denga larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi. Kemudian
bersihkan atasnya, samping kaki, dan bagian-bagian lainnya dengan kain basah
dan larutan pembersih disenfektan.
Lantai : bersiihkan dengan pel basah dan larutan pembersih disinfektan.
AC : bersihkan dengan kain basah, sabun, dan air.

CARAMEMBERSIHKAN ALAT-ALAT YANG TERKONTAMINASI


Langkah 1 : Dekontaminasi alat-alat pembersih yang sudah terkontaminasi
dengan darah atau duh tubuh lain dengan merendam dalam larutan 0,5% selama
10 menit.
Langkah 2 : Cuci ember, kain/lap, sikat-sikat dan kain pel dengan deterjen dengan
air setiap hari atau segera setiap kali tanpak kotor.
Langkah 3: Bilas dengan air bersih.
Langkah 4 : Keringkan sampai benar-benar kering sebelum dipakai ulang.

PELAYANAN LABORATORIUM KLINIK

Infeksi yang didapatkan di laboratorium. Infeksi nosokomial akibat

kegiatan staf laboratorium, tanpa memperkirakan bagaimana kejadiannya.


Lemari yang aman secara biologi (lemari bio-aman). Lemari ini akan
memberikan perlindungan bagi petugas, bahan yang sedang diproses, dan
lingkungan. Kisaran kompleksitas lemari tersebut adalah dari tingkat 1 (lemari
riset yang umum untuk digunakan pada risiko mikroorganisme tingkat rendah
ke tingkat sedang)hingga ke tingkat III (lemari tertutup total dengan konstruksi
hampa gas yang dapat memberikan perlindungan maksimal pada petugas dan

lingkungannya).
Panduan tingkat biosafety (BSL). Terdiri atas kombinasi batasan primer dan

sekunder yang dibuat untuk digunakan pada 4tingkatan risiko yaitu :


BSL-1 adalah tingkat yang terendah dari petunjuk keselamatan dalam
penahanan dan keselamatan mikrobiolgi. Petunjuk ini dianjurkan bagi mereka
yang bekerja dengan mikroorganisme, seperti Basillus subtilis, yang belum
diketahui apakah dapat menimbulkan infeksi pada orang dewasa sehat.
BSL-2 umumnya diterapkann di laboratorium bakteriologi yang bekerja
dengan bahan-bahan ( misal spesies Salmonella) yang dihubungkan dengan
kejadian penyakit pada manusia dengan tingkat keseriusan yang bervariasi.
Saat menerapkan praktik mikrobiologi yang standar, bahan-bahan tersebut
harus ditangani pada tempat terbuka, khususnya apabila pelindung diri seperti
tutup muka, baju pelindunh, dan sarung tangan pemeriksaan digunakan dengan
betul.
BSL-3 ditujukan pada tempat mengandung mikroorganisme berbahaya yang
ditularkan secara primer melalui udara (percikan halus dan butiran lendir),
seperti tuberkulosis atau varisela (cacar air), pekerja laboratorium yang bekerja
dalam situasi demikian harus dilatih dalam menggunakan peralatan yang tepat,
termasuk menggunakan sistem ventilasi yang tepat serta penggunaan lemari
yang aman secara bioligi
BSL-4 dibuat untuk digunakan pada tempat di mana terdapat bahan-bahan
yang berbahaya atau agen penyakit tidak terobati yang dapat menular pada para
pekerja laboratorium

melalui jalur udara, seperti virus demam berdarah.

Pekerja yang etrlatih akan menggunakan lemari yang aman secara biologis
tingkat III atau mengenakan pakaian yang menutup seluruh tubuh dengan
didukung tekanan udara positif saat akan melakukan

semua tindakan di

laboratorium ini.
JENIS PAPARAN AKIBAT INFEKSI YANG DIDAPAT DI LABORATORIUM
Infeksi organisme patogen dapat terjadi melalui beberapa cara. Yang paling
sering adalah:

Inhalasi. Pada saat melakukan pencampuran, penggilingan, atau penghalusan


bahan-bahan infeksius atau pada saat membakar kawat loop pemindah dapat
membentuk percikan halus yang dapat terhirup oleh petugas yang tidak

menggunakan perlindungan.
Tertelan. Para pekerja mungkin dapat terpapar melalui:
- gerakan yang tidak disadari dari tanga ke mulut.
- Memasukan bahan-bahan yang telah terkontaminasi (pensil) atau jari
-

tangan (saat menggigit kuku) ke mulut.


Makan, minum, atau merokok di dalam laboratorium atau tidak melakukan
upaya kebersihan tangan yang betul (tidak mencuci tangan atau tidak
menggunakan penggosok tangan dengan bahan dasar alkohol sebelum dan

sesudah makan) atau


Menggunakan pipet (13% angka kejadian infeksi yang didapat di

laboratorium, terjadi karena melakukan pipet denga mulut).


Luka akibat tusukan.
Cedera akibat kecelakaan dengan benda-benda tajam (jarum jahit, pisau
bedah dan bahan-bahan pecah belah yang telah terkontamisani) merupakan

penyebab utama infeksi yang didapat di laboratorium.


Kontaminasi pada kulit dan selaput lendir.
Cipratan dan percikan dari cairan yang terkontaminasi pada selaput lendir
mulut, rongga hidung dan konjungtiva mata, dan gerakan tangan ke muka
dapat mengakibatkan terjadinya transmisi organisme patogen.

BIOSAFETY

DAN PRAKTIK PENCEGAHAN INFEKSI BAGI PARA

PETUGAS LABORATORIUM
Para petugas laboratorium di rumah sakit dan klinik yang menangani
darah. Tubuh yang berpotensi terkontaminasi, atau contoh bahan yang
mengandung mikroorganisme patogen perlu waspada pada kemungkinan
terjadinya bahaya yang ditimbulkan akibat bahan-bahan serta peralatan yang
terinfeksi serta mengetahui bagaimana cara untuk melindungi diri, jerawat, serta
lingkungannya. Kebanyakan laboratorium baik yang berada di rumah sakit
rumah sakit maupun klinik-klinik di kategorikan masuk dalam unit-unit dengan
biosafety tingkat 1atau 2, sehingga pencegahan infeksi yang didapatkan akibat
pekerjaan di laboratorium tersebut, terdiri atas terutama petugas yang bersungguhsungguh melakukan praktik dasar pelayanan kesehatan seperti kebersihan tangan
(mencuci tangan atau menggunakan penggosok tangan yang mengandung
alkohol) baik sebelum maupun sesudah makan atau sesudah melakukan kontak
dengan bahan-bahan yang terinfeksi, serta menggunakan sarung tangan pelindung,
masker dan baju pelindung yang tepat. Karena bahan-bahan terinfeksi yang
dihadapi diklasifikasikan sebagai risiko rendah atau sedang, praktik perlindungan
yang khusus tidak dibutuhkan (misalnya, bahan-bahan ini bukan merupakan suatu
risiko yang berarti terhadap lingkungan dan dapat dibuang seperti bahan-bahan
limbah infeksius rumah sakit lainnya).
Panduan Umum Praktik Biosafety Dan Praktik Pencegahan

Memakai sarung tangan pemeriksaan yang baru saat menangani darah


Tubuh dan/atau contoh bahan yang mengandung mikroorganisme patogen.
Tidak makan, minu m atau merokok di dalam laboratorium.
Tidak diperbolehkan menyimpan makanan di dalam lemari pendingin yang

digunakan untuk menyimpan contoh bahan-bahan klinik atau riset.


Tidak diperbolehkan melakukan pengisapan pipet melalui mulut, gunakan

peralatan mekanik (seperti pengisap karet).


Tidak membuka sentrifuge sewaktu masih berputar.
Selalu menutupi ujung tabung pengumpul darah dengan kertas atau kain,
atau jauhkan dari muka seseorang sewaktu membuka.

Lakukan dekontaminasi pada permukaan tempat bekerja setiap hari atau


terkontaminasi

seperti

segera

setelah

terjadi

tumpahan

dengan

menggunakan larutan klorin 0,5%


Memakai pelindung muka atau masker dan kaca mata apabila terdapat
kemungkinan terkena cipratan atau percikan darah, cairan tubuh atau

cairan yang mengandung bahan-bahan infeksi.


Pakailah sarung tangan rumah tangga sewaktu membersihkan alat-alat

laboratorium dari bahan gelas.


Gunakan tempat anti tembus dan antibocor untuk menempatkan bahan-

bahan yang tajam.


Letakkan bahan-bahan limbah infeksi di dalam kantong plastik atau wadah
dengan penutup yang ketat.

Pengambilan Darah (Flebotomi)


CDC menyatakan bahwa flebotomi merupakan prosedur yang berisiko
paling tinggi, karena jarum yang paling sering digunakan adalah ukuran besar (822 gauge), dan sejumlah darah tertinggal di dalam jarum sesudah pamakaian.
Pada laporan 1999 (EPINet), 21% dari 1.993 perlakukan tajam yang dilaporkan di
Amerika Serikat berhubungan dengan flebotomi, lbih dari 80% perlukaan jarum
terjadi sewaktu mengambil darah vena, menggunakan jarum vakum, jarum sekali
pakai, dan jarum butterfly.
Pada flebotomi yakinkan bahwa:

Pakai sarung tangan pemeriksaan.


Cari bantuan bila pasien tidak bekerjasama.
Cari bantuan untuk menangani anak-anak.

Bank Darah dan Pelayanan Transfusi


Bank darah dan pelayanan transfusi bertugas untuk mengumpulkan,
memroses, menyimpan, dan menyiapkan darah manusia yang diperuntukan untuk
transfusi, melakukan tes pratransfusi dan akhirnya transfusi kepada pasien. Meski

proses ini bisa di lakukan pada satu rumah sakit, seringkali dilakukan dalam dua
tempat yang terpisah. Contohnya, di banyak negara darah untuk proses transfusi
dikumpulkan pada pusat- pusat darah, yang kemudian diproses, disimpan, dan
dikirimkan ke tempat pelayanan rumah sakit. Pelayanan transfusi bertanggung
jawab untuk mengurus persediaan yang cukup dalam jumlah darah yang
dibutuhkan dan produk darah, menggolongkan darah, serta membandingsilangkan
pasien dan mengeluarkan drah untuk transfusi.
Dalam banyak hal, transfusin darah atau produk darah pada penggunaannya
sama dengan penggunaan pemberian bahan pengobatan melalui pembuluh darah
(misalnya antibiotik). Terdapat resiko khusus tambahan bagi pasien yang
menerima transfusi. Contohnya, karena resiko potensial bagi pasien yang
menerima transfusi darah terkena infeksi serius (HBV, HCV,atau HIV), pedoman
dalam melakukan berbagai proses seleksi dan proses pemeriksaan serta prosedur
yang tepat dan aman, telah di kembangkan. Pedoman ini sangat spesifik,
memperkenankan variasi kecil dalam praktik dan ini di lakukan oleh para petugas
setiap saat asalkan pelayanan transfusi di berikan dengan cara yang aman.
Konsekuensinya, di negara- negara maju bank darah dan pelayanan transfusi
darah benar- benar di atur dan kualitan pelayanannya di pantau setiap hari (AABB
2002).
Petugas yang bekerja pada bank darah dan pelayanan transfusi juga
mempunyai resiko terkena luka (misalnya jarum suntik) atau terkena kontaminasi
darah atau produk darah. Untuk melindungi dirinya, petugas harus mengetahui
dan mengerti tentang pentingnya cuci tangan, menggunakan sarung tangan dan
peralatan pelindung pribadi seperti pelindung muka atau masker dan barak plastik
pada saat yang tepat.
Pada bagian ini, pedoman bagi ketentuan yang aman pada bank darah dan
pelayanan transfusi di rangkum dari segi:

Menapis donor darah,


Menjamin keselamatan pendonor

Melakukan tes untuk memastikan darah dan produk darah aman untuk di

gunakan
Melindungi pasien yang menerima transfusi, dan
Menjamin keselamatan petugas laboratorium dan petugas klinik.
Kepatuhan pada pedoman ini dapat mengurangi resiko komplikasi pada
transfusi dan infeksi nosokomial kepada pasien dan penularan infeksi

berikutnya kepada petugas laboratorium (Harding dkk 1995).


DEFINISI
Antibodi berarti secara klinis. Antibodi yang mampu menimbulkan reaksi
berlawanan pada darah transfusi atau produk darah yang di ambil dari

donor ( antibodi alogenik) atau penerima ( antibodi autologus).


Bank dara. Fasilitas atau unit rumah sakit yang melakukan pengumpulan,
pemrosesan, penyimpanan dan penyaluran darah menusia atau produk

darah.
Look- Back. Proses mengidentifikasikan orang yang telah meneriman
transfusi darah dari donor yang kemudian didapati terkena infeksi HCV,

HIV (dan juga HBV), dan memberitahu mereka hal ini ika di perlukan.
Pasien-pendonor. Orang yang darahnya diambil untuk ditransfusi kepada

orang lain
( Transfusi alogenik)
Pelayanan transfusi. Fasilitas atau unit rumah sakit yang melakukan
penyimpanan, tes pra-transfusi dan perbandingan silang, dan infusi darah

atau produk darah kepada calon pasien (penerima)


Penerima donor. Orang yang darahnya diambil untuk ditansfusi kepada

dirinya sendiri (auto transfusi).


Reaksi urtikaria. Reaksi alergi berupa gatal-gatal (pruitis), gatal
kemerahan, ruam kulit atau kondisi yang serupa yang terjadi selama

transfusi darah.
Sistem tertutup pengambilan darah. Sistem ini dimana

dikeluarkan lewat udara


Unit darah. Kantong plastik steril untuk tempat darah dikumpulkan dengan

darah tidak

jumlah antikoagulan yang tepat. (sistem pengambilan harus dengan sistem


tertutup, biasanya terdiri dari jarum hipodermik yang steril yang
dihubungkan dengan tabung kekantong dan botol pengumpulan yang

mempunyai satu atau dua lubang steril untuk dimasukan kedalam set
pengambilan darah yang steril.
MENGAPA PELAYANAN TRANSFUSI TIDAK AMAN DI BANYAK TEMPAT
`Mentranfusi pasien dengan darah atau produk darah merupakan salah satu
cara bedah dan medis yang tertua. Di negara- nega yang miskin sumber dayanya,
transfusi merupakan salah satu dari beberapa prosedur yang ada bagi dokter.
Akibatnya, penggunaannya menjadi berlebihan dan dilakukan dengan
menggunakan alasan- alasan yang kebanyakan tidak tepat. Terlebih lagi, sering
darah diambil dari donor yang dibayar dan donor yang mempunyai resiko tinggi
misalnya dari pekerja seks dan dari pengguna obat- obatan melalui pembuluh
darah, yang sedikit sekali diseleksi terhadap penyakit menular atau kondisi lain
(misalnya anemi) yang sevara normal harus ditolak sebagai donor. Contohnya,
diperkirakan kurang dari setengah persediaan darah dunia yang benar- benar aman
digunakan untuk proses transfusi.
Sebagai tambahan, petugas yang bekerja pada unit ini, begitu pula dengan petugas
kesehatan yang melakukan transfusi, seringkali menerima sedikit latihan dan tidak
sadar atas resiko kepada pasien dan mereka sendiri. Akibatnya, apabila peralatan
tes untuk memeriksa penyakit menular dengan cepat tersedia, petugas yang
bekerja pada bank donor atau pelayanan transfusi kemungkinan tiak tahu cara
menggunakan pelaratan tersebut atau menafsirkan akibat yang terjadi. Dengan
demikian, persoalan umum yang diutarakan oleh banyak petugas pelayanan
teransfusi adalah karena para dokter meminta pengeluaran darah sebelum darah
tersebut diperiksa dengan lengkap meski dalam situasi yang tidak darurat, apalagi
dalam situasi darurat, sementara proses perbandingan silang belum selesai.
Kebanyakan pelayanan transfusi kurang mampu mencatat latar belakang, pasien
yang ditransfusi darah, atau produk darah yang belakangan ini diketahui jarang
diberitahukan mengenai darah yang secara positif terkena HBV, HCV, atau HIV.
KETENTUAN PELAYANAN
Bank darah dan pelayanan transfusi meliputi:

menyeleksi donor dan memastikan bahwa mereka diberi tahu;


mengambil darah dari donor yang telah diseleksi;
melakukan tes pada komponen darah, antibodi, dan penyakit menular;
menyimpan dan mengirimkan darah;
tes pratransfusi pada darah pasien (penerima); dan
melakukan transfusi pada pasien.

Penapisan Donor dan Persetujuan


Penapisan donor
proses penapisan donor adalah langkah yang paling penting untuk
melindungi persendiaan darah yang aman. Proses ini dimaksudkan untuk
mengidentifikasi masalah medis, perilaku atau peristiwa yang menempatkan
orang pada resiko terkena infeksi yang tertular penyakit yang serius kepada
orang yang menerima transfusi. Untuk menyelesaikan masalah ini, donor
harus ditanya riwayat kesehatannya, dengan melakukan pemeriksaan fisik
terbatas, serta memeriksa hemoglobin dan hematokrit.
Persetujuan
Sebelum pengambilan darah, dasar proses pendonoran harus dijelaskan
dengan sederhana, dengan istilah yang dapat dimengerti atau dengan
menggunakan bahasa utama pasien apabila memungikinkan. Penjelasan ini
meliputi informasi mengenai resiko tempat pengambilan darah dan respon
potensial yang berlawanan ketika darahnya diambil sebanyak 400-500 ml.
Begitu pula dengan penjelasan tes yang dilakukan untuk mengurangi resiko
penularan penyakit serius. Donor harus memiliki kesempatan untuk bertanya
mengenai prosedur dab menolak untuk memberikan persetujuan.
Pengambilan Darah
Beberapa studi menyarankan bahwa setidaknya kurang lebih dua atau tiga
per seribu unit darah akan berisi bakteri jika teknik aseptik digunakan dan darah
yang diambil dengan menggunakan sistem tertutup (Abuty, Goldman dan
Scheckler 1998).
Setiap pengambilan darah, kontaminasi dapat dihindari dengan cara:
Mempertahankan kondisi penyimpanan dengan benar,
Memeriksa unit darah tanpa menggunakan sistem pengambilan tertutup, dan
Menginfus atau membuang unit darah dalam waktu yang pendek saat sistem
tertutup telah dibuka (AABB 2002).
Komponen Darah dan Pemeriksaan Penyakit Menular

Golongan darah AOB ditentukan melalui pemeriksaan sel darah merah donor
dengan bahan anti-A dan anti- B dan dengan serum donor atau plasma A1 dan
sel darah merah B.
Tipe Rh ditentukan dengan pemeriksaan bahan anti-D. jika pemeriksaan awal
dengan anti-D hasilnya negatif, darah harus diperiksa kembali dengan metode
yang didesain untuk mendeteksi D rendah.

Darah yang bersal dari donor dengan riwayat trasfusi atau kehamilan harus
diperiksa terhadap antibodi yang tak terduga ke antibodi sel darah merah
dengan menggunakan metode untuk menunjukkan antibodi klinis berarti
secara klinis.

Penyimpanan Darah dan Pengiriman Jarak Dekat


Unit darah harus disimpan dalam lemari es yang dapat mempertahankan
suhu antara 1 sampai 6 derajat Celcius. Unit darah yang ditaruh pada suhu yang
melebihi tingkat yang dapat diterima pada periode yang tidak diketahui, harus
dibuang.
Unit darah yang dikirimkan dalan jarak dekat tidak membutuhkan penangan
khusus. Darah jangan dibiarkan terkena suhu di luar batas yang dapat diterima.
Pemeriksaan Pratransfusi dan Perbandingan Silang
Tujuan dari pemeriksaan sebelum transfusi adalah untuk menyeleksi darah
atau produk darah yang tidak akan membahayakan pasien dan untuk meyakinkan
bahwa sel darah merah dapat bertahan saat ditransfusikan. Kalu dilakukan dengan
benar, pemeriksaan sebelum transfusi akan menegaskan golongan ABO dari sel
darah merah, status Rh, munculnya anti bodi sel darah merah berarti secara klinis
pada darah si penerima dan kecocokan antara sampel yang diseleksi dari darah
pendonor dengan darah penerima.
Pemberian transfusi pada pasien
Transfusi whole blood , yang memberikan sel darah merah untuk
meningkatkan kapasitas pembawa oksigen, mempunyai faktor koagulasi yang
stabil dan kandungan plasma untuk meningkatkan volume darah.

TRANSFUSI DARAH
Seperti pada pengobatan medis lainnya, keputusan untuk mentransfusi
seorang pasien harus berdasarkan kebutuhan (indikasi ) transfusi atau komponen
darah dibandingkan dengan resiko, manfaat potensial dan alternatifnya. Sebelum
pemberian transfusi pasien harus diberitahu membutuhkan transfusi, secara jelas
dimengerti dan menerima resiko yang terjadi dan telah mendapat penjelasan
mengenai prosedur yang dilakukan (jika pasien tidak sadar atau tidak mampu
memberi keputusan kemudian keluarga atau teman dekatnya harus membuat
pernyataan).

Alasan utama transfusi darah atau sel merah adalah untuk meningkatkan kepastian
pembawa O2 untuk memenuhi kebutuhan jaringan.
Dua keadaan adalah
Pasien pendarahan ( kehilangan darah)
Anemi kronik
Pada keadaan 1, tujuan terapi inisial adalah menghentikan pendarahan pada
pemulihan volume intravaskular untuk mencegah syok hipovolemik. Jadi tujuan
jangka pendek adalah memberi cairan intravena untuk memulihkan sirkulasi,
kemudian memulihkan kepastian pembawa O2.
Kadar Hb yang umumnya diterima untuk transfusi adalah pasien yang
kehilangan darah mencapai 7 gram %, apalagi pada pasien dengan kadar Hb 6
gram % selalu diperlukan transfusi, jika sekitar 10 gram % jarang memerlukan
transfusi.
PENANGANAN PROGRAM PENCEGAHAN INFEKSI
a. Prinsip-Prinsip Organisasi Penanganan Programpencegahan Infeksi
1) Mengembangkan Program-Program yang Berhasil
Membantu rumah sakit dan klinik menjadi tempat yang lebihaman
untuk

bekerja

atau

memberi

layanan

sebagian

besar

adalah perubahan perilaku.Pendidikan tidaklah memadai. Mengubah kinerj


a staf yang kurang memuaskan (misalnya kurangnya kepatuhan
terhadap pedoman cuci tangan) menghendaki penegakan pengelolaan apab
ila perubahan perilaku akan dipertahankan (Lynch dkk 1997). Hal iniadala
h

tanggung

jawab

administrator

dan

penglola

klinik

yang

bekerja bersama dengan staf kunci di bidang keselamatan ruang operasi at


aukomite pencegahan infeksi untuk :
Membuat standar kerja, melakukan mentor atas staf danmemantau secara
reguler kinerja staf, dan
Membantu staf pada seluruh level menerima denganmenggunakan
pikiran sehat ketika melaksanakankewajiban yang diembankan kepada

mereka sertamenggunakan perlengkapan perlindungan diri yangtepat


setiap waktu.
Selain itu, harus ada :
Dukungan konsisten pihak administrator dan pengelolarumah sakit tentang
upaya keselamatan (misalnyakesenjangan yang sudah teridentifikasi
diperbaiki, praktik-praktik yang berbahaya dikurangi dan stafsecara

aktif

didorong untuk mencari solusi ganda danmurah).


Penyelia secara regular memberikan umpan balik danmemberikan
penghargaan atas perilaku yang tepat(misalnya; cuci tangan dulu sebelum
kontak ke pasienlainnya).
Peran contoh, khususnya dokter, staf, dan pengajar fakultas lainnya yang
secara aktif mendukung
praktik pencegahan infeksi yang dianjurkan danmemeperlihatkan perilaku
yang tepat (Lipscomb danRosenstock 1997).2)
3. Mengorganisasi Prinsip-Prinsip Penatalaksanaan Program PencegahanInfeksi
Menurut Lynch dkk (1997), tiga prinsip organisasi untuk penatalaksanaan
program adalah :
a) Menentukan prioritas relatif masalah-masalah denganmempergunakan
klasifikasi Spaulding tehadaprisiko/kritis infeksi potensial, semikritis dan
nonkritis.
b) Mengidentifikasi dan menganalsisi alasan-alasan untukkinerja yang buruk
atau kurang tepat, dan
c) Menentukan biatya isu-isu (yaitu menestimasi biaya danmanfaat aktivitasaktivitas tersebut).
Klasifikasi Spaulding tentang risiko potensial (yaitu kritis,semi kritis, dan
nonkritis) memberiakan dasar untuk menentukankedudukan relatif dan
prioritas
(misalnya masalah-masalah dan infeksiyang paling serius dan acapkali muncul
melibatkan
pihak pengelolalaan di area kritis dan dengan demikian menentukan perhatian
dan sumber daya yang diperlukan).

Prinsip kedua, secaratepat mengidentifikasi mengapa kinerja tidak sesuai


dengan standar, biasanya karena kemungkinan besar tiga alasan staf :
a. Tidak mengetahui bagaimana melakukan tugas
dengan benar atau mengapa mereka harus melakukan tugastersebut.
b. Tidak mempunyai perlengkapan perlindungan yang benar (memadai), atauc)
c. Motivasi yang kurang.
Dalam berbagai kasus, hal ini terkait lebih dari satu alasan.Memahami bagaimana
alasan-alasan ini memberi kontribusi ataskesenjangan kinerja meningkatkan
kinerja yang meningkat tindakan perbaikan agar berhasil.
Prinsip ketiga dan terakhir mengestimasifaktor biaya dan manfaat dari tindakan
perbaikan. Di berbagai negara,hal ini paling sulit di antara tiga alasan tersebut
karena data yangmenjadi dasar estimasi itu kurang.
b. Yang Terlibat Dalam Penananganan Programpencegahan Infeksi
Sangat penting untuk mengidentifikasi dan mengajak staf rumahsakit untuk
membentuk kelompok kerja pencegahan infeksi. Tujuannyaadalah untuk
memandu dan menyokong penggunaan anjuran yangdipraktikan dan mengkaji
serta memecahkan masalah yang berhubunganyang mungkin meningkat.
Kelompok kerja ini sebaiknya melibatkanutusan dari berbagai disiplin ilmu
(seperti ahli bedah, pusat pelayanan,rumah tangga, laboratorium, bagian
pembelian dan administrasi) dantermasuk pula satu atau lebih petugas kesehatan.
Di klinik, fungsikelompok kerja ini sering tumpang tindih meskipun kelompok
kerja inihanya konsisten terhadap dua atau tiga orang anggota.Walaupun risiko
infeksi tidak dapat sepenuhnya dikurangi, hal inidapat diminimalkan. Berdasarkan
analis masalah-masalah atau isu-isu,kelompok kerja harus membuat dan
mengimplementasikan anjuran yangkonsisten dengan kedudukan yang relative
penting, jenis tindakan perbaikan yang dibutuhkan dan faktor biaya.Aktivitas dan
pedoman dasar yang membantu para pengelolamelaksanakan program-program
yang berhasil, mencakup:

Kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur tertulis yang dibuatuntuk


menangani situasi dimana pasien atau staf terpapardengan risiko infeksi.
Melakukan
orientasi
staf
sebelum
kebijakan,
anjuran,
atau prosedur baru dimulai dan memberikan tindak lanjut pelatihanketika
penguatan pengelolaan dibutuhkan.
Pastikan suplai, peralatan, dan fasilitas yang memadai tersediasebelum
dimulai agar dapat memastikan kepatuhan.
Lakukan kajian ulang secara regular untuk memastikancukupnya
perubahan atau praktik yang dianjurkan, memecahkanmasalah-masalah
baru dan memberikan ruang atas perhatianstaf.Pada akhirnya, komunikasi

yang efektif dan regular pada seluruhlevel merupakan kunci untuk


mengembangkan dukungan yang dibutuhkanatas sebuah program yang
berhasil.
c. Tujuan Kelompok Kerja Pencegahan Infeksi
Tujuan dari kelompok kerja pencegahan infeksi adalah untuk memandu dan
menyokong penggunaan anjuran yang dipraktikan dan mengkaji serta
memecahkan masalah yang berhubungan yang mungkin meningkat.
d. Hal-Hal yang Terkait Dengan Proses Pengambilan Keputusan
Dengan pencegahan infeksi seperti pada area klinis tertentu berbagai situasi
timbul di mana keputusan yang tepat harus dibuat mempertimbangkan
keuntungan dari prosedur tertentu yang berlawanan atas resiko yang mungkin
terjadi pada pasien atau pekerja perawatan kesehatan. Keputusan ini harus bersifat
praktis dan konsisten, dan sedapat mungkin, harus didasarkan pada bukti ilmiah.
Melalui buku panduan ini, bukti diberikan untuk membantu pengelola membuat
keputusan yang lebih baik dan keputusan-keputusan diinformasikan dan anjurananjuran berkenaan dengan seringnya masalah-masalah yang dihadapi, seperti:
Anjuran untuk meningkatkan faktor kepatuhan dengan

pedoman

kesehatan dan kebersihan tangan.


Penyeleksian dan penggunaan sarung tangan yang tepat untuk berbagai
tugas pelayanan kesehatan.
Menyeleksi bahan antiseptik atau disinfektan kimiawi yang paling tepat
yang dapat diberikan dan biasanya tersedia pada tingkat local
Keputusan berkenaan penggunaan ulang yang tepat atas peralatan sekali
pakai (penggunaan tunggal)
Penggunaan PPD (Perlengkapan perlindungan diri), khususnya sarung
tangan dan peralatan lainnya. (Peralatan ini harus diberikan berdasarkan
pada sumber daya yang tersedia di area fasilitas perawatan kesehatan
dimana peralatan ini sangat dibutuhkan dan akan digunakan).
Bagaimana mendesain operasi bedah yang lebih aman .
Bagaimana menggunakan daftar titik keselamatan untuk membuat ruang
operasi lebih aman bagi pasien dan staf.
Anjuran untuk pengelolaan sampah, sebuah masalah yang sangat sulit.
Pedoman penatalaksanaan paparan aksidentasl atas HBV, HIV, dan HCV.
Dalam mengambil keputusan ini, para pengelola acapkali harus

menemukan keseimbangan antara pentingnya masalah dan memberikan


level keselamatan yang dapat diterima untuk tugas-tugas perawatan
kesehatan spesifik.
e. Isu-Isu Dan Masalah Yang Pada Umumnya Dihadapi Dalam Penanganan
Program Pencegahan Infeksi
Penggunaan Profilaktik AntibiotikIsu ini menjamin pertimbangan khusus
karena mempresentasikankesalahan penggunaan yang kurang tepat dan mahal atas
sumber-sumberyang bernilai dan juga memberi kontribusi atas masalah yang
terus berkembang tentang resistensi antibiotik. Misalnya, berbagai pemberilayana
n merasa bahwa karena higiene klien dan pasien itu buruk dan/ataukekurangan
gizi, maka memberikan antibiotik selama 5 7 hari biasanyasuatu tetrasiklin
akan mencegah infeksi setelah bedah efektif. Tidakhanya berbagai artikel yang
telah membahas bahwa hal ini tidak berfungsi baik, tetapi berdasarkan
penggunaan antibiotik profilaktik.Hal ini adalah sebuah masalah pengelolaan di
mana pendidikan staf profesional (dokter dan perawat) sangat penting dan harus
mencakup.

Mengkaji ulang literatur yang ada mencatat bahwa penggunaanrutin


antibiotik pascaoperasi pada pasien-pasien yang sehatyang menjalani

bedah elektif tidak mencegah infeksi (Ladipodkk 1991)


Menjelaskan
bahwa
penggunaan
antibiotik

yang

tepatmeningkatkan

di

prevalensi

resistensi

antibiotik

kurang
masyarakat

danmenyia-nyiakan sumber daya yang bernilai.


Mengingatkan staf bahwa praktik pencegahan infeksi yangdianjurkan
sebaiknya dijalankan secara berhati-hati, sehinggaantibiotik pasca-operasi
yang rutin tidak perlu diberikan.Mitos dan Miskonsepsi Tentang
HIV/AIDSKeputusan dan tindakan staf pelayanan kesehatan sebagian
besardipengaruhi oleh perasaan, sikap dan keyakinan pribadi serta
tingkat pengetahuan

mereka. Misalnya, dengan

munculnya secara cepat epidemicHIV/AIDS, khususnya di wilayah subSahara Afrika, Wilayah AsiaSelatan, dan Karibia, staf pelayanan kesehatan
semakin memperhatikankeselamatan mereka sendiri dan pekerjaan mereka
di mana mereka dapat berkontrak dengan orang-orang yang kemungkinan

besar terinfeksi HIV.Hal ini adalah sebuah masalah yang sangat sulit,
khususnya ketikarisiko atas staf itu terkait dengan pemberian prosedur
bedah elektif karenalasan-alasan yang terkait dengan kesehatan, seperti
keluarga berencana(misalnya sterilisasi sukarela, AKDR, dan implant)
dibandingkan denganlayanan yang terkait dengan medis. Perhatian ini
dapat mengarah baikkepada:
Mengadopsi tindakan pencegahan yang berlebihan, acapkalimahal dan
tidak perlu, atau
Mengambil risiko yang tidak perlu dengan kepercayaan yangsalah untuk
situasi tertentu, risikonya kecil atau tidak ada yangdapatdilakukan untuk
meminimalisasi risiko tersebut (Flexner1991; Klouda 1991)
f. Pelatihan Staf
Pada awalnya, seluruh level petugas kesehatan (misalnya perawat,dokter, pegawai
urusan rumah tangga, dan petugas kebersihan) harusmengetahui mengapa
pencegahan infeksi itu penting. Topik-topik utamayang akan diajarkan harus
terdiri dari :

Siklus transmisi penyakit, rute infeksi, dan bagaimanamenangani siklus

tersebut.
Pengalaman

Tindakan

Standar

Kewaspadaan

menangani

seluruh pasien, tidak hanya mereka yang terlihat atau diketahui telahterinfeksi

.
Metode untuk memimimalkan transmisi penyakit (yaitu denganmencuci
tangan, memakai sarung tangan, dan pencegahan infeksilainnya) serta
melakukan

demonstrasi

tentang

penanganan pencegahan

infeksi.Agar

mempunyai efek jangka panjang, pelatihan awal harusditindaklanjuti dan


pemantauan harus ditargetkan kearah mengidentifikasidan memecahkan
masalah-masalah yang terkait. Peringatan umummengenai pentingnya
mempertahankan

lingkungan

yang

bebas

infeksi untuk pemberian

layanan yang lebih aman juga harus ditekankan secara berulang-ulang.


g. Pemantauan Efektivitas Pelatihan
Pemantauan secara teratur atas praktik dan prosespencegahan infeksi begitu
penting, tidak hanya untuk menilaiefektivitasnya, tetapi juga menentukan topic-

topik ynag kemungkinanbesar dibutuhkan oleh para staf pada pelatihan atau
memerlukankajian ulang yang lebih banyak. Untuk memantau efektivitas :
Memeriksa secara langsung dan tanpa rencana untukmelihat bagaimana
staf melakukan prosedur baru tertentu.
Menilai apakah tindakan pencegahan yang dianjurkandijalankan.
Catatlah apakah peralatan dan suplai yang perlu tersediadan digunakan
dengan baik.
h. Pemantauan Praktik Pencegahan Infeksi
Mencatat infeksi yang terjadi di rumah sakit dan klinik adalah carayang banyak
makan

waktu

untuk

memantau

efektivitas

praktik pencegahan infeksi. Khususnya pencatatan infeksi pasca operasi dapatme


mbantu mengidentifikasi berhentinya praktik pencegahan. Misalnya,apabila
serangkaian infeksi sejenis terjadi pada periode waktu yang
pendek, maka trouble-shooting harus dilakukan untuk menidentifikasisebabsebab

yang

mungkin

terjadi.

Asumsi

bahwa

sejumlah

infeksi

luka bedah terjadi pada pasien yang menjalani seksio sesarea elektif. Maka pertan
yaan-pertanyaan trouble-shooting yang harus mempertimbangkanterdiri dari:
Apakah

praktik

pencegahan

infeksi

yang

dianjurkan

dilakukandi ruang operasi? Diruangan /bangsal?


Apakah tempat operasi (area operasi) dibersihkan sebelumoperasi,
khususnya apabila hygiene pasien buruk?
Apakah antiseptic yang sudah disetujui dengan konsentrasiyang benar
digunakan untuk mempersiapkan tempat operasi?
Apakah kuku anggota tim bedah itu panjang? Apakah memakaicat
pewarna kuku?
Apakah sarung tangan bedah sekali pakai digunakan ulang?
Apakah infeksi terkait dengan tim bedah tertentu? Atauseseorang?
Apakah instrument atau peralatan sepenuhnya dibersihkansebelum
sterilisasi atau DTT?
Apakah sterilisator (otoklaf) berfungsi dengan benar?
Apakah sterilisasi atau DTT dientukan waktunya dengan benar?Apabila
jawaban atas sebagian pertanyaan-pertanyaan itu adalah
tidak, maka informasi lebih lanjut mengenai area-area tersebut
harusdikumpulkan dan masalah-masalah didentifikasi sebelum diputuskanapakah
pelatihan, peralatan yang lebih baik atau penguatan pengelolaanadalah tindakan
korektif yang dibutuhkan.

http://www.kerjanya.net/faq/12111-infeksi.html di akses tahun 2015.

http://www.kerjanya.net/faq/4914-inflamasi-peradangan.html di akses tahun 2014.

Anda mungkin juga menyukai