Anda di halaman 1dari 5

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang masuk melalui saluran cerna kemudian

menyebar ke seluruh tubuh melalui darah. Deman tifoid disebabkan oleh bakteri yang disebut
Salmonella serovarian dan paratyphi. Terdapat ratusan jenis bakteri salmonella, tetapi hanya 4
jenis yang dapat mengakibatkan penyakit demam tifoid yaitu Salmonella serovarian typhi,
paratyphi A, paratyphi B, paratyphi C (Anonim, 2010).
Di Indonesia tifus merupakan penyakit endemis yang berarti kasusnya selalu ada sepanjang
tahun. Umumnya penderita tifus meningkat terutama pada musim kemarau . pada saat kemarau
terjadi kekurangan air bersih dan sumber air yang mudah tercemar. Setiap tahun penderita tifus
di daerah perkotaan di Indonesia mencapai angka 700-800 kasus per 100.000 penduduk
(Anonim, 2010).
Demam tifoid atau yang sering disebut tifus terjadi bila seseorang terinfeksi kuman
Salmonella, yang pada umumnya melalui makanan dan minuman yang tercemar. Apabila kuman
yang masuk kedalam tubuh sangat banyak dan mampu menembus dinding usus serta dapat
masuk kealiran darah hingga menyebar keseluruh tubuh. Maka hal ini akan dapat menimbulkan
infeksi pada organ tubuh lain diluar saluran cerna. Pada hari pertama, sering kali kesulitan
membedakan apakah demam yang timbul disebabkan oleh tifus atau penyebab demam lain
seperti demam berdarah umumnya meningkat mendadak dengan suhu sangat tinggi, dan demam
akan turun secara cepat dihari ke 5-6.

Bila demam sudah berlangsung lebih dari 7 hari, maka

sangat memungkinkan demam tersebut disebabkan oleh tifoid bukan karena demam berdarah
(Anonim, 2010).
Gejala lain yang sering menyertai adalah gejala pada pencernaan seperti mual, muntah,
sembelit atau diare. Salah satu pemeriksaan laboratorium yang sering dilakukan untuk
mendiagnosa penyakit tifus adalah pemeriksaan widal (Anonim, 2010).
Salmonella sering bersifat pathogen untuk manusia atau hewan jika masuk ke dalam tubuh
melalui mulut. Bakteri ni ditularkan dari hewan atau produk hewan kepada manusia, dan
menyebabkan enteris, infeksi sistemik dan demam enteric. Salmonella merupakan bakteri Gram
(-) batang, tidak berkapsul dan bergerak dengan flagel peritrich (Soemarno, 2000).
Panjang Salmonella bervariasi, kebanyakan spesies kecuali Salmonella pullorumgallinarum
dapat bergerak dengan flagel peritrich, bakteri ini mudah tumbuh pada pembenihan biasa, tetapi
hampir tidak pernah meragikan laktosa dan sukrosa. Bakteri ini termasuk asam dan kadang

kadang gas dari glukosa dan maltosa, dan biasanya membentuk H 2S. Bakteri ini dapat hidup
dalam air beku untuk jangka waktu yang cukup lama. Salmonella resisten terhadap zat-zat
kimia tertentu (misalnya hijau brilliant, natrium tetratrionat, dan natrium desoksikolat) yang
menghambat bakteri enteric lainnya. Oleh karena itu senyawa ini bermanfaat untuk dimasukkan
dalam pembenihan yang dipakai untuk mengisolasi Salmonella dari tinja (Jawetz, 1996).
Salmonella tumbuh dengan situasi aerob dengan suhu optimum 36o C.
-

Mac conkey agar, koloni tidak berwarna, jernih, keping, sederhana, bulat, smooth.
EMB, koloni tidak berwarna, sedang lebih besar dari MC, keping.
SSA, koloni tidak berwarna, kecil-kecil, smooth, bulat, keeping.
Desoxycholate Citrate, koloni kecil-kecil, sedang, berwarna, jernih kelabu, smooth, keeping.
Endo Agar, koloni kecil, tidak berwarna atau merah muda, kecil-sedang, keeping.
Hektoen Enteric Agar, koloni kecil sedang, berwarna hijau biru, dengan atau tanpa warna
hitam tengah, koloni bulat, smooth.
TSI : Lereng = alkali/asam
Gas = +/- (Soemarno. 2000).

2.2 Struktur Antigen


Meski pada awalnya Salmonella dideteksi berdasarkan sifat sifat biokimianya, golongan dan
spesiesnya harus di identifikasi dengan analisis antigen. Seperti Enterobacteriacea lain,
Salmonella memiliki antigen O (dari keseluruhan berjumlah lebih dari 60) dan antigen H yang
berbeda pada salah satu atau kedua fase. Beberapa Salmonella mempunyai antigen simpai (K)
yang disebut V1 yang dapat menganggu aglutinasi melalui anti serum O, antigen ini
dihubungkan dengan sifat invasif yang dimilikinya. Tes aglutinasi dengan anti serum serapan
untuk antigen O dan H yang berbeda merupakan dasar untuk klasifikasi Salmonella secara
serologi. (Jawetz, 1996).
2.3 Demam Tifoid
Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella
typhi yang masih di jumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama terletak di
daerah tropis dan subtropics (Anonim, 2010).
Penularannya dapat terjadi melalui kontak antar manusia atau jika makanan dan minuman
yang di konsumsi terkontaminasi di karenakan penanganan yang tidak bersih. Selang waktu

antara infeksi dan permulaan sakit ( masa inkubasi ) tergantung dari banyaknya bakteri apa yang
masuk ke dalam tubuh. Masa inkubasi berkisar antara 8-14 hari. (Anonim, 2010).
Penyakit demam tifoid ini juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting
karena penyebarannya berkaitan dengan urbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan,
sumber air dan sanitasi yang buruk, serta standar hygiene industri pengolahan makanan yang
masih rendah (Anonim, 2010).

Tekhnik pemeriksaan uji widal dapat dilakukan dengan dua metode yaitu uji hapusan/
peluncuran (slide test) dan uji tabung (tube test). Perbedaannya, uji tabung membutuhkan waktu
inkubasi semalam karena membutuhkan teknik yang lebih rumit dan uji widal peluncuran hanya
membutuhkan waktu inkubasi 1 menit saja yang biasanya digunakan dalam prosedur penapisan.
Umumnya sekarang lebih banyak digunakan uji widal peluncuran. Sensitivitas dan spesifitas tes
ini amat dipengaruhi oleh jenis antigen yang digunakan. Menurut beberapa peneliti uji widal
yang menggunakan antigen yang dibuat dari jenis strain kuman asal daerah endemis (local)
memberikan sensitivitas dan spesifitas yang lebih tinggi daripada bila dipakai antigen yang
berasal dari strain kuman asal luar daerah enddemis (import). Walaupun begitu, menurut suatu
penelitian yang mengukur kemampuan Uji Tabung Widal menggunakan antigen import dan
antigen local, terdapat korelasi yang bermakna antara antigen local dengan antigen S.typhi O dan
H import, sehingga bisa dipertimbangkan antigen import untuk dipakai di laboratorium yang
tidak dapat memproduksi antigen sendiri untuk membantu menegakkan diagnosis Demam tifoid.
Pada pemeriksaan uji widal dikenal beberapa antigen yang dipakai sebagai parameter
penilaian hasil uji Widal. Berikut ini penjelasan macam antigen tersebut :
Antigen O
Antigen O merupakan somatik yang terletak di lapisan luar tubuh kuman. Struktur
kimianya terdiri dari lipopolisakarida. Antigen ini tahan terhadap pemanasan 100C selama 25
jam, alkohol dan asam yang encer.
Antigen H

Antigen H merupakan antigen yang terletak di flagela, fimbriae atau fili S. typhi dan
berstruktur kimia protein. S. typhi mempunyai antigen H phase-1 tunggal yang juga dimiliki
beberapa Salmonella lain. Antigen ini tidak aktif pada pemanasan di atas suhu 60C dan pada
pemberian alkohol atau asam.
Antigen Vi
Antigen Vi terletak di lapisan terluar S. typhi (kapsul) yang melindungi kuman dari
fagositosis dengan struktur kimia glikolipid, akan rusak bila dipanaskan selama 1 jam pada suhu
60C, dengan pemberian asam dan fenol. Antigen ini digunakan untuk mengetahui adanya karier.
Outer Membrane Protein (OMP)
Antigen OMP S typhi merupakan bagian dinding sel yang terletak di luar membran
sitoplasma dan lapisan peptidoglikan yang membatasi sel terhadap lingkungan sekitarnya. OMP
ini terdiri dari 2 bagian yaitu protein porin dan protein nonporin. Porin merupakan komponen
utama OMP, terdiri atas protein OMP C, OMP D, OMP F dan merupakan saluran hidrofilik yang
berfungsi untuk difusi solut dengan BM < 6000. Sifatnya resisten terhadap proteolisis dan
denaturasi pada suhu 85100C. Protein nonporin terdiri atas protein OMP A, protein a dan
lipoprotein, bersifat sensitif terhadap protease, tetapi fungsinya masih belum diketahui dengan
jelas.
Salah satu kelemahan yang amat penting dari penggunaan uji widal sebagai sarana
penunjang diagnosis demam typhpid yaitu spesifitas yang agak rendah dan kesukaran untuk
menginterpretasikan hasil tersebut, sebab banyak factor yang mempengaruhi kenaikan titer.
Selain itu antibodi terhadap antigen H bahkan mungkin dijumpai dengan titer yanglebih tinggi,
yang disebabkan adanya reaktifitas silang yang luas sehingga sukar untuk diinterpretasikan.
Dengan alas an ini maka pada daerah endemis tidak dianjurkan pemeriksaan antibodi H S.typhi,
cukup pemeriksaan titer terhadap antibodi O S.typhi.
Titer widal biasanya angka kelipatan : 1/32 , 1/64 , 1/160 , 1/320 , 1/640.

Peningkatan titer uji Widal 4 x (selama 2-3 minggu) : dinyatakan (+).

Titer 1/160 : masih dilihat dulu dalam 1 minggu kedepan, apakah ada kenaikan titer. Jika ada,
maka dinyatakan (+).

Jika 1 x pemeriksaan langsung 1/320 atau 1/640, langsung dinyatakan (+) pada pasiendengan
gejala klinis khas.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Widal)
Interprestasi tes widal harus memperhatikan beberapa factor yaitu sensitivitas, stadium
penyakit; factor penderita seperti status imunitas dan status gizi yang dapat mempengaruhi
pembentukan antibody; gambaran imunologis dari masyarakat setempat (daerah endemis atau
non-endemis); factor antigen; teknik serta reagen yang digunakan.
Tes Widal mempunyai sensitivitas dan spesifisitas moderat ( 70%), dapat negative palsu
pada 30% kasus demam tifoid dengan kultur positif.
Tes Widal negative palsu dapat terjadi pada:
1. Carrier tifoid
2. Jumlah bakteri hanya sedikit sehingga tidak cukup memicu produksi antibody pada host.
3. Pasien sudah mendapatkan terapi antibiotika sebelumnya

Tes Widal positif palsu dapat terjadi pada:


1.

Imunisasi dengan antigen Salmonella

2.

Reaksi silang dengan Salmonella non tifoid

3.

Infeksi malaria, dengue atau infeksi enterobacteriaceae lain

Jawetz, Ernest. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.


Soemarno. 2000. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Klinis. Yogyakarta: Akademi Analis
kesehatan Yogyakarta Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai