Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu penyakit infeksi sistemik akut yang banyak dijumpai di berbagai
belahan dunia hingga saat ini adalah demam tifoid yang disebabkan oleh bakteri
gram negatif Salmonella typhi. Di Indonesia, demam tifoid lebih dikenal oleh
masyarakat dengan istilah “penyakit tifus”.
Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara
berkembang. Gambaran klinis demam tifoid seringkali tidak spesifik terutama
pada anak sehingga dalam penegakan diagnosis diperlukan konfirmasi
pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan penunjang ini meliputi pemeriksaan darah
tepi, isolasi/biakan kuman, uji serologis dan identifikasi secara
molekuler.Pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis demam tifoid
yang ada saat ini adalah dengan metode konvensional, yaitu dengan kultur kuman,
dan uji serologi widal. Serta metode non konvensional yaitu antara Polimerase
Chain Reaction (PCR), Enzyme Immunoassay Dot (EIA), dan enzyme
Immunosorbent Assay (ELISA). Pasien umur 3 tahun, berat badan 13 kg. Datang
dengan keluhan badan panas sejak 3 hari yang lalu dengan batuk. Panas naik turun
terutama malam hari, mengigil, batuk berdahak, mual-mual dan muntah, belum
buang air besar 2 hari, buang air kecil ke normal.
Diagnosis pasti demam tifoid dapat ditegakkan bila ditemukan bakteri S. typhi
dalam biakan dari darah, urine, feses, sumsum tulang, cairan duodenum atau dari
rose spots. Berkaitan dengan patogenesis penyakit, maka bakteri akan lebih mudah
ditemukan dalam darah dan sumsum tulang pada awal penyakit, sedangkan pada
stadium berikutnya di dalam urine dan feses.
Pemeriksaan laboratorium yang selama ini banyak dilakukan adalah
pemeriksaan serologis yaitu tes Widal. Pemeriksaan ini mengukur kadar
aglutinasi antibodi terhadap antigen O dan H dalam darah (antigen O muncul pada
hari ke 6-8, dan antibodi H muncul pada hari ke 10-12). Kelemahan pemeriksaan
ini adalah sensitivitas yang kurang, memberikan hasil negatif sampai 30% dari
sampel biakan positif penyakit tifus, sehingga hasil tes Widal negatif bukan berarti
dapat dipastikan tidak terjadi infeksi. Pemeriksaan yang dapat dijadikan alternatif
untuk mendeteksi penyakit demam tifoid menggunakan lateral flow test.
Kelemahan uji Widal yaitu rendahnya sensitivitas dan spesifisitas serta
sulitnya melakukan interpretasi hasil membatasi penggunaannya dalam
penatalaksanaan penderita demam tifoid akan tetapi hasil uji Widal yang positif
akan memperkuat dugaan pada tersangka penderita demam tifoid (penanda
infeksi). Saat ini walaupun telah digunakan secara luas di seluruh dunia,
manfaatnya masih diperdebatkan dan sulit dijadikan pegangan karena belum ada
kesepakatan akan nilai standar aglutinasi (cut off point). Untuk mencari standar
titer uji Widal seharusnya ditentukan titer dasar (baseline titer) pada anak sehat di
populasi dimana pada daerah endemis seperti Indonesia akan didapatkan
peningkatan titer antibodi O dan H pada anak-anak sehat.
Oleh karena itu laporan ini disusun untuk membahas praktikum tentang
lateral flow test agar praktikan dapat mengetahui teknik lateral flow test dan
tingkat stadium Salmonella typhi yang menyerang manusia.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan tersebut yaitu:
1. Mengetahui tehnik pemeriksaan lateral flow
2. Mengetahui tingkat stadium Salmonella typhi yang menyerang manusia
C. Manfaat
Adapun manfaat dari percobaan tersebut yaitu kita dapat mengetahui teknik
pemeriksaan lateral flow dan mengetahui tingkat stadium Salmonella typhi yang
menyerang manusia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi
Salmonella sp. adalah bakteri batang lurus, gram negatif, tidak berspora,
bergerak dengan flagel peritrik, berukuran 2-4 μm x 0.5-0,8 μm. Salmonella sp.
tumbuh cepat dalam media yang sederhana, biasanya memporoduksi hidrogen
sulfide atau H2S, pada biakan agar koloninya besar bergaris tengah 2-8milimeter.
Salmonella typhi merupakan salah satu spesies bakteri salmonella yang
berbentuk basil, gram negatif, fakultatif aerob, bergerak dengan flagel pertrich,
mudah tumbuh pada perbenihan biasa dan tumbuh baik pada perbenihan yang
mengandung empedu yang apabila masuk kedalam tubuh manusia akan dapat
menyebabkan penyakit infeksi S. typhi dan mengarah kepengembangan tifus, atau
demam enterik.
Salmonella sp. tahan hidup dalam air yang dibekukan dalam waktu yang
lama, bakteri ini resisten terhadap bahan kimia tertentu (misalnya hijau brillian,
sodium tetrathionat, sodium deoxycholate) yang menghambat pertumbuhan bakteri
enterik lain, tetapi senyawa tersebut berguna untuk ditambahkan pada media
isolasi Salmonella sp. pada sampel feses.
Salmonella typhi menyebabkan penyakit demam tifus (Typhoid fever),
karena invasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan gastroenteritis, yang
disebabkan oleh keracunan makanan/intoksikasi. Gejala demam tifus meliputi
demam, mual-mual, muntah dan kematian S. typhi memiliki keunikan hanya
menyerang manusia, dan tidak ada inang lain.
Infeksi Salmonella dapat berakibat fatal kepada bayi, balita, ibu hamil dan
kandungannya serta orang lanjut usia. Hal ini disebabkan karena kekebalan tubuh
mereka yang menurun.
B. Sifat dan Klasifikasi Salmonella Typhi
Adapun sifat dari bakteri diatas adalah sabagai berikut :
a. Bentuk batang, gram negatif, fakultatif aerob, bergerak dengan flagel pertrich,
mudah tumbuh pada perbenihan biasa dan tumbuh baik pada perbenihan yang
menganddung empedu.
b. Sebagian besar salmonella typhi bersifat patogen pada binatang dan
merupakan sumber infeksi pada manusia, binatang-binatang itu antara lain
tikus, unggas, anjing, dan kucing.
c. Dialam bebas salmonella typhi dapat tahan hidup lama dalam air , tanah atau
pada bahan makanan. Di dalam feses diluar tubuh manusia tahan hidup 1-2
bulan.
Klasifikasi kuman Salmonella sp. sangat kompleks, biasanya
diklasifikasikan menurut dasar reaksi biokimia, serotipe yang diidentifikasi
menurut struktur antigen O, H dan Vi yang spesifik menurut reaksi biokimianya,
Salmonella sp. dapat diklasifikasikan menjadi tiga spesies yaitu S. typhi, S.
enteritidis, S. cholerasuis, disebut bagan kauffman-white. Berdasarkan serotipenya
di klasifikasikan menjadi empat serotipe yaitu S. paratyphi A (Serotipe group A),
S. paratyphi B (Serotipe group B), S. paratyphi C (Serotipe group ), dan S. typhi
dari Serotipe group D
Adapun Klasifikasi ilmiahnya yaitu :
Kingdom : Bacteria,
Phylum : Proteobacteria,
Class : Gamma Proteobacteria,
Ordo : Enterobacteriales, Salmonella sp.
Family : Enterobacteriaceae,
Genus : Salmonella
C. Faktor Virulensi
Salmonella typhi memiliki kombinasi karakteristik yang menjadikannya
patogen efektif. Spesies ini berisi endotoksin khas dari organisme Gram negatif,
serta antigen Vi yang ini diyakini akan meningkatkan virulensi. Hal ini juga
memproduksi dan mengeluarkannya protein yang dikenal sebagai "invasin" yang
memungkinkan sel-sel non-fagosit untuk mengambil bakteri, di mana ia dapat
hidup intrasel. Hal ini juga mampu menghambat meledak oksidatif leukosit,
membuat respons imun bawaan tidak efektif.
D. Struktur antigen
a. Antigen O
Antigen O merupakan somatic yang terletak dilapisan luar tubuh kuman.
Struktur kimianya terdiri dari lipopolisakarida. Antigen ini tahan terhadap
pemenasan 100oC selama 2-5 jam, alcohol dan asam yang encer.
b. Antigen H
Antigen H merupakan antigen yang terletak di plagella, pibriae atau fili
Salmonella typhi dan berstruktur kimia protein. Antigen ini tidak aktif pada
pemanasan di atas suhu 60oC, dan pemberian alcohol atau asam.
c. Antigen Vi
Antigen Vi terletak dilapisan terluar Salmonella typhi (kapsul) yang
melindungi kuman dari pagositas dengan struktur kimia glikolitid. Akan rusak
bila dipanaskan selama 1 jam pada suhu 60oC, dengan pemberian asam dan
fenol. Antigen inidigunakan untuk mengetahui adanya karier.
d. Outer Membrane Protein (OMP)
Antigen OMP Salmonella Typhi merupakan bagian dinding sel yang terletak
diluar membrane plasma dan lapisan peptidoglikan yang membatasi sel
terhadap ingkungan sekitarnya. OMP ini terdiri dari 2 bagian yaitu
proteinnonporin.
E. Epidemiologi
Pertemuan manusia untuk Salmonella typhi dilakukan melalui rute fecal-oral
dari individu yang terinfeksi kepada orang sehat. Kebersihan miskin pasien
shedding organisme dapat menyebabkan infeksi sekunder, serta konsumsi kerang
dari badan air tercemar. Sumber yang paling umum infeksi, bagaimanapun,
adalah minum air tercemar oleh urin dan kotoran
individu yang terinfeksi. Ukuran inokulum estimasi untuk infeksi adalah 100.000
bakteri. Demam Tifoid juga merupakan infeksi laboratorium kedua yang paling
sering dilaporkan.
Masuknya spesies ini bakteri ke dalam tubuh manusia yang paling sering
dicapai dengan konsumsi, dengan pentingnya diketahui transmisi aerosol. Setelah
tertelan, organisme berkembang biak di usus kecil selama periode 1-3 minggu,
sungsang dinding usus, dan menyebar ke sistem organ dan jaringan lain.
Pertahanan tuan rumah bawaan melakukan sedikit untuk mencegah infeksi
karena inhibisi lisis oksidatif dan kemampuan untuk tumbuh intrasel setelah
pengambilan.
Transmisi Salmonella typhi hanya terbukti terjadi dengan rute fecal-oral,
sering dari individu asimtomatik. 2-5% dari individu yang terinfeksi sebelumnya
menjadi carrier kronis yang tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit, tetapi aktif
gudang organisme layak mampu menginfeksi orang lain. Sebuah contoh yang
terkenal adalah "Tifus" Maria Mallon, yang adalah seorang penangan makanan
bertanggung jawab untuk menginfeksi sedikitnya 78 orang, yang menewaskan 5
orang. Pembawa ini sangat menular menimbulkan risiko besar bagi kesehatan
masyarakat karena kurangnya gejala penyakit terkait.
Kerusakan yang disebabkan oleh demam tifoid adalah reversibel dan
terbatas jika pengobatan dimulai pada awal infeksi. Hal ini menyebabkan angka
kematian kurang dari 1% di antara individu-individu diperlakukan yang memiliki
strain antibiotik-rentan Salmonella typhi, membuat hasil dan prognosis untuk
pasien yang positif.
F. Penularan
Adapun cara penularan dari penyakit typhus adalah sebagai berikut:
1. melalalui makanan yang terkontaminasi oleh bakteri.
2. melalui air untuk keperluan rumah tangga yang tidak memenuhi syarat
kesehatan.
3. Melalui daging, telur, susu yang berasal dari hewan sakit yang dimasak
kurang matang.
4. makana dan minuman berhubungan dengan binatang yang mengandung
bakteri salmonella typhi, seperti lalat, tikus, kucing dan ayam.
Setelah sembuh dari penyakitnya, penderita akan kebal terhadap typhus,
untuk waktu cukup lama. Interksi ulang (reinfeksi) dapat terjadi, tetapi biasanya
gejalanya sangat ringan. Makanan penderita dapat juga menjadi karier karena
bakteri menetap dan berkembang biak dalam kandung empedunya. Bahan yang
berbahaya untuk penularan adalah feses penderita atau karier.
G. Cara Pemeriksaan Laboratorium
Untuk keakuratan dalam penegakan diagnosa penyakit, dokter akan
melakukan beberapa pemeriksaan laboratorium diantaranya pemeriksaan darah
tepi, pemeriksaan Widal dan biakan empedu.
1. Pemeriksaan darah tepi merupakan pemeriksaan sederhana yang mudah
dilakukan di laboratorium sederhana untuk membuat diagnosa cepat. Akan
ada gambaran jumlah darah putih yang berkurang (lekopenia), jumlah
limfosis yang meningkat dan eosinofilia.
2. Pemeriksaan Widal adalah pemeriksaan darah untuk menemukan zat anti
terhadap kuman tifus. Widal positif kalau titer O (1/160) atau lebih dan atau
menunjukkan kenaikan progresif menggunakan metode “Tube Aglutination
Test”.
3. Diagnosa demam Tifoid pasti positif bila dilakukan biakan empedu dengan
ditemukannya kuman Salmonella typhi dalam darah waktu minggu pertama
dan kemudian sering ditemukan dalam urine dan feces.
4. Lateral Flow
Tes aliran lateral disebut juga jalur immunochromatographic (ICS) tes
atau hanya strip-tes. Mereka telah menjadi platform yang populer untuk tes
diagnostik sejak diperkenalkan di akhir 1980-an.
Tes aliran lateral digunakan untuk deteksi kualitatif atau semi-
kuantitatif tertentu analit termasuk antigen, antibodi, dan bahkan produk dari
tes amplifikasi asam nukleat. Satu atau beberapa analit dapat diuji untuk
secara bersamaan pada jalur yang sama. Ketika digunakan sebagai urin
diagnostik klinis, air liur, serum, plasma, seluruh darah, kotoran, eksudat
(dari luka atau lesi) semua dapat digunakan sebagai spesimen. Dalam
lingkungan atau non-klinis aplikasi sampel mungkin berasal dari tanah,
debu, vegetasi, atau makanan, atau penyeka lingkungan seperti dari pabrik
pengolahan makanan.
Tes aliran lateral yang paling sederhana untuk menggunakan semua
format tes, hanya mengharuskan pengguna untuk menempatkan strip tes
dalam spesimen atau ditambahkan langsung ke strip itu sendiri dan membaca
hasil setelah jangka waktu tertentu. Hasil biasanya dapat dibaca hanya dalam
2 menit, tapi sekitar 15 menit lebih umum. Banyak tes aliran lateral memiliki
keterbatasan pada berapa lama orang harus menunggu sebelum
membacanya, sehingga jika Anda menunggu untuk lama untuk membaca
hasil tes tersebut perlu diulang. Semua tes ini termasuk baik garis kontrol
prosedural atau kecukupan sampel garis kontrol yang digunakan untuk
memvalidasi hasil uji. Penampilan dua baris, karena itu, menunjukkan hasil
positif, sementara tes negatif berlaku hanya menghasilkan garis kontrol. Jika
hanya baris Uji muncul, atau jika tidak ada garis muncul, itu tidak valid dan
harus diulang.
H. Pengobatan
Dengan antibiotik yang tepat, lebih dari 99% penderita dapat disembuhkan.
Kadang makanan diberikan melalui infus sampai penderita dapat mencerna
makanan. Jika terjadi perforasi usus, diberikan antibiotik berspektrum luas (karena
berbagai jenis bakteri akan masuk ke dalam rongga perut) dan mungkin perlu
dilakukan pembedahan untuk memperbaiki atau mengangkat bagian usus yang
mengalami perforasi.
Anti biotika yang sering digunakan:
a. Kloramfenikol : Dosis : 4 x 500mg/hari . Diberikan sampai dengan 7 hari
bebas panas.
b. Tiamfenikol: Dosis : 4×500 mg.
c. Kotrimoksazol : Dosis : 2 x 2 tablet (1 tablet mengandung sulfametoksazol
400 mg dan 80 mg trimetoprim) diberikan selama 2 minggu.Ampisilin dan
amoksisilin : dosis : 50-150 mg/kgBB dan digunakan selama 2 minggu.
d. Sefalosporin generasi ketiga : dosis 3-4 gram dalam dektrosa 100 cc
diberikan selama ½ jam perinfus sekali sehari, diberikan selama 3 hingga 5
hari.
I. Pencegahan
Vaksin tifus per-oral (ditelan) memberikan perlindungan sebesar 70%.
Vaksin ini hanya diberikan kepada orang-orang yang telah terpapar oleh bakteri
Salmonella typhi dan orang-orang yang memiliki resiko tinggi (termasuk petugas
laboratorium dan para pelancong).
Adapun untuk mencegahnya adalah melakukan hal-hal berikut:
1. Menyediakan tempat pembuangan yang sehat dan higienis.
2. Mencuci tangan sebelum mengkonsumsi jajanan.
3. Menghindari jajan di tempat yang kurang terjamis kebersihan dan
kesehatannya.
4. Menjaga agar sumber air yang digunakan tidak terkontaminasi oleh bakteri
thypus.
5. Jangan menggunakan air yang sudah tercemar. Masak air hingga 100˚C.
6. Melakukan pengawasan terhadap rumah makan dan penjual
makanan/jajanan.
7. Melakukan vaksinasi untuk memberi kekebalan tubuh yang kuat.
8. Mencari informasi mengenai bahaya penyakit thypus. Jika memahami
tentang penyakit ini, maka pelajar akan lebih mudah untuk menjaga diri dan
lingkungannya agar selalu bersih dan sehat.
9. Menemukan dan mengawasi pengidap kuman. Pengawasan diperlukan agar
tidak lengah terhadap kuman yang dibawa. Sebab, jika lengan, sewaktu-
waktu penyakitnya akan kambuh.
10. Daya tahan tubuh ditingkatkan lagi.
11. Jangan banyak jajan di luar rumah.
12. Mengkonsumsi makanan yang masih panas sehingga kebersihannya
terjamin.
BAB III
METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat


Adapun waktu dan tempat pelaksanaan pratikum tersebut:
Hari/ tanggal : Sabtu, 19 Mei 2012
Waktu : 13.00 WITA – Selesai
Tempat : Laboratorium Biodiversity FMIPA Universitas Tadulako
B. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini, yaitu :
1. Alat
a) Mikropipet
b) Wadah
c) Stop Watch
2. Bahan
a) Serum penderita tifus
b) Bufer
c) Tip
d) Plat lateral flow
e) Alkohol 70 %
C. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dari percobaan tersebut yaitu:
1. Mengambil serum 25 ml, kemudaian meletakkan diatas plat lateral flow
2. Menambahkan larutan bufer pada sampel tersebut
3. Membiarkan sampel tersebut selama 20 menit
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
No Sampel Gambar Keterangan

(+)2
1 I
(merah jambu)

B. Pembahasan
Metode ini dasar pemeriksaannya sama yaitu mendeteksi IgM, dengan
teknik lateral flow dan hasilnya dapat dibaca dalam waktu 10 menit. Teknik ini
terdiri atas suatu pita pendeteksi. Teknik ini terdiri atas suatu pita pendeteksi yang
tebuat dari nitroselulose, salah satu sisinya dilapisi bantalan berisi reagen dried
colloidal gold-labelled anti-human IgM antibody dan sisi yang lain terdapat
bantalan penyerap.
Pembacaan hasil lateral flow yaitu apabila hasil negative apabila tidak tampak
garis pada daerah test dan hanya terlihat garis pada daerah control, hasil
dinyatakan positif apabila terdpat garis pada daerah tes dan garis pada daerah
control. Namun untuk hasil yang positif ini dikelompokkan menjadi 3 yaitu
pertama positif (+) 1 : bila garis pada daerah test lebih lemah dibandingkan pada
garis control, positif (+) 2 : bila garis daerah test sama kuatnya dengan garis
daerah control, positif (+) 3 : bila garis test lebih jelas dibandingkan dengan daerah
control dan hasil tidak sah jika tidak muncul garis daerah control, pemeriksaan
diulang dengan kertas yang baru.
Hasil evaluasi lateral flow menunjukkan hasil diagnostik yang baik, yaitu
mempunyai sensitibitas 85,8% dan spesifisitas 93,6%. Nilai ramal positifnya
adalah 93,67% pada serum pasien yang diambil dalam periode 10 hari pertama dan
93,1% pada periode >10 hari perjalanan penyakit. Tes ini menunjukkan
persesuaian yang baik dengan tes Leptospira IgM ELISA, dengan kappa inde of
agreement 91,8%.
Pada percobaan kali ini dilakukan dengan mengambil serum 25 ml,
kemudaian meletakkan diatas plat lateral flow selanjutnya dilakukan penambahan
larutan bufer pada sampel tersebut yang berfungsi untuk menghomogenkan dan
menggambarkan hasil dari sampel. Kemudian membiarkan sampel tersebut selama
20 menit agar diperoleh hasil yang diinginkan.
Dari percobaan tersebut diperoleh hasil yaitu positif dengan angka (+) 2
dengan warna merah jambu karena garis daerah test sama kuatnya dengan garis
daerah control. Hasil yang diperoleh pada pengamatan dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain yaitu tingkat infeksi Salmonella typhi memiliki kombinasi
karakteristik yang menjadikannya patogen efektif. Spesies ini berisi endotoksin
khas dari organisme Gram negatif, serta antigen Vi yang ini diyakini akan
meningkatkan virulensi. Hal ini juga memproduksi dan mengeluarkannya protein
yang dikenal sebagai "invasin" yang memungkinkan sel-sel non-fagosit untuk
mengambil bakteri, di mana ia dapat hidup intrasel. Hal ini juga mampu
menghambat meledak oksidatif leukosit, membuat respons imun bawaan tidak
efektif.
Faktor lainnya juga bisa dipengaruhi oleh bahan yang digunakan yang
memiliki tingkat higienitas yang tinggi sehingga hasil yang diperoleh sesuai
dengan yang diinginkan, kemudian dalam praktikum ini larutan buffer juga
memiliki fungsi penting dalam perolehan hasil pengamatan karena larutan buffer
ini memiliki fungsi untuk mencampur atau menghomogenkan sampel yang
diujikan sehingga didapat hasil yang baik, selain itu larutan buffer juga berfungsi
Membantu menggambarkan hasil pengamatan agar terlihat lebih jelas.
.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Tes Lateral Flow yaitu tes sederhana yang komponennya terdiri atas suatu
pita pendeteksi. Hanya mengharuskan pengguna untuk menempatkan strip
tes dalam spesimen atau ditambahkan langsung ke strip itu sendiri dan
membaca hasil setelah jangka waktu tertentu. Hasil biasanya dapat dibaca
hanya dalam 2 menit, tapi sekitar 15 menit lebih umum. Dalam percobaan
ini digunakan beberapa bahan antara lain serum penderita tifus, buffer, tip,
plat lateral flow, dan alkohol 70 %
2. Dari percobaan tersebut diperoleh hasil yaitu positif dengan angka (+) 2.
Hasil yang diperoleh dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
yaitu tingkat infeksi Salmonella typhi memiliki kombinasi karakteristik
yang menjadikannya patogen efektif. Faktor lainnya juga bisa dipengaruhi
oleh bahan yang digunakan memiliki higienitas tinggi, larutan buffer juga
memiliki fungsi penting yaitu berfungsi untuk mencampur atau
menghomogenkan sampel yang diujikan, selain itu larutan buffer juga
berfungsi membantu menggambarkan hasil pengamatan agar terlihat lebih
jelas.
DAFTAR PUSTAKA

Entjang Indan, dr. 2001. “Mikrobiologi & Parasitologi”, Citra Aditya Bakti :
Bandung.
Arif Mansyur. 2007. “Semiloka Mutu “Pemantapan Mutu tes Rapid Salmonella”,
Makassar.
Brooks, Geo F, Butel, Janet S, Morse, Stephen A. 2005. “Mikrobiologi Kedokteran
Edisi Pertama”, Salemba Medica : Jakarta.
Nugraha Tania. 2010. “Penata Laksanaan Demam Tifoid”, Fakultas Kedokteran
Universitas Riau.
LEMBAR ASISTENSI

Nama : Dias Tuti


Stambuk : G 601 11 046
Kelompok : IV
Asisten : Rahmat Hidayat

No Hari / Tanggal Perbaikan Paraf


LAPORAN SEMENTARA
Percobaan 10

A. Judul : Tes Lateral Flow


B. Tujuan : 1. Mengetahui tehnik pemeriksaan lateral flow
2. Mengetahui tingkat stadium Salmonella typhi yang
menyerang manusia
C. Alat dan Bahan :
1. Alat
 Mikropipet
 Wadah
 Stop Watch
2. Bahan
 Serum penderita tifus
 Bufer
 Tip
 Plat lateral flow
 Alkohol 70 %

D. Hasil Pengamatan
No Sampel Gambar Keterangan

T2
1 I
(merah jambu)
Kelompok IV

Dias Tuti (G 601 11 046)

Melvina Manita F. (G 601 11 049)

Yuditha Apriliana W(G 601 11 053)

Moh.Fachrin (G 601 11 056)

Magfirah (G 601 11 067)

Masrida (G 601 11 068)

Pertiwi (G 601 11 078)

Moh.Ardiyansyah (G 601 11 079)

Asisten
Pembimbing

Mochammad Syahrir S.Si.

Anda mungkin juga menyukai